Anda di halaman 1dari 8

TERAPI NUTRISI

1. Pengertian

Terapi nutrisi adalah terapi yang diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Terapi nutrisi adalah penggunaan layanan nutrisi khusus untuk mengobati
penyakit, luka, atau kondisi lainnya dan mencakup dua hal utama yaitu penilaian status
gizi penderita dan penatalaksanaan yang mencakup terapi nutrisi, penyuluhan dan
penggunaan supplement nutrisi.
Terapi nutrisi membantu tubuh menyingkirkan sel yang rusak dan menggantinya
dengan sel baru yang lebih sehat dan lebih kuat sehingga kesehatan meningkat.
Dasar dari terapi nutrisi adalah untuk penderita dengan penyakit kritis baik yang
disebabkan oleh trauma, luka bakar, pembedahan, khemoterapi, sepsis dan kausa
lainnya.
Jenis terapi nutrisi itu sendiri yaitu terapi nutrisi oral, enteral, panteral dan terapi
nutrisi kombinasi. Tetapi nutrisi oral dan enteral diberikan pada pasien dengan fungsi
saluran pencernaan baik sedangkan terapi nutrisi parenteral dan terapi nutrisi parenteral
dan terapi nutrisi kombinasi diberikan pada pasien dengan fungsi saluran pencernaan
tidak baik.
Terapi Nutrisi Parenteral (TNPE) diberikan pada pasien dengan indikasi tidak mau
makan, tidak cukup makan, tidak bias makan dan tidak boleh makan. Rule pemberian
TNPE bias melalui vena sentral dan vena perifer. Perbedaan penggunaan vena sentral
dan perifer dilihat dari lamanya terapi, batas osmolaritas, stress metabolic dan derajat
malnutrisi.

2. Jenis terapi
a. Oral feeding
b. Enteral nutrition
c. Parenteral nutrition
1) Pemberian TPN

Strategi dalam menentukan jenis terapi


Pasien anoreksia

Fungsi saluran pencernaan

baik Terganggu sebagian Terganggu seluruhnya

Nutrisi Nutrisi
enteral parenteral

a. Oral Feeding
Pemberian makan melalui oral adalah memasukann nutrisi melalui mulut. Pasien perlu
didorong untuk makan, bukan hanya untuk mendapatkan nutrisi secara optimal, namun
pasien juga mendapatka manfaat kepuasan fisik dan psikologis yang dihubungkan dengan
makan.Perawat harus membiarkan klien untuk mengosongkan mulutnya setelah setiap
sendokan, berusaha menyelaraskan kecepatan pemberian makan dengan kesiapan mereka
dan seringkali menanyakan apakah terlalu cepat atau lambat. Perawat juga harus
memperbolehkan klien untuk menunjukkan perintah tentang makanan pilihan klien yang
ingin dimakan, dan percakapan dengan topik selain makanan harus menjadi bagian integral
dalam proses. Perawat yang mempunyai tugas untuk memberi makan pada beberapa klien
harus mendelegasikan tanggung jawab pemberian makan ke orang lain sehingga semua
klien dapat diberi makan tepat waktu dan terencana dengan baik.
1) Tujuan
a) Memperoleh nutrisi yang optimal.
b) Memberikan kepuasan fisik dan psikologis yang dihubungkan dengan makan.
c) Meningkatkan berat badan.
d) Meningkatkan control diri dengan mampu melakukan aktivitas harian secara
mandiri.
2) Indikasi
a) Pasien yang dapat makan melalui oral.
b) Pasien dengan ketidakmampuan yang membutuhkan bantuan sebagian atau
total untuk makan.

