Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN MIOMA UTERI DI RUANG KHADIJAH RS ISLAM

AISYIYAH MALANG

DEPARTEMEN

KEPERAWATAN MATERNITAS

OLEH :

Mega Dwi Anggraeni

201920461011089

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN MIOMA UTERI DI RUANG KHADIJAH RS ISLAM

AISYIYAH MALANG

DEPARTEMEN

KEPERAWATAN MATERNITAS

KELOMPOK 11

NAMA: Mega Dwi Anggraeni

NIM: 201920461011089

TGL PRAKTEK/MINGGU KE : 7 September/ MINGGU Ke 3

Malang, 7 September 2020


Mahasiswa, Pembimbing,

(Mega Dwi Anggraeni) (Ririn Harini M.Kep.)


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2
LEMBAR PENILAIAN...........................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN...................................................................5
A. Definisi................................................................................................................5
B. Etiologi................................................................................................................5
C. Epidemologi........................................................................................................5
D. Tanda dan Gejala.................................................................................................5
E. Patofisologi.........................................................................................................5
F. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................5
G. Penatalaksanaan..................................................................................................5
H. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS PADA KASUS)..................................5
I. Diagnosa Keperawatan (SDKI)...........................................................................5
J. Luaran Keperawatan (SLKI)...............................................................................5
K. Intervensi Keperawatan (SIKI)...........................................................................5
L. Daftar Pustaka.....................................................................................................5
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................6
A. CASE REPORT..................................................................................................6
B. Pengkajian (Focus Assesement)..........................................................................6
C. Analisa Data........................................................................................................6
D. Diagnosa Keperawatan (SDKI)...........................................................................6
E. Luaran Keperawatan (SLKI)...............................................................................6
F. Luaran Keperawatan (SIKI)................................................................................6
BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING)...7
A. Masalah Keperawatan.........................................................................................7
B. Intervesi by Evidence Based Nursing (Journal)..................................................7
C. Daftar Pustaka (Sumber Reference)....................................................................7
BAB IV. DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL (DOPS)..................8
1. Judul Tindakan Keperawatan..............................................................................8
2. Judul Tindakan Keperawatan..............................................................................8
3. Judul Tindakan Keperawatan..............................................................................8
4. Judul Tindakan Keperawatan..............................................................................8
5. Judul Tindakan Keperawatan..............................................................................8
BAB V. MEET THE EXPERT (MTE).................................................................10
Daftar Pustaka........................................................................................................11
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel jaringan

otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen, dengan ciri bulat, keras berwarna merah

muda pucat, umumnya berlokasi pada korpus uteri (Astuti, Al Kautzar M.,A,

Darmawansyih, 2020). Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan

pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri

jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat berdampak

karena mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus spontan, persalinan

prematur dan malpresentasi (Arifint H,Wagey W.,F, M Tendean H, 2019).

B. Etiologi

Penyebab pasti terjadinya mioma masih belum diketahui hingga saat ini. Meski

begitu, pertumbuhan mioma sangat erat kaitannya dengan produksi hormon estrogen.

Mioma menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi, yaitu saat

pengeluaran estrogen tinggi, sehingga cenderung membesar saat wanita sedang hamil dan

mengecil saat wanita memasuki masa menopause. Beberapa penelitian lain juga

menjelaskan bahwa masing-masing mioma dapat timbul dari satu sel ganas yang berada di

antara otot-otot polos di dalam rahim seorang wanita (Arifint H, Freddy.W, Wagey, Tendean

M.,H, 2019). Menurut (Lubis, 2020) Mioma uteri terjadi karena disebabkan abrnomalitas

gen yang bermutasi genetik HMG1, HMG1-C, HMG1 (Y) HMGA2, COL4A5, COL4A6,

dan MEDI2.2 Kelainan kromosom terjadi akibat gangguan translokasi kromosom 10, 12,

dan 14, delesi kromosom 3 dan 7 serta aberasi kromosom 6.1,2.


C. Faktor Risiko

Kejadian mioma uteri dilatarbelakangi oleh sejumlah faktor risiko, antara lain:

faktorendogen tubuh, misalnya ras, usia, pola hidup sedentair, faktor diet dan obesitas,

pengaruh siklus haid, dan status paritas serta penyakit komorbid. Faktor – faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan tumor, disamping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen,

progesteron dan human growth hormone.

1. Estrogen.

Mioma uteri dijumpai setelah manarke. Sering kali terdapat pertumbuhan tumor yang

cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada

saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya

yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari

payudara (14,8%), adenomyosis (16,5 %) dan hiperplasia endometrium (9,3%). Mioma

uteri banyak ditemukan barsamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita denagn

sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen

kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktif enzim ini berkurang pada jaringan

miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada

miometrium normal.

2. Progesteron

Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat

pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan

menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.

3. Hormon pertumbuhan

Level hormon peryumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai
struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini, memberi kesan

bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan mungkin merupakan

hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.

Faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu

1. Umur

Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada

wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis

antara 35-45 tahun.

2. Paritas

Lebih sering terjadi pada nulipara atau wanita yang relatif intertil, tetapi sampai saat ini

belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma

uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling

mempengaruhi.

3. Faktor ras dan ginetik

Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri

tinggi. Terlepasnya dan faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat

keluarga, ada yang menderita mioma. (Bobak, 2004). Belum diketahui secara pasti, tetapi

asalnya disangka dari sel – sel otot yang belum matang. Di sangka bahwa estrogen

mempunyai peranan penting, tetapi dengan teori ini sukar diterangkan apa sebabnya pada

seorang wanita estrogen pada nulipara, faktor keturunan juga berperan mioma uteri terdiri

dari otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul.

Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifat degeneratif karena

berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Perubahan sekunder meliputi atrofi,


degenerasi hialin, degenerasi kistik, degerasi membantu, marah, lemak.

4. Fungsi ovarium

Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana

uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah pertumbuhan epidermal dan insulin –

like growth kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause. Pemberian agonis

GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran

mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon

mediasi dengan oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat

bukti peningkatan produksi reseptor progesterone, faktor – faktor yang distimulasi oleh

estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasikan

oleh estrogen lebih banyak pada mioma dari pada miomatrium normal mungkin penting

pada perkembangan mioma. Namun bukti – bukti masih kurang menyakinkan karena

tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang

disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang – kadang berkembang setelah menopause

bahkan setelah oforektomi bilateral pada usia dini (Nilasari N, Kharisma B, Putri A,

2020).

D. Patofisiologi

Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan lambat

laun membesar karena pertumbuhan, miometrium mendesak menyusun semacam

pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu

mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh intramural

dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada

dinding depan uterus mioma dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong
kandung kemih keatas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi (Arifint H,Wagey W.,F,

M Tendean H, 2019).

Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat, berbatas

tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran kumparan yang khas. Tumor

mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran

berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada ukuran

uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak tepat di

bawah endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa). Terakhir

membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari mana tumor

tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan diri dari uterus untuk

menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan fokus

nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopause

tumor menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi (Arifint H,Wagey W.,F, M

Tendean H, 2019).
Teori genoblast,yaitu adanya
Pathway rangsangan estrogen pada sel-sel otot
imatur pada sel nest di myometrium

Mutasi somatic sel-sel myometrium

Perubuhan kromosom

Mioma uteri

Disregulasi dari Reseptor Menstruasi Massa di Perubahan


drowth factor local estrogen Mioma uterus bentuk
dan angiogenesis meningkat pendunkulata, rahim
menyimpang Estrogen
dilatasi serviks
meningkat
karena mioma
Pengikatan Penyumbatan
Pola perdarahan submukosa,car
estradiol pangkal saluran
abnormal Paparan neos
telur
estrogen degeneration
pada
kehamilan Sel telur sult
Perubahan vaskularisasi bertemu
endometrium sperma

Nyeri: nyeri
Obstruksi kronis

Ektasia vena
Gg. Sirkulasi Usus Rectum
endometrium Vesika urinari
darah ke
organ
Proksimal kongesti di reproduksi Motilitas
Frekuensi miksi
endometrium dan miometrium usus turun
meninkat
Mengganggu
Perdarahan berlebihan pematangan Konstipasi Gg. Eliminasi
sel telur urin
pra op
Operasi
Post op
Suplai darah turun Risiko
syok Informasi tidak
adekuat Terputusnya jaringan kulit
Anemia Lemas Terpapar agen
Kurangnya infeksius Robekan pada
pengetahuan jaringan saraf perifer
Intoleransi aktivitas
Resiko infeksi
Ansietas Nyeri akut
E. Klasifikasi

Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka tumbuh.

