Anda di halaman 1dari 21

TRK 1

Soal 1 : Rumus Empiris


Sebuah sampel Freon mengandung 0,423 gram C, 2,5 gram Cl, dan 1,34 gram F.
Tentukanlah rumus empiris dari senyawa Freon ini!

JAWABAN

Dengan nilai massa atom relatif untuk C, Cl, dan F secara berturut-turut adalah sebesar 12,
35,5, dan 19, maka rumus empiris senyawa Freon dapat dihitung sebagai berikut:

Soal 2 : Rumus Empiris

Ketika sebuah sampel senyawa yang tergolong dalam keluarga vitamin D dibakar, 5,983 mg
senyawa tersebut menghasilkan 18,490 mg CO2 dan 6,232 mg H2O. Tentukanlah rumus
empiris senyawa ini!

JAWABAN

Untuk kasus seperti ini, kita dapat berasumsi bahwa seluruh karbon yang ada di sampel
akan muncul sebagai produk CO2. Oleh karena itu, massa karbon di sampel awal akan sama
dengan massa karbon yang ditemukan di CO2.
Soal 3 : Rumus Molekul
Strychnine, sebuah racun yang mematikan, memiliki massa molekul 334 dan persen
komposisi 75,42 % C, 6,63% H, 8,38% N, dan sisanya Oksigen. Tentukanlah rumus empiris
dan rumus molekul Strychnine!

JAWABAN
Dalam penyelesaian kasus ini, kita asumsikan bahwa massa sampel kita adalah 100 gram.
Dengan kata lain, kita memiliki 75,42 gram C, 6,63 gram H, 8,38 gram N, dan 9,57 gram O
(100 - 75,42 - 6,63 - 8,38 gram).
ATK 2

Soal 1 : Neraca Massa 1 unit tanpa reksi


Lower Flammability Limit (LFL) adalah presentase bahan bakar terendah dalam suatu
campuran bahan bakar-udara agar dapat terbakar. Sebagai contoh, LFL propana
dalam udara adalah 2,05% mol propana. Bila presentase propana dalam campuran
propana-udara lebih besar dari 2,05% mol, maka campuran gas tersebut akan terbakar
bila terdapat api atau percikan api disekitarnya. Sebaliknya, bila presentasenya lebih
kecil dari LFL, campuran tidak akan terbakar. (Perlu dicatat bahwa, ada juga istilah
Upper Flammability Limit, tapi hal ini diluar konteks persoalan)
Campuran propana dan udara mengandung 4,03 % mol propana diumpankan dalam
furnace. Bila terdapat masalah operasi didalam furnace, udara perlu dialirkan kedalam
campuran bahan bakar ini sebelum masuk kedalam furnace untuk memastikan
pembakaran tidak terjadi. 

(a) Gambarkan diagram masalahnya bila diasumsikan gas yang masuk ke dalam
furnace setelah sistem pengenceran menggunakan udara ini berada pada kondisi
LFLnya. 
(b) Bila propana memiliki laju alir 150 mol/detik sebelum masuk kesistem
pengenceran ini, maka berapakah laju alir molar udara agar campuran propana-udara
yang masuk kedalam furnace berada pada kondisi LFLnya. 

JAWABAN

(a) Diagram permasalahannya adalah sebagai berikut:

(b)  Bila propana memiliki laju alir 150 mol/detik, maka bisa dihitung laju alir campuran
(F1) sebagai berikut:
Dari neraca mol propana, bisa kita hitung laju alir campuran setelah di encerkan (F3)
sebagai beirkut:

Sehingga, bisa kita hitung laju alir molar udara (F2) dengan menggunakan neraca mol
overall

Soal 2 : Neraca Massa 1 unit tanpa reksi


Dua buah larutan aqueous asam sulfat mengandung 20%-berat H2SO4 (SG=1,139)
dan 60%-berat H2SO4 (SG=1,498) dicampurkan untuk membentuk 4 Molar larutan
(SG=1,213).