3. Enteral Nutrition (EN)


Enteral Nutrition (EN) adalah pada nutrien yang diberikan melalui saluran
gastrointestinal.Hal ini termasuk makanan keseluruhan, campuran semua makanan,
suplemen oral, dan formula selang pemberian makan.Nutrisi enteral adalah metode yang
dipilih untuk memenuhi kebutuhan nutrisi jika saluran gastrointestinal klien berfungsi
dengan menyediakan dukungan psikologi, keamanan, dan nutrisi yang ekonomis.Pada klien
yang mengalami kesulitan makan, maka dapat diberikan nutrisi enteral dengan selang
nasogastrik, jejunum, atau lambung. Nutrisi enteral dan infuse dengan mudah diberikan
dalam lingkungan perawatan rumah oleh perawat atau keluarga.
Penelitian telah menunjukkan efek yang menguntungkan dari pemberian makan
enteral bila dibandingkan dengan nutrisi parenteral, yang mengandung zat gizi pada mukosa
gastrointestinal. Pemberian makan dengan rute enteral dapat mengurangi sepsis,
menumpulkan respons hipermetabolik pada trauma, dan memelihara struktur dari fungsi
intestinal(Mainous, Block, dan Dietch, 1994)
EN telah digunakan dengan berhasil selama 24 hingga 48 jam setelah operasi atau
trauma untuk menyediakan cairan, elektrolit, dan nutrisi. Gastric ileus dapat mencegah
pemberian makan nasogastrik dalam kasus selang nasointestinal atau jejunum
memungkinkan pemberian makan postpilorik yang berhasil (Kudsk, 1994)
Nutrisi Enteral
1. Definisi
Nutrisi enteral adalah semua makanan cair yang dimasukkan kedalam tubuh
lewat saluran cerna, baik melalui mulut ataupun oral, selang nasogastrik, maupun selang
melalui lubang stomagaster atau lubang stoma jejunum.
Tujuan atau indikasi pemberian nutrisi enteral adalah untuk suplementasi, untuk pasien
yang masih dapat makan dan minum tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan energy
dan protein, untuk pengobatan, dan digunakan untuk mencukupi seluruh kebutuhan zat
gizi bila pasien tidak dapat makan sama sekali.

2. Jenis Makanan / Nutrisi Enteral


a. Makanan / nutrisi enteral formula rumah sakit (blenderized) : Makanan ini dibuat
dari beberapa bahan makanan yang diracik dan dibuat sendiri dengan menggunakan
blender. Konsistensi larutan, kandungan zat gizi, dan osmolaritas dapat berubah
pada setiap kali pembuatan dan dapat terkontaminasi. Formula ini dapat diberikan
melalui pipa sonde yang agak besar, harganya relatif murah.
Contoh :
1) Makanan cair tinggi energi dan tinggi protein (susu full cream, susu rendah
laktosa, telur, glukosa, gula pasir, tepung beras, sari buah).
2) Makanan cair rendah laktosa (susu rendah laktosa, telur, gula pasir, maizena)
3) Makanan cair tanpa susu (telur, kacang hijau, wortel, jeruk)
4) Makanan khusus (rendah protein untuk penyakit ginjal, rendah purin untuk
penyakit gout, diet diabetes)
b. Makanan / nutrisi enteral formula komersial : Formula komersial ini berupa bubuk
yang siap di cairkan atau berupa cairan yang dapat segera diberikan. Nilai gizinya
sesuai kebutuhan, konsistensi dan osmolaritasnya tetap, dan tidak mudah
terkontaminasi.
Contoh :
1) Polimerik : mengandung protein utuh untuk pasien dengan fungsi saluran
gastrointestinal normal atau hampir normal (panenteral, fresubin)
2) Pradigesti : diet dibuat dengan formula khusus dalam bentuk susu elementar
yang mengandung asam amino dan lemak yang langsung diserap usus untuk
pasien dengan gangguan fungsi saluran gastrointestinal (pepti 2000)
3) Diet enteral khusus untuk sirosis (aminolebane EN, falkamin), diabetes
(diabetasol), gagal ginjal (nefrisol), tinggi protein (peptisol)
4) Diet enteral tinggi serat (indovita)