Klasifikasinya sebagai berikut :

1. Mioma Uteri Subserosa

Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula

sebagai satu masa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke

arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma

intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritonial sebagai suatu

masa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mensenterium disekitarnya menyebabkan

sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin

mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor

yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.

2. Mioma Uteri Intramural

Berubah sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak

karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh

sebagai mioma subserosa dan kadang – kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot

rahim dapat besar, dapat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).

3. Mioma Uteri Submukosa

Terletak dibawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma bertangkai

dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi atau

infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruang rahim. Dari sudut klinik mioma uteri

submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain.

Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi
sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa

walaupun hanya kecil selalu memberi keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan

sulit berhenti sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi. ( Arifint H,Wagey W.,F,

M Tendean H, 2019).

F. Manifestasi Klinis

1. Perdarahan abnormal, merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk

perdarahan yang ditemukan berupa : menoragi, metroragi, dan hipermenorrhea.

Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini dapat

dijelaskan oleh karena bertambahnya area permukaan dari endomertium yang

menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim, distorsi dan kongesti dari pembuluh darah

disekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.

2. Penekanan rahim membesar :

• Terasa berat di abdomen bagian bawah

• Gejala traktus urinarius : urine frekuensi, retensi urine, obstruksi ureter dan

hidronefrosis.

• Gejala intertinal : konstipasi dan obstruksi intestinal.

• Terasa nyeri karena tertekannya saraf.

3. Nyeri dapat disebabkan oleh :


• Penekanan saraf.

• Torsi bertangkai

• Submukosa mioma terlahir

• Infeksi pada mioma

4. Infertilitasi, akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di cornu.

Perdarahan kontinyu pada pasien dengan mioma submukosa dapat menghilang

implantasi. Terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran prematur pada pasien

dengan mioma intramural dan submukosa.

5. Kongesti vena, disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan edema ekstremitas

bawah, hemorrhoid, nyeri dan dyspareunia.

6. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.

Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling memepengaruhi :

1. Kehamilan dapat mempengaruhi keguguran

2. Persalinan prematurnitas.

3. Gangguan proses persalinan.

4. Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas

5. Pada skala III dapat terjadi gangguan pelepasan plasenta dan pendarahan.

Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran. Pengaruh

kehamilan dan persalinan pada mioma uteri :

1. Cepat bertambah besar, mungkin karena pengaruh hormon estrogen yang meningkat

dalam kehamilan.

2. Degenerasi merah dan degenerasi karnosa : tumor menjadi lebih lunak, berubah bentuk,

dan warna merah. Bisa terjadi gangguan sirkulasi sehingga terjadi pendarahan.
3. Mioma subserosa yang bertangkai oleh desakan uterus yang membesar atau setelah bayi

lahir, terjadi torsi (terpelintir) pada tangkainya, torsi menyebabkan gangguan sirkulasi

dan nekrosis pada tumor. Wanita hamil merasa nyeri yang hebat pada perut (abdomen

akut).

4. Kehamilan dapat mengalami keguguran

5. Persalinan prematuritas.

6. Gangguan proses persalinan.

7. Tertutupnya saluran indung telur sehingga menimbulkan infertilitas.

8. Pada skala III dapat terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.

9. Mioma yang lokasinya dibelakang dapat terdesak ke dalam kavum douglasi dan terjadi

inkaserasi (Lubis, 2020)

G. Pemeriksaan penunjang

1. Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan

endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi

dengan Computerized Tomografi Scanning (CT scan) ataupun Magnetic Resonance

Image ( MRI), tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal.

2. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP) pemeriksaaan ini penting

untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.

3. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan

infertilitas.

4. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.

5. Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar hemoglobin

dan hematokrit serta jumlah leukosit.


6. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin, karena bisa membantu

dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena kehamilan atau oleh

karena adanya suatu mioma uteri yang dapat menyebabkan pembesaran uterus

menyerupai kehamilan (Nilasari N, Kharisma B, Putri A, 2020).

H. Penatalaksanaan

Penatalaksaaan mioma uteri atau tumor jinak otot rahim mencakup observasi,

medikamentosa, atau pembedahan.

