Anda di halaman 1dari 12

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA KEMATIAN

PADA PENYAKIT DEGENERATIF DI INDONESIA

Adianti Handajani, Betty Roosihermiatie, Herti Maryani1

ABSTRACT
Background: (SLGHPLRORJ\ WUDQVLWLRQ FDXVHG WKH PRYHPHQW RI SDWWHUQ GLVHDVH DQG LW LQFUHDVH GHJHQHUDWLYH GLVHDVH
LQ ,QGRQHVLD 'HJHQHUDWLYH GLVHDVH ZDV QRQ LQIHFWLRXV GLVHDVH QDWXUDOO\ FKURQLF DQG GHFUHDVLQJ RI ERG\ IXQFWLRQ EHFDXVH
WKH DJLQJ SURFHVV 7KH UHVXOW ZDV KHDOWK VHFWRU EHDU GRXEOH ORDG LQIHFWLRQ GLVHDVH EHVLGHV GHJHQHUDWLYH GLVHDVHV
Methods: 7KH UHVHDUFK KDYH SXUSRVH WR DVVHV WKH IDFWRUV WKDW UHODWHG ZLWK WKH SDWWHUQ RI PRUWDOLW\ FDXVHG E\ GHJHQHUDWLYH
GLVHDVHV WKDW DUH (10' (QGRFULQ QXWULWLRQDO DQG PHWDEROLF GLVHDVH DQG '&6 'LVHDVH RI &LUFXODWRU\ 6\VWHP 7KH DJH
RI UHVSRQGHQW ZDV PRUH WKDQ \HDUV DQDO\]HG E\ UHJUHVVLRQ EDVHG RQ GDWD RI 5LVNHVGDV ,QGRQHVLD 5HVHDUFK
+HDOWK %DVHOLQH Results: 7KH UHVXOW VKRZV WKDW SRSXODWLRQ ZLWK SRRU DQG PLGGOH HFRQRP\ OHYHO KDV PRUH ULVN WKDQ
ULFK HFRQRP\ OHYHO WR VXIIHULQJ (1'0 DQG '&6 0RUHRYHU WKH SRSXODWLRQ DJH ± KDV PRUH ULVN WR VXIIHULQJ (1'0
DQG '&6 WKDW DJH •

Key words: PRUWDOLW\ GHJHQHUDWLYH GLVHDVH 5LVNHVGDV

ABSTRAK
'L ,QGRQHVLD WUDQVLVL HSLGHPLRORJL PHQ\HEDENDQ WHUMDGLQ\D SHUJHVHUDQ SROD SHQ\DNLW GL PDQD WHUMDGL SHQLQJNDWDQ
SHQ\DNLW GHJHQHUDWLI 3HQ\DNLW GHJHQHUDWLI DGDODK SHQ\DNLW WLGDN PHQXODU \DQJ EHUODQJVXQJ NURQLV NDUHQD NHPXQGXUDQ
IXQJVL RUJDQ WXEXK DNLEDW SURVHV SHQXDDQ %LGDQJ NHVHKDWDQ ,QGRQHVLD VDDW LQL VHGDQJ PHQDQJJXQJ EHEDQ JDQGD NDUHQD
GL VDWX VLVL WHUMDGL SHQLQJNDWDQ SHQ\DNLW GHJHQHUDWLI VHPHQWDUD GL VLVL ODLQ SHQ\DNLW LQIHNVL PDVLK PHUDMDOHOD 3HQHOLWLDQ LQL
EHUWXMXDQ XQWXN PHQJNDML IDNWRU IDNWRU \DQJ EHUKXEXQJDQ GHQJDQ SROD NHPDWLDQ SHQ\DNLW GHJHUDUDWLI GL ,QGRHQVLD NKXVXVQ\D
PHQJNDML KXEXQJDQ NDUDNWHULVWLN GDQ DNVHV \DQNHV WHUKDGDS NHPDWLDQ SHQ\DNLW GHJHQHUDWLI (10' (QGRFULQ PHQWLRQDO
DQG PHWDEROLF GLVHDVH GDQ '&6 'HVHDVH RI &LUFXODWRU\ 6\VWHP SDGD XVLD t WDKXQ PHODOXL XML DQDOLVLV UHJUHVL 'DWD
\DQJ GLJXQDNDQ DGDODK GDWD VHOXUXK SURYLQVL GL ,QGRQHVLD SDGD 5LVHW .HVHKDWDQ 'DVDU 5LVNHVGDV +DVLO DQDOLVLV
PHQXQMXNNDQ EDKZD WLQJNDW HNRQRPL PLVNLQ GDQ PHQHQJDK OHELK EHULVLNR WHUMDGL NHPDWLDQ SHQ\DNLW GHJHQHUDWLI (10'
GDQ '&6 GLEDQGLQJNDQ WLQJNDW HNRQRPL ND\D 6HGDQJNDQ SRSXODVL GHQJDQ NHORPSRN XPXU ± WDKXQ OHELK EHULVLNR
WHUMDGL NHPDWLDQ SHQ\DNLW GHJHQHUDWLI '&6 GLEDQGLQJNDQ XPXU t WDKXQ

Kata kunci: NHPDWLDQ SHQ\DNLW GHJHQHUDWLI 5LVNHVGHV

Naskah masuk: 16 Desember 2009, Review 1: 18 Desember 2009, Review 2: 18 Desember 2009, Naskah layak terbit: 28 Desember 2009

PENDAHULUAN dunia kesehatan. Menurut WHO, diperkirakan banyak


negara mengalami kerugian hingga miliar Dollar akibat
Penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif
penyakit degeneratif ini, oleh karena itu dibutuhkan
sejak beberapa dasawarsa silam telah menjadi
langkah konkret untuk menanggulanginya.
segmentasi permasalahan tersendiri bagi tiap
Hingga saat ini penyakit degeneratif telah menjadi
negara di seluruh dunia. Bersama dengan semakin
penyebab kematian terbesar di dunia. Hampir
peliknya permasalahan yang diakibatkan oleh
17 juta orang meninggal lebih awal setiap tahun akibat
berbagai macam penyakit menular, kasus penyakit
epidemi global penyakit degeneratif (WHO). Fakta
non infeksi menimbulkan adanya beban ganda bagi

1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jl. Indrapura
17 Surabaya.
Korespondensi: .................
E-mail: ............................

42
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pola Kematian (Adianti Handajani, Betty Roosihermiatie, Herti Maryani)