3. Sistem Pemberian Nutrisi Enteral dan Alatnya


Nutrisi enteral dapat diberikan langsung melalui mulut (oral) atau melalui selang
makanan bila pasien tak dapat makan atau tidak boleh per oral. Selang makanan yang
ada yaitu :
a. Selang nasogastrik
1) Selang nasogsatrik biasa yang terbuat dari plastic, karet, dan polietilen. Ukuran
selang ini bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini hanya tahan
dipakai maksimal 7 hari.
2) Selang nasogastrik yang terbuat dari polivinil. Selang ini berukuran 7 french, kecil
sekali dapat mencegah terjadinya aspirasi pneumonia makanan dan tidak terlalu
mengganggu pernapasan atau kenyamanan pasien. Selang ini tahan dipakai
maksimal 14 hari.
3) Selang nasogastrik yang terbuat dari silicon. Ukuran selang ini bermacam-macam
tergantung kebutuhan. Selang ini maksimal 6 minggu.
4) Selang nasogastrik yang terbuat dari poliuretan. Selang ini berukuran 7 french
dan dapat dipakai selama 6 bulan.
b. Selang Nasoduodenal / nasojejunal.
Ukuran selang ini bermacam-macam namun lebih panjang dari pada selang nasogastrik.
c. Selang dan set untuk gastrotomi atau jejunostomi. Alat yang rutin dipakai untuk
pasien yang tidak dapat makan per oral atau terdapat obstruksi esophagus / gaster.

4. Nutrisi Enteral Pada Beberapa Penyakit


a. Nutrisi Enteral pada penyakit saluran cerna.
Bila usus berfungsi baik, lebih baik diberikan nutrisi enteral dibandingkan
parenteral. Nutrisi enteral per oral diberikan bila makanan masih dapat melalui
mulut dan esophagus. Nutrisi enteral per selang makanan diberikan bila makanan tak
dapat diberikan melalui mulut dan esofagus atau melalui gastrostomi esofagus atau
melalui jejunostomi. Nutrisi enteral sangat penting untuk saluran cerna karena dapat
mencegah atrofivili usus serta tetap menjaga kelangsungan fungsi usus enterosit,
dan kolonosit.
Pada penyakit saluran cerna direkomendasikan masukan enteral dengan sumber
energy asam amino atau peptida, sumber karbohidrat glukosa polimer, sumber
lemak trigliseril.
b. Nutrisi Enteral pada Pasien Kanker
Penggunaan saluran gastroinstestinal yang utuh bagi pemberian nutrisi
merupakan pilihan pertama pada pemberian nutrisi pasien kanker. Pasien kanker
yang akan mendapat suplementasi enteral dapat diberikan melalui salah satu dari 3
jalur pemberian yang umum, yaitu oral nasoenterik atau enterik.
c. Nutrisi Enteral pada Pasien Geriatri
Pasien geriatric (berusia 60 tahun atau lebih) lebih sering mengalami malnutrisi,
karena itu nutrisi merupakan hal yang penting diperhatikan dalam pengobatan
pasien tersebut. Kebutuhan kalori energy disesuaikan dengan berat badan ideal
dengan rumus yang ada.
d. Nutrisi Enteral pada Penyakit Ginjal
Pada pasien penyakit ginjal akut, harus diberikan diet bebas protein atau rendah
protein, mengandung energy kalori atau gula.
Pada pasien penyakit ginjal kronik tidak terkomplikasi, untuk mencegah uremia,
protein yang diberikan dalam bentuk protein nilai biologi tinggi (asam amino
esensial) 20g per hari.
Pada pasien gagal ginjal kronik tidak terkomplikasi (termasuk yang menjalani
dialisis) kebutuhan energi tidak berbeda dengan orang dewasa normal.
Keseimbangan nitrogen netral dicapai dengan pemasukan nutrisi yang mengandung
asam amino esensisal 0,55-0,60 gram / kg BB/hari dan kalori energi 35 kkal/Kg BB/
hari.
Pada pasien gagal ginjal kronik dan katabolic berat kebutuhan kalori energi dan
nitrogen lebih tinggi, tidak berbeda dengan pasien yang tidak menderita gagal ginjal.
Pada pasien gagal ginjal dengan hiperkalemia atau hipofosfatemia dilakukan
pembatasan kalium atau diberikan fosfor. Pada pasien gagal ginjal dengan
hipomagnesemia perlu diberikan magnesium dan pada kalsemia diberikan kalsium.
4. Parenteral Nutrition (PN)
NP adalah bentuk dukungan nutrisi yang khusus yaitu pemberian nutrisi melalui rute
intravena.Walaupun NP dapat mencegah malnutrisi secara efektif pada klien yang tidak
dapat diberikan makanan melalui rute enteral, NP dapat menyebabkan komplikasi dan
membutuhkan kemampuan manajemen keperawatan yang terampil.Pemberian pengobatan
yang aman dari bentuk nutrisi ini bergantung pada pengkajian kebutuhan nutrisi yang tepat,
manajemen kateter vena sentral yang cermat dan pemantauan yang hati-hati untuk
mencegah atau menangani komplikasi metabolic.Nutrisi parenteral diberikan dalam
lingkungan yang bervariasi, termasuk di rumah klien. Tanpa memperhatikan lingkungan,
perawat mengikuti prinsip asepsis yang sama dan manajemen pemompaan untuk
memastikan keamanan dan dukungan nutrisi yang tepat.
A. Perenteral nutrition ( PN )
1. Pengertian
Pada saat terjadi gangguan intestinal secara partial ataupun total dan dukungan
nutrisis melalui oral maupun enteral tube feeding (ETF)tidak dapat dilaksanakan, PN
dapat menjadi alternatif akhir bagi pemenuhan nutrisi pasien (Stratton &
smith).Parenteral nutrition merupakan metode pemberian nutrisi secara intra vena dan
dapat dipilih bila status perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi
dari saluran GI tidak dapat menerima pemberian makanan secara interal ( Doenges,
2003 ).
Pada umumnya PN hanya digunakan selama beberapa hari atau minggu. Namun
pada kondisi tertentu, penggunaan PN dalam jangka waktu lama juga dapat dilakukan.
PN adalah bentuk dukungan nutrisi yang khusus yaitu pemberian nutrient melalui
rute intravena.
Tujuannya tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan energy basal dan
pemeliharaan kerja organ, tetapi jg menambah nutrisi untuk kondisi tertentu, seperti
keadaan stress ( sakit berat , troma ), untuk perkembangan dan pertumbuhan. Terapi
nutrisi parenteral di bagi menjadi 2 kategori :
a. Terapi nutrisi parenteral parsial ( supportive atau suplemen ) di berikan bila :
1) dalam waktu 5 sampai 7 hari, pasien diharapkan mampu menerima nutrisi
enteral kembali.
2) masih ada nutrisi enteral yang dapat diterima pasien. PN parsial ini
diberikan dengan indikasi relative
b. terapi nutrisi parenteral total , diberikan jika batasan jumlah kalori ataupun
batasan waktu tidak terpenuhi. PN total ini diberikan atas indikasi absolut.