1. Observasi

Observasi dilakukan jika pasien tidak mengeluh gejala apapun karena diharapkan saat

menopause, volume tumor akan mengecil

2. Medikamentosa

Diberikan untuk mengurangi perdarahan, mengecilkan volume tumor, dan sebagai

prosedur pre-operatif.

a) Agonis Gonadotropine Releasing Hormone (GnRH)

Mekanisme kerjanya adalah melalui down regulation reseptor GnRH, sehingga terjadi

penurunan produksi FSH dan LH yang akan menurunkan produksi estrogen. Obat ini

direkomendasikan pada mioma jenis submukosa. Durasi pemberian yang dianjurkan

adalah selama 3-6 bulan; pemberian jangka panjang >6 bulan harus dikombinasi

dengan progesteron dengan atau tanpa estrogen. Pada pemberian awal bisa terjadi

perburukan keluhan akibat efek samping obat.1 Analog GnRH juga dapat digunakan

pre-operatif selama 3-4 bulan sebelum pembedahan.


b) Preparat Progesteron

Preparat progesteron antara lain antagonis progesteron atau selective progesterone

receptor modulator (SPRM). Suatu studi prospektif acak menyimpulkan bahwa

pemberian mifepristone 25 mg sehari selama 3 bulan akan menurunkan ukuran tumor

sebesar 40%. Ukuran tumor menurun jauh lebih besar, sebesar 50%, pada pemberian

ulipristal 10mg dengan durasi pengobatan yang sama.10 Berdasarkan

farmakodinamikanya, golongan obat ini juga digunakan pre-operatif. Kemudian,

setelah 2-4 siklus pengobatan dianjurkan menggunakan levonorgestrelintrauterine

devices (LNG IUS) untuk mencegah relaps.8 IUD jenis ini juga direkomendasikan

sebagai terapi mioma intramural.5

c) Aromatase Inhibitor

Aromatase inhibitor terbagi dua jenis, yaitu aromatase inhibitor kompetitif yakni

anastrazole dan letrozole, dan senyawa inaktivator yakni exemestane. Kerja keduanya

hampir sama yakni menghambat proses aromatisasi yang merupakan dasar patogenesis

mioma.1 Kelebihan obat ini adalah tidak ada efek tromboemboli yang dapat menjadi

kausa mortalitas.

d) Asam Traneksamat

Asam traneksamat berfungsi membantu mengatasi perdarahan.4 Durasi pemberian

adalah selama 3-4 hari dalam sebulan.

e) NSAID

Golongan NSAID digunakan untuk mengurangi nyeri dan perdarahan.


3. Pembedahan

Jenis pembedahan mencakup histerektomi dan miomektomi. Pilihan operasi disesuaikan

dengan kondisi dan keinginan pasien.

a) Histerektomi

Direkomendasikan untuk pasien berusia di atas 40 tahun dan tidak berencana memiliki

anak lagi. Histerektomi dapat dilakukan dengan metode laparotomi, mini laparotomi,

dan laparoskopi. Histerektomi vagina lebih dipilih karena komplikasi lebih rendah

serta durasi hospitalisasi lebih singkat.4,11

b) Miomektomi

Miomektomi direkomendasikan pada pasien yang menginginkan fertility sparing.

Miomektomi dapat dengan teknik laparotomi, mini laparotomi, laparoskopi, dan

histeroskopi. Teknik laparotomi dan mini laparotomy adalah tindakan yang paling

sering dilakukan, sedangkan laparoskopi paling jarang dilakukan karena lebih sulit.

Histeroskopi direkomendasikan pada mioma submukosa dengan ukuran tumor <3 cm

yang 50%-nya berada dalam rongga rahim dan pada mioma multipel.3,9 Akan tetapi,

komplikasi perdarahan pada teknik ini lebih besar disbanding histerektomi. Selain

pembedahan, juga digunakan teknik non-invasif radioterapi, yakni embolisasi dan

miolisis.4,9,11

c) Embolisasi Arteri Uterina

Metode ini dilakukan dengan embolisasi melalui arteri femoral komunis untuk

menghambat aliran darah ke rahim. Efek yang diharapkan adalah iskemia dan nekrosis

yang secara perlahan membuat sel mengecil. Teknik ini direkomendasikan pada pasien

yang menginginkan anak dan menolak transfusi, memiliki penyakit komorbid, atau
terdapat kontraindikasi operasi. Di sisi lain, teknik ini dikontraindikasikan pada

kehamilan, jika terdapat infeksi arteri atau adneksa dan alergi terhadap bahan

kontras.4,9

d) Miolisis/Ablasi Tumor

Teknik ini bekerja langsung menghancurkan sel tumor dengan media radiofrekuensi,

laser, atau Magnetic Resonance Guided Focused Ultrasound Surgery (MRgFUS).

Metode terakhir menggunakan gelombang ultasonik intensitas tinggi yang diarahkan

langsung ke sel tumor. Gelombang ini akan menembus jaringan lunak dan

menyebabkan denaturasi protein, iskemia, dan nekrosis koagulatif. Teknik ini tidak

direkomendasikan pada mioma uteri saat kehamilan (Lubis, 2020)

I. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS PADA KASUS)

Pengkajian

1. Anamnesa

a. Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status

pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.

b. Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan keluarga,

pekerjaan, alamat.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri, misalnya timbul

benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama. Kadang-kadang disertai gangguan

haid

b. Riwayat penyakit sekarang


Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan pengkajian, seperti

rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah

dan adapun yang yang perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas

nyeri, waktu dan durasi serta kualitas nyeri.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis pengobatan yang

dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan penggunaan obat-obatan, tanyakan

tentang riwayat alergi, tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu,

penggunaan alat kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.

d. Riwaya Penyakit Keluarga

Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga mempunyai penyakit

keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan

riwayat kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental.

e. Riwayat Obstetri

Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang perlu diketahui

adalah

1) Keadaan haid

Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak

pernah ditemukan sebelum menarhe dan mengalami atrofi pada masa menopause.

2) Riwayat kehamilan dan persalinan

Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana mioma uteri tumbuh

cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ini

dihasilkan dalam jumlah yang besar.


f. Faktor Psikososial

1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor- faktor budaya

yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien mioma uteri, dan

tanyakan mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien

mioma uteri.

2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri, peran diri,

personal identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan terhadap orang lain atau

tetangga, kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri,

mekanisme pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan orang

lain.

g. Pola Kebiasaan sehari-hari

Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus dikaji adalah

frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang terjadi.

h. Pola eliminasi

Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir. Sedangkan pada

BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.

i. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain

Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan frekwensinya,

tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian, eliminasi, makan minum,

mobilisasi

j. Pola Istirahat dan Tidur

Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan malam hari,

masalah yang ada waktu tidur.


3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri

b. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.

c. Pemeriksaan Fisik Head to toe

1) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.

2) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris

3) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya pembengkakan konka

nasal/tidak

4) Telinga : lihat kebersihan telinga.

5) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan rongga mulut,

lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.

6) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya pembengkakan kelenjar

getah bening/tidak.

7) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi, ketiak

dan abdomen.

8) Abdomen

Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,

Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen

Perkusi: timpani, pekak

Auskultasi: bagaimana bising usus

9) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada ekstremitas atas dan

bawah pasien mioma uteri


10) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi, perdarahan diluar siklus

menstruasi.

J. Diagnosa Keperawatan (SDKI)

Pre op

- Nyeri kronis b/d penekanan saraf (D.0078)

- Gangguan eliminasi urin b/d iritasi kandung kemih (D.0040)

- Konstipasi b/d penurunan motalitas gastrointestinal (D.0049)

- Intoleransi aktivitas b/d kelemahan (D.0056)

- Risiko syok b/d hipotensi (D.0039)

Post op

- Nyeri akut b/d agen pencedera fisik (operasi) (D.0077)

- Risiko infeksi b/d efek prosedur invasive (D.0142)

K. Luar Keperawatan (SLKI)

Pre op

- Nyeri kronis: Luaran utama adalah tingkat nyeri (L.08066)

- Gangguan eliminasi urin: Luaran utama adalah eliminasi urine (L.04034)

- Konstipasi: Luaran utama adalah eliminasi fekal (L.04033)

- Intoleransi aktivitas: Luaran utama adalah toleransi aktivitas (L.05047)

- Risiko syok: Luaran utama adalah tingkat syok (L.03032)

Post op

- Nyeri akut: Luaran utama adalah tingkat nyeri (L.08066)

- Risiko infeksi: Luaran utama adalah tingkat infeksi (L.14137)

L. Intervensi Kperawatan (SIKI)


Pre op

- Nyeri kronis: Intervensi utama adalah manajemen nyeri, perawatan kenyamanan dan

terapi relaksasi

- Gangguan eliminasi urin: Intervensi utama adalah dukungan perawatan diri: BAB/BAK

dan manajemen eliminasi urine

- Konstipasi: Intervensi utama adalah manajemen eliminasi fekal dan manajemen

konstipasi

- Intoleransi aktivitas: Intervensi utama adalah manajemen energy dan terapi aktivitas

- Risiko syok: Intervensi utama adalah pencegahan syok dan pemantauan cairan

Post op

- Nyeri akut: Intervensi utama adalah manajemen nyeri dan pemberian analgesic

- Risiko infeksi: Intervensi utama adalah manajemen imunisasi/ vaksinasi dan pencegahan

infeksi
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Case Report

Ny “S” usia 47 tahun datang ke RS pada tanggal 4 februari 2019 pukul 11:30 WITA
dengan keluhan nyeri perut bagian bawah disertai pengeluaran darah sejak 1 minggu yang
lalu sampai sekarang, selain itu ada kelainan lain yang menyertai ibu, pusing pada kepala
dan merasa lemas, Ibu mengatakan tidak ada riwayat keturunan, data yang diperoleh dari
hasil pengkajian atau anamnesa pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital: TD: 100/80
mmHg, RR: 20x/menit, Nadi: 110x/menit, suhu: 36,5ͦ. Ekspresi wajah tampak cemas, pucat
dan meringis menahan sakit, tidak ada oedema dan pembengkakan pada wajah, konjungtiva
mata anemis, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, limfe dan venajugularis, payudara
tampak simetris, abdomen tidak ada bekas operasi, terdapat massa pada kiri bawah perut ibu
dan adanya nyeri tekan, genetalia tampak lembab tidak ada oedema dan nyeri tekan. Dan
pada pemeriksaan laboratorium Hb 8,9g/dl dan hasil USG tampak uterus membesar, kontur
abnormal dengan gambaran massa lobulated pada adnexa kiri tampak massa kistik, ukuran
±5x6,5 cm, tidak ada cairan bebas. Diagnose medis mengatakan ibu menderita mioma uteri
submukosa
Pada beberapa data menunjukkan situasi emergensi, perlu bertindak segera demi
keselamatan ibu. Beberapa data menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera
sementara menunggu instruksi dokter Adanya nyeri perut dan keluarnya darah yang banyak
dari jalan lahir disertai dengan gumpalan-gumpalan dapat menyebabkan infeksi apabila tidak
ditangani dengan segera. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan selanjutnya
yaitu penatalaksanaan pemberian cairan infus RL, rencana operasi pada tanggal 6 februari
2019 dan penatalaksanaan pemberian obat. Pada Ny”S” dilakukan tindakan dengan
pemasangan infus dengan cairan RL dengan 28 tetes/menit dan penatalaksanaan pemberian
obat injeksi cefotaxime/ 12 jam/IV, asam Tranexamat/8 jam/IV, ketorolac 1amp/8jam/IV,
ranitidin 1amp/8Jam/IV, dexametazone 1 amp/12jam/IV.
B. Pengkajian (Focus Assesement)

1. Identitas

Identitas pasien, meliputi:

Nama: Ny.S

Jenis kelamin: Perempuan

Usia: 47 Tahun

2. Keluhan Utama

1) Keluhan utama saat masuk rumah sakit :


Pasien mengatakan nyeri perut bagian bawah

2) Keluhan utama saat pengkajian :

Pasien mengatakan nyeri perut bagian bawah disertai pengeluaran darah sejak 1

minggu yang lalu sampai sekarang, selain itu pusing pada kepala dan merasa lemas,

3. Diagnosa Medis

Mioma uteri submukosa

4. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat penyakit sekarang

Pasien Ny.S datang ke RS mengeluh nyeri perut bagian bawah disertai pengeluaran

darah sejak 1 minggu yang lalu sampai sekarang, terdapat massa pada kiri bawah perut

ibu dan adanya nyeri tekan

2) Riwayat penyakit yang lalu

TT.

3) Riwayat penyakit keluarga

Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan

klien maupun penyakit menurun

5. Riwayat keperawatan klien

1) Pemeriksaan fisik: didapatkan data TD: 100/80 mmHg, RR: 20x/menit, Nadi:

95x/menit, suhu: 36,5ͦ. Ekspresi wajah tampak cemas, pucat dan meringis menahan

sakit, tidak ada oedema dan pembengkakan pada wajah, konjungtiva mata anemis,

tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, limfe dan venajugularis, payudara tampak

simetris, abdomen tidak ada bekas operasi, terdapat massa pada kiri bawah perut ibu

dan adanya nyeri tekan, genetalia tampak lembab tidak ada oedema dan nyeri tekan
2) Pemeriksaan penunjang: Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Hb 8,9g/dl

dan hasil USG tampak uterus membesar, kontur abnormal dengan gambaran massa

lobulated pada adnexa kiri tampak massa kistik, ukuran ±5x6,5 cm

3) Tindakan dan terapi: pemasangan infus dengan cairan RL 28 tetes/menit dan

penatalaksanaan pemberian obat injeksi cefotaxime/ 12 jam/IV, asam Tranexamat/8

jam/IV, ketorolac 1amp/8jam/IV, ranitidin 1amp/8Jam/IV, dexametazone 1

amp/12jam/IV.

C. Analisa Data

Data (Tanda mayor & minor) Penyebab Masalah Diagnosa


Keperawatan Keperawatan
DS: Pasien mengatakan nyeri perut Agen Nyeri akut Nyeri akut b/d
bagian bawah disertai pengeluaran darah pencedera agen pencedera
sejak 1 minggu yang lalu sampai fisiologis fisiologis d.d
sekarang, selain itu pusing pada kepala pasien tampak
DO: meringis (hasil
- Tampak meringis menahan sakit USG tampak
- Bersikap protektif uterus
- Gelisah, cemas membesar,
- Frekuensi nadi meningkat kontur abnormal
(110x/menit) dengan
- Terdapat massa pada kiri bawah perut gambaran massa
ibu dan adanya nyeri tekan (Hasil lobulated pada
USG tampak uterus membesar, kontur adnexa kiri
abnormal dengan gambaran massa tampak massa
lobulated pada adnexa kiri tampak kistik, ukuran
massa kistik, ukuran ±5x6,5 cm) ±5x6,5cm)
(D.0077)
DS: Pasien mengatakan cemas dengan Krisis Ansietas Ansietas b/d
penyakit yang dihadapi saat ini dan situasional krisis situasional
mengeluhkan pusing d.d pasien
DO: tampak cemas,
- Tampak gelisah gelisah (D.0080)
- Tampak tegang
- Frekuensi nadi meningkat
(110x/menit)
DS: Pasien mengeluh nyeri perut bagian Hipoksia Risiko syok Risiko syok b/d
bawah hipoksia d.d
DO: Adanya darah
- Terlihat massa di perut bagian bawah yang keluar
dan adanya darah yang keluar banyak begitu banyak
dari jalan lahir disertai dengan dari jalan lahir
gumpalan-gumpalan disertai dengan
- Hb rendah (Hb 8,9g/dl) gumpalan-
gumpalan
(D.0039)
DS: Pasien mengeluh lemas Anemia Risiko jatuh Risiko jatuh b/d
DO: anemia d.d
- Pucat, konjunctiva mata anemis konjunctiva
- Hb rendah (Hb 8,9g/dl) mata anemis, Hb
- TD rendah (100/80mmHg) rendah 8,9g/dL
(D.0143)

D. Diagnosa Keperawatan (SDKI)

1. Risiko syok b/d hipoksia d.d Adanya darah yang keluar begitu banyak dari jalan lahir

disertai dengan gumpalan-gumpalan (D.0039)

2. Risiko jatuh b/d anemia d.d konjunctiva mata anemis, Hb rendah 8,9g/dL (D.0143)
3. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis d.d pasien tampak meringis (hasil USG tampak

uterus membesar, kontur abnormal dengan gambaran massa lobulated pada adnexa kiri

tampak massa kistik, ukuran ±5x6,5cm) (D.0077)