mencengangkan, ternyata epidemi global ditemukan sosial, ekonomi, budaya dan politik. Kurangnya
lebih buruk di banyak negara dengan pendapatan lapangan kerja, penghasilan yang tidak mencukupi,
nasional rendah dan sedang, di mana 80% kematian status perkawinan, pendidikan yang semakin mahal,
penyakit degeneratif terjadi di beberapa negara kawasan tempat tinggal dan sebagainya, dapat
tersebut. Negara yang dimaksud, yaitu Brazilia, memengaruhi kondisi kesehatan seseorang. Kondisi
Kanada, Cina, India, Nigeria, Pakistan, Rusia, Inggris, tersebut dapat menimbulkan gangguan emosional
dan Tanzania (WHO). Oleh karena itu tidak ada pilihan berupa stres psiko-sosial. Perubahan pola makan
selain perlu adanya upaya penyelamatan. Upaya banyak mengkonsumsi makanan instant dan keadaan
dalam bentuk kerja sama global yang diusulkan WHO lingkungan dengan banyaknya pencemaran yang
untuk menanggulangi epidemi penyakit degeneratif dapat bermanifestasi pada gangguan kesehatan.
ini, dapat menyelamatkan kehidupan 36 juta orang Selain kepadatan penduduk karena arus urbanisasi
yang akan meninggal hingga tahun 2015. yang mengakibatkan buruknya sanitasi lingkungan
Di Indonesia transisi epidemiologi menyebabkan menyebabkan tetap tingginya penyakit infeksi.
terjadinya pergeseran pola penyakit, di mana penyakit Analisis lanjut studi mortalitas tahun 2001
kronis degeneratif sudah terjadi peningkatan. Penyakit menunjukkan bahwa kematian cenderung lebih
degeneratif merupakan penyakit tidak menular yang banyak di perdesaan daripada perkotaan. Hal ini dapat
berlangsung kronis seperti penyakit jantung, hipertensi, disebabkan antara lain karena kurang meratanya
diabetes, kegemukan dan lainnya. Kontributor utama distribusi tenaga kesehatan di wilayah perdesaan dan
terjadinya penyakit kronis adalah pola hidup yang kurangnya sarana prasarana di fasilitas kesehatan
tidak sehat seperti kebiasaan merokok, minum yang ada. Selain itu jarak dan sarana transportasi
alkohol, pola makan dan obesitas, aktivitas fisik dapat membatasi kemauan dan kemampuan untuk
yang kurang, stres, dan pencemaran lingkungan. mencari pelayanan kesehatan. Hambatan sarana
Sehingga Indonesia menanggung beban ganda transportasi atau biaya transportasi seperti tidak
penyakit di bidang kesehatan, yaitu penyakit infeksi adanya transportasi umum menyebabkan penderita
masih merajalela dan ditambah lagi dengan penyakit- harus mengeluarkan biaya transpor yang cukup tinggi
penyakit kronik degeneratif. untuk membayar sewa kendaraan. Sebagaimana
Penyakit kardiovaskuler yang utama yaitu dilihat dari tempat kematian memprihatinkan karena
penyakit jantung koroner dan hipertensi. Penyakit VHEDJLDQ EHVDU • NHMDGLDQ NHPDWLDQ GL UXPDK
jantung koroner terutama disebabkan oleh kelainan Selain itu masih banyak kematian yang tidak ada
PLRNDUGLXP DNLEDW LQVX¿VLHQVL DOLUDQ GDUDK NRURQHU catatan medis/tidak memadai atau tidak ada laporan
karena arterosklerosis yang merupakan proses ke Dinkes kab./provinsi/pusat serta laporan tidak
degeneratif, di samping faktor-faktor lainnya. Karena terstandardisasi dengan baik (ICD 10) atau laporan
itu dengan bertambahnya usia harapan hidup manusia tidak memadai untuk tingkat nasional.
Indonesia, kejadiannya akan makin meningkat dan Dengan diketahuinya penyebab kematian dapat
menjadi suatu penyakit yang penting; apalagi sering digunakan untuk: 1) mengetahui kecenderungan
menyebabkan kematian mendadak. dan diferensial penyakit, 2) perencanaan program
Penyebab degeneratif lainnya yaitu Diabetes intervensi, 3) monitoring dan evaluasi program,
Mellitus (DM). Saat ini DM masih menduduki peringkat 4) penelitian epidemiologi, bio dan sosio-medis.
ke-empat sebagai epidemik dunia yang menyebabkan Penelitian ini secara umum mempunyai
kematian (Harmanto N, 1997). Dalam atlas diabetes tujuan mengkaji faktor-faktor yang berhubungan
diperkirakan penduduk Indonesia di atas 20 tahun dengan pola kematian pada penyakit degeneratif di
sebanyak 125 juta dengan asumsi prevalensi DM Indonesia. Sedangkan tujuan khusus: 1) Memberikan
sebesar 4,6% maka diperkirakan pada tahun 2000 gambaran pola kematian penyakit degeneratif pada
jumlah penderita DM berjumlah 5,6 juta orang. individu usia • 15 tahun menurut karateristik (sosio-
Sedangkan pada tahun 2020 akan didapatkan sekitar ekonomi, jumlah Anggota Rumah Tangga (ART),
8,2 juta penderita DM. jumlah kematian ART dalam 12 bulan terakhir);
Hal ini disebabkan adanya perubahan pola hidup 2) Memberikan gambaran pola kematian penyakit
di kawasan Jawa-Bali, di mana pada kehidupan daerah degeneratif pada individu usia • 15 tahun menurut
urban terjadi perubahan di segala aspek meliputi akses yankes; 3) Mengkaji hubungan antara variabel

43
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 13 No. 1 Januari 2010: 42–53

karakteristik dan akses yankes terhadap kematian Persentase kematian


penyakit degeneratif pada individu usia •15 tahun. SHQ\ GHJHQHUDWLI • WDKXQ

METODE
Penelitian ini menggunakan data Auto Verbal
(AV) 3 Riskesdas 2007 dengan populasi seluruh
rumah tangga di seluruh wilayah Indonesia. Dalam
penelitian ini sampel rumah tangga yang dipilih
adalah rumah tangga yang terdapat kasus kematian
SHQ\DNLW GHJHQHUDWLI XVLD • WDKXQ $9 3HQ\DNLW
degeneratif dibatasai pada kasus ENMD (Endocrin,
Gambar 1. Persentase kematian penyakit degeneratif
nutritional, and metabolic disease = penyakit gangguan
• WDKXQ EHUGDVDUNDQ SHQ\DNLW (10' '&6
hormonal, nutrisi, dan metabolik) dan DCS (Disease of
dan non (ENMD+DCS)
Circulatory System = penyakit gangguan jantung dan
sistem sirkulasi peredaran darah). Disain penelitian
adalah analitik, dan analisa diskriptif analitik. disebabkan penyakit DCS, dan 55,7% disebabkan
lainnya. Kejelasannya dapat dilihat pada tabel 1.
Variabel
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang bersifat
9DULDEHO NDUDNWHULVWLN PHOLSXWL: umur saat tidak menular, kronis (menahun), timbul karena
meninggal, jenis kelamin, pengeluaran RT per kapita, semakin menurunnya (kemunduran) kondisi dan
banyaknya anggota RT, dan banyaknya kematian fungsi organ tubuh seiring dengan proses penuaan.
dalam 12 bulan terakhir. Ada sekitar 50 penyakit degeneratif, antara lain:
9DULDEHO DNVHV \DQNHV PHOLSXWL tempat saat penyakit jantung dan pembuluh darah (hipertensi,
meninggal, kawasan tempat tinggal, jarak dan jantung, stroke), endokrin (diabetes mellitus, thyroid,
waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan, dan kekurangan nutrisi, hiperkolesterol), neoplasma
transportasi umum ke sarana pelayanan kesehatan (tumor jinak, tumor ganas), osteophorosis, gangguan
pencernaan (konstipasi, wasir, kanker usus), dan
HASIL DAN PEMBAHASAN kegemukan.
Diagnosa tentang kematian degeneratif yang Proses terjadinya penyakit degeneratif
diperoleh dari data AV 3 Riskesdas untuk individu usia Beberapa teori yang menunjukkan proses awal
• WDKXQ GLNODVL¿NDVLNDQ PHQMDGL \DLWX NHPDWLDQ terjadinya penyakit degeneratif di dalam tubuh
degeneratif karena penyakit ENMD, kematian manusia, yaitu:
degeneratif karena penyakit DCS, dan lainnya selain 1. Adanya hubungan antara transisi demografi,
kasus ENMD dan DCS. Dari 3484 data yang ada, epidemiologi, dan kesehatan. Pada tahap awal
hanya 7,2% yang disebabkan penyakit ENMD, 37,1% kematian, penyakit infeksi dan parasitik yang

Tabel 1. )UHNXHQVL NHPDWLDQ SHQ\DNLW GHJHQHUDWLI SDGD LQGLYLGX XVLD • WDKXQ PHQXUXW GLDJQRVD SHQ\HEDE
kematian endocrin, nutritional, dan metabolic disease (ENMD), disease of circulatory system (DCS),
serta lainnya (non ENMD+non DCS)
Diagnosa penyebab kematian Persentase Kematian peny.
umur 5 tahun Kematian peny. degeneratif pada
degeneratif pada individu usia
ke atas (ICD 10) LQGLYLGX XVLD • WDKXQ
• WDKXQ
ENMD (E00–E90) 251 7,2
DCS (I00–I99) 1291 37,1
Non ENMD dan Non DCS 1942 55,7
Total 3484 100,0