2. Indikasi
Secara umum PN di indikasikan pada pasien yang mengalami kesulitan
mencukupi kebutuhan nutrisi untuk waktu tertentu.Tanpa bantuan nutrisi, tubuh
memenuhi kebutuhan energy basal rata – rata 25 kkal /kg BB / hari. Jika cadangan habis,
kebutuhan glukosa selanjutnya dipenuhi melalui proses gluconeogenesis, antara lain
dengan lipolysis dan proteolysis 125-150 g/hari. Puasa lebih dari 24 jam menghabiskan
glukosa darah (20 g), cadangan glikogen di hati (70 g) dan otot (400 g). sedangkan
cadangan energy lainnya, lemak (12.000 g) dan protein (6.000 g) habis dalam waktu kira-
kira 60 hari.
Keadaan yang memerlukan PN adalah sebagai berikut:
1. pasien tidak dapat makan ( obstruksi saluran pencernaan seperti stiktur atau
keganasan esophagus, atau gangguan absorbsi makanan)
2. pasien tidak boleh makan ( seperti fistula intestinal dan pangkreatitis)
3. pasien tidak mau makan (akibat pemberian kemoterapi)
meskipun terdapat 3 hal tersebut, PN tidak langsung diberikan pada keadaan :
1. pasien 24 jam paska bedah yang masih dalam Ebb phase, masa dimana kadar hormone
stress masih tinggi. Sel-sel resisten terhadap insulin dan kadar gula darah meningkat.
Pada fase ini cukup diberikan cairan elektrolit dan dextosa 5%. Jika keadaan sudah
tenang yaitu demam, nyeri, renjatan, dan gagal nafas sudah dapat di atasi, krisis
metabolism sudah lewat, maka PN dapat diberikan dengan lancar dan bermanfaat.
Makin berat kondisi pasien, makin lambat dosis PN total (dosis penuh) dapat dimulai.
Sebelum keadaan tenang tercapai, PN total hanya menambahkan stress bagi tubuh
pasien. Fase tenang ini ditandai dengan menurunnya kadar kortisol, katekolamin, dan
glucagon.
2. Pasien gagal napas (pO2 < 80 dan pCO2 > 50) kecuali dengan respirator. Pada pemberian
PN penuh, metabolism karbohidrat akan meningkatkan produksi CO2 dan berakibat
memperberat gagal napasnya.
3. Pasien renjatan dengan kekurangan cairan ekstraseluler.
4. Pasien penyakit terminal, dengan pertimbangan cost-benefit

