Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KELOMPOK: 3
KELAS: 02FARE002
I. LATAR BELAKANG
Obat adalah suatu zat yang dimaksud untuk manusia untuk mengurangi
rasa sakit, menghambat, atau mencegah penyakit yang menyerangnya. Obat
yang diberikan pada pasien tersebut harus melalui banyak proses di dalam
tubuh. Dan bahan obat yang diberikan tersebut, dengan cara apapun juga
harus memiliki daya larut dalam air untuk kemanjuran terapeutiknya.
Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari
bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarutan suatu zat aktif sangat
penting artinya karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari
kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke
dalam tubuh.
Suatu bahan obat yang diberikan dengan cara apapun dia harus memiliki
daya larut dalam air untuk kemanjuran terapeutiknya. Senyawa-senyawa yang
relatif tidak dapat dilarutkan mungkin memperlihatkan absorpsi yang tidak
sempurna, atau tidak menentu sehingga menghasilkan respon terapeutik yang
minimum. Daya larut yang ditingkatkan dari senyawa-senyawa ini mungkin
dicapai dengan menyiapkan lebih banyak turunan yang larut, seperti garam
dan ester dengan teknik seperti mikronisasi obat atau kompleksasi.
Dalam bidang farmasi, laju disolusi sangat diperlukan karena
menyangkut tentang tentang waktu yang dibutuhkan untuk penglepasan obat
dalam bentuk sediaan dan diabsorbsi dalam tubuh. Jadi, semakin cepat
disolusinya maka makin cepat pula obat atau sediaan memberikan efek
kepada tubuh.
II. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini:
1. Mahasiswa diharapkan mampu mengamati peristiwa difusi sederhana
2. Mahasisawa diharapkan mampu menjelaskan factor-faktor yang
mempengaruhi difusi
3. Mahasiswa diharapkan mampu memahami proses disolusi suatu zat
4. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan factor-faktor yang
mempengaruhi disolusi.
5. Mahasiswa diharapkan mampu menentukan kecepatan disolusi suatu zat.
6. Mahasiswa diharapkan mampu mengoperasikan alat uji disolusi.
7. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan factor-faktor yang
mempengaruhi kecepatan disolusi suatu zat.
2. Viskositas
Turunnya viskositas pelarut akan memperbesar kecepatan
disolusi suatu zat sesuai dengan persamaan Einstein. Meningginya
suhu juga menurunkan viskositas dan memperbesar kecepatan
disolusi.
3. pH pelarut
pH pelarut sangat berpengaruh terhadap kelarutan zat-zat yang
bersifat asam atau basa lemah.
Untuk asam lemah:
Jika (H+) kecil atau pH besar maka kelarutan zat akan meningkat.
Dengan demikian, kecepatan disolusi zat juga meningkat.
Untuk basa lemah:
Jika (H+) besar atau pH kecil maka kelarutan zat akan meningkat.
Dengan demikian, kecepatan disolusi juga meningkat.
4. Pengadukan
Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi
(h). jika pengadukan berlangsung cepat, maka tebal lapisan difusi akan
cepat berkurang.
5. Ukuran Partikel
Jika partikel zat berukuran kecil maka luas permukaan efektif
menjadi besar sehingga kecepatan disolusi meningkat.
6. Polimorfisme
Kelarutan suatu zat dipengaruhi pula oleh adanya polimorfisme.
Struktur internal zat yang berlainan dapat memberikan tingkat
kelarutan yang berbeda juga. Kristal meta stabil umumnya lebih
mudah larut daripada bentuk stabilnya, sehingga kecepatan
disolusinya besar.
7. Sifat Permukaan Zat
Pada umumnya zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat
bersifat hidrofob. Dengan adanya surfaktan di dalam pelarut, tegangan
permukaan antar partikel zat dengan pelarut akan menurun sehingga
zat mudah terbasahi dan kecepatan disolusinya bertambah.
DIFUSI
a. Definisi
Difusi merupakan peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat
terlarut dari bagian konsentrasi zat terlarut tinggi ke rendah, sedangkan
osmosis adalah perpindahan zat pelarut melalui membran permeabel
selektif dari bagian konsentrasi zat terlarut yang rendah ke tinggi. . Contoh
peristiwa difusi yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh
tawar dan contoh peristiwa osmosis adalah kentang yang dimasukkan ke
dalam air garam. Kecepatan difusi ditentukan oleh : Jumlah zat yang
tersedia, kecepatan gerak kinetik dan jumlah celah pada membran sel.Sel
memiliki membran yang melapisi dan berperan sebagai gerbang masuk
semua dan keluar semua zat.
b. Mekanisme Difusi
Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat atau gas
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi melalui membran
dapatberlangsung melalui tiga mekanisme, yaitu difusi sederhana (simple
difusion),difusi melalui saluran yang terbentuk oleh protein transmembran
(simple difusionby chanel formed), dan difusi difasilitasi (fasiliated
difision). Difusi sederhana melalui membran berlangsung karena molekul-
molekulyang berpindah atau bergerak melalui membran bersifat larut
dalam lemak (lipid) sehingga dapat menembus lipid bilayer pada
membrane secara langsung. Membran sel permeabel terhadap molekul larut
lemak seperti hormon steroid,vitamin A, D, E, dan K serta bahan-bahan
organik yang larut dalam lemak, Selain itu, memmbran sel juga sangat
permeabel terhadap molekul anorganik seperti O,CO2, HO, dan H2O.
Beberapa molekul kecil khusus yang terlarut dalam serta ion-ion tertentu
dapat menembus membran melalui saluran atau chanel. Saluran ini
terbentuk dari protein transmembran,
semacam pori dengan diameter tertentu yang memungkinkan molekul
dengan diameter lebih kecil dari diameter pori tersebut dapat melaluinya.
Sementara itu, molekul molekul berukuran besar seperti asam amino
, glukosa dan beberapa garam garam mineral, tidak dapatmenembus
membrane secara langsung, tetapi memerlukan protein pembawa atau
transporter untuk dapat menembus membran. Proses masuknya molekul
besar yang melibatkan transporter dinamakan difusi difasilitasi.
2. Uraian Bahan
1) Air suling (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM/BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut.
2) Parasetamol (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : ASETAMINOPHENUM
Nama lain : Parasetamol, asetaminofen
RM/BM : C8H9NO2 / 151,16
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak
berbau; rasa pahit
Rumus struktur : OH
NHCOCH3
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya
Kegunaan : Sebagai sampel.
3. Prosedur Kerja
a. Pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat
• Isilah bejana dengan 900 ml
• Pasang thermostat pada suhu 300C
• Jika suhu air di dalam bejana sudah mencapai suhu 300C,
masukkan 2 g asam salisilat dan hidupkan motor penggerak pada
kecepatan 50 rpm
• Ambil sebanyak 20 ml air dari bejana setiap selang waktu 1, 5,
10, 15, 20, 25 dan 30 menit setelah pengadukan. Setiap selesai
pengambilan sampel, segera digantikan dengan 20 ml air.
• Tentukan kadar paracetamol terlarut dari setiap sampel dengan
cara titrasi asam-basa menggunakan NaOH 0,05 N dan indocator
fenolftalein. Lakukan koreksi perhitungan kadar yang diperoleh
setiap waktu terhadap pengenceran yang dilakukan karena
penggantian larutan dengan air suling
• Lakukan percobaan yang sama untuk suhu 400C dan suhu 50 0 C
• Tabelkan hasil yang diperoleh
• Buat kurva antara konsentrasi paracetamol yang diperoleh
dengan waktu untuk setiap satuan waktu (dalam satu grafik)
b. Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan disolusi zat
• Isilah bejana dengan 900 ml
• Pasang thermostat pada suhu 300C
• Jika suhu air di dalam bejana sudah mencapai suhu 300C,
masukkan 2 gram paracetamol dan hidupkan motor penggerak
pada kecepatan 50 rpm
• Ambil sebanyak 20 ml air dari bejana setiap selang waktu 1, 5,
10, 15, 20, 25, dan 30 menit setelah pengadukan. Setiap selesai
pengambilan sampel, segera gantikan dengan 5 ml air.
• Tentukan kadar paracetamol terlarut dari setiap sampel dengan
cara titrasi asam-basa menggunakan NaOH 0,05 N dan indicator
fenolftalein. Lakukan koreksi perhitungan kadar yang diperoleh
setiap waktu terhadap pengenceran yang dilakukan karena
penggantian larutan dengan air suling
• Lakukan percobaan yang sama untuk kecepatan 100 dan 150
rpm
• Tabelkan hasil yang diperoleh
• Buat kurva antara konsentrasi paracetamol yang diperoleh
dengan waktu untuk setiap satuan waktu (dalam satu grafik)
c. Penentuan parameter disolusi tablet parasetamol (prosedur lengkap
lihat farmakope indonesia IV)
IV. PROSEDUR PENELITIAN
1. Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu alat uji disolusi, timbangan, gelas
ukur, spoit 5 ml, buret 50 ml, gelas kimia 50 ml, gelas ukur 25 ml, botol
500 ml, botol 100 ml, Vial, Spektrofotometer, kuvet, botol semprot.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu air steril, aluminium foil,
aquadest, etiket, kuvet disposible, serbuk paracetamol, larutan NaOH 0,1
3. Cara Kerja
a. Pembuatan kurva baku
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Ditimbang serbuk paracetamol 10 mg
3) Dilarutkan dalam 250 ml air steril
4) Dipipet 5 ml lalu dimasukkan ke kuvet dan diukur menggunakan
spektrofotometri pada ppm 2, 4, 6, 8, dan 10
5) Dicatat absorbannya dan dibuat dalam tablet
b. Pengukuran absorban paracetamol
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Disiapkan alat uji disolusi dan dimasukkan 900 ml air steril pada
medium dan diuji dengan metode dayung
3) Dimasukkan tablet paracetamol ke dalam medium
4) Dilakukan pengadukan dengan kecepatan 50 rpm, tiap 5 menit
dipipet 5 ml absorban menggunakan spoit 5 ml. Bersamaan dengan
diambil 5 ml dimasukkan lagi 5 ml air steril ke dalam medium
hingga menit ke 30
5) Dipindahkan absorban ke dalam masing-masing vial dan ditutup
dengan aluminium foil
6) Diukur nilai absorban paracetamol menggunakan spektrofotometri
7) Dicatat hasilnya dan dibuat dalam tabel
4. Hasil Pengamatan
a. Pembuatan Kurva baku
Konsentrasi (ppm) Absorban
12 0,2
17 0,28
24 0,41
36 0,57
48 0,76
a = 0,021
b = 0,015
r = 0,998
Suhu 370C.
0,025−0,021
1. Menit 0’ : = 0,266
0,015
0,413−0,021
2. Menit 5’ : = 26,133
0,015
0,250−0,021
3. Menit 10’ : = 15,266
0,015
0,371−0,021
4. Menit 15’ : = 23,333
0,015
0,498−0,021
5. Menit 20’ : = 31,8
0,015
0,950−0,021
6. Menit 25’ : = 61,933
0,015
1,078−0,021
7. Menit 30’ : = 70,466
0,015
d. Perhitungan jumlah obat terkoreksi
Waktu Konsentrasi Faktor Jumlah Obat
(menit) (mg) Koreksi Terkoreksi (mg + fk)
0 0,299 0 0,299
5 4,559 0,0016 4,5606
10 10,199 0,0269 10,2259
15 14,819 0,0835 14,49025
20 20,219 0,1650 20,3848
25 24,539 0,2781 24,8171
30 29,379 0,4144 28,7934
Perhitungan :
𝑽.𝒚𝒂𝒏𝒈𝒅𝒊𝒂𝒎𝒃𝒊𝒍
Fk = 𝒙𝒌𝒐𝒏𝒔. +𝑭𝒌. 𝑺𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎𝒏𝒚𝒂
𝑽.𝑴𝒆𝒅𝒊𝒖𝒎
mg + fk
1. 0 + 0,0299 = 0,299
2. 0,0016 + 4,559 = 5,5606
3. 0,0269 + 10,199 = 10,2259
4. 0,0835 + 14,819 = 15,654
5. 0,1658 + 20,219 = 20,3848
6. 0,2781 + 24,539 = 24,8171
7. 0,4144 + 28,379 = 28,7934
e. Perhitungan Efisiensi Disolusi (%ED)
E%ED30
Waktu
Luas bidang A Luas A + B (luas bidang A/luas
(menit)
A+B) x 100%
0 0,747
5 12,149 %ED =
10 36,96 492,881 x 𝑙𝑢𝑎𝑠𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔𝐴
𝑥 100%
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝐴+𝐵
15 64,69 30 menit
450,919
= 14786,43 𝑥 100%
20 90,09 =14786,43
25 113,004 = 3,0495 %
30 134,026
0,299+4,5606
1. Luas bidang A05 = 𝑥(5 − 0) = 12,14
2
4,5606+ 10,2259
2. Luas bidang A 510 = 𝑥(10 − 5) = 36,96
2
10,2259 +15,654
3. Luas bidang A1015 = 𝑥 (15 − 10) = 64,69
2
15,654+20,3848
4. Luas bidang A1520 = 𝑥(20 − 15) = 90,09
2
20,3848+24,8171
5. Luas bidang A2025 = 𝑥(25 − 20) = 113,004
2
24,8171+28,7934
Luas bidang A2530 = 𝑥(30 − 25) = 134,0
2
V. PEMBAHASAN
Disolusi obat adalah suatu proses hancurnya obat (tablet) dan
terlepasnya zat-zat aktif dari tablet ketika dimasukkan ke dalam saluran
pencernaan dan terjadi kontak dengan cairan tubuh.
Pada percobaan kali ini dilakukan uji laju disolusi terhadap tablet
gliseril guaiakolat. Tujuan dilakukannya uji laju disolusi yaitu untuk
mengetahui seberapa cepat kelarutan suatu tablet ketika kontak dengan cairan
tubuh, sehingga dapat diketahui seberapa cepat keefektifan obat yang
diberikan tersebut.
Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu penentuan bentuk-bentuk sediaan
yang akan dibuat sesuai dengan sifat zat aktif sehingga dicapai kecepatan
pelarutan dalam cairan tubu sehingga dicapai kecepatan pelarutan dalam
cairan tubuh sehingga cepat diabsorbsi dan cepat memberikan efek
farmakologinya
Secara umum mekanisme disolusi suatu sediaan dalam bentuk tablet
yaitu tablet yang ditelan akan masuk ke dalam lambung dan di dalam lambung
akan dipecah, mengalami disintegrasi menjadi granul-granul yang kecil yang
terdiri dari zat-zat aktif dan zat-zat tambahan yang lain. Granul selanjutnya
dipecah menjadi serbuk dan zat-zat aktifnya akan larut dalam cairan lambung
atau usus, tergantung di mana tablet tersebut harus bekerja.
Percobaan ini dilakukan untuk menetukan laju disolusi suatu obat
(paracetamol). Aadapun mekanisme dari amoxicilin pada pemberian secara
oral (psoses absorbsi di dalam tubuh) yaitu amoxicilin dimasukkan ke dalam
saluran cerna dalam bentuk padatan, amaka sebagian zat tersbut akan
mengalami disintegrasi menjadi granul-granul dan granul-granul ini akan
dipecah menjadi partikel-partikel halus (disebut degranulasi). Kemudian
disolusi dalam cairan tubuh, kemudian diabsorbsi ke dalam darah atau cairan
tubuh lainnya dan diikat ole reseptor setela itu baru memberikan efek
terhadap tubuh.
Pada percobaan ini akan ditentukan tetapan disolusi dari tablet
paracetamol 500 mg dalam media air suling, dimana besarnya tetapan
tersebut menunjukkan cepat lambatnya disolusi atau kelarutan dari tablet
paracetamol tersebut. Di sini digunakan air suling sebagai media disolusi
karena air merupakan cairan penyususn utama dalam tubuh manusia, jadi
diumpamakan obat berdisolusi di dalam tubuh. Selain itu juga karena
paracetamol kelarutannya dalam air sangat baik.
waktu larutandiambil, harus diusahakan pada bagian yang sama dari
cairan, yaitu tepat di samping keranjang sampel, sebab pada bagian tersebut
zat aktif langsung keluar dari keranjang dan dapat dipipet dengan tepat.
Pemipetan yang dilakukan pada tempat yang berbeda dapat mengakibatkan
perbedaan kadar zat aktif yang sangat besar. Dilakukan tiga kali agar hasil
yang diperoleh dapat dibandingkan.
Pemipetan dilakukan pada waktu yang berbeda-beda untuk melihat
kapan paracetamol akan terdisolusi dengan optimal pada media pelarut. Dari
hasil yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa mula-mula paracetamol akan
terdisolusi dengan lambat dan lama kelamaan akan bertambah cepat. Setelah
terdisolusi sempurna zat aktif akan diabsorbsi, dimetabolisme, dan kemudian
akan memberikan efek terapi jika obat berada dalam tubuh.
Hasil yang diperoleh pada percobaan untuk data kurva baku pada ppm
12 absorbannya 0,2;ppm 17 absorbannya 0,28; ppm 24 absorbannya
0,41;ppm 36 absorbannya 0,57 dan untuk ppm 48 absorbannya 0,76.
Konstanta laju disolusi paracetamol yaitu 7,9 x 10-3 mg/menit. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin banyak waktu yang dibutuhkan oleh suatu obat
untuk berdisolusi maka semakin tinggi pula konsentrasi (Kadar) zat tersebut
dalam cairan (media pelarut).
Adapun Faktor-faktor kesalahan yang mungkin mempengaruhi hasil
yang diperoleh dalam percobaan kali ini antara lain :
o Suhu larutan disolusi yang tidak konstan.
o Ketidaktepatan jumlah dari medium disolusi, setelah dipipet beberapa ml.
o Terjadi kesalahan pengukuran pada waktu pengambilan sampel
menggunakan pipet volume.
o Terdapat kontaminasi pada larutan sampel.
Suhu yang dipakai tidak tepat.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil laju disolusi obat
−3
paracetamol sebesar 7,9 x 10 mg/menit.
Manfaat mempelajari Difusi dan Disolusi Obat:
1. Dapat mengetahui formulasi yang benar dalam membuat suatu obat,
karena bahan tambahan juga akan mempengaruhi difusi dan disolusi
contoh jika bahan tambahan terlalu banyak hal ini berarti memperbesar
ketebalan membrane dan obat untuk berdifusi keluar akan lambat. Jika
obat berdifusi lambat maka laju disolusi akan lambat sehingga absorbs
akan lambat. Dan menggunakan zat yang berbentuk amorf akan
meningkatkan disolusi zat karena bentuk amorf lebih larut.
2. Dapat mengetahui kecepatan disolusi suatu obat in vivo (dalam tubuh)
yang dapat diketahui dengan menguji kecepatan disolusi obat in vitro
(dalam alat gelas/ laboratorium)
3. Dapat mengetahui faktor yang dapat meningkatkan kecepatan difusi dan
disolusi obat dalam tubuh
4. Pengujian kecepatan disolusi suatu obat (contoh tablet) sebagai salah
satu syarat yang harus dipenuhi oleh suatu obat sebelum obat tersebut
dipasarkan
5. Mengetahui bahwa laju disolusi mempengaruhi absorbs, sehingga yang
mempengaruhi laju disolusi akan berpengaruh terhadap absorbs obat.
6. Dapat mengetahui alat dan metode untuk menentukan disolusi obat serta
pengambilan pembahasan hasil.
b. Saran
Sebaiknya praktikan lebih aktif lagi dalam melakukan praktikum dan
hati-hati dalam menggunakan alat laboratorium agar tidak terjadi
kesalahan yang tidak diinginkan.
VII. DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/28843164/Laporan_Praktikum_Farmasi_Fisika_
Disolusi
https://www.academia.edu/12009986/Difusi_dan_Disolusi