44
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pola Kematian (Adianti Handajani, Betty Roosihermiatie, Herti Maryani)

berkaitan dengan depriviasi kondisi lingkungan awal timbulnya penyakit degeneratif. Besarnya
dan sosial mengawali penurunan. Pada tahap lingkar pinggang dapat disebabkan karena lemak
ini terjadi seleksi terhadap umur dalam bertahan jenuh, kolesterol, maupun tingginya kadar gula
hidup. Tahap selanjutnya adalah saat di mana darah. Lemak dalam tubuh seorang lanjut usia
fertilitas mulai menurun. Di sini struktur umur mulai sangat berbahaya. Selain obesitas, gumpalan
berubah dengan meningkatnya umur lansia. Pada lemak dapat mempersempit pembuluh darah.
tahap ini penyakit degeneratif mulai muncul dan Lemak tersebut akan menempel pada dinding
SHQ\DNLW NURQLV PXODL PHZDUQDL SUR¿O NHVHKDWDQ pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan
penduduk. Tahap ketiga adalah saat di mana tekanan darah dan terganggunya metabolisme
kematian dan kelahiran rendah, pada tahap ini tubuh (misal: penyumbatan pembuluh darah otak
SHQ\DNLW GHJHQHUDWLI PHQMDGL GRPLQDQ GDODP SUR¿O mengakibatkan stroke, penyumbatan pembuluh
kesehatan penduduk. darah jantung mengakibatkan penyakit jantung
Dari uraian di atas, tampak bahwa gambaran pola koroner, dan lain-lain). Pola hidup saat muda sangat
penyakit penyebab utama kematian di Indonesia memengaruhi terjadinya penyakit degeneratif. Pola
telah menunjukkan adanya transisi epidemiologi hidup terdiri atas dua, yakni makan dan gerak. Pola
yang diikuti dengan transisi demografi, yakni makan kurang sehat terlihat apabila mengonsumsi
bergesernya penyebab kematian utama dari penyakit lemak, kalori, kolesterol, serta kadar gula makanan
infeksi ke penyakit non-infeksi (degeneratif). Hal ini dalam jumlah berlebih. Menjaga pola makan tidak
tampak pada periode 1986–2001, di mana terjadi harus menunggu tua, sebab sejak lahir, pola
penurunan persentase kematian dari kelompok makan sudah memengaruhi tubuh. Selain pola
umur muda (bayi dan 1–4 tahun) dan peningkatan makan, pola gerak juga memengaruhi munculnya
persentase kematian pada kelompok umur tua penyakit degeneratif. Banyaknya kemudahan
• WDKXQ 'DODP NXUXQ ZDNWX WDKXQ 6.57 IDVLOLWDV PHPEXDW DNWLYLWDV ¿VLN MDXK EHUNXUDQJ
1980–2001), proporsi kematian penyakit infeksi Kondisi ini akan semakin buruk bila tidak diimbangi
menurun secara signifikan, namun proporsi dengan olahraga (Tjokroprawiro, A).
kematian karena penyakit degeneratif (jantung dan 3. Pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi ke
pembuluh darah, neoplasma, endokrin) meningkat penyakit non-infeksi (degeneratif) adalah akibat
2–3 kali lipat. Penyakit stroke dan hipertensi di adanya pergeseran pola makan dan pola hidup. Di
sebagian besar rumah sakit cenderung meningkat sini terjadi pergeseran dari pola makan tradisional
dari tahun ke tahun dan selalu menempati urutan yang tinggi karbohidrat, tinggi serat, dan rendah
teratas. Dalam jangka panjang, prevalensi penyakit lemak ke pola makan modern yang tinggi lemak,
jantung dan pembuluh darah diperkirakan akan tapi rendah serat dan karbohidrat. Kurangnya
semakin bertambah. mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran
2. Perubahan metabolisme tubuh yang ditandai membuat tubuh kekurangan serat dan dapat
penurunan produksi hormon testosteron untuk laki- berisiko meningkatkan kadar kolesterol tubuh.
laki dan estrogen untuk perempuan biasanya mulai Bila kondisi ini tidak segera diperbaiki dengan pola
tampak pada usia 65 tahun ke atas. Kedua hormon makan yang benar dan baik, maka dapat berakibat
ini tidak hanya berperan dalam pengaturan seks, timbulnya berbagai penyakit, terutama penyakit
tetapi juga dalam proses metabolisme tubuh. Salah degeneratif (jantung, diabetes, bahkan kanker
satu fungsi dua hormon itu mendistribusikan lemak colon). Saat ini masyarakat kita mengarah pada
ke seluruh tubuh. Akibatnya, lemak menumpuk di masyarakat modern yang mempunyai kesibukan
perut, sehingga pada usia lanjut lingkar pinggang sangat tinggi, sehingga sangat wajar apabila
selalu terlihat besar. Batasan lingkar pinggang terjadi perubahan pola makan di mana mereka
normal untuk perempuan < 80 cm dan laki-laki tidak punya waktu untuk mengonsumsi buah-
< 90 cm. Membesarnya lingkar pinggang yang buahan dan sayur-sayuran segar. (Ahmad, A).
diikuti dengan kolesterol dan atau gula darah yang 4. Kelebihan gizi yang mengakibatkan tingginya
tinggi akan mengakibatkan sindroma metabolik, prevalensi penyakit degeneratif sudah dirasakan
yakni terganggunya metabolisme tubuh akibat pola negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
hidup yang tidak sehat. Dari sinilah mulai terjadi Belum lagi akibat yang ditimbulkan oleh lingkungan

45
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 13 No. 1 Januari 2010: 42–53