Kondisi – kondisi berikut yang sering diberikan TPN :


a) disfungsional GI , misalnya penyakit peradangan usus, sindroma usus pendek,
pangkreatitis, colitis, fistula, enteritis radiasi, ileus, diare berkepanjangan,
obstruksi usus, atau karsinoma lambung.
b) Gagal hepatic
c) Keadaan hipermetabolik, misalnya sepsis, luka bakar yang berat, fraktur tulang
panjang, peritonitis.
d) Anoreksia sekunder terhadap kondisi medis pasien, misalnya gagal ginjal.
e) Hyperemesis berat selama kehamilan
f) Candida GI berat pada pasien AIDS
g) Trauma multisystem
5. Pemberian TPN
Apabila asupan nutrisi pasien kurang secar bermakna dibanding yang diperlukan oleh
tubuh untuk memenuhi penggunaan energy, maka akan mengakibatkan status
keseimbangan nitrogen negative. Ini berarti bahwa lebih banyak protein digunakan daripada
yang dapat dibuat.TPN adalah metode pemberian nutrisi pada tubuh dengan rute
intravena.Nutrient ini mencakup kestrosa, asam amino, elektrolit, vitamin, mineral, dan
emulsi lemak. Sasaran TPN adalah untuk mendapatkan status nutrisi yang baik, penambahan
berat badan dan mencapai proses penyembuhan.
TPN diindikasikan untuk pasien:
a. Yang asupannya kurang untuk mempertahankan status anabolis (mis., pasien dengan luka
bakar berat, malnutrisi, sindrom usus pendek, AIDS, sepsis, kanker)
b. Pasien yang tidak mampu mencerna makanan secara oral atau dengan selang (mis.,
pasien dengan ileus paralitik, penyakit Crohn dengan obstruksi, enteritis pascaradiasi,
hiperemesis, gravidarum berat pada kehamilan)
c. Pasien yang menolak untuk mencerna nutrisi secara adekuat. (mis., pasien dengan
anoreksia nervosa, pasien lansia pascaoperatif)
d. Pasien yang tidak boleh makan per oral atau dengan selang (mis., pasien dengan
pancreatitis akut atau fistula enterokutan tinggi)
e. Pasien yang memerlukan dukungan nutrisi praoperatif dan pascaoperatif secara terus-
menerus (mis., setelah pembedahan usus)