(a) Hitunglah fraksi massa asam sulfat pada aliran produk

(b) Dengan asumsi massa umpan dengan SG=1,139 adalah 100 kg, berapakah rasio
umpan? (Liter larutan SG 1,139/Liter larutan SG 1,498)

JAWABAN

(a) Mr H2SO4 = 2 + 32 + 64 = 98 g/mol = 0,098 kg/mol


SG larutan hasil pencampuran = 1,213 atau dengan kata lain densitas larutan tersebut
adalah 1,213 kg/L apabila densitas air yang kita gunakan sebagai referensi adalah
sebesar 1 kg/L
(b) Dari Neraca Massa Overall, didapat persamaan sebagai berikut:

Berikutnya, dari neraca massa air, didapat persamaan sebagai berikut:

Dengan menyelesaikan persamaan 1 dan persamaan 2, didapat nilai F2 = 44,4 kg dan


F3 = 144,4 kg.

Dikarenakan dalam soal diminta menghitung rasio umpan dalam satuan volume per
volume, maka nilai F2 dan F3 ini perlu dikonversi dahulu menjadi satuan volume
dengan menggunakan nilai SG. Dengan asumsi bahwa fluida referensinya adalah air
dengan densitas 1 kg/L, maka nilai SG masaing-masing larutan setara dengan nilai
densitasnya. Sehingga, nilai volume untuk H2SO4 SG=1,139 (aliran 1) dan nilai volume
untuk H2SO4 SG=1,498 (aliran 2) dapat dihitung sebagai berikut:

Sehingga dapat dihitung rasio umpan (V1/V2) sebagai berikut:

Soal 3 : Neraca Massa 1 unit tanpa reksi


Campuran cat mengandung 25% pigment dan sisanya air dijual seharga
Rp.180.000/kg dan Campuran cat dengan 12% pigment dijual seharga Rp.100.000/kg.
Bila anda adalah seorang retailer cat dengan kandungan pigment sebesar 17% dan
hanya memiliki 2 opsi campuran cat diatas untuk dicampurkan, harus dijual pada
harga berapa rupiah per kg cat supaya anda bisa menghasilkan profit 10%?
JAWABAN

Diagram berikut dibuat untuk membantu kita memahami permasalahan:

Neraca Massa Overall untuk sistem pencampuran dua jenis cat ini adalah sebagai
berikut

Sedangkan untuk neraca massa pigment adalah sebagai berikut

Dengan menyelesaikan persamaan 1 dan persamaan 2 baik menggunakan metode


substitusi maupun eliminasi, didapat nilai F1 = 0,385 kg dan F2 = 0,615 kg. Sehingga,
dapat kita hitung biaya pencampuran kedua jenis cat tersebut untuk mendapatkan cat
dengan 17% pigment sebagai berikut:

Agar mendapatkan untung 10%, maka Campuran cat tersebut harus dijual dengan
harga
DISTILASI

Soal 1 : Neraca Massa 1 unit tanpa reksi


Campuran propana dan pentana diumpankan kedalam unit distilasi dengan komposisi
90% dan 10% (fraksi mol) secara berturut-turut. Bila diinginkan  produk
propana  dengan konsentrasi 99% dan dari unit distilasi tersebut, tentukanlah berapa
laju alir umpan dalam kg/jam. Laju alir  produk propana  adalah 150 kg/jam dan
perolehan propana 90% (Perbandingan Mol Propana dalam  produk propana  terhadap
Mol Propana dalam Umpan)

JAWABAN
Seluruh fraksi yang diketahui adalah dalam fraksi mol, sedangkan laju alir  produk
propana  diketahui dalam laju alir massa (kg/jam). Mula-mula, kita ubah terlebih
dahulu laju alir  produk propana  menjadi laju alir molar (mol/jam) sebagai berikut:
Mr Propana =  44 gram/mol
Mr Pentana = 72 gram/mol

Kemudian, dari nilai perolehan propana, bisa kita hitung sebagai berikut

Sehingga didapat nilai laju alir mol umpan (F1)

Laju alir umpan tersebut masih dalam kmol/jam, perlu dikonversi dahulu menjadi
kg/jam 

Soal 2 : Neraca Massa 1 unit tanpa reksi


Sebuah mesin pengering pupuk digunakan untuk mengeringkan pupuk basah yang
masih mengandung moisture 30% massa (wet basis) menjadi 5% air.

Tentukanlah:
(a) Kandungan air dalam pupuk sebelum  masuk mesin pengering dalam basis kering
(dry basis)
(b) Laju alir pupuk kering yang keluar mesin dan laju penguapan air bila laju alir pupuk
basah adalah 100 kg/jam (wet basis)

JAWABAN
(a) Kandungan air dalam pupuk sebelum  masuk mesin pengering dalam basis kering
(dry basis)?

Dengan menggunakan basis 100 kg pupuk basah, maka dapat dilakukan perhitungan
sebagai berikut:

Dalam Pupuk Basah (F1)


Kandungan air = 30% x 100 kg = 30 kg
Kandungan pupuk = 100 - 30 kg = 70 kg 

Kadar air dry basis adalah perbandingan antara berat air dalam pupuk terhadap berat
keringnya (tanpa air)

Maka, dalam dry basis, kandungan air dalam pupuk basah (F1) adalah : 

(b)  Laju alir pupuk kering yang keluar mesin dan laju penguapan air bila laju alir pupuk
basah adalah 100 kg/jam (wet basis)

Neraca Pupuk
Asumsi tidak ada pupuk yang menguap dan terbawa aliran air

Maka Laju alir pupuk kering yang keluar mesin adalah 73,68 kg/jam

Sedangkan untuk  laju penguapan air dapat dihitung sebagai berikut dengan
menggunakan neraca massa Overall

Neraca Overall

Sehingga  laju penguapan air (F2) adalah sebesar 26,32 kg/jam.

Soal 1 : Neraca Massa 1 unit tanpa reksi


Air laut yang mengandung 3,5%-berat garam mengalir melalui 10 evaporator yang
disusun seri. Jumlah air yang teruapkan ditiap 10 unit evaporator adalah sama yang
kemudian seluruh air ini dikondensasi dan digabung alirannya hingga didapatkan 1
aliran produk "fresh water". Produk Air garam yang keluar dari evaporator ke-10
mengandung 5%-berat garam.

Tentukanlah:
(a) Yield "fresh water" dari proses ini (kg H2O yang terambil/kg H2O dari umpan)
(b) Persen berat garam dari air garam yang keluar dari evaporator ke-4

JAWABAN

(a) Diagram berikut menggambarkan proses evaporasi 10 tahap dengan evaporator


ke-1, ke-4 dan ke-10 yang menjadi perhatian

Untuk menghitung yield fresh water, kita membutuhkan data massa H2O yang berada
diumpan dan H2O yang terambil. Diagram dibawah ini menampilkan neraca massa
overall dari kasus evaporator 10 tahap ini. Aliran air yang disimbolkan [FA] merupakan
total air yang diperoleh ditiap tahap evaporasi. 
Jumlah garam di umpan air laut [F1] adalah sama dengan jumlah garam di akhir tahap
evaporasi [F11] 

Dari neraca massa overall, didapat bahwa

Sehingga Yield H2O bisa dihitung sebagai berikut: 

(b) Jumlah air yang keluar dari evaporator adalah sama untuk setiap 10 evaporator
tersebut. Jumlah air total yang berhasil diambil keluar dari sistem 10 evaporator
adalah sama dengan nilai FA=30 kg. Sehingga, dari 1 evaporator, air yang keluar
adalah sebesar =30/10 =3 kg

Umpan dari evaporator ke-4 merupakan keluaran dari evaporator ke 3 yang sudah
mengalami 3 kali proses evaporasi sehingga jumlah garamnya sekarang adalah = 100
- (3 x 3 kg) = 91 kg

Keluaran dari evaporator ke-4 adalah [F5] = 91 kg - 3 kg = 88 kg. 

Berikutnya, jumlah garam yang berada di keluaran evaporator ke-4 adalah sama
dengan jumlah garam yang berada di line umpan awal (F1) yaitu sebesar 3,5% x 100
kg= 3,5 kg

Sehingga, %berat garam dalam aliran keluaran evaporator ke-4 adalah


Soal 2 : Neraca Massa 1 unit tanpa reksi
Sebuah Produk Jus Jeruk Pekat (JJP) mengandung 42% berat padatan dibuat
dari  Jus Jeruk Segar (JJS) yang mengandung 12%-berat padatan dan sisanya air.
Awalanya, untuk mengurangi kandungan air, digunakan proses evaporasi, namun
ternyata ada sebagian kandungan jus yang ikut teruapkan bersama air yang
menyebabkan rasa jus menjadi berubah. Untuk mengatasi masalah ini, dibuat jalur
bypass untuk sebagian Jus Jeruk Segar tanpa harus melewati proses evaporasi. Jus
yang keluar dari evaporator mengandung 58%-berat padatan dan aliran keluar
evaporator ini dicampur dengan sebagian Jus Jeruk Segar yang dibypass dari umpan
awal tadi untuk mendapatkan konsentrasi yang diinginkan pada Produk Jus Jeruk
Pekat. 

Asumsi : 
1. Didalam sistem ini hanya ada 2 komponen yaitu padatan dan air. 
2. Tidak ada padatan yang terbawa bersama air yang teruapkan dari evaporator

Tentukanlah:
(a) Jumlah Produk Jus Jeruk Pekat yang diproduksi per 100 kg Jus Jeruk Segar
(b) Fraksi Umpan yang di-bypass

JAWABAN

(a) Diagram proses untuk kasus ini ditampilkan pada gambar dibawah ini

Neraca overall sistem ini adalah sebagai berikut: 


Sedangkan neraca padatan overall adalah sebagai berikut

Substitusi F5 pada persamaan pertama, didapat nilai F3 sebesar 71,43 kg.

Sehingga didapatlah  Jumlah Produk Jus Jeruk Pekat yang diproduksi sebesar
F5=28,57 kg dan air sebanyak F3=71,43 kg

(b) Untuk menghitung fraksi umpan yang dibypass, kita memerlukan data flow aliran
F6 yang dapat dihitung menggunakan neraca massa pada alat mixing yang
melibatkan aliran 4,5,6. 

Kita tinjau terlebih dahulu neraca massa mixing sebagai berikut:

Berikutnya, untuk  neraca massa padatan pada alat mixing adalah sebagai berikut :

Dengan menyelesaikan kedua persamaan diatas, didapat F4=18,63 kg dan F6=9,94 kg


Sehingga rasio bypass dapat dihitung sebagai berikut:

EKSTRAKSI

Soal 1 : Neraca Massa 1 unit tanpa reksi


Streptomycin digunakan sebagai antibiotik untuk melawan penyakit yang disebabkan
oleh bakteri dan diproduksi melalui proses fermentasi bakteri dalam sebuah reaktor
biologi berisi glukosa dan asam amino sebagai sumber makanannya. Setelah proses
fermentasi selesai, Streptomycin diambil dengan mengontakkan larutan kaldu
fermentasi dengan sebuah pelarut organik dalam suatu proses ekstraksi. Proses
ekstrasi dapat berlangsung karena Streptomycin memiliki sifat afinitas yang lebih
besar dalam pelarut organik daripada dalam larutan fermentasi. Gambar dibawah
menunjukkan proses keseluruhan
Tentukan fraksi massa Streptomycin dalam larutan organik keluaran proses dengan
asumsi tidak ada air dalam yang terkandung dalam pelarut dan tidak ada pelarut yang
terbawa di larutan fermentasi. Asumsi densitas larutan fermentasi 1 g/cm3 dan
densitas pelarut organik 0,6 g/cm3. 

JAWABAN

Untuk memudahkan penulisan, 

Larutan Fermentasi disimbolkan "A", Pelarut Organik disimbolkan "S", subscript "in"
menunjukkan aliran masuk, subscript "out" menunjukkan aliran keluar.

Tinjau Neraca Massa Streptomycin disetiap aliran

Untuk menghitung fraksi massa Streptomycin dalam larutan organik keluaran proses
ekstraksi, kita perlu menentukan massa Streptomicyn dan masssa solvent terlebih
dahulu massa solvent pada pelarut organik yang masuk dan keluar proses ekstraksi
adalah sama karena asumsi "tidak ada pelarut yang terbawa ke larutan fermentasi"

Sehingga, massa solvent pada aliran keluaran dapat dihitung sebagai berikut:
Sedangkan, massa Streptomicyn dipelarut dapat dihitung sebagai berikut

Sehingga, fraksi massa Streptomicyn di pelarut organik keluaran proses ekstraksi


adalah 

Soal 2 : Neraca Massa 1 unit tanpa reksi


Titanium dioksida, TiO2, adalah sebuah pigmen yang diproduksi secara masif dan
digunakan secara luas pada industri cat dan kertas. Pada sebuah pabrik pigmen yang
memproduksi 4000 lb/jam TiO2-basis kering, terdapat sebuah proses intermediate
untuk memurnikan larutan garam yang mengandung TiO2 sehingga didapat produk
akhir yang mengandung maksimal 100 ppm garam (1 ppm = fraksi massa 10-6) basis
kering. Proses penghilangan garam ini menggunakan air sebagai pencucinya. Bila
larutan pigmen yang masuk ke unit penghilangan garam ini mengandung 40% TiO2,
20% garam, dan sisanya air (%massa) dan bila pigmen yang sudah dicuci tersebut
diharapkan mengandung 50% padatan TiO2, berapa %massa garam pada aliran air
limbah bila F2/F1=6 ? 

JAWABAN

Dari soal, diketahui bahwa fraksi massa garam pada aliran  produk bersih  adalah 100
ppm basis kering. Artinya, dalam perhitungan fraksi tersebut tidak melibatkan air
dalam perhitungan massa totalnya. Sehingga, fraksi massa garam dalam aliran
produk bersih dapat dituliskan sebagai berikut:

Bagi kedua bagian pecahan (penyebut dan pembilang) dengan F3, dan masukkan
fraksi massa TiO2 pada aliran 3 sebesar 50%, didapat:

Sehingga, didapat fraksi garam pada aliran produk bersih (3)

Berikutnya, dari neraca total pada aliran 3 basis kering, didapat laju massa total aliran
3 (F3) basis basah:

Kemudian, tinjau neraca massa TiO2 total dalam sistem. TiO2 hanya berada di aliran 1
dan 3, sehingga massa TiO2 pada aliran 1 sama dengan massa TiO2 pada aliran 3.
Sehingga, didapat laju alir massa total aliran 1 (F1)

Dengan menggunakan perbandingan antara F2 dan F1, didapat nilai F2 sebagai


berikut:
Dengan meninjau neraca massa total dari sistem, dapat dihitung nilai F4 sebagai
berikut

Akhirnya, dengan menggunakan neraca massa garam, dapat dihitung fraksi massa
garam di aliran air limbah (4). Garam berada pada aliran 1, 3, dan 4. Sehingga neraca
massa garam tersebut dideskripsikan sebagai berikut:

THERMODINAMIKA
Soal 1 : Siklus Termodinamika
1 mol sebuah gas ideal dengan Cp=(7/2)R dan Cv=(5/2)R  mengalami ekspansi dari P1 = 8
bar dan T1 = 600 K menuju P2 = 1 bar dengan melalui tahapan berikut:
(a) Volume konstan atau Isovolume
(b) Temperatur konstan atau Isoterm
(c) Adiabatis

Hitunglah Energi dalam (U), Kalor (Q), dan Kerja (W) untuk tiap proses, gambarkan tiap
tahap tersebut dalam 1 diagram PV.

JAWABAN

Nilai Cp dan Cv berikut dapat digunakan untuk perhitungan: 


(a) Pada kondisi volume konstan, nilai kerja (W) adalah = 0 (nol). Sehingga nilai kalor akan
sama dengan nilai energi dalam yaitu :

Untuk menghitung energi dalam dan kalor tersebut dibutuhkan nilai temperatur pada kondisi
akhir (T2)

Sehingga, nilai energi dalam (U) dan nilai kalornya (Q) dapat dihitung sebagai berikut:

Sehingga, untuk kasus isovolume, diperoleh nilai W = 0, U=Q=-10912,125 Joule

(b) Pada kondisi temperatur konstan, nilai energi dalam (U) adalah = 0 (nol). Sehingga nilai
kalor akan sama dengan nilai kerja namun hanya berbeda tanda. 

Sehingga, untuk kasus isoterm, diperoleh nilai U=0, Q=10373,086 J, dan W= -10373,086 J

(c) Pada kondisi adiabatik, nilai kalor (Q) adalah = 0 (nol). Sehingga nilai energi dalam
akan sama dengan nilai kerja.

Untuk menghitung energi dalam dan kerja tersebut dibutuhkan nilai temperatur pada kondisi
akhir (T2). Namun tentu saja nilai T2 ini berbeda dengan kasus (a) karena pada kasus (c)
kondisinya adalah adiabatik sehingga yang digunakan untuk menghitung T2 adalah sebagai
berikut:
Setelah didapat nilai T2, maka dapat dihitung nilai energi dalam dan kerjanya sebagai
berikut:

Sehingga, untuk kasus adiabatik, diperoleh nilai Q=0, U=W=-5591,165 J

Apabila ketiga kasus tersebut digambarkan dalam diagram PV, akan diperoleh ilustrasi
sebagai berikut: 

Soal 2 : Siklus Termodinamika


Sebuah gas ideal memiliki temperatur dan tekanan mula-mula sebesar 600 K dan 10 bar
mengalami 4 tahap siklus dalam sistem tertutup. Pada tahap 1-2, tekanan diturunkan secara
isotermal hingga bertekanan 3 bar; pada tahap 2-3 tekanan diturunkan kembali secara
isovolume hingga 2 bar; pada tahap 3-4, volumenya diturunkan pada tekanan tetap. dan
pada tahap 4-1, gas tersebut kembali ke keadaan awalnya secara adiabatis. Bila Cp=(7/2)R
dan Cv=(5/2)R,
(a) Gambarkan siklus tersebut pada diagram PV
(b) Tentukan P dan T pada keadaan 1,2,3,4
JAWABAN

(a) Siklus tersebut dapat digambarkan pada diagram PV sebagai berikut:


(b) Dari deskripsi soal, diketahui bahwa P1 = 10 bar, T1 = 600 K, P2 = 3 bar, dan P3 = 2
bar. Artinya, kita tinggal mencari T2, T3, P4, dan T4

1-2 merupakan garis isoterm yang artinya antara titik 1 dan 2 memiliki temperatur yang
sama, T2=T1= 600 K. 

3-4 merupakan garis isobar yang artinya antara titik 3 dan 4 memiliki tekanan yang sama,
P4=P3= 2 bar

2-3 merupakan garis isovolume. Sehingga untuk menghitung Temperatur pada titik 3 dapat
dilakukan sebagai berikut:

1-4 merupakan garis adiabatik. Sehingga untuk menghitung Temperatur pada titik 4 dapat
dilakukan sebagai berikut: 

Anda mungkin juga menyukai