AISYIYAH MALANG
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MATERNITAS
OLEH :
201920461011089
2020
LEMBAR PENGESAHAN
AISYIYAH MALANG
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MATERNITAS
KELOMPOK 11
NIM: 201920461011089
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2
LEMBAR PENILAIAN...........................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN...................................................................5
A. Definisi................................................................................................................5
B. Etiologi................................................................................................................5
C. Epidemologi........................................................................................................5
D. Tanda dan Gejala.................................................................................................5
E. Patofisologi.........................................................................................................5
F. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................5
G. Penatalaksanaan..................................................................................................5
H. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS PADA KASUS)..................................5
I. Diagnosa Keperawatan (SDKI)...........................................................................5
J. Luaran Keperawatan (SLKI)...............................................................................5
K. Intervensi Keperawatan (SIKI)...........................................................................5
L. Daftar Pustaka.....................................................................................................5
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................6
A. CASE REPORT..................................................................................................6
B. Pengkajian (Focus Assesement)..........................................................................6
C. Analisa Data........................................................................................................6
D. Diagnosa Keperawatan (SDKI)...........................................................................6
E. Luaran Keperawatan (SLKI)...............................................................................6
F. Luaran Keperawatan (SIKI)................................................................................6
BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING)...7
A. Masalah Keperawatan.........................................................................................7
B. Intervesi by Evidence Based Nursing (Journal)..................................................7
C. Daftar Pustaka (Sumber Reference)....................................................................7
BAB IV. DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL (DOPS)..................8
1. Judul Tindakan Keperawatan..............................................................................8
2. Judul Tindakan Keperawatan..............................................................................8
3. Judul Tindakan Keperawatan..............................................................................8
4. Judul Tindakan Keperawatan..............................................................................8
5. Judul Tindakan Keperawatan..............................................................................8
BAB V. MEET THE EXPERT (MTE).................................................................10
Daftar Pustaka........................................................................................................11
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel jaringan
otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen, dengan ciri bulat, keras berwarna merah
muda pucat, umumnya berlokasi pada korpus uteri (Astuti, Al Kautzar M.,A,
Darmawansyih, 2020). Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan
pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri
jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat berdampak
karena mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus spontan, persalinan
B. Etiologi
Penyebab pasti terjadinya mioma masih belum diketahui hingga saat ini. Meski
begitu, pertumbuhan mioma sangat erat kaitannya dengan produksi hormon estrogen.
pengeluaran estrogen tinggi, sehingga cenderung membesar saat wanita sedang hamil dan
menjelaskan bahwa masing-masing mioma dapat timbul dari satu sel ganas yang berada di
antara otot-otot polos di dalam rahim seorang wanita (Arifint H, Freddy.W, Wagey, Tendean
M.,H, 2019). Menurut (Lubis, 2020) Mioma uteri terjadi karena disebabkan abrnomalitas
gen yang bermutasi genetik HMG1, HMG1-C, HMG1 (Y) HMGA2, COL4A5, COL4A6,
dan MEDI2.2 Kelainan kromosom terjadi akibat gangguan translokasi kromosom 10, 12,
Kejadian mioma uteri dilatarbelakangi oleh sejumlah faktor risiko, antara lain:
faktorendogen tubuh, misalnya ras, usia, pola hidup sedentair, faktor diet dan obesitas,
pengaruh siklus haid, dan status paritas serta penyakit komorbid. Faktor – faktor yang
1. Estrogen.
Mioma uteri dijumpai setelah manarke. Sering kali terdapat pertumbuhan tumor yang
cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada
saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya
uteri banyak ditemukan barsamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita denagn
kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktif enzim ini berkurang pada jaringan
miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada
miometrium normal.
2. Progesteron
pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan
3. Hormon pertumbuhan
Level hormon peryumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai
struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini, memberi kesan
bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan mungkin merupakan
1. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada
wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis
2. Paritas
Lebih sering terjadi pada nulipara atau wanita yang relatif intertil, tetapi sampai saat ini
belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma
uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling
mempengaruhi.
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri
tinggi. Terlepasnya dan faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat
keluarga, ada yang menderita mioma. (Bobak, 2004). Belum diketahui secara pasti, tetapi
asalnya disangka dari sel – sel otot yang belum matang. Di sangka bahwa estrogen
mempunyai peranan penting, tetapi dengan teori ini sukar diterangkan apa sebabnya pada
seorang wanita estrogen pada nulipara, faktor keturunan juga berperan mioma uteri terdiri
dari otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul.
Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifat degeneratif karena
4. Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana
uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah pertumbuhan epidermal dan insulin –
like growth kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause. Pemberian agonis
GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran
mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon
mediasi dengan oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat
bukti peningkatan produksi reseptor progesterone, faktor – faktor yang distimulasi oleh
oleh estrogen lebih banyak pada mioma dari pada miomatrium normal mungkin penting
pada perkembangan mioma. Namun bukti – bukti masih kurang menyakinkan karena
tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang
disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang – kadang berkembang setelah menopause
bahkan setelah oforektomi bilateral pada usia dini (Nilasari N, Kharisma B, Putri A,
2020).
D. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan lambat
pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu
mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh intramural
dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada
dinding depan uterus mioma dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong
kandung kemih keatas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi (Arifint H,Wagey W.,F,
M Tendean H, 2019).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat, berbatas
tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran kumparan yang khas. Tumor
mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran
berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada ukuran
uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak tepat di
membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari mana tumor
tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan diri dari uterus untuk
nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopause
tumor menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi (Arifint H,Wagey W.,F, M
Tendean H, 2019).
Teori genoblast,yaitu adanya
Pathway rangsangan estrogen pada sel-sel otot
imatur pada sel nest di myometrium
Perubuhan kromosom
Mioma uteri
Nyeri: nyeri
Obstruksi kronis
Ektasia vena
Gg. Sirkulasi Usus Rectum
endometrium Vesika urinari
darah ke
organ
Proksimal kongesti di reproduksi Motilitas
Frekuensi miksi
endometrium dan miometrium usus turun
meninkat
Mengganggu
Perdarahan berlebihan pematangan Konstipasi Gg. Eliminasi
sel telur urin
pra op
Operasi
Post op
Suplai darah turun Risiko
syok Informasi tidak
adekuat Terputusnya jaringan kulit
Anemia Lemas Terpapar agen
Kurangnya infeksius Robekan pada
pengetahuan jaringan saraf perifer
Intoleransi aktivitas
Resiko infeksi
Ansietas Nyeri akut
E. Klasifikasi
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka tumbuh.
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula
sebagai satu masa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke
arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma
intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritonial sebagai suatu
sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin
mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor
yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
Berubah sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak
karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh
sebagai mioma subserosa dan kadang – kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot
rahim dapat besar, dapat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).
Terletak dibawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma bertangkai
dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi atau
infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruang rahim. Dari sudut klinik mioma uteri
submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain.
Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi
sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa
walaupun hanya kecil selalu memberi keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan
sulit berhenti sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi. ( Arifint H,Wagey W.,F,
M Tendean H, 2019).
F. Manifestasi Klinis
1. Perdarahan abnormal, merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk
Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini dapat
menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim, distorsi dan kongesti dari pembuluh darah
• Gejala traktus urinarius : urine frekuensi, retensi urine, obstruksi ureter dan
hidronefrosis.
• Torsi bertangkai
4. Infertilitasi, akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di cornu.
implantasi. Terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran prematur pada pasien
5. Kongesti vena, disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan edema ekstremitas
2. Persalinan prematurnitas.
5. Pada skala III dapat terjadi gangguan pelepasan plasenta dan pendarahan.
Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran. Pengaruh
1. Cepat bertambah besar, mungkin karena pengaruh hormon estrogen yang meningkat
dalam kehamilan.
2. Degenerasi merah dan degenerasi karnosa : tumor menjadi lebih lunak, berubah bentuk,
dan warna merah. Bisa terjadi gangguan sirkulasi sehingga terjadi pendarahan.
3. Mioma subserosa yang bertangkai oleh desakan uterus yang membesar atau setelah bayi
lahir, terjadi torsi (terpelintir) pada tangkainya, torsi menyebabkan gangguan sirkulasi
dan nekrosis pada tumor. Wanita hamil merasa nyeri yang hebat pada perut (abdomen
akut).