1. Nutrisi parenteral total (TPN)


Nutrisi parenteral total adalah suatu terapi kompleks yang dilakukan untuk memenuhi
keperluan nutrisi pasien melalui rute intraven. Larutan yang digunakan dalam terapi ini
adalah larutan hiperosmolar (konsentrasi tinggi). Pemberian teraoi nutrisi parenteral
total yang bertujuan untuk memberikan kalori yang cukup besar yang terdiri dari
protein, lipid, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Keberhasilan terapi ini bergantung pada
jenis makanan yang diresepkan , penanganan kateter intravena, perawatan luka insisi,
penanganan komplikasi akibat terapi. Terapi ini hanya digunakan apabila asupan
makanan secara enteral tidak memadai atau merupakan kontrakindikasi. TPN tidak
diberikan pada pasien yang pencernaan dapat berfungsi selama 7-10 hari, pasien yang
masih dapat mencerna makanan dengan baik, dan pada pasien yang mengalami stres
atau trauma. (Mubarak&Chahyati,66,2007).
Indikasi TPN untuk paien :
a. Yang aasupan kuran untuk mempertahankan status anabolis misalnya pasien
dengan luka bakarv berat, malnutrisi, sindrom usus pendek, AIDS, sepsis, kanker.
b. Pasien yang tidak mampu mencerna makanan secara oral atau dengan selang
misalnya pasien dengan ileus paraklitik, penyakit chohn dengan obtruksi.
c. Pasien yang menolak mencerna makanan nutrient secara adekuat misalnya pada
pasien anoreksia nervosa, lansia pascaoperatif.
d. Pasien yang tidak boleh makanan peroral atau dengan selang misalnya pada lasia
dengan pankreatitits akut.
e. Pasien yang memerlukan dukungan nutrisi praoperatif dan pascaoperatif secara
terus menerus misalnya pada pasien disertai pembedahan usus.
Kreteria yang digunakan untuk mengevaluasi kebutuhan pasien terhadap nutrisi parental
ototal mencakup berat badan kurang dari 10% tidak mampu makan oral atau minum
dalam 7 hari oascaoperatif dan situasi hipermetabilik seperti pada infeksi berat disertai
demam.
Penatalaksaan
Larutan TPN diberikan dengan perlahan dan secara bertahap ditingkatkan setiap hari dengan
kecepatan yang diingikan dan sesuai toleransi cairan dan glukosa pasien. Respon pasien
terhadap terapi TPN dan nilai laboratarium dipantau terus menurus oleh tim pendukung
nutrisi. Standing order dilakukan untukj penimbngan berat badan pasien, mendapatkan
jumlah darah lengkap, jumlah trombosit, masa protrombin, elektrolit, magnesium dan
glokosa ujung jari.
Metode pemberian
Berbagai metode dan rute digunakan untuk memberikan larutan NPT pada praktuk klinis
:perifer,sentral,dan atrial.Metode ini tergantung pada kondisi pasien dan lamanya
antisipasi terapi.
1. Perifer
Larutan NPT digunakan sebagai masukan suplemen per oral bila larutan yang digunakan
kurang hipertonik dibanding larutan yang digunakan untuk NPT.Konsentrasi dekstrosa
diatas 10% tidak boleh diberikan melalui vena perifer karena dapat mengiritasi intma
vena kecil(dinding paling dalam ).lamanya terapi NPP kurang dari 2 minggu.
2. Sentral
Karena larutan NPT mempunyai lima atau enam kali konsentrasi darah dan melebihi tekanan
osmotic kira-kira 2000 mOsm/1 .maka larutan ini berbahaya untuk intima perifer.
Kerenanya untuk mencegah flebitis dan komplikasi vena lainnya larutan ini diberikan ke
dalam system sirkulasi melalui kateter yang di masukan ke dalam pembuluh darah besar
beraliran tinggi ( sering vena subklavia). Larutan pekat kemudia diencerkan dengan
sangat cepat sampai ke tingkat isotonic oleh darah didalam pembuluh ini.
3. Atrial
Dua alat yang digunakan untuk terapi IV jangka panjang di rumah adalah :
a. Kateter atrial kanan eksternal ini dipasang melalui pembedahan. Kateter ini
dijahit di bawah kulit pada vena subklavia
b. Lubang subkutan ujung kateter dilekatkan pada serambi kecil yang ditempatkan
di kantung subkutan baik di dinding dada anterior atau pada lengan.

Penatalaksanaan
Perawat pendukung nutrisi, ahli nutrisi, atau dokter menentukan kebutuhan pasien akan
TPN dengan evaluasi criteria tertentu: derajat penurunan berat badan, keseimbangan
nitrogen, jumlah kehilangan otot dan total massa tubuh kurus, sera ketidakmampuan pasien
untuk mentoleransi pencernaan makanan melalui saluran GI. Idealnya, perawat pendukung
nutrisi, ahli farmasi, ahli nutrisi, dan dokter berkolaborasi untuk menentukan formula
khusus yang diperlukan.
Larutan TPN diberikan dengan perlahan dan secara bertahap ditingkatkan setiap hari
dengan kecepatan yang diinginkan dan sesuai toleransi cairan dan glukosa pasien. Respons
pasien terhadap terapi TPN dan nilai laboratorium dipantau terus menerus oleh tim
pendukung nutrisi.Standing order dilakukan untuk penimbangan berat badan pasien,
mendapatkan jumlah darah lengkap, jumlah trombosit, masa protrombin, elektrolit,
magnesium, dan glukosa ujung jari.Pada kebanyakan rumah sakit, larutan TPN diresepkan
oleh dokter dalam bentuk pesanan nutrisi parenteral harian.Formulasi larutan TPN harus
dihitung dengan cermat untuk memenuhi kebutuhan pasien secara lengkap.

Anda mungkin juga menyukai