tercemar, kesalahan pola makan dan gaya hidup analisa lanjut ini kami mencoba memaparkan
yang justru merangsang tumbuhnya radikal bebas hubungan antara beberapa variabel yang terseleksi
(free radical) yang merusak tubuh kita. Penelitian dalam uji analisa regresi logistik multipel (berganda)
di bidang gizi ortomolekuler pada tingkat sel dengan kematian penyakit degeneratif usia
membuktikan, antioksidan dapat melindungi • WDKXQ Dari beberapa variabel yang telah
jaringan tubuh dari efek negatif radikal bebas. dianalisa, ternyata didapatkan 1 variabel berhubungan
Ternyata, gangguan atau ketidakmampuan sistem dengan kematian penyakit degeneratif ENMD usia
antioksidan tubuh inilah yang menyebabkan • WDKXQ GDQ YDULDEHO EHUKXEXQJDQ GHQJDQ
berbagai macam penyakit degeneratif. Radikal NHPDWLDQ SHQ\DNLW GHJHQHUDWLI '&6 XVLD • WDKXQ
bebas merupakan atom atau molekul yang sifatnya Sedangkan gambaran persentase variabel-variabel
sangat tidak stabil (mempunyai 1 elektron atau lebih terkait dengan kematian penyakit degeneratif ENMD
tanpa pasangan), sehingga untuk memperoleh GDQ '&6 XVLD • WDKXQ \DQJ GLODNXNDQ PHODOXL XML
pasangan elektron senyawa ini sangat reaktif bivariat terdapat pada gambar diagram di bawah ini.
dan merusak jaringan. Senyawa radikal bebas
Gambaran penyebab kematian penyakit
timbul akibat berbagai proses kimia kompleks
degeneratif ENMD dan DCS individu usia
dalam tubuh, berupa hasil sampingan dari proses
• WDKXQ PHQXUXW YDULDEHO NDUDNWHULVWLN
oksidasi atau pembakaran sel yang berlangsung
pada waktu bernapas, metabolisme sel, olahraga Umur saat meninggal
yang berlebihan, peradangan atau ketika tubuh Kematian penyakit degeneratif ENMD terbanyak
terpapar polusi lingkungan seperti asap kendaraan pada usia 45–54 tahun. Hal ini dimungkinkan karena
bermotor, asap rokok, bahan pencemar, dan radiasi terjadinya perubahan demografi dan komposisi
matahari atau radiasi kosmis. Karena secara kimia umur, di mana kejadian penyakit degeneratif ENMD
molekulnya tidak lengkap, radikal bebas cenderung (terutama diabetes) akan merata pada semua
“mencuri” partikel dari molekul lain, yang kemudian golongan umur. Kondisi ini tampak pada perubahan
menimbulkan senyawa tidak normal dan memulai struktur penduduk Indonesia yang ditandai dengan
reaksi berantai yang dapat merusak sel-sel penting meningkatnya proporsi penduduk usia produktif
dalam tubuh. Radikal bebas inilah penyebab dan lansia serta menurunnya proporsi penduduk
berbagai keadaan patologis seperti penyakit balita (BAPPENAS, 2004). Dengan kecenderungan
lever, jantung koroner, katarak, penyakit hati tersebut, komplikasi penyakit degeneratif ENMD akan
dan dicurigai pula pada proses penuaan dini. semakin menjadi problem bagi negara berkembang
Sebenarnya reaksi pembentukan radikal bebas termasuk Indonesia. Terdapatnya peningkatan gizi di
merupakan mekanisme biokimia tubuh normal. negara berkembang akan meningkatkan terjadinya
Radikal bebas lazimnya hanya bersifat perantara jumlah penderita ENMD muda sesuai komposisi
yang bisa dengan cepat diubah menjadi substansi umur penduduk. Karena peningkatan gizi cenderung
yang tak lagi membahayakan tubuh. Namun, bila didukung oleh perubahan pola makan, gaya hidup,
radikal bebas sempat bertemu dengan enzim atau GDQ DNWLYLWDV ¿VLN \DQJ WLGDN VHKDW
asam lemak tak jenuh ganda, maka ini merupakan
awal dari kerusakan sel. Salah satu di antaranya
adalah kerusakan lipid peroksida. Ini terjadi bila
asam lemak tak jenuh terserang radikal bebas.
Dalam tubuh kita, reaksi antar zat gizi dengan
radikal bebas akan menghasilkan peroksidasi
yang selanjutnya dapat menyebabkan kerusakan
sel, yang dianggap salah satu penyebab terjadinya
berbagai penyakit degeneratif (kemunduran fungsi
tubuh).
Gambar 2. Persentase penyebab kematian penyakit ENMD
Terkait dengan proses terjadinya kematian GDQ '&6 LQGLYLGX XVLD • WDKXQ PHQXUXW
penyakit degeneratif di atas, maka dalam membahas umur saat meninggal

46
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pola Kematian (Adianti Handajani, Betty Roosihermiatie, Herti Maryani)

Kematian penyakit degeneratif DCS terbanyak penurunannya, maka distribusi lemak tubuh mulai
SDGD XVLD • WDKXQ. Memasuki usia 30 tahun, terganggu. Penimbunan lemak yang tidak terdistribusi
pembuluh darah manusia secara perlahan tapi pasti dengan baik akan memengaruhi metabolisme tubuh.
mulai kehilangan daya elastisitasnya. Kondisi ini Bila proses ini diikuti dengan pola makan, gaya hidup,
akan terus berlanjut hingga usia rata-rata manusia dan aktivitas tidak sehat secara berkepanjangan, maka
setinggi 80 tahun. Proses penuaan pembuluh darah setelah usia 60 tahun individu akan rentan terhadap
sendiri terjadi pada usia 40–50 tahun. (Setianto, serangan penyakit degeneratif. Kondisi perekonomian
B, 2007). Faktor usia memengaruhi kemunduran yang sulit seperti saat ini, memungkinkan perempuan
fungsi tubuh termasuk kekakuan pembuluh darah bekerja untuk menambah nafkah keluarga. Kondisi di
(mengkerut dan menua). Bertambahnya usia juga luar rumah memudahkan mereka terpapar terhadap
memengaruhi penurunan fungsi hormone estrogen pola hidup tidak sehat. Kompleksnya permasalahan
dan testosterone dalam mendistribusikan lemak, seperti kurangnya lapangan pekerjaan, penghasilan
sehingga memungkinkan terjadinya penimbunan keluarga tidak cukup, pendidikan anak yang semakin
lemak dalam tubuh. Bahayanya bila penimbunan mahal, perkawinan tidak harmonis, juga sering
lemak menempel pada dinding pembuluh darah maka bermanifestasi pada timbulnya gangguan emosi dan
penimbunan ini akan mempersempit aliran darah, stres psiko-sosial yang sering mengawali terjadinya
apalagi bila pembuluh darah telah menua. Kondisi penyakit degeneratif. Bila kondisi ini berlarut-larut
ini dapat meningkatkan tekanan darah yang dapat tanpa penanganan yang cepat, maka kematian akibat
mengganggu proses metabolisme tubuh (misal: komplikasi penyakit degeneratif dapat terjadi lebih
penyumbatan pembuluh darah otak mengakibatkan dini.
stroke, penyumbatan pembuluh darah jantung
Pengeluaran RT perkapita
mengakibatkan penyakit jantung koroner, dan lain-
Pengeluaran RT per kapita lebih banyak terdapat
lain).
pada kuintil 4 dan 5 (kaya). Pada masyarakat dengan
Jenis Kelamin sosial-ekonomi tinggi, terdapat kecenderungan
peningkatan daya beli masyarakat terutama dalam
hal perbaikan gizi. Namun perbaikan gizi ini sering
salah terutama pada masyarakat perkotaan karena
mengikuti perubahan pola makan dan gaya hidup yang
salah pula. Makanan mereka cenderung mempunyai
kandungan lemak yang tinggi, kadar serat rendah,
dan sering tidak seimbang mutu gizinya. Bila kondisi
ini tidak diperbaiki sejak dini, maka kemungkinan
kematian akibat penyakit degeneratif akan semakin
meningkat.

Gambar 3. Persentase penyebab kematian penyakit ENMD


GDQ '&6 LQGLYLGX XVLD • WDKXQ PHQXUXW MHQLV
kelamin

Perempuan lebih banyak terdapat pada kematian


penyakit degeneratif ENMD dan DCS. Usia 40–60
tahun merupakan masa krisis bagi perempuan. Pada
usia ini perempuan biasanya sedang mencapai
puncak karir, dan justru pada masa tersebut mereka
akan mengalami menopause (usia 45–55 tahun).
Kondisi menopouse dapat menurunkan produksi Gambar 4. Persentase penyebab kematian penyakit ENMD
hormon wanita (estrogen dan progesteron). Dengan GDQ '&6 LQGLYLGX XVLD • WDKXQ PHQXUXW
pengeluaran per kapita RT

47
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 13 No. 1 Januari 2010: 42–53

Gambaran penyebab kematian penyakit Tipe daerah pada kematian penyakit degeneratif
degeneratif ENMD dan DCS individu usia ENMD dan DCS banyak terdapat di perkotaan, karena
• WDKXQ PHQXUXW YDULDEHO DNVHV \DQNHV kota merupakan daerah urban dengan berbagai
permasalahannya. Faktor penting terjadi banyaknya
Tempat saat meninggal kematian penyakit degeneratif di perkotaan sangat
ditunjang dengan kebiasaan pola makan, gaya hidup,
pola gerak yang salah serta faktor stres psiko-sosial
yang cukup tinggi.
Jarak dan waktu tempuh ke sarana pelayanan
kesehatan
Meski jarak tempuh ENMD dan DCS ke nakes
lebih jauh (> 5 km), tetapi masih dapat ditempuh
GDODP ZDNWX ” PHQLW 6HGDQJNDQ MDUDN WHPSXK
ENMD dan DCS ke UKBM lebih dekat (1–5 km) dalam
Gambar 5. Persentase penyebab kematian penyakit ENMD ZDNWX ” PHQLW ,QL EHUDUWL EHOXP DGD NHQGDOD \DQJ
GDQ '&6 LQGLYLGX XVLD • WDKXQ PHQXUXW sulit bagi individu penderita ENMD maupun DCS
tempat saat meninggal untuk melakukan pengobatan baik ke nakes ataupun
UKBM.
Tempat saat meninggal pada kematian penyakit
degeneratif ENMD lebih banyak di fasilitas kesehatan,
kemungkinan karena kegawatan penyakit (rasa nyeri
dan gejala klinis) tampak berat pada ENMD, sehingga
keluarga lebih cepat membawa ke Rumah Sakit
(RS), sehingga kematian karena komplikasi ENMD
juga terjadi di RS. Sedangkan kematian DCS banyak
terjadi di rumah, karena kegawatan penyakit (rasa
nyeri dan gejala klinis) sering dianggap biasa. Proses
penyakit seperti berjalan lambat dan tidak tampak
berat, sehingga keluarga sering terlambat membawa
ke RS. Kematian biasanya terjadi pada komplikasi Gambar 7. Persentase penyebab kematian penyakit ENMD
berat berupa serangan mendadak. Serangan pada GDQ '&6 LQGLYLGX XVLD • WDKXQ PHQXUXW
kebanyakan kasus sering terjadi pada malam hari jarak (km) ke sarana yankes
menjelang subuh dan individu dalam posisi tidur di
rumah.
Kawasan tempat tinggal

Gambar 8. Persentase penyebab kematian penyakit ENMD


GDQ '&6 LQGLYLGX XVLD • WDKXQ PHQXUXW
waktu tempuh (menit) ke sarana yankes
Gambar 6. Persentase penyebab kematian penyakit ENMD
GDQ '&6 LQGLYLGX XVLD • WDKXQ PHQXUXW WLSH
daerah

48
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pola Kematian (Adianti Handajani, Betty Roosihermiatie, Herti Maryani)

Transportasi umum ke sarana pelayanan 0,628) untuk terjadinya kematian penyakit degeneratife
kesehatan (10' XVLD • WDKXQ GDULSDGD NHORPSRN NXLQWLO
2, dan 3 (miskin dan menengah). Artinya, kematian
penyakit degeneratif ENMD justru banyak terjadi
pada kuintil 1, 2, dan 3 (miskin dan menengah).
Hal ini diduga dengan kondisi ekonomi sulit seperti
saat ini, masyarakat miskin menjadi bertambah.
Penyakit degeneratif ENMD jenis malnutrisi (dalam
hal ini kekurangan nutrisi) cenderung muncul pada
kondisi masyarakat kurang mampu dengan hygiene
yang jelek. Keadaan miskin membuat kelompok ini
makan apa adanya, karena faktor ekonomi membuat
Gambar 9. Persentase penyebab kematian penyakit ENMD mereka tidak bisa memenuhi gizi seimbang yang
GDQ '&6 LQGLYLGX XVLD • WDKXQ PHQXUXW dibutuhkan tubuh. Bila kondisi ini berlangsung lama,
ketersediaan transportasi umum maka gangguan metabolisme terhadap karbohidrat
akan diikuti gangguan metabolisme lemak yang
Ketersediaan transportasi umum ke pelkes nakes/ dapat bermanifestasi pada penyakit-penyakit akibat
UKBM merupakan faktor penting dalam perilaku gangguan metabolisme tubuh termasuk ENMD.
pencarian pengobatan. Transportasi sangat penting Hubungan variabel karakteristik dan akses
dalam mendukung akses masyarakat ke pelayanan yankes terhadap kematian penyakit degeneratif
kesehatan. Hambatan yang sering terjadi biasanya '&6 XVLD • WDKXQ
bukan pada sarana transportasinya, tetapi justru
Variabel karakteristik dan akses yankes yang
pada mahalnya ongkos perjalanan untuk sampai ke
berhubungan dengan kematian penyakit degeneratif
pelayanan kesehatan. Dengan mahalnya ongkos
DCS setelah dilakukan uji regresi logistik multipel
perjalanan, sering masyarakat berobat pada yankes
(berganda) adalah variabel umur saat meninggal dan
terdekat (kebanyakan swasta) atau membeli sendiri
pengeluaran per kapita RT.
obat-obatan tanpa mengetahui efek samping obat
tersebut. Masalah baru yang timbul dengan kebiasaan Umur saat meninggal
ini adalah perawatan penyakit degeneratif sering tidak Variabel umur saat meninggal mempunyai
sempurna karena besarnya biaya yang dikeluarkan, faktor risiko SURWHNWLI di mana kelompok umur
sehingga kemungkinan terjadinya komplikasi tidak • WDKXQ PHPSXQ\DL ULVLNR NDOL 25
dapat dihindari. Ketersediaan transportasi yang mudah untuk terjadinya kematian penyakit degeneratif DCS
dan murah dapat meningkatkan kesadaran masyarakat XVLD • WDKXQ GDULSDGD NHORPSRN XPXU ± WDKXQ
akan pentingnya kesehatan, mengendalikan Artinya, kematian penyakit degeneratif DCS justru
peningkatan penyakit degeneratif, mengendalikan banyak pada kelompok 45–54 tahun.
kematian akibat komplikasi penyakit degeneratif, Dalam dunia medis penyakit yang terkait dengan
serta mengurangi besarnya biaya perawatan penyakit jantung dan pembuluh darah dikenal dengan nama
degeneratif selama hidup individu. kardiovaskular. Dari beberapa penyakit kardiovaskular
tersebut penyakit serangan jantung dan stroke
Hubungan variabel karakteristik dan kematian
merupakan penyebab kematian terbesar dibanding
penyakit degeneratif ENMD individu usia
penyakit kardiovaskular lainnya (WHO,2008).
• WDKXQ
Kematian penyakit kardiovaskular merupakan 30%
Variabel karakteristik dan akses yankes yang dari keseluruhan penyebab kematian pada tahun
berhubungan dengan kematian penyakit degeneratif 2005. Dari 17 juta orang yang meninggal akibat
ENMD setelah dilakukan uji regresi logistik multipel penyakit ini, 7,6 juta karena penyakit serangan jantung
(berganda) adalah variabel pengeluaran RT per dan 5,7 akibat stroke. Hal yang mengejutkan, justru
kapita. Pada variabel ini kuintil 4 dan 5 (kaya) 80% angka kematian penyakit ini terjadi di negara
mempunyai faktor risiko SURWHNWLI, di mana kuintil berkembang, termasuk Indonesia. Saat ini penyakit
tersebut mempunyai faktor resiko sebesar 0,6 kali (OR DCS sudah banyak terdapat pada kelompok usia

49
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 13 No. 1 Januari 2010: 42–53

produktif. Hal ini tampak pada peningkatan kasus lemak dan bumbu-bumbu dengan kadar garam
stroke usia muda dalam kurun waktu 10 tahun tinggi sehingga menimbulkan sensasi rasa yang
belakangan (Francina, S, 2008) yang ditunjang dari sangat lezat di lidah dan dibungkus menarik dalam
penelitian RSCM periode 2005–2006, di mana 20% kemasan cepat saji. Kadar lemak, kalori, dan zat-
penderita stroke berusia < 40 tahun. Peningkatan zat lain yang dikandungnya melebihi batas yang
prevalensi kematian penyakit degeneratif DCS pada ditentukan. Padahal, komposisi makanan sehat
usia produktif juga dipengaruhi oleh pola makan, gaya yang benar adalah yang seimbang nilai gizinya.
hidup, dan aktivitas tidak sehat yang dapat dijelaskan (Saptawati).
sebagai berikut: 0HURNRN GDSDW PHUXVDN SDUX SDUX GDUL DVDS URNRN
1. *DQJJXDQ NDGDU OHPDN GDODP GDUDK GLVOLSLGHPLD \DQJ WHUKLVDS Namun banyak yang belum tahu
PHUXSDNDQ IDNWRU ULVLNR '&6 \DQJ PHPSHUEXUXN bahwa rokok ternyata juga bisa meningkatkan
SURVHV DUWHULRVNOHURWLN DCS dapat menimbulkan kadar kolesterol dalam tubuh manusia. Segala
terjadinya sumbatan pada pembuluh darah jenis dan bentuk rokok berbahaya untuk kesehatan
ke jantung dan otak. Sumbatan timbul akibat jantung bagi perokok termasuk perokok pasif
terbentuknya endapan atau kerak lemak yang (WHO). Asap rokok juga merupakan penyebab
miskin serat pada bagian dalam pembuluh darah. utama terbentuknya lemak pada pembuluh darah
Sumbatan ini akan menyebabkan pembuluh darah yang membuat pembuluh darah kehilangan
menjadi sempit, tidak fleksibel, dan mengeras elastisitas serta penyempitan liang pembuluh
yang disebut DWHURVNOHURVLV Aterosklerosis akan darah. Asap tembakau mengandung 4000 macam
menimbulkan kematian bila menyumbat suplai bahan kimia dan beracun, antara lain: Nikotin
aliran darah ke jantung dan otak. Sebenarnya akan merangsang otak hingga menimbulkan rasa
pada tahap dini, 80% DCS masih dapat dicegah ketagihan terhadap rokok. Carbonmonoksida
dengan melakukan pola makan, gaya hidup, dan (CO 2), zat yang mengikat hemoglobin dalam
aktivitas yang sehat, serta tidak atau berhenti darah, sehingga darah tidak mampu mengikat
merokok (WHO, 2008). Oksigen (O2). Dengan demikian kadar O2 akan
2. /LIH VW\OH WLGDN VHKDW PHUXSDNDQ SHQFHWXV '&6 berkurang dalam darah. Tar, mengandung
XVLD SURGXNWLI Makanan kaya kolesterol seperti 43 bahan kimia kimia yang diketahui menjadi
MXQN IRRG yang sarat lemak dan kolesterol tetapi penyebab kanker karena adanya zat benzopyrene
rendah serat, kebiasaan merokok, serta konsumsi (sejenis policyclic aromatic hydrocarbon/PAH yang
minuman beralkohol, serta pemakaian narkoba telah lama ditetapkan sebagai agen pencetus awal
(belum ada data pasti) dapat membahayakan kejadian kanker).
dan mempercepat timbulnya DCS. Dengan Merokok merupakan salah satu faktor risiko
kesibukan dan faktor stres yang tinggi pada utama untuk timbulnya DCS (terutama penyakit
usia produktif, makanan dengan gizi seimbang jantung koroner/PJK), karena rokok mengandung
sering kali terabaikan, padahal konsep makanan bahan-bahan kimia dan beracun tersebut.
seimbang agar terhindar dari penyakit DCS cukup Merokok bersifat pro-oksidan, menyebabkan
mudah, yakni menghindari makanan yang dapat NDGDU ¿EULQRJHQ PHQLQJNDW DWDX KLSHU¿EULQRJHQ
meningkatkan kadar lemak dan kolesterol dalam agregasi trombosit meningkat atau hipeagregasi,
tubuh (lemak jenuh, makanan bersantan, dan dan F2-isoprostane juga meningkat. Keadaan ini
gorengan) serta meningkatkan asupan buah, sayur, akan semakin mempercepat proses aterosklerosis
kacang-kacangan, ikan, dan daging tidak berlemak. sebagai awal terjadinya DCS. Cara mengatasinya
Konsumsi buah dan sayuran minimal 5 porsi sehari adalah dengan berhenti merokok bagi perokok
dengan pembatasan intake garam kurang dari aktif dan menghindari asap rokok bagi perokok
satu sendok teh per hari. Metode pemasakan pasif.
terbaik adalah ditumis, diungkep, dikukus, rebus, 3HQJJXQDDQ QDUNRED GDQ PLQXPDQ EHUDONRKRO
bakar atau panggang. (WHO, 2008). -XQN IRRG (EHOXP DGD GDWD SDVWL), WHWDSL GLVLQ\DOLU GDSDW
dapat dikonotasikan sebagai makanan berkualitas PHPLFX WHUMDGLQ\D ULVLNR '&6. Alkohol dapat
gizi rendah atau disebut juga makanan sampah. PHQ\HEDENDQ WHUKDPEDWQ\D SURVHV ¿EULQROLVLV
-DQN IRRG biasanya mengandung padat kalori, biasanya terjadi pada penderita dengan hipertensi

50
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pola Kematian (Adianti Handajani, Betty Roosihermiatie, Herti Maryani)

dan diabetes mellitus. Ada yang mengatakan Sebuah penelitian menunjukkan bahwa orang
bahwa alkohol masih merupakan faktor risiko yang yang mengkonsumsi makanan berserat sekitar
kontroversial. Walaupun demikian, angka kejadian 35 gram per hari memiliki risiko terkena penyakit
stroke meningkat pada peminum alkohol sedang jantung 1/3 kali lebih rendah dibanding orang yang
hingga berat dibandingkan dengan seseorang mengkonsumsi serat kurang dari 15 gram per
yang bukan peminum alkohol. hari. Anjuran WHO jumlah serat yang dikonsumsi
.HELDVDDQ PDNDQ MDMDQDQ JRUHQJDQ VHWLDS KDUL sebenarnya tidak terlalu banyak, yakni 25–35
PHPSXQ\DL ULVLNR WLQJJL EDJL NHVHKDWDQ GDQ gram per hari. Jumlah ini belum bisa dipenuhi
PHQMDGL SHPLFX SHQ\DNLW GHJHQHUDWLI (GLDEHWHV orang Indonesia, karena berdasarkan penelitian,
NDUGLRYDVNXOHU VWURNH). Satu makanan gorengan diketahui bahwa konsumsi serat orang Indonesia
setara dengan tiga potong jenis makanan gorengan rata-rata hanya 10,5 gram per hari (Basuni, A,
lauk dan lima potong makanan selingan atau 1998). Serat makanan adalah bagian yang dapat
dua potong lauk dan delapan potong makanan dimakan dari tanaman atau karbohidrat analog yang
selingan. Jenis makanan ini justru banyak digemari resisten terhadap pencernaan dan absorpsi pada
masyarakat perkotaan, karena bersifat serba usus halus dengan fermentasi lengkap atau partial
instan, murah meriah, dan banyak dijual di pinggir pada usus besar (American Association of Cereal
jalan. (Yogiantoro). Chemist /AACC, 2001). Serat makanan tersebut
3. $NWLYLWDV ¿VLN \DQJ NXUDQJ GDSDW EHULVLNR WHUMDGLQ\D meliputi pati, polisakharida, oligosakharida, lignin
'&6 $NWLYLWDV ¿VLN PLQJJXDQ DSDSXQ GL VDPSLQJ dan bagian tanaman lainnya. Sekitar 1/3 dari
kegiatan hidup rutin sehari-hari mempunyai serat makanan total (Total Dietary Fiber, TDF)
daya proteksi terhadap kematian kardiovaskuler. adalah serat makanan yang larut (Soluble Dietary
Aktivitas fisik mingguan yang bersifat ringan Fiber, SDF), sedangkan kelompok terbesarnya
(denyut jantung meningkat sampai 10 kali merupakan serat yang tidak larut (Insoluble Dietary
permenit) sudah memberi dampak proteksi, hanya Fiber, IDF) (Prosky and De Vries, 1992). Serat
harus dilakukan hampir setiap hari. Sedangkan yang tidak larut dalam air ada 3 macam yaitu
DNWLYLWDV ¿VLN PLQJJXDQ \DQJ EHUVLIDW VHGDQJ DWDX sellulosa, hemisellulosa dan lignin. Serat tersebut
berat cukup dilakukan 2–3 kali seminggu, tetapi banyak terdapat pada sayuran, buah-buahan
harus teratur. Olahraga dan kegiatan yang murah dan kacang-kacangan. Sedang serat yang larut
dan mudah dikerjakan cukup bermanfaat dalam dalam air adalah pectin, musilase dan gum. Serat
upaya pencegahan kardiovaskular. Olahraga ini banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran
dan kegiatan tersebut dapat berupa jalan kaki dan sereal, sedang gum banyak terdapat pada
6 kilometer per jam, senam aerobik beban sedang aksia. Beberapa penelitian membuktikan bahwa
(Senam Jantung Sehat), olahraga bela diri (pencak rendahnya kadar kholesterol dalam darah ada
silat, dan lain-lain), melakukan kegiatan setara hubungannya dengan tingginya kandungan serat
seperti naik tangga dua tingkat, membawa GDODP PDNDQDQ 6HFDUD ¿VLRORJLV VHUDW PDNDQDQ
barang 10 kg, mencangkul atau kegiatan yang larut (SDF) lebih efektif dalam mereduksi
berkebun. Menurut WHO, aktivitas apapun yang plasma kholesterol yaitu low density lipoprotein
dilakukan minimal 30 menit setiap hari, asal (LDL), serta meningkatkan kadar high density
mampu meningkatkan denyut jantung antara lipoprotein (HDL). Makanan dengan kandungan
110–130 per menit, berkeringat dan disertai serat kasar yang tinggi juga dilaporkan dapat
peningkatan frekuensi napas namun tidak sampai mengurangi bobot badan (Bell, et al., 1990). Serat
terengah-engah sudah cukup baik untuk mencegah makanan akan tinggal dalam saluran pencernaan
penyakit jantung dan stroke. dalam waktu relatif singkat sehingga absorpsi zat
4. 3ROD PDNDQ UHQGDK VHUDW EHULVLNR WHUMDGLQ\D makanan berkurang. Selain itu makanan yang
'&6 Serat makanan adalah komponen dari mengandung serat relatif tinggi akan memberikan
tumbuhan yang dikonsumsi, dan tidak dapat rasa kenyang karena komposisi karbohidrat
dicerna oleh sistem pencernaan manusia. Meski kompleks yang menghentikan nafsu makan
tidak termasuk zat gizi esensial, keberadaan serat sehingga mengakibatkan turunnya konsumsi
makanan begitu penting bagi kesehatan tubuh. makanan. Makanan dengan kandungan serat

51
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 13 No. 1 Januari 2010: 42–53

kasar relatif tinggi biasanya mengandung kalori KESIMPULAN DAN SARAN


rendah, kadar gula dan lemak rendah yang dapat
Kesimpulan
membantu mengurangi terjadinya obesitas dan
penyakit jantung. Gambaran pola kematian penyakit degeneratif
(10' GDQ '&6 SDGD LQGLYLGX XVLD • WDKXQ
Pengeluaran RT per kapita menurut karakteristik adalah sebagai berikut: umur
Variabel pengeluaran per kapita RT (kuintil 4 saat meninggal ENMD lebih muda (45–54) daripada
dan 5) juga mempunyai faktor risiko SURWHNWLI di '&6 • -XPODK NHPDWLDQ $57 GDODP EXODQ
mana kelompok kuintil 4 dan 5 (kaya) mempunyai terakhir pada ENMD lebih sedikit (1–5) daripada DCS
risiko 0,74 kali (OR 0,744) untuk terjadinya kematian (> 6). ENMD dan DCS terdapat lebih banyak pada
SHQ\DNLW GHJHQUDWLI '&6 XVLD • WDKXQ GDULSDGD perempuan, kuintil 5, dan pada jumlah ART 1–5.
kelompok kuintil 1, 2, dan 3 (miskin dan menengah). Gambaran pola kematian penyakit degeneratif
Artinya, kematian penyakit degeneratif DCS justru (10' GDQ '&6 SDGD LQGLYLGX XVLD • WDKXQ PHQXUXW
banyak pada kelompok kuintil 1, 2, dan 3 (miskin akses yankes adalah sebagai berikut: tempat saat
dan menengah). Hal ini diduga ada keterkaitan meninggal ENMD di fasilitas kesehatan sedangkan
antara rendahnya tingkat pengetahuan dan kondisi DCS di rumah, jarak ke pelkes UKBM pada ENMD
miskin individu. Rendahnya tingkat pengetahuan lebih dekat dalam km (1–5) daripada DCS (> 5), jarak
sering membuat individu tidak tahu kapan harus ke pelkes UKBM pada ENMD lebih jauh dalam meter
berhubungan dengan nakes. Ada dua kemungkinan (301–500) daripada DCS (< 100), transportasi umum
yang mendasari hal ini. Pertama, individu memang pada ENMD lebih tersedia daripada DCS. ENMD dan
tidak tahu sedang menderita DCS karena gejala DCS terdapat lebih banyak di perkotaan, jarak ke
yang muncul sering tidak menonjol. Kedua, individu pelkes nakes dalam km jauh (> 5 km), jarak ke pelkes
tidak tahu batas kegawatan DCS dan komplikasinya, nakes dalam meter dekat (< 100), waktu tempuh baik
sehingga sering individu dibawa ke RS dalam kondisi NH SHONHV QDNHV 8.%0 FHSDW ” PHQLW
terlambat. Kondisi miskin sering membuat individu Hubungan karakteristik dan yankes terhadap
mengabaikan pengobatan nakes, karena besarnya NHPDWLDQ SHQ\DNLW GHJHQHUDWLI XVLD • WDKXQ \DQJ
biaya yang harus berulangkali dikeluarkan untuk didapatkan pada ENMD adalah variabel pengeluaran
penyakit kronisnya. Sering individu hanya berobat bila RT per kapita. Pada variabel ini kuintil 4 dan 5 (kaya)
ada keluhan yang mengganggu. Padahal, pengobatan mempunyai faktor risiko SURWHNWLI, di mana kuintil
yang tidak sempurna akan mempercepat komplikasi tersebut mempunyai faktor risiko sebesar 0,6 kali
dari penyakit degeneratif tersebut. Stres mental (OR 0,628) untuk terjadinya kematian penyakit
emosional juga sering muncul pada individu, karena GHJHQHUDWLI (10' SDGD LQGLYLGX XVLD • WDKXQ
menganggap penyakitnya tidak kunjung sembuh, daripada kelompok kuintil 1, 2, dan 3 (miskin dan
ditambah tidak adanya biaya pengobatan. Belum lagi menengah).
masalah asupan gizi sehat, sedangkan untuk mencari Hubungan karakteristik dan akses yankes
sesuap nasi dalam sehari dirasakan sangat sulit. WHUKDGDS NHPDWLDQ SHQ\DNLW GHJHQHUDWLI SDGD XVLD •
Kompleksnya permasalahan pada kelompok miskin 15 tahun yang didapatkan pada DCS adalah variabel
sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kelompok umur saat meninggal mempunyai faktor risiko SURWHNWLI
menengah bila mereka telah jatuh dalam kondisi sakit di mana NHORPSRN XPXU • WDKXQ PHPSXQ\DL
berat sampai harus mendapatkan perawatan Rumah risiko 0,57 kali (OR 0,578) untuk terjadinya kematian
Sakit (RS). Jaminan kesehatan masyarakat yang ada SHQ\DNLW GHJHQHUDWLI '&6 XVLD • WDKXQ GDULSDGD
saat ini lebih difokuskan pada masyarakat miskin. kelompok umur 45–54 tahun. Variabel pengeluaran
Sehingga tidak jarang kelompok ekonomi menengah RT per kapita (kuintil 4 dan 5) juga mempunyai
harus menjual semua harta benda yang dimiliki faktor risiko SURWHNWLI di mana kelompok kuintil 4
untuk membiayai harga perawatan RS yang tinggi. dan 5 (kaya) mempunyai risiko 0,74 kali (OR 0,744)
Bila kondisi ini terjadi, maka munculnya kelompok- untuk terjadinya kematian penyakit degenratif DCS
kelompok masyarakat miskin baru yang semakin • WDKXQ GDULSDGD NHORPSRN NXLQWLO GDQ
mempertinggi angka kejadian kematian penyakit (miskin dan menengah).
degeneratif DCS di masa mendatang.

52
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pola Kematian (Adianti Handajani, Betty Roosihermiatie, Herti Maryani)

Saran +LQGDUL 0DNDQDQ \DQJ 0HQJDQGXQJ =DW .LPLD 2006,


Available at: http://72.14.235.132/search?q=cache:
Perbaikan kualitas kesehatan masyarakat dalam
kejYHx1R 7sJ:125.160.76.194/data/data
mencegah dan meminimalkan kematian akibat
ienovo/data p sutar/my%2520document/
peningkatan penyakit degeneratif di masyarakat renbang%25202009/ kes%2520iiwa.doc+kelompo
memerlukan upaya-upaya sebagai berikut: k+umur+thdp+kematia n+penyakit+deqeneratif&hl=i
1. Memberikan pendidikan tentang pola perilaku dan d&ct=clnk&cd=1&ql=id
pola hidup sehat dengan gizi seimbang kepada Indonesia. Departemen Pertanian. Agribisnis. Tth.
seluruh masyarakat baik melalui pendidikan formal 3HQLQJNDWDQ $NVHV 0DV\DUDNDW 7HUKDGDS /D\DQDQ
maupun informal sejak dini (sejak balita) secara .HVHKDWDQ <DQJ /HELK %HUNXDOLWDV %DE
berkesinambungan. Jakarta, Available at: http://72.14.235.132/
search?q=cache: UybNMIoEjm8J:agribisnis.
2. Memperbanyak pembangunan sarana pelayanan
deptan,Qo. id/web/dipertantb/produkhukum/bab
kesehatan nakes pemerintah/UKBM yang
27 narasi.pdf+transportasi+ke+pelayanan+keseh
berkualitas pada lokasi yang mudah dijangkau atan.kematian+penvakit+degeneratif&hl=id&ct=cln
masyarakat dengan biaya transportasi yang k&cd=2&ql=id&clienW ¿UHIR[ D
murah. ,QGRQHVLD 0DVLK 'LUXQGXQJ %HUEDJDL 3HQ\DNLW 6HULXV 2009,
3. Memerlukan penelitian lebih lanjut tentang Laporan Akhir Tahun Kesehatan 2008, Available
penyebab kematian penyakit degeneratif lebih at: http://www. suarakarya-online.com/news.
mendalam agar peningkatan kematian penyakit html?id=217242
degeneratif di Indonesia dapat lebih dicermati, ,QIRUPDVL WHQWDQJ JL]L QXWULVL Tth, Available at: http://
rssm.iwarp.com/qizi.htm
dikendalikan, dan ditangani sesegera mungkin.
Kusman, D. 2006. .DLWDQ DNWLYLWDV ¿VLN GHQJDQ SHQFHJDKDQ
4. Bagi instansi kesehatan terkait, dapat lebih
SHQ\DNLW MDQWXQJ NRURQHU DNLEDW DWHURVNOHURVLV
meningkatkan perencanaan intervensi, monitoring, Jakarta: pidato pada upacara pengukuhan sebagai
dan evaluasi program pengendalian kematian Guru Besar, Universitas Indonesia, Available at: http://
penyakit degeneratif sesuai sasaran yang tepat. id.inaheart.or.id/?p=55
Ma n so e r A . 2 0 0 1. a . . D UG L R O RJ L . D S L WD 6 H O H NWD
.HGRNWHUDQ b. 1HIURORJL GDQ KLSHUWHQVL Media
DAFTAR PUSTAKA
Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas
Ahmad A. 2008. Pola Penyebab Kematian di Indonesia Indonesia, Jakarta.
Berubah. 6HPLQDU 'LHWDU\ )LEUH LV %HQH¿W RU 0\WK 0HQLQJNDWQ\D SHQGXGXN UDZDQ VWURNH Tth, Available at:
-DNDUWD, Available at: http://www.qlorianet.org/arsip/ http://72.14.235.132/search7q-cache:
b3570.html UDIs8p8cZx8J: www.damandiri.or.id/file/buku/
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2001. seri4bab5.pdf+menqapa+penvakit+stroke+terjadi+pa
6XUYHL .HVHKDWDQ 5XPDK 7DQJJD 6.57 BPPK, da+oranq+miskin%3F&hl=id&ct=clnk&cd=5&gl=id
Jakarta. 1H¿ $ 6D\DQJL -DQWXQJ $QGD GHQJDQ *D\D +LGXS
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2004. 6HKDW Available at: http://www.dinkesiatenqprov.
6XUYHL 6RVLDO (NRQRPL 1DVLRQDO 6XVHQDV 6XEVWDQVL TR LG ZHETRLG LQGH[ SKS"QDPH 1HZV ¿OH DUWLFOH
.HVHKDWDQ 6WDWXV .HVHKDWDQ 3HOD\DQDQ .HVHKDWDQ &sid=34&theme=Printer
3HULODNX +LGXS 6HKDW GDQ .HVHKDWDQ %33. Skach, William. 1996. 3HQ\DNLW -DQWXQJ ,VNHPLN 3HQXQWXQ
Jakarta. 7HPSL 0HGLV (GLVL ;9,,, EGC. Jakarta.
*DQJJXDQ NHVHKDWDQ ZDQLWD PHQXUXW WDKDSDQ XVLD Soeparman. 1987. OOPX 3HQ\DNLW 'DODP -LOLG , (GLVL .HGXD
2009. Available at: http://www.kapanlaqi.com/ Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
clubbinq/showthread. php?p=386122qklinis. Soeparman. 1990. 'LDEHWHV 0HOLWXVSDGD VDDWLQLGDQ DNDQ
2004. $QWLRNVLGDQ 5HVHS 6HKDW 8PXU 3DQMDQJ GDWDQJ OOPX 3HQ\DNLW 'DODP -LOLG ,, Balai penerbit
Sn. http://72.14.235.132/ search?q : =cache:fD_ FKUI, Jakarta.
zvSWaBrcJ:www.qizi.net/cqi-bin/berita/fullnews.cqi% Sukamdi. 2008. 7HRUL 7UDQVLVL (SLGHPLRORJL GDQ 7UDQVLVL
3Fnewsid1091413481,53757, +proses+terjadinya+pen .HVHKDWDQ %ORN .HVHKDWDQ 0DV\DUDNDW
vakit+deqeneratif+dan+antio ksidan&hl=id&ct=clnk&c Tjokroprawiro A. 2008. +LQGDUL 3HQ\DNLW 'HJHQHUDWLI GHQJDQ
G JO LG FULHQW ¿UHIR[ D 3ROD +LGXS 6HKDW $ZDV /LQJNDU 3LQJJDQJ %HVDU
Joseph G. Tth, *DQJJXDQ $NLEDW .HNXUDQJDQ 6HUDW E-mail: Sn., Available at: http://www.indopos.co.id/index.
gjosephid@yahoo.com php?act=detail c&id-343872

53

Anda mungkin juga menyukai