Anda di halaman 1dari 6

NAMA : SITI NOERFARIDHA SYARIF

NIM : 70600118030

LINK JURNAL / E-BOOK :


1. http://jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/download/3692/3388.
2. http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/967/843.
3. PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) DAN CLINICAL PATHWAY (CP)
PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH EDISI 1. 2016

JUDUL PENYAKIT : MITRAL STENOSIS

SKDI :2

DEFINISI1
Stenosis mitral (SM) merupakan suatu keadaan dimana terjadi gangguan aliran darah dari
atrium kiri melalui katup mitral menuju ke ventrikel kiri oleh karena obstruksi pada katup
mitral. Kelainan pada katup mitral menyebabkan gangguan pembukaan sehingga timbul
gangguan pengisian pada ventrikel kiri.

ETIOLOGI2
1. Bakteri streptokokus β-hemolitikus grup A (SBHGA)
2. Demam reumatik (DR) yang menyebabkan penyakit jantung reumatik (PJR) masih
menjadi penyebab utama terjadinya Stenosis mitral
3. Endokarditis reumatika

EPIDEMIOLOGI2
1. Jenis Kelamin
Pasien SM pada penelitian ini paling banyak berjenis kelamin perempuan (72,3%).
Berhubungan dengan faktor genetika atau kerentanan individu terhadap DR, serta
tingginya paparan bakteri streptokokus β-hemolitikus grup A (SBHGA) terhadap
perempuan, akibat besarnya keterlibatan perempuan dalam aktivitas mengasuh anak
karena angka kejadian DR sangatlah tinggi pada anak-anak.
2. Usia
Paling banyak berada dalam rentang usia 31-40 tahun (27,7%).
Serangan pertama demam reumatik akut terjadi paling sering antara umur 6 sampai 15
tahun.
3. Pekerjaan
Sebagian besar pasien yang tidak bekerja adalah ibu rumah tangga.
4. Negara-negara berkembang dimana tingkat kejadian DR masih tinggi.

FAKTOR RESIKO2

Tingginya kejadian Stenosis mitral di negara berkembang secara umum berhubungan


dengan keadaan sosioekonomi masyarakat yang cenderung rendah (kemiskinan,
overcrowding, malnutrisi, akses ke pelayanan kesehatan sulit), rendahnya pengetahuan,
pemahaman, dan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit, higienitas dan sanitasi
masyarakat yang kurang baik, serta kurangnya sumber daya, ataupun kualitas, di bidang
pelayanan kesehatan.
Di negara maju, Stenosis mitral lebih banyak disebabkan oleh penyebab degenerative,
cukup tingginya populasi imigran yang berasal dari negara dengan angka kejadian Penyakit
Jantung Rematik yang masih tinggi.

PATOMEKANISME2

Pada stenosis mitral akibat demam reumatik akan terjadi proses peradangan
(valvulitis) dan pembentukan nodul tipis di sepanjang garis penutupan katup. Proses ini akan
menimbulkan fibrosis dan penebalan daun katup, kalsifikasi, fusi komisura, fusi serta
pemendekan korda atau kombinasi dari proses tersebut. Keadaan ini akan menimbulkan
mengecilnya area katup mitral. Fusi dari komisura akan menimbulkan penyempitan dari
orifisium primer, sedangkan fusi dari korda mengakibatkan penyempitan dari orifisium
sekunder. Pada endokarditis reumatika, daun katup dan korda akan mengalami sikatrik dan
kontraktur bersamaan dengan pemendekan korda sehingga menimbulkan penarikan daun
katup.
Pada keadaan normal area katup mitral mempunyai ukuran 4-6 cm2. Bila orifisium
katup ini berkurang sampai 2 cm2, maka diperlukan upaya aktif atrium kiri berupa
peningkatan tekanan atrium kiri agar aliran transmitral yang normal tetap terjadi, untuk
mempertahankan curah jantung yang normal. Sebagai akibatnya kenaikan tekanan atrium kiri
akan diteruskan ke vena pulmonalis dan seterusnya mengakibatkan kongesti paru serta
keluhan sesak (exertional dyspnea). Derajat berat ringannya stenosis mitral, selain
berdasarkan gradien transmitral, dapat juga ditentukan oleh luasnya area katup mitral, serta
hubungan antara lamanya waktu antara penutupan katup aorta dan kejadian opening snap.
Bakteri streptokokus β-hemolitikus grup A (SBHGA) menyebabkan radang
tenggorokan yang selanjutnya akan menimbulkan respon inflamasi sistemik termasuk
didaerah katup. Respon inflamasi kemudian menimbulkan kerusakan hingga terjadi stenosis
katup mitral.

MANIFESTASI KLINIS3

1. Berdebar ( takikardia/ AF ),
2. Batuk darah,
3. Sesak nafas saat aktivitas,
4. Ortopnoe,
5. Paroxysmal nocturnal dyspnoe,,
6. Cepat lelah,
7. Gejala karena tromboemboli

PENEGAKAN DIAGNOSIS3

Kriteria diagnosis : Ekokardiografi untuk menilai derajat MS


1. Normal 4-6 cm2
2. Ringan > 1,5 cm2
3. Sedang 1-1,5 cm2
4. Berat < 1 cm2

Morfologi katup sesuai mitral rematik

Anamnesis berdasarkan manifestasi klinis


Pemeriksaan Fisik :
1. Facies mitral,
2. Palpasi: trill diastolik (thrill diastolic) diapeks
3. Auskultasi: S1 keras, opening snap, bising mid- diastolik, bising
pre-sistolik

Pemeriksaan Penunjang :
1. EKG : Memperlihatkan gambaran P mitral berupa takik (notching)
gelombang P dengan gambaran QRS yang masih nomal dan Right
Axis Deviation. Pada stenosis mitral reumatik, sering dijumpai
adanya fibrilasi atau flutter atritum.
2. Lab : Hb, Ht, Lekosit, MCH / MCHC /RDW, SGOT / SGPT,
Gamma GT,Ur, Cr, Asto, CRP, Albumin, globulin/protein
3. Rontgenthorax : Pembesaran atrium kiri serta pembesaran arteri
pulmonalis (terdapat hubungan bermakna antara besarnya ukuran
pembuluh darah dan resistensi vaskuler pulmonal), aorta yang relatif
kecil, pembesaran ventrikel kanan, perkapuran di daerah katup mitral
atau perikardium, pada paru-paru terlihat tanda-anda bendungan
vena.
4. Ekokardiografi Transthorakal/ Ekokardiografi Doppler : Modalitas
pilihan yang paling sensitif dan spesifik untuk diagnosis stenosis
mitral. Dapat mententukan gradien dari mitral, serta ukuran dari area
mitral dengan cara mengukur pressure half time" terutama bila
struktur katup sedemikian jelek karena kalsifikasi, sehingga
pengukuran dengan planimetri tidak mernungkinkan, Selain dari
pada itu dapat diketahui juga adanya regurgitasi mitral yang sering
menyertai stenosis mitral. Derajat berat ringannya stenosis mitral
berdasarkan eko Doppler ditentukan antara lain oleh gradient
transmitral, area katup mitral, serta hesarnya tekanan pulmonal.
Selain itu dapat juga ditentukan perubahan hemodinamik pada
latihan atau pemberian beban dengan dobutamin, sehingga dapat
ditentukan derajat stenosis pada kelompok pasien yang tidak
menunjukkan beratnya stenosis pada saat istirahat.
5. Ekokardiografi TransOesophageal : Pemeriksaan ekokardiografi
dengan menggunakan transduser endoskop, sehingga jendela
ekokardiografi akan lebih luas, terutama untuk struktur katup, atrium
kiri atau apendiks atrium. Ekokardiografi transesofagus lebih sensitif
mendeteksi trombus pada atriumi kiri atau terutama apendiks atrium
kiri. Selama ini eko transesofageal bukan merupakan prosedur rutin
puada stenosis mitral, namun ada prosedur valvulotomi balon utau
pertimibangan antikoagulan sebaiknya dilakukan.
6. Angiografi Koroner (usia >40 tahun / dicurigai penyakit jantung
koroner)
7. Penyadapan Jantung kanan (pada hipertensi pulmonal berat)

PENATALAKSANAAN3
1. Pengelolaan Medik
a. Mengatasi keluhan atau akibat adanya obstruksi katup mitral
- Kontrol rate ( Digitalis , Digoksin 1 x 0.12,5-0,25 mg , Bisoprolol1 x
1.25-10mg )
- Diuretik ( Hidroclorthiazide 12,5-50 mg, Furosemide 40-120 mg,
Spironolactone 12,5-50 mg )
- Suplemen elektrolit : Target K serum 4.0-5.0 meq ( KCl / infus( tidak
boleh >20 meq / jam, Kalium oral : KSR, AsparK )
- Antikoagulan: Warfarin diberi sesuai target INR 2-3 pada pasien
dengan fibrilasi atrial persisten / paroksismal
- Antiaritmi: Amiodaron
- Terapi oksigen
b. Pencegahan sekunder demam reumatik pada MS rematik
- Penisillin V-oral (Ospen)
- Sulfadiasin
c. Pencegahan endokarditis infektif : Ampisillin, Eritromisin

2. Tindakan Intervensi
a. Waktu intervensi ( MS simtomatik, MS dengan area katup mitral <1.5cm2
, MS dengan atrial fibrilasi ). Bila symptom tidak jelas atau tidak
sesuai dengan temuan ekokardiografi, dapat dilakukan uji latih beban
jantung.
b. Jenis intervensi ( Intervensi non bedah /komisurotomi mitral perkutan
(KMP) , Intervensi bedah : reparasi katup atau penggantian katup ,
Konversi elektrik pada AF , Intervensi Non Bedah / komisurotomi
mitral perkutan (KMP)

Kontra indikasi KMP: Thrombus di atrium kiri, Regurgitasi mitral derajat


sedang atau berat, Kalsifikasi berat bikomisura, tanpa ada fusi komisura,
Bersamaan dengan kelainan katup aorta berat, Kombinasi stenosis/
regurgitasi tricuspid berat, Bersamaan dengan PJK yang memerlukan bedah
pintas koroner.

Reparasi Katup Mitral: Dilakukan pada MS yang secara teknis


memungkinkan dilakukan reparasi katup mitral (komisurotomi, valvulotomi,
anuloplasti, rekonstruksi korda/ muskulus papilaris).

Penggantian katup mitral:


Katup bioprotesa: Penderita muda usia< 20 tahun / anak ,Wanita yang masih
ingin hamil, Ada kontra indikasi pemakaian antikoagulan (misal: orang tua)
Katup mekanik : Laki-laki , Wanita yang sudah mempunyai anak cukup ,
Penderita dianjurkan memakai antikoagulan sepanjang umur, Penderita yang
operasi kedua kali

PROGNOSIS3
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam

80% pasien MS rematik mengalami perbaikan fungsional class LOS < 5 hari

KOMPLIKASI3
Hipertensi pulmonal yang paling sering terjadi. Komplikasi lain troemboli,
endocarditis infektif, fibrilasi atrial karena kompresi besarnya atrium kiri.

Anda mungkin juga menyukai