5. Persalinan prematuritas.
8. Pada skala III dapat terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.
9. Mioma yang lokasinya dibelakang dapat terdesak ke dalam kavum douglasi dan terjadi
G. Pemeriksaan penunjang
1. Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi
untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
3. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan
infertilitas.
5. Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar hemoglobin
dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena kehamilan atau oleh
karena adanya suatu mioma uteri yang dapat menyebabkan pembesaran uterus
H. Penatalaksanaan
Penatalaksaaan mioma uteri atau tumor jinak otot rahim mencakup observasi,
1. Observasi
Observasi dilakukan jika pasien tidak mengeluh gejala apapun karena diharapkan saat
2. Medikamentosa
prosedur pre-operatif.
Mekanisme kerjanya adalah melalui down regulation reseptor GnRH, sehingga terjadi
penurunan produksi FSH dan LH yang akan menurunkan produksi estrogen. Obat ini
adalah selama 3-6 bulan; pemberian jangka panjang >6 bulan harus dikombinasi
dengan progesteron dengan atau tanpa estrogen. Pada pemberian awal bisa terjadi
perburukan keluhan akibat efek samping obat.1 Analog GnRH juga dapat digunakan
sebesar 40%. Ukuran tumor menurun jauh lebih besar, sebesar 50%, pada pemberian
devices (LNG IUS) untuk mencegah relaps.8 IUD jenis ini juga direkomendasikan
c) Aromatase Inhibitor
Aromatase inhibitor terbagi dua jenis, yaitu aromatase inhibitor kompetitif yakni
anastrazole dan letrozole, dan senyawa inaktivator yakni exemestane. Kerja keduanya
hampir sama yakni menghambat proses aromatisasi yang merupakan dasar patogenesis
mioma.1 Kelebihan obat ini adalah tidak ada efek tromboemboli yang dapat menjadi
kausa mortalitas.
d) Asam Traneksamat
e) NSAID
a) Histerektomi
Direkomendasikan untuk pasien berusia di atas 40 tahun dan tidak berencana memiliki
anak lagi. Histerektomi dapat dilakukan dengan metode laparotomi, mini laparotomi,
dan laparoskopi. Histerektomi vagina lebih dipilih karena komplikasi lebih rendah
b) Miomektomi
histeroskopi. Teknik laparotomi dan mini laparotomy adalah tindakan yang paling
sering dilakukan, sedangkan laparoskopi paling jarang dilakukan karena lebih sulit.
yang 50%-nya berada dalam rongga rahim dan pada mioma multipel.3,9 Akan tetapi,
komplikasi perdarahan pada teknik ini lebih besar disbanding histerektomi. Selain
miolisis.4,9,11
Metode ini dilakukan dengan embolisasi melalui arteri femoral komunis untuk
menghambat aliran darah ke rahim. Efek yang diharapkan adalah iskemia dan nekrosis
yang secara perlahan membuat sel mengecil. Teknik ini direkomendasikan pada pasien
yang menginginkan anak dan menolak transfusi, memiliki penyakit komorbid, atau
terdapat kontraindikasi operasi. Di sisi lain, teknik ini dikontraindikasikan pada
kehamilan, jika terdapat infeksi arteri atau adneksa dan alergi terhadap bahan
kontras.4,9
d) Miolisis/Ablasi Tumor
Teknik ini bekerja langsung menghancurkan sel tumor dengan media radiofrekuensi,
langsung ke sel tumor. Gelombang ini akan menembus jaringan lunak dan
menyebabkan denaturasi protein, iskemia, dan nekrosis koagulatif. Teknik ini tidak
Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
b. Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan keluarga,
pekerjaan, alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri, misalnya timbul
benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama. Kadang-kadang disertai gangguan
haid
rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah
dan adapun yang yang perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis pengobatan yang
tentang riwayat alergi, tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu,
keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan
e. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang perlu diketahui
adalah
1) Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak
pernah ditemukan sebelum menarhe dan mengalami atrofi pada masa menopause.
cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ini
yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien mioma uteri, dan
tanyakan mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien
mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri, peran diri,
personal identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan terhadap orang lain atau
tetangga, kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri,
mekanisme pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan orang
lain.
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus dikaji adalah
h. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir. Sedangkan pada
mobilisasi
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan malam hari,
a. Keadaan Umum
nasal/tidak
5) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan rongga mulut,
6) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya pembengkakan kelenjar
getah bening/tidak.
dan abdomen.
8) Abdomen
menstruasi.
Pre op
Post op
Pre op
Post op
- Nyeri kronis: Intervensi utama adalah manajemen nyeri, perawatan kenyamanan dan
terapi relaksasi
- Gangguan eliminasi urin: Intervensi utama adalah dukungan perawatan diri: BAB/BAK
konstipasi
- Intoleransi aktivitas: Intervensi utama adalah manajemen energy dan terapi aktivitas
- Risiko syok: Intervensi utama adalah pencegahan syok dan pemantauan cairan
Post op
- Nyeri akut: Intervensi utama adalah manajemen nyeri dan pemberian analgesic
- Risiko infeksi: Intervensi utama adalah manajemen imunisasi/ vaksinasi dan pencegahan
infeksi
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Case Report
Ny “S” usia 47 tahun datang ke RS pada tanggal 4 februari 2019 pukul 11:30 WITA
dengan keluhan nyeri perut bagian bawah disertai pengeluaran darah sejak 1 minggu yang
lalu sampai sekarang, selain itu ada kelainan lain yang menyertai ibu, pusing pada kepala
dan merasa lemas, Ibu mengatakan tidak ada riwayat keturunan, data yang diperoleh dari
hasil pengkajian atau anamnesa pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital: TD: 100/80
mmHg, RR: 20x/menit, Nadi: 110x/menit, suhu: 36,5ͦ. Ekspresi wajah tampak cemas, pucat
dan meringis menahan sakit, tidak ada oedema dan pembengkakan pada wajah, konjungtiva
mata anemis, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, limfe dan venajugularis, payudara
tampak simetris, abdomen tidak ada bekas operasi, terdapat massa pada kiri bawah perut ibu
dan adanya nyeri tekan, genetalia tampak lembab tidak ada oedema dan nyeri tekan. Dan
pada pemeriksaan laboratorium Hb 8,9g/dl dan hasil USG tampak uterus membesar, kontur
abnormal dengan gambaran massa lobulated pada adnexa kiri tampak massa kistik, ukuran
±5x6,5 cm, tidak ada cairan bebas. Diagnose medis mengatakan ibu menderita mioma uteri
submukosa
Pada beberapa data menunjukkan situasi emergensi, perlu bertindak segera demi
keselamatan ibu. Beberapa data menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera
sementara menunggu instruksi dokter Adanya nyeri perut dan keluarnya darah yang banyak
dari jalan lahir disertai dengan gumpalan-gumpalan dapat menyebabkan infeksi apabila tidak
ditangani dengan segera. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan selanjutnya
yaitu penatalaksanaan pemberian cairan infus RL, rencana operasi pada tanggal 6 februari
2019 dan penatalaksanaan pemberian obat. Pada Ny”S” dilakukan tindakan dengan
pemasangan infus dengan cairan RL dengan 28 tetes/menit dan penatalaksanaan pemberian
obat injeksi cefotaxime/ 12 jam/IV, asam Tranexamat/8 jam/IV, ketorolac 1amp/8jam/IV,
ranitidin 1amp/8Jam/IV, dexametazone 1 amp/12jam/IV.
B. Pengkajian (Focus Assesement)
1. Identitas
Nama: Ny.S
Usia: 47 Tahun
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri perut bagian bawah disertai pengeluaran darah sejak 1
minggu yang lalu sampai sekarang, selain itu pusing pada kepala dan merasa lemas,
3. Diagnosa Medis
4. Riwayat Kesehatan
Pasien Ny.S datang ke RS mengeluh nyeri perut bagian bawah disertai pengeluaran
darah sejak 1 minggu yang lalu sampai sekarang, terdapat massa pada kiri bawah perut
TT.
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
1) Pemeriksaan fisik: didapatkan data TD: 100/80 mmHg, RR: 20x/menit, Nadi:
95x/menit, suhu: 36,5ͦ. Ekspresi wajah tampak cemas, pucat dan meringis menahan
sakit, tidak ada oedema dan pembengkakan pada wajah, konjungtiva mata anemis,
tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, limfe dan venajugularis, payudara tampak
simetris, abdomen tidak ada bekas operasi, terdapat massa pada kiri bawah perut ibu
dan adanya nyeri tekan, genetalia tampak lembab tidak ada oedema dan nyeri tekan
2) Pemeriksaan penunjang: Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Hb 8,9g/dl
dan hasil USG tampak uterus membesar, kontur abnormal dengan gambaran massa
amp/12jam/IV.
C. Analisa Data
1. Risiko syok b/d hipoksia d.d Adanya darah yang keluar begitu banyak dari jalan lahir
2. Risiko jatuh b/d anemia d.d konjunctiva mata anemis, Hb rendah 8,9g/dL (D.0143)
3. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis d.d pasien tampak meringis (hasil USG tampak
uterus membesar, kontur abnormal dengan gambaran massa lobulated pada adnexa kiri
4. Ansietas b/d krisis situasional d.d pasien tampak cemas, gelisah (D.0080)
No SLKI SIKI
1. Setelah dilakukan Pemantauan Cairan (1.03121)
tindakan keperawatan
Observasi
selama 1x24 jam
1. Monitor frekuensi napas
“Tingkat Syok
(L.03032)” membaik, 2. Monitor tanda-tanda hipovolemia (mis; frekuensi nadi
dengan kriteria hasil:
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
1. Saturasi oksigen
tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun,
meningkat (5)
2. Pucat (menurun) membrane mukosa kering, volume urin menurun,
3. Tekanan darah
hematocrit menignkat, haus, lemah, konsentrasi urine
sistolik membaik
meningkat, berat badan menurun dalam waktu singkat)
(5)
4. Tekanan darah 3. Identifikasi factor risiko ketidakseimbangan cairan (mis;
diastolic membaik
prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan)
(5)
Terapeutik
5. Tekanan nadi
membaik (5) 1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi
pasien
Edukasi
risiko
Edukasi
bahaya lingkungan
3. Setelah dilakuakan Manajemen Nyeri (1.08238)
tindakan keperawatan Observasi
1x24 jam di harapakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
”Tingkat nyeri kualitas, intensitas nyeri
(L.08066)” menurun 2. Identifikasi skala nyeri
dengan keriteral hasil: 3. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan
1. Kemampuan nyeri
menuntaskan 4. Monitor efek samping penggunaan analgetik
aktivitas Terapeutik
meningkat (5) 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
2. Keluhan nyeri nyeri (hypnosis, akupresur, TENS, terapi music,
menurun (5) aromaterapi, terapi pijat dll)
3. Gelisah menurun 2. Fasilitasi istirahat dan tidur
(5) Edukasi
4. Frekuensi nadi 1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
membaik (5) 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
5. Tekanan darah 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
membaik (5) 4. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4. Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (1.09314)
tindakan keperawatan Observasi
selama 1x24 jam 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (kondisi, waktu,
“Tingkat Ansietas stressor)
(L.09093)” menurun Terapeutik
dengan kriteria hasil: 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
3. Verbalisasi kepercayaan
khawatir akibat 2. Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan
kondisi yang penuh perhatian
dihadapi menurun 3. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
(5) Edukasi
4. Keluhan pusing 1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
menurun (5) dialami
5. Perilaku gelisah 2. Anjurkan mengungkapkan perasaaan dan persepsi
(5) 3. Latih teknik relaksasi
6. Frekuensi nadi Terapi Relaksasi (1.09326)
menurun (5) Observasi
7. Pucat menurun (5) 1. Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu
kemampuan kognitif
2. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah
dan suhu sebelum dan sesudah latihan
3. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman
2. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan
berirama
3. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunang dengan
analgetik atau tindakan medis lain
Edukasi
1. Anjurkan mengambil posisi nyaman
2. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
3. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang
dipilih
4. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (napas dalam,
peregangan, atau imajinasi terbimbing)
Daftar Pustaka
Arifint H,Wagey W.,F, M Tendean H. (2019). Karakteristik Penderita Mioma Uteri di RSUP
Prof. DR. R.D. Kandou Manado. Jurnal Medik dan Rehabilitasi, 1 (3).
Sistem Reproduksi pada Ny “S” dengan Mioma Submukosa di RSUD Syekh Yusuf
Lubis N.,P. (2020). Diagnosis dan Tatalaksana Mioma Uteri. CDK, 47 (3), 284.
Nilasari N, Kharisma B, Putri A. (2020). Resiko Terjadinya Mioma Uteri antara Usia
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,