4. Ansietas b/d krisis situasional d.d pasien tampak cemas, gelisah (D.0080)

E. Luaran Keperawatan (SLKI), Intervensi Keperawatan (SIKI)

No SLKI SIKI
1. Setelah dilakukan Pemantauan Cairan (1.03121)
tindakan keperawatan
Observasi
selama 1x24 jam
1. Monitor frekuensi napas
“Tingkat Syok
(L.03032)” membaik, 2. Monitor tanda-tanda hipovolemia (mis; frekuensi nadi
dengan kriteria hasil:
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
1. Saturasi oksigen
tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun,
meningkat (5)
2. Pucat (menurun) membrane mukosa kering, volume urin menurun,
3. Tekanan darah
hematocrit menignkat, haus, lemah, konsentrasi urine
sistolik membaik
meningkat, berat badan menurun dalam waktu singkat)
(5)
4. Tekanan darah 3. Identifikasi factor risiko ketidakseimbangan cairan (mis;
diastolic membaik
prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan)
(5)
Terapeutik
5. Tekanan nadi
membaik (5) 1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi

pasien

2. Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


2. Setelah dilakukan Manajemen Keselamatan Lingkungan (1.14513)
tindakan keperawatan
selama 1x24 jam Observasi
“Tingkat Jatuh
1. Identifikasi kebutuhan keselamatan (fungsi kogntif,
(L.14138)” menurun,
kondisi fisik dan riwayat perilaku)
dengan kriteria hasil:
1. Jatuh dari tempat 2. Monitor perubahan status keselamatan lingkungan
tidur menurun (5)
Terapeutik
2. Jatuh saat berdiri
1. Hilangkan bahaya lingkungan (fisik, biologi, kimia), jika
menurun (5)
3. Jatuh saat berjalan memungkinkan
menurun (5)
2. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan

risiko

3. Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (commade

chair dan pegangan tangan)

4. Gunakan perangkat pelindung (pengekangan fisik, rel

samping, pintu terkunci, pagar)

5. Fasilitasi lingkungan yang aman

Edukasi

1. Ajarkan individu, keluarga, dan kelompok risiko tinggi

bahaya lingkungan
3. Setelah dilakuakan Manajemen Nyeri (1.08238)
tindakan keperawatan Observasi
1x24 jam di harapakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
”Tingkat nyeri kualitas, intensitas nyeri
(L.08066)” menurun 2. Identifikasi skala nyeri
dengan keriteral hasil: 3. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan
1. Kemampuan nyeri
menuntaskan 4. Monitor efek samping penggunaan analgetik
aktivitas Terapeutik
meningkat (5) 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
2. Keluhan nyeri nyeri (hypnosis, akupresur, TENS, terapi music,
menurun (5) aromaterapi, terapi pijat dll)
3. Gelisah menurun 2. Fasilitasi istirahat dan tidur
(5) Edukasi
4. Frekuensi nadi 1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
membaik (5) 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
5. Tekanan darah 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
membaik (5) 4. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4. Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (1.09314)
tindakan keperawatan Observasi
selama 1x24 jam 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (kondisi, waktu,
“Tingkat Ansietas stressor)
(L.09093)” menurun Terapeutik
dengan kriteria hasil: 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
3. Verbalisasi kepercayaan
khawatir akibat 2. Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan
kondisi yang penuh perhatian
dihadapi menurun 3. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
(5) Edukasi
4. Keluhan pusing 1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
menurun (5) dialami
5. Perilaku gelisah 2. Anjurkan mengungkapkan perasaaan dan persepsi
(5) 3. Latih teknik relaksasi
6. Frekuensi nadi Terapi Relaksasi (1.09326)
menurun (5) Observasi
7. Pucat menurun (5) 1. Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu
kemampuan kognitif
2. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah
dan suhu sebelum dan sesudah latihan
3. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman
2. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan
berirama
3. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunang dengan
analgetik atau tindakan medis lain
Edukasi
1. Anjurkan mengambil posisi nyaman
2. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
3. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang
dipilih
4. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (napas dalam,
peregangan, atau imajinasi terbimbing)
Daftar Pustaka

Arifint H,Wagey W.,F, M Tendean H. (2019). Karakteristik Penderita Mioma Uteri di RSUP

Prof. DR. R.D. Kandou Manado. Jurnal Medik dan Rehabilitasi, 1 (3).

Astuti, Al Kautzar M.,A, Darmawansyih. (2020). Manajemen Asuhan Kebidanan Gangguan

Sistem Reproduksi pada Ny “S” dengan Mioma Submukosa di RSUD Syekh Yusuf

Gowa. Jurnal Midwifery, 2 (1).

Lubis N.,P. (2020). Diagnosis dan Tatalaksana Mioma Uteri. CDK, 47 (3), 284.

Nilasari N, Kharisma B, Putri A. (2020). Resiko Terjadinya Mioma Uteri antara Usia

Menikah dan Paritas. Jurnal Bidan Pintar, 1 (1).

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator

Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator

Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,

Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai