JAWABAN
Dengan nilai massa atom relatif untuk C, Cl, dan F secara berturut-turut adalah sebesar 12,
35,5, dan 19, maka rumus empiris senyawa Freon dapat dihitung sebagai berikut:
Ketika sebuah sampel senyawa yang tergolong dalam keluarga vitamin D dibakar, 5,983 mg
senyawa tersebut menghasilkan 18,490 mg CO2 dan 6,232 mg H2O. Tentukanlah rumus
empiris senyawa ini!
JAWABAN
Untuk kasus seperti ini, kita dapat berasumsi bahwa seluruh karbon yang ada di sampel
akan muncul sebagai produk CO2. Oleh karena itu, massa karbon di sampel awal akan sama
dengan massa karbon yang ditemukan di CO2.
Soal 3 : Rumus Molekul
Strychnine, sebuah racun yang mematikan, memiliki massa molekul 334 dan persen
komposisi 75,42 % C, 6,63% H, 8,38% N, dan sisanya Oksigen. Tentukanlah rumus empiris
dan rumus molekul Strychnine!
JAWABAN
Dalam penyelesaian kasus ini, kita asumsikan bahwa massa sampel kita adalah 100 gram.
Dengan kata lain, kita memiliki 75,42 gram C, 6,63 gram H, 8,38 gram N, dan 9,57 gram O
(100 - 75,42 - 6,63 - 8,38 gram).
ATK 2
(a) Gambarkan diagram masalahnya bila diasumsikan gas yang masuk ke dalam
furnace setelah sistem pengenceran menggunakan udara ini berada pada kondisi
LFLnya.
(b) Bila propana memiliki laju alir 150 mol/detik sebelum masuk kesistem
pengenceran ini, maka berapakah laju alir molar udara agar campuran propana-udara
yang masuk kedalam furnace berada pada kondisi LFLnya.
JAWABAN
(b) Bila propana memiliki laju alir 150 mol/detik, maka bisa dihitung laju alir campuran
(F1) sebagai berikut:
Dari neraca mol propana, bisa kita hitung laju alir campuran setelah di encerkan (F3)
sebagai beirkut:
Sehingga, bisa kita hitung laju alir molar udara (F2) dengan menggunakan neraca mol
overall
(b) Dengan asumsi massa umpan dengan SG=1,139 adalah 100 kg, berapakah rasio
umpan? (Liter larutan SG 1,139/Liter larutan SG 1,498)
JAWABAN
Dikarenakan dalam soal diminta menghitung rasio umpan dalam satuan volume per
volume, maka nilai F2 dan F3 ini perlu dikonversi dahulu menjadi satuan volume
dengan menggunakan nilai SG. Dengan asumsi bahwa fluida referensinya adalah air
dengan densitas 1 kg/L, maka nilai SG masaing-masing larutan setara dengan nilai
densitasnya. Sehingga, nilai volume untuk H2SO4 SG=1,139 (aliran 1) dan nilai volume
untuk H2SO4 SG=1,498 (aliran 2) dapat dihitung sebagai berikut:
Neraca Massa Overall untuk sistem pencampuran dua jenis cat ini adalah sebagai
berikut
Agar mendapatkan untung 10%, maka Campuran cat tersebut harus dijual dengan
harga
DISTILASI
JAWABAN
Seluruh fraksi yang diketahui adalah dalam fraksi mol, sedangkan laju alir produk
propana diketahui dalam laju alir massa (kg/jam). Mula-mula, kita ubah terlebih
dahulu laju alir produk propana menjadi laju alir molar (mol/jam) sebagai berikut:
Mr Propana = 44 gram/mol
Mr Pentana = 72 gram/mol
Kemudian, dari nilai perolehan propana, bisa kita hitung sebagai berikut
Laju alir umpan tersebut masih dalam kmol/jam, perlu dikonversi dahulu menjadi
kg/jam
Tentukanlah:
(a) Kandungan air dalam pupuk sebelum masuk mesin pengering dalam basis kering
(dry basis)
(b) Laju alir pupuk kering yang keluar mesin dan laju penguapan air bila laju alir pupuk
basah adalah 100 kg/jam (wet basis)
JAWABAN
(a) Kandungan air dalam pupuk sebelum masuk mesin pengering dalam basis kering
(dry basis)?
Dengan menggunakan basis 100 kg pupuk basah, maka dapat dilakukan perhitungan
sebagai berikut:
Kadar air dry basis adalah perbandingan antara berat air dalam pupuk terhadap berat
keringnya (tanpa air)
Maka, dalam dry basis, kandungan air dalam pupuk basah (F1) adalah :
(b) Laju alir pupuk kering yang keluar mesin dan laju penguapan air bila laju alir pupuk
basah adalah 100 kg/jam (wet basis)
Neraca Pupuk
Asumsi tidak ada pupuk yang menguap dan terbawa aliran air
Maka Laju alir pupuk kering yang keluar mesin adalah 73,68 kg/jam
Sedangkan untuk laju penguapan air dapat dihitung sebagai berikut dengan
menggunakan neraca massa Overall
Neraca Overall
Tentukanlah:
(a) Yield "fresh water" dari proses ini (kg H2O yang terambil/kg H2O dari umpan)
(b) Persen berat garam dari air garam yang keluar dari evaporator ke-4
JAWABAN
Untuk menghitung yield fresh water, kita membutuhkan data massa H2O yang berada
diumpan dan H2O yang terambil. Diagram dibawah ini menampilkan neraca massa
overall dari kasus evaporator 10 tahap ini. Aliran air yang disimbolkan [FA] merupakan
total air yang diperoleh ditiap tahap evaporasi.
Jumlah garam di umpan air laut [F1] adalah sama dengan jumlah garam di akhir tahap
evaporasi [F11]
(b) Jumlah air yang keluar dari evaporator adalah sama untuk setiap 10 evaporator
tersebut. Jumlah air total yang berhasil diambil keluar dari sistem 10 evaporator
adalah sama dengan nilai FA=30 kg. Sehingga, dari 1 evaporator, air yang keluar
adalah sebesar =30/10 =3 kg
Umpan dari evaporator ke-4 merupakan keluaran dari evaporator ke 3 yang sudah
mengalami 3 kali proses evaporasi sehingga jumlah garamnya sekarang adalah = 100
- (3 x 3 kg) = 91 kg
Berikutnya, jumlah garam yang berada di keluaran evaporator ke-4 adalah sama
dengan jumlah garam yang berada di line umpan awal (F1) yaitu sebesar 3,5% x 100
kg= 3,5 kg
Asumsi :
1. Didalam sistem ini hanya ada 2 komponen yaitu padatan dan air.
2. Tidak ada padatan yang terbawa bersama air yang teruapkan dari evaporator
Tentukanlah:
(a) Jumlah Produk Jus Jeruk Pekat yang diproduksi per 100 kg Jus Jeruk Segar
(b) Fraksi Umpan yang di-bypass
JAWABAN
(a) Diagram proses untuk kasus ini ditampilkan pada gambar dibawah ini
Sehingga didapatlah Jumlah Produk Jus Jeruk Pekat yang diproduksi sebesar
F5=28,57 kg dan air sebanyak F3=71,43 kg
(b) Untuk menghitung fraksi umpan yang dibypass, kita memerlukan data flow aliran
F6 yang dapat dihitung menggunakan neraca massa pada alat mixing yang
melibatkan aliran 4,5,6.
Berikutnya, untuk neraca massa padatan pada alat mixing adalah sebagai berikut :
EKSTRAKSI
JAWABAN
Larutan Fermentasi disimbolkan "A", Pelarut Organik disimbolkan "S", subscript "in"
menunjukkan aliran masuk, subscript "out" menunjukkan aliran keluar.
Untuk menghitung fraksi massa Streptomycin dalam larutan organik keluaran proses
ekstraksi, kita perlu menentukan massa Streptomicyn dan masssa solvent terlebih
dahulu massa solvent pada pelarut organik yang masuk dan keluar proses ekstraksi
adalah sama karena asumsi "tidak ada pelarut yang terbawa ke larutan fermentasi"
Sehingga, massa solvent pada aliran keluaran dapat dihitung sebagai berikut:
Sedangkan, massa Streptomicyn dipelarut dapat dihitung sebagai berikut
JAWABAN
Dari soal, diketahui bahwa fraksi massa garam pada aliran produk bersih adalah 100
ppm basis kering. Artinya, dalam perhitungan fraksi tersebut tidak melibatkan air
dalam perhitungan massa totalnya. Sehingga, fraksi massa garam dalam aliran
produk bersih dapat dituliskan sebagai berikut:
Bagi kedua bagian pecahan (penyebut dan pembilang) dengan F3, dan masukkan
fraksi massa TiO2 pada aliran 3 sebesar 50%, didapat:
Berikutnya, dari neraca total pada aliran 3 basis kering, didapat laju massa total aliran
3 (F3) basis basah:
Kemudian, tinjau neraca massa TiO2 total dalam sistem. TiO2 hanya berada di aliran 1
dan 3, sehingga massa TiO2 pada aliran 1 sama dengan massa TiO2 pada aliran 3.
Sehingga, didapat laju alir massa total aliran 1 (F1)
Akhirnya, dengan menggunakan neraca massa garam, dapat dihitung fraksi massa
garam di aliran air limbah (4). Garam berada pada aliran 1, 3, dan 4. Sehingga neraca
massa garam tersebut dideskripsikan sebagai berikut:
THERMODINAMIKA
Soal 1 : Siklus Termodinamika
1 mol sebuah gas ideal dengan Cp=(7/2)R dan Cv=(5/2)R mengalami ekspansi dari P1 = 8
bar dan T1 = 600 K menuju P2 = 1 bar dengan melalui tahapan berikut:
(a) Volume konstan atau Isovolume
(b) Temperatur konstan atau Isoterm
(c) Adiabatis
Hitunglah Energi dalam (U), Kalor (Q), dan Kerja (W) untuk tiap proses, gambarkan tiap
tahap tersebut dalam 1 diagram PV.
JAWABAN
Untuk menghitung energi dalam dan kalor tersebut dibutuhkan nilai temperatur pada kondisi
akhir (T2)
Sehingga, nilai energi dalam (U) dan nilai kalornya (Q) dapat dihitung sebagai berikut:
(b) Pada kondisi temperatur konstan, nilai energi dalam (U) adalah = 0 (nol). Sehingga nilai
kalor akan sama dengan nilai kerja namun hanya berbeda tanda.
Sehingga, untuk kasus isoterm, diperoleh nilai U=0, Q=10373,086 J, dan W= -10373,086 J
(c) Pada kondisi adiabatik, nilai kalor (Q) adalah = 0 (nol). Sehingga nilai energi dalam
akan sama dengan nilai kerja.
Untuk menghitung energi dalam dan kerja tersebut dibutuhkan nilai temperatur pada kondisi
akhir (T2). Namun tentu saja nilai T2 ini berbeda dengan kasus (a) karena pada kasus (c)
kondisinya adalah adiabatik sehingga yang digunakan untuk menghitung T2 adalah sebagai
berikut:
Setelah didapat nilai T2, maka dapat dihitung nilai energi dalam dan kerjanya sebagai
berikut:
Apabila ketiga kasus tersebut digambarkan dalam diagram PV, akan diperoleh ilustrasi
sebagai berikut:
1-2 merupakan garis isoterm yang artinya antara titik 1 dan 2 memiliki temperatur yang
sama, T2=T1= 600 K.
3-4 merupakan garis isobar yang artinya antara titik 3 dan 4 memiliki tekanan yang sama,
P4=P3= 2 bar
2-3 merupakan garis isovolume. Sehingga untuk menghitung Temperatur pada titik 3 dapat
dilakukan sebagai berikut:
1-4 merupakan garis adiabatik. Sehingga untuk menghitung Temperatur pada titik 4 dapat
dilakukan sebagai berikut: