Anda di halaman 1dari 11

BULETIN

BULETIN
PALAWIJA
PALAWIJA
VOL.V14
OL.N14
O. 1:
NO78–88
. 2, OKTOBER
(OKTOBER
2016
2016)

Patologi dan Teknis Pengujian Kesehatan


Benih Tanaman Aneka Kacang
Pathology and The Seed Health Testing Techniques of Legumes

Mudji Rahayu
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Malang
email: muji_sings@yahoo.com

NASKAH DITERIMA: 25 FEBRUARI 2016; DISETUJUI UNTUK DITERBITKAN : 6 APRIL 2016

ABSTRAK plant diseases (phytopathology), defined as study of the


abnormal function of seed due to seedborne pathogens.
Patologi benih merupakan salah satu bidang ilmu dari This science is also studying the relationship between
penyakit tanaman (fitopatologi), didefinisikan sebagai pathogen and the host plant, role of seed as the source
studi tentang penyakit pada benih untuk mengetahui faktor of diseases, spread of disease, and the control measures.
penyebab penyimpangan fungsi benih. Bidang ilmu ini Other knowledge is need to support this science includ-
juga mempelajari hubungan antara patogen dan inangnya ing microbiology, and seed technology. Healthy seed
yaitu peran biji sebagai sumber penyebaran dan penularan meaning is the seed must be free from pathogens infec-
penyakit, serta tindakan yang perlu diambil untuk mengen- tion or contamination. Seedborne disease on legumes is
dalikan kerusakan yang diakibatkannya. Diperlukan due to pathogens including fungi, bacteria, and viruses.
dukungan pengetahuan lain di antaranya fitopatologi Compared with diseases in vegetative parts of plant such
umum, mikrobiologi, dan teknologi benih dalam mempe- as leaves and stems, infected seed often asymptomatic,
lajari patologi benih. Benih sehat memiliki arti bahwa making visual detection imposible. Infected seed can be
biji yang digunakan sebagai benih harus bebas dari infeksi detected using the ISTA methods. ISTA (International Seed
ataupun kontaminasi patogen. Patogen yang menginfeksi Testing Association) is an institution in the world has been
benih aneka kacang terdiri atas beberapa jenis jamur, developed the seed health testing methods including
bakteri, dan virus. Berbeda dengan penyakit pada bagian conventional detection (dry seed observation or dry
vegetatif tanaman seperti daun dan batang, penyakit method, wet method by immersion or extraction of seeds,
benih seringkali tanpa gejala kerusakan sehingga sulit and incubation using artificial media), serological and
diketahui secara visual. Benih membawa penyakit biasa- molecular detections, and seed growth test under green-
nya dideteksi dengan metode standar dari ISTA (Seed house condition. Seed health testing is an important way
International Seed Testing Association), suatu lembaga in improving the quality of seed (seed improvement), the
resmi di dunia yang menetapkan standar mutu benih seed trade, and the crops protection againsts diseases.
termasuk pengujian kesehatan benih. Metode pengujian Of course the methods should be conducted in an ac-
yang umum dilakukan adalah secara konvensional (peme- credited laboratory which professionally managed. In order
riksaan secara visual atau cara kering, cara basah dengan to produce the healthy seed in legumes, several disease
perendaman atau ekstraksi benih, dan inkubasi pada control measures to be done in field since the first growth
media buatan), deteksi secara serologi dan molekuler, of plant until seed harvesting (pre-harvest), also during
serta metode pertumbuhan benih di rumah kaca. Uji kese- seed storage or distribution (post-harvest).
hatan benih berperan penting dalam perbaikan mutu
benih (seed improvement), perdagangan benih (seed Keywords: legumes, seed pathogens, seed health testing,
trade), dan perlindungan tanaman (plant protection). disease management.
Pelaksana pengujian dapat dilalakukan oleh penangkar
namun sebaiknya dilakukan oleh laboratorium terakre- PENDAHULUAN
ditasi yang dikelola secara profesional. Dalam mempro-
duksi benih sehat pada tanaman aneka kacang, perlu Patologi benih merupakan salah satu bidang ilmu
upaya pengendalian penyakit pada tanaman di lapangan penyakit tanaman (fitopatologi), didefinisikan sebagai
yang dilakukan sejak periode tanaman mulai tumbuh studi tentang penyakit benih untuk mengetahui faktor
hingga panen (prapanen) dan pengendalian di tempat penyebab penyimpangan fungsi benih. Bidang ilmu
penyimpanan atau selama distribusi benih (pascapanen). ini juga mempelajari hubungan antara patogen dan
Kata kunci: aneka kacang, patogen benih, uji kesehatan inangnya yaitu peran benih sebagai sumber penye-
benih, pengelolaan penyakit baran dan penularan penyakit, serta tindakan yang
perlu diambil untuk mengendalikan kerusakan yang
ABSTRACT diakibatkannya. Paul Neergaard adalah bapak patologi
benih yang bersama dengan Mary Noble mencetuskan
Pathology and the seed health testing tech-
niques of legumes. Seed pathology is a science of istilah patologi benih di tahun 1940-an (Agarwal dan

78
RAHAYU: PATOLOGI DAN TEKNIS PENGUJIAN KESEHATAN BENIH TANAMAN ANEKA KACANG

Sinclair 1997). Dalam mempelajari patologi benih hatan yang baik. Status kesehatan benih dapat dike-
diperlukan dukungan beberapa pengetahuan lain di tahui melalui pengujian khusus untuk mendeteksi
antaranya adalah fitopatologi umum, mikrobiologi, adanya patogen yang mungkin terbawa dalam suatu
dan teknologi benih. lot benih. Uji kesehatan benih bukan merupakan
Benih tanaman harus memiliki kemampuan hidup ramalan, tetapi suatu metode untuk mendapatkan
yang tinggi (viabilitas) sebagai calon penerus generasi informasi tentang kemungkinan adanya suatu resiko
dalam produksi tanaman. Sebagian besar (90%) penyakit menular melalui benih. Tujuan dari penulisan
tanaman pangan untuk alat pembiakannya berupa ini adalah untuk mengenal penyakit-penyakit penting
biji atau benih. Dengan demikian benih harus memiliki pada benih tanaman aneka kacang, teknis pengujian
mutu tinggi. Petani tanaman pangan termasuk aneka kesehatan benih sesuai metode standar, dan penge-
kacang seringkali mengalami kerugian yang tidak lolaan penyakit benih.
sedikit baik dari segi biaya maupun waktu, akibat
penggunaan benih bermutu rendah. Pencapaian PENYAKIT PENTING PADA
produksi tanaman aneka kacang sangat tergantung BENIH ANEKA KACANG
pada teknologi maju dalam budidaya dan kondisi iklim
Penyakit terbawa benih memiliki arti penting karena
atau cuaca yang mendukung, tetapi penting untuk
merugikan secara kualitas dan kuantitas terhadap
memperhatikan pemilihan benih bermutu tinggi.
produksi tanaman atapun industri makanan berbahan
Menurut Sutopo (2004) bahwa mutu benih dapat dilihat
baku biji. Gejala penyakit benih nampak secara vi-
dari tiga komponen yaitu mutu genetis terkait
sual ketika benih dikecambahkan, umumnya berupa
kemurnian varietas, mutu fisiologis yaitu memiliki daya
busuk biji (seed rot), rebah bibit (damping-off) atau
kecambah dan vigor yang baik, serta mutu fisik seperti
tanaman mati, dan menyebabkan turunnya populasi
bernas, ukuran homogen, tidak tercampur material
tanaman di lapangan (Malvick 2002). Kerugian akibat
lain, dan sehat atau bebas dari hama dan penyakit.
penyakit benih dapat muncul dalam waktu yang pendek
Dalam proses produksi benih bermutu, maka sejak
atau langsung dan dalam waktu yang lambat atau
awal bercocok tanam harus digunakan bahan bermutu
dampak jangka panjang. Kerugian jangka pendek
tinggi, dengan kriteria sebagai berikut : 1. Benih harus
adalah turunnya daya kecambah, vigor yang lemah,
bersih dan bebas dari segala jenis kotoran yang
bibit atau tanaman muda abnormal bahkan mati,
tercampur dalam lot benih, 2. Murni terdiri satu jenis
dan kerusakan lainnya pada setiap tahap pertum-
varietas, tidak tercampur dengan varietas lainnya,
buhan tanaman hingga panen dan pascapanen.
3. Secara fisik bagus, bernas, warna tidak kusam,
Kerugian jangka panjang muncul ketika benih didis-
kulit tidak terkelupas, mulus tidak ada bercak, tidak
tribusi ke areal luas, maka benih tisak sehat menjadi
keriput, dan 4. Sehat tidak membawa hama penyakit
sumber infeksi baru, terutama di areal yang belum
yang merugikan.
pernah terjangkit penyakit. Menurut Singh et al. (2011)
Fokus pada kriteria keempat, benih sehat memiliki penyakit terbawa benih menjadi penting karena dua
arti bahwa benih harus bebas dari infeksi ataupun hal yaitu: (1) mengganggu perkecambahan, per-
kontaminasi penyakit. Kesehatan benih sangat tumbuhan dan produktivitas tanaman, dan (2) menye-
menentukan kesehatan tanaman supaya memberikan barkan penyakit lewat biji dan bibit (seed and seed-
produksi yang berkualitas (Diaz et al. 1998). Benih lings disease) melalui infeksi yang berkembang sistemik
aneka kacang adalah biji yang mngandung nutrisi atau lokal. Kakde dan Chavan (2011) menyatakan
tinggi. Biji sejak awal terbentuk pada tanaman induk, bahwa penyakit benih menyebabkan berubahnya
sampai periode panen kemudian digunakan sebagai komposisi kimia seperti berkurangnya kandungan
benih yang tumbuh menjadi tanaman baru tidak lepas karbohidrat, protein, lemak dalam biji. Berikutnya
dari gangguan patogen. Semua jenis patogen (jamur, dinyatakan oleh Barros et al. (2011) bahwa konta-
bakteri, dan virus) dapat menyerang benih dan meng- minasi jamur menghasil senyawaa mikotoksin dalam
gunakan nutrisi yang ada dalam benih untuk hidupnya, biji tanaman pangan, sangat membahayakan kese-
hal ini menyebabkan kerusakan pada benih. Pada hatan manusia dan ternak.
umumnya benih setelah dipanen, tidak selalu langsung
Jamur merupakan jenis patogen dominan yang
ditanam oleh petani tetapi sebagian akan disimpan
menginfeksi benih tanaman aneka kacang (Tabel 1).
selama jangka waktu tertentu menunggu musim tanam
Gejala penyakit benih pada umumnya nampak secara
yang tepat dan pada periode tersebut dapat terjadi
visual ketika benih dikecambahkan, dan gejalanya
kerusakan akibat penyakit terbawa benih. Untuk itu
beragam seperti busuk biji (seed rot), rebah bibit
diperlukan penanganan benih secara baik agar pada
(damping-off) dan tanaman mati, sehingga terjadi
saat ditanam kondisi benih masih memadai yaitu
pengurangan populasi tanaman (Malvick 2002).
memiliki viabilitas, kevigoran, kemurnian dan kese-

79
BULETIN PALAWIJA VOL. 14 NO. 2, OKTOBER 2016

Tabel 1. Patogen tular benih yang penting pada tanaman aneka kacang

Tanaman inang Jenis patogen (jamur, bakteri, dan virus)

Kedelai Jamur: Macrophomina phaseolina, Fusarium oxysporum, Aspergillus flavus, A. niger, Phoma sp.
dan Sclerotinia sclerotiorum, Cercospora kikuchii, Peronospora manshurica, Microsphaera diffusa,
Alternaria spp., Cladosporium sp., Verticillium spp., Pythium sp., Phytophthora sp., Curvularia
lunata, Penicillium spp.
Bakteri: Pseudomonas syringae, Xanthomonas axonopodis.
Virus: Soybean Mosaic Virus (SMV), Soybean Stunt Virus (SSV).
Kacang tanah Jamur: Rhizoctonia spp., Fusarium spp., Pythium spp, Rhizopus spp., Penicillium spp., Alternaria
spp., Botrytis cinerea, Mucor spp., Curvularia sp., Cladosporium sp., Botryodiplodia theobromae,
Aspergillus flavus, A. niger, S. rolfsii, S. bataticola, R. solani, Verticillium sp., Mucor sp., Rhizopus.
Bakteri: Ralstonia solanacearum.
Virus: Peanut Mottle Virus (PMoV).
Kacang hijau Jamur: Alternaria sp., Fusarium spp., Myrothecium roridum, Drechslera sp., Aspergillus flavus,
A. niger, Macrophomina phaseolina
Sumber: dirangkum dari berbagai sumber.

Pada kedelai, jamur terbawa benih yang penting spp., Curvularia sp., Cladosporium sp., dan Botryo-
di antaranya adalah Alternaria spp., Cercospora diplodia theobromae dapat terbawa pada benih (Dhar-
kikuchii, Cladosporium spp., Phomopsis, Fusarium maputra dan Retnowati 1996; Elwakil dan El-Metwally
spp. dan Verticillium spp. (Villarroel et al. 2004); 2001), demikian juga Sclerotium rolfsii (Mehan et al.
Phytophthora sp. (Malvick 2002); Peronospora 1995). Aspergillus flavus, pada kacang tanah menu-
manshurica dan Microsphaera diffusa masing-masing runkan kandungan karbohidrat dan lemak biji (Naikoo
menyebabkan penyakit embun bulu atau downy et al. 2013); serta merusak protein biji (Singare dan
mildew dan embun tepung atau powdery mildew Ade 2014). Begum et al. (2013) menyatakan bahwa
(Sweets et al. 2008); serta Phoma sp. penyebab busuk benih kacang tanah yang disimpan 6 bulan, terjadi
biji yang menjadi kendala serius pada produksi benih serangan A. flavus 0,25% sangat rendah persentase
kedelai di Amerika (Jackson et al. 2005; Pathan et infeksi ini tetapi merupakan batas yang dapat dito-
al. 2009). Berikutnya Ramesh et al. (2013) mengiden- leransi karena berindikasi menurunkan perkecambahan
tifikasi 11 jamur pada benih kedelai yang terpenting menjadi 71%. Bakteri R. solanacearum penyebab
adalah Macrophomina phaseolina, F.oxysporum, kerusakan pembuluh batang sehingga timbul gejala
A.flavus, A. niger, Phoma sp. dan Sclerotinia sclero- layu pada kacang tanah, menular melalui benih dengan
tiorum; dan yang kurang penting F. solani, F. monili- persentase 5–8% (Zeng et al. 1994). Virus PMoV atau
formae, Rhizopus sp., Botrytis cinerea dan Cercospora Peanut Mottle Virus menyebabkan penyakit belang
kikuchi. Bakteri terbawa benih kedelai yang penting pada daun kacang tanah, menular melalui benih
adalah Pseudomonas syringae (disebut juga P. savas- dengan persentase 0,9–3,7% (Saleh dan Baliadi 2015).
tanoi) penyebab hawar daun, dan Xanthomonas Pada kacang hijau, jamur merupakan patogen
axonopodis penyebab pustul (Giesler 2011; Dutta et utama benyebab kerusakan benih. Beberapa jamur
al. 2014). Virus pada benih kedelai yang merugikan seperti Alternaria sp., Fusarium oxysporum, F. solani,
adalah virus mosaik SMV atau Soybean Mosaic Virus F. equiseti, Myrothecium roridum, Drechslera sp.,
dan virus kerdil SSV atau Soybean Stunt Virus (Saleh Aspergillus flavus, dan A. niger merupakan kompleks
2007). Infeksi kedelai SMV pada fase vegetatif tanam- patogen penyebab penyakit busuk kecambah atau
an umur 10 hari, menurunkan hasil biji 29–41%. seedling rot yang sangat merugikan karena menurun-
Penurunan hasil lebih rendah bila infeksi terjadi pada kan populasi tanaman sehat (Bakr dan Rahman,
umur lebih tua (50 hari) seberas 2,5–4,5%. Penularan 2001). Pada Tabel 1 diuraikan secara ringkas jenis
SMV melalui benih mencapai 8% (Rahayu 1989; patogen penting pada tanaman aneka kacang.
Sunartiningsih 1991). Andayanie (2012) menyatakan
bahwa virus SMV terdeteksi pada benih kedelai yang Patogen terbawa pada benih, menempati posisi
ditanam di Ngawi dan Madiun (Jawa Timur). yang berbeda seperti: (1) tercampur dengan benih
dan patogen tersebar hidup di antara individu benih
Pada kacang tanah, jamur penyebab kerusakan hal ini biasanya terjadi selama pengelolaan benih di
polong seperti Rhizoctonia spp., Fusarium spp., lapangan, propagul sklerosia dan spora jamur dapat
Pythium spp, Rhizopus spp., Penicillium spp., Asper- tercampur dengan cara ini; (2) patogen menempel
gillus spp., Alternaria spp., Botrytis cinerea, Mucor di permukaan biji (eksternal), terjadi pada sel bakteri

80
RAHAYU: PATOLOGI DAN TEKNIS PENGUJIAN KESEHATAN BENIH TANAMAN ANEKA KACANG

dan jamur; dan (3) patogen menginfeksi masuk ke 4. Hasil pengujian kesehatan benih dapat menunjuk-
dalam biji (internal) hidup menetap dalam biji misal- kan perlu tidaknya perlakuan atau treatment dalam
nya pada virus dan bakteri. Masa aktif jamur penyebab suatu lot benih, terkait dengan upaya pengendalian
penyakit benih terjadi saat benih tumbuh dalam tanah, penyakit atau mengurangi risiko penyebaran
terutama di lingkungan yang cukup lembab dengan penyakit.
suhu hangat. Jamur Phytophthora yang terbawa benih Pada uji kesehatan benih, tidak semua patogen
kedelai, akan aktif berkembang di tanah yang lembab atau penyakit akan dideteksi. Pengujian biasanya
dengan suhu tanah hangat 28–44 oC (McMahon dilakukan secara selektif, hanya untuk penyakit yang
2011). Kesehatan yang buruk pada tanaman induk diduga penting yang perlu diperiksa. Metode deteksi
akibat dari belum optimalnya upaya pengendalian di sederhana secara visual yang mudah dilakukan adalah
lapangan, merupakan faktor pemicu berkembangnya melalui pemeriksaan kerusakan warna dan bentuk
penyakit pada benih. Selain itu kerusakan mekanis kulit ari pada benih, namun terbatas pada penyakit
pada benih yang timbul selama proses pemanenan, tertentu misalnya bercak coklat pada benih kedelai
pengelolaan dan penyimpanan benih; serta kadar air merupakan tanda infeksi virus SMV. Sedangkan
benih yang tinggi akibat proses pengeringan yang penyakit tanpa kelainan khas pada benih hanya dapat
kurang baik, merupakan faktor kondusif yang memicu diketahui melalui pengujian kesehatan dengan metode
serangan berbagai patogen pada benih. Benih mem- khusus sesuai dengan jenis patogen yang dideteksi.
bawa penyakit berakibat pada rendahnya daya ke-
Dalam prosedur pengujian kesehatan benih, tahap
cambah dan lemahnya vigor benih, mengurangi
awal yang perlu dipersiapkan adalah penyiapan contoh
populasi tanaman sehat sehingga merugikan secara
benih yang dapat dianggap seragam dan memenuhi
ekonomis karena menambah kebutuhan benih untuk
persyaratan yang telah ditentukan sesuai aturan dari
tanam ulang.
ISTA. Suatu benih yang diuji harus dapat mewakili
keseluruhan kelompok benih yang lebih besar
TEKNIS PENGUJIAN KESEHATAN BENIH jumlahnya. Macam contoh benih menurut peraturan
Benih sakit atau dalam kondisi terinfeksi patogen ISTA (2006) adalah: (1) contoh primer (primary
pada umumnya tidak menampilkan gejala kelainan sample) adalah contoh yang diambil dalam jumlah
visual, berbeda dengan penyakit pada jaringan vege- besar dari berbagai tempat penyimpanan baik wadah
tatif tanaman seperti batang, akar, dan daun yang maupun bulk, (2) contoh campuran (composite
gejalanya khas. Penyakit terbawa benih hanya dapat sample) adalah semua primer yang dijadikan satu
dideteksi melalui pengujian kesehatan benih. Pada dan dicampur dalam satu tempat (kantong, kotak,
pengujian kesehatan benih sekaligus akan teruji vigor nampan dan lain-lain) dan biasanya contoh campuran
atau mutu fisiologis benih, apakah mutu yang rendah jauh lebih besar dari yang diperlukan sehingga harus
dipengaruhi oleh faktor prapanen seperti biji belum dikurangi, (3) contoh yang dikirm ke laboratorium
cukup umur panen, adanya penyakit, atau karena (submitted sample) adalah contoh campuran yang
kerusakan mekanis pada periode panen hingga proses telah dikurangi sampai jumlah dan berat tertentu yang
pengelolaan benih. International Seed Testing Asso- telah ditetapkan dan kemudian dikirim ke laboratorium
ciation (ISTA 2006) suatu lembaga dunia, secara resmi penguji, (4) contoh uji (working sample) adalah contoh
menetapkan standar mutu benih beserta metode benih yang diambil dari submitted sample dan diguna-
pengujian kesehatan benih, menyebutkan bahwa kan sebagai bahan uji kesehatan di laboratorium.
pengujian kesehatan benih mempunyai beberapa Penyiapan contoh benih hingga waktu pengujian kese-
alasan sebagai berikut: hatan, rentang waktunya harus dirancang sedemikian
rupa sehingga memungkinkan patogen masih tumbuh
1. Inokulum patogen yang terbawa benih berpeluang
dan mudah dideteksi keberadaannya pada contoh
berkembang menjadi penyakit merugikan di
benih tersebut.
lapangan sehingga menurunkan nilai komersial
benih. Metode pengujian kesehatan benih yang berkem-
2. Benih dari daerah lain dapat menjadi perantara bang saat ini terdiri beberapa macam dan setiap
penyebaran penyakit di daerah baru. Karantina dan metode memiliki kepekaan berbeda sesuai jenis pato-
sertifikasi kesehatan benih sangat berguna untuk gen sasaran, jenis benih, dan maksud dari pengujian.
mencegah penyebaran penyakit, skala nasional Setiap metode pengujian perlu peralatan dan tenaga
maupun internasional. penguji atau pengamat berpengalaman yang trampil
terlatih dan didukung dengan ilmu pengetahuan
3. Pengujian kesehatan benih bertujuan untuk men- tentang patologi benih yang memadai. Latihan dapat
jelaskan faktor penyebab rendahnya daya kecam- diperoleh melalui pengujian berulang-ulang dengan
bah di lapangan, sehingga akan menjadi pelengkap metode yang berbeda, dengan hasil evaluasi hasil
dalam proses uji daya kecambah.

81
BULETIN PALAWIJA VOL. 14 NO. 2, OKTOBER 2016

Gambar 2. Kelainan warna kulit biji kedelai berupa bercak


coklat yang diakibatkan oleh virus SMV atau soybean
mosaic virus (Sumber: koleksi pribadi).

2. Pemeriksaan secara perendaman


Pada metode ini dilakukan ekstraksi patogen yang
melekat atau hidup di permukaaan benih. Sejumlah
contoh benih dimasukkan dalam air steril kemudian
digojok selama waktu tertentu, dan air cucian tersebut
selanjutnya diperiksa langsung di bawah mikroskop
Gambar 1. Bercak ungu pada biji kedelai dan keping kecam- untuk pengamatan spora dan hifa jamur. Untuk
bah yang terserang jamur C. kikuchii (Sumber: McGee pemeriksaan bakteri terbawa benih, ekstraksi dilakukan
dan Nyvall 2008).
dengan perendaman benih dalam air steril,
penggojokan dan penghancuran benih. Bakteri dalam
yang tepat. Metode pengujian yang lazim dilakukan ekstrak benih selanjutnya diisolasi dan diidentifikasi
dalam deteksi patogen benih adalah pemeriksaan dengan cara ditumbuhkan pada beberapa jenis media
secara kering, cara basah melalui perendaman, dan agar-agar yang mengandung senyawa tertentu untuk
cara inkubasi melalui pemeraman pada media tertentu mengetahui identitas bakteri berdasarkan karakter
(metode konvensional yang relatif sederhana dan tidak fisiologi dan biokimia bakteri (Balai Besar PPMBTPH
mahal). Masing-masing cara deteksi tersebut memiliki 2007).
tujuan khusus seperti diuraikan sebagai berikut. 3. Pemeriksaan secara inkubasi
1. Pemeriksaan cara kering Pada metode inkubasi atau pemeraman, contoh
Dengan metode ini sejumlah benih diperiksa secara benih diperam pada beberapa jenis media sebagai
kering, pada umumnya untuk mengetahui secara visual berikut.
adanya badan buah jamur, miselia, spora, sklerotia, a. Media kertas blotter
gall, insekta dan lain-lain yang tercampur dalam lot
benih. Pemeriksaan cara kering sesuai untuk melihat Inkubasi benih pada kertas blotter adalah pengujian
kerusakan warna pada kulit biji, dan kerusakan me- kesehatan benih melalui perkecambahan biji yang
kanis seperti biji keriput atau abnormal, dan biji busuk. sekaligus untuk mendeteksi patogen terbawa benih,
Pemeriksaan dapat dilakukan secara visual dengan patogen yang terdeteksi biasanya dari jenis jamur.
mengamati langsung pada contoh benih ataupun Benih yang diuji dikecambahkan pada cawan Petri
dengan bantuan mikroskop stereo. Kelainan warna berisi kertas saring, keduanya dalam kondisi steril.
pada kulit biji kedelai berupa bercak ungu (Gambar Untuk mencegah adanya jamur kontaminan yang
1) merupakan tanda bahwa benih dihasikan oleh bukan sasaran pengujian, benih perlu disterilkan
tanaman terserang jamur C. kikuchii penyebab penyakit dahulu dengan merendam benih dalam larutan des-
bercak daun Cercospora blight (Mengistu et al. 2012). ifektan natrium hipoklorit 1,0% selama 30 detik, diikuti
pembilasan 3 kali dengan air suling steril. Cawan
Demikian juga virus SMV pada kedelai, dapat dipe- berisi benih selanjutnya diinkubasi dalam inkubator
riksa secara visual adanya kelainan warna kulit biji pada suhu dingin (22) oC selama 7–10 hari, dengan
berupa bercak berwarna kecoklatan hingga kehitaman pencahayaan lampu NUV (Near Ultra Violet) dengan
yang menyelaputi kulit ari biji (Gambar 2). Biji belang periode gelap dan terang selama 12 jam terang dan
tersebut sebagai indikasi bahwa di lapangan tanaman 12 jam gelap untuk memicu pertumbuhan jamur.
induk terinfeksi SMV. Pemeriksaan secara visual perlu
diikuti dengan metode pemeriksaan yang lain seperti Setiap jamur yang muncul bersamaan dengan benih
diuraikan di bawah ini. yang berkecambah selanjutnya diperiksa dengan
mikroskop. Metode uji pada kertas blotter adalah suatu
metode uji yang praktis dan sederhana, tetapi kurang

82
RAHAYU: PATOLOGI DAN TEKNIS PENGUJIAN KESEHATAN BENIH TANAMAN ANEKA KACANG

Tabel 2. Jamur patogenik pada benih kedelai yang terdeteksi melalui metode kertas blotter.

Jamur patogen Kerusakan dan arti penting penyakit


Phomopsis Penyakit busuk batang dan polong. Intensitas penyakit lebih dari 20% dapat merusak viabilitas
Cercospora Penyakit noda ungu pada biji dan biji keriput. Penyakit tidak mempengaruhi viabilitas
Fusarium Menurunkan viabilitas
Bacillus spp. Bakteri penyebab busuk biji dan merusak viabilitas
Aspergilllus Penyakit pada biji di tempat penyimpanan yang kondisinya lembab, merusak viabilitas
Alternaria Belum diketahui pengaruhnya
Cladosporium Belum diketahui pengaruhnya
Sumber: McGee dan Nyval 2008.

sesuai untuk deteksi bakteri dan virus. Menurut Mc media agar-agar, contohnya adalah penyakit virus
Gee dan Nyval (2008) dengan metode kertas blotter SMV pada kedelai (Rahayu 1989; Sunartiningsih
dapat dideteksi terutama jenis jamur (Tabel 2). Rao 1991). Media untuk penumbuhan benih pada umum-
et al. (2015) menggunakan kertas blotter dan media nya berupa pecahan batu bata, pasir, tanah, kompos,
agar-agar pada uji kesehatan benih kedelai, hasilnya dan vermikulit yang kondisinya steril untuk menghindari
pada kertas blotter terdeteksi lebih banyak jamur kontaminan patogen lain terbawa dalam media.
dengan persentase koloni 35,7–40,9% sedangkan pada Penyakit virus dapat diketahui secara visual gejalanya
media agar-agar persentasenya lebih rendah berkisar terutama pada tanaman muda (seedlings), dan untuk
20,7–26,4%. mendapatkan hasil deteksi yang tepat perlu analisis
lebih lanjut melalui ekstraksi tanaman sakit dan uji
b. Media agar-agar penularan ekstrak secara mekanis pada tanaman
Metode inkubasi patoegn pada media agar-agar indikator yang sehat dari jenis varietas rentan virus.
memerlukan waktu yang relatif lama. Media agar- Tanaman indikator setelah diinokulasi ekstrak virus
agar mengandung nutrisi seperti karbohidrat, pro- akan menampilkan gejala infeksi lokal atau sistemik,
tein, lemak, mineral dan vitamin yang sesuai untuk misalnya pada virus mosaik SMV yang terbawa pada
pertumbuhan patogen. Untuk menunbuhkan jamur kedelai dan virus belang PMoV yang terbawa pada
biasanya mengandung nutrisi tertentu seperti pada benih kacang tanah (Saleh 2007).
Maltose Extract Agar (MEA), dan Potato Dextrose
Agar (PDA). Jamur yang diisolasi dari benih yang 4. Pemeriksaan dengan metode serologi dan
tumbuh pada media agar-agar perlu diidentifikasi lebih molekuler
lanjut secara mikroskopis untuk mengetahui karakter Berbagai teknik serologi telah digunakan dalam
morfologinya. Untuk pemeriksaan bakteri terbawa deteksi dan diagnosis patogen terbawa benih. ELISA
benih, isolate bakteri yang didapatkan dari hasil (Enzyme-Linked Immuno Sorbent Assay) merupakan
ekstraksi benih selanjutnya diisolasi pada media agar- salah satu metode serologi yang efisien dan murah
agar tertentu untuk diidentifikasi berdasarkan karakter terutama untuk mendeteksi penyakit virus dan bakteri
fisiologi dan biokimia bakteri (Balai Besar PPMBTPH terbawa benih. Teknik serologi sering digunakan untuk
2007). Bakteri Xanthomas campestris biaanya mendeteksi patogen yang menginfeksi secara laten
ditumbuhkan pada media selektif yang mengandung dalam waktu yang cepat. Pengujian secara serologi
antibiotik, fungisida, dan senyawa inhibitor (Touissaint tidak memerlukan isolasi patogen, tetapi diperlukan
et al. 2001). Wydra et al. (2004) mengembangkan antibodi spesifik.
media semi selektif yaitu CCM (Cefazolin Celobiose Deteksi penyakit benih dengan metode molekuler
Metionin) untuk isolasi dan deteksi bakteri benih kedelai menggunakan marka DNA melalui reaksi polimerase
seperti Xanthomonas axonopodis. berantai (Polymerase Chain Reaction atau PCR)
c. Penumbuhan benih (growing on test) merupakan cara pengujian kesehatan benih yang
sangat teliti dan sering digunakan dalam proses serti-
Pengujian ini merupakan metode konvensional yang fikasi benih dan karantina tanaman. Deteksi berbasis
didasarkan pada pertumbuhan tanaman setelah marka molekuler seperti PCR membutuhkan primer
melewati masa kecambahnya dan memperlihatkan ensim spesifik seusai dengan jenis patogen sasaran.
gejala penyakit. Cara ini biasanya untuk deteksi penya- Menurut Bates et al. (2001) pengujian kesehatan benih
kit yang waktu inkubasinya lama sehingga sulit dide- dengan teknik PCR memiliki beberapa keunggulan
teksi dengan metode inkubasi pada kertas blotter dan yaitu sensitif, spesifik, sangat cepat bisa dikerjakan

83
BULETIN PALAWIJA VOL. 14 NO. 2, OKTOBER 2016

untuk sejumlah besar contoh uji. Glynn dan Edwards lapangan dibantu oleh serangga hama Aphis glycines
(2010) menyatakan bahwa pengujian kesehatan benih yang berperan sebagai vektor. Menurut Saleh (2007)
gandum dengan teknik PCR dapat mendeteksi infeksi untuk produksi benih aneka kacang bebas penyakit
jamur terbawa benih seperti Fusarium dan Microdo- virus salah satu cara yang sangat potensial adalah
chium dengan persentase serangan sangat rendah 0– dengan memilih lokasi tanam di areal terisolir oleh
5%. Metode ini sangat sesuai untuk deteksi virus dan jarak yang sangat jauh dan terhalang dengan tanaman
bakteri yang populasinya pada biji atau jaringan jenis lain yang bukan inang hama vektor ataupun
tanaman sangat rendah sehingga sulit terdeteksi meng- inang virus. Sedangkan pengendalian kimiawi terhadap
gunakan metode konvensional. hama vektor tidak efektif untuk menekan penyakit
virus terutama pada jenis virus yang berkembang
PENGELOLAAN PENYAKIT BENIH secara nonpersisten. Pencegahan penyakit prapanen
pada dasarnya adalah upaya perlindungan tanaman
Siklus hidup tanaman aneka kacang dimulai dari dengan menerapkan berbagai teknis pengendalian
tahap perkecambahan benih hingga tahap produksi yang efektif.
dan panen biji, selama tahapan tersebut tanaman
berinteraksi dengan berbagai jenis mikroorganisme 2. Perawatan Benih Pascapanen
termasuk patogen. Dengan demikian pengendalian Pencegahan penyakit pascapanen melalui sortasi
penyakit perlu dilakukan sejak tanaman hidup di benih dengan membuang biji retak atau luka dapat
lapangan (prapanen) hingga panen benih dan selan- membantu menghilangkan munculnya kontaminan
jutnya disimpan dan didistribusikan (pascapanen). pada benih dalam penyimpanan. Kondisi biji yang
Beberapa komponen pengendalian seperti diuraikan mengalami kerusakan mekanis yaitu luka atau retak
di bawah ini sangat potensial menekan penyakit akibat kegiatan panen dan proses pembijian seringkali
terbawa benih pada tanaman aneka kacang. memudahkan serangan patogen (Agarwal dan Sinclair
1. Pencegahan Penyakit Prapanen 1997).

Pencegahan penyakit prapanen biasanya terin- Patogen menempati posisi berbeda pada benih yaitu
tegrasi dalam kegiatan budidaya tanaman, meliputi menempel, masuk dalam biji atau keping biji, dan
pemilihan benih sehat, penggunaan varietas tahan menembus dalam embrio (Gambar 3). Jamur dan
penyakit, dan menngunakan teknis budidaya sehat bakteri sebagian besar berada di permukaan dan dalam
di lokasi non endemik penyakit. Faktor abiotik seperti biji. Sebaliknya virus hanya menginfeksi bagian
kelembaban dan suhu tinggi di tanah yang dapat me- meristematik benih tepatnya dalam jaringan embrio.
micu serangan jamur seperti A. niger pada kacang Serangan virus SMV pada daun kedelai dapat ber-
tanah, perlu dihindari melalui pemantauan cuaca dan kembang secara sistemik hingga mencapai jaringan
pengaturan waktu tanam. Jamur A niger berkoloni embrio sehingga viabilitas benih terganggu, akibatnya
dengan pesat ketika suhu tanah berkisar 22–37 °C menurunkan mutu benih.
(Horn 2005). Kondisi kering pada periode antara Patogen dengan berbagai posisi infeksinya pada
berbunga hingga panen pada beberapa jenis kacang benih tersebut di atas, cara perawatan atau pengen-
seperti kacang faba, chickpea, dan lupin dapat mengu- daliannya berbeda pula. Perawatan benih yang sering
rangi serangan jamur pada polong, kondisi ini sangat dilakukan pada saat sebelum tanam atau ketika benih
baik untuk produksi benih sehat (Aftab et al. 2008). akan disimpan adakah dengan cara mekanis, fisis,
Penyakit virus SMV pada kedelai, penyebarannya di dan kimia. Perawatan mekanis bertujuan untuk mem-
buang sumber penyakit yang tercampur dalam lot
benih, atau patogen berada di luar benih. Benih perlu
dibersihkan secara manual dengan membuang segala
jenis cemaran seperti biji berjamur, organ tanaman
terinfeksi, tanah, dan serangga. Perawatan mekanis
tidak membunuh patogen dalam benih, ataupun
menghilangkan patogen yang mungkin menempel di
permukaan benih. Oleh karena itu perawatan mekanis
seringkali memerlukan perlakuan lebih lanjut misalnya
dengan desinfektan. Perawatan fisis pada umumnya
dengan menggunakan suhu panas seperti solarisasi
yaitu benih dipapar dengan panas sinar matahari
Gambar 3. Patogen benih pada beberapa posisi sebagai (dijemur), direndam dalam air hangat, udara panas,
pedoman pengendaliannya melalui perawatan benih uap panas, dan radiasi mikrowave atau gelombang
(Sumber: McMullen dan Lamey 2000). mikro (Grum et al. 1998). Perawatan dengan suhu

84
RAHAYU: PATOLOGI DAN TEKNIS PENGUJIAN KESEHATAN BENIH TANAMAN ANEKA KACANG

panas yang aman untuk benih adalah: (1) perendaman cambah (Manshi et al. 2004). Informasi terbaru me-
benih dalam air air dengan suhu 50–54 °C selama nyebutkan bahwa fungisida dengan merek dagang
5–30 menit, (2) uap air suhu 50 °C selama 1 jam, Tiflo dengan kandungan tiram 80%, direkomendasikan
dan (3) pengovenan pada suhu 70 °C selama 3–7 untuk perawatan benih di Indonesia (Roup 2016).
hari (Dhanvantari dan Brown 1993). Jenis komoditas Perawatan benih menggunakan ekstrak tanaman
yang berbeda perlu suhu dan lama perlakuan yang dan agens pengendali hayati (APH) sangat potensial
berbeda pula. Benih kacang ercis Pisum sativum yang untuk mengendalikan penyakit benih. Tanaman mimba
direndam dalam air dengan suhu 52 °C selama 12– Azadirachta indica mengandung senyawa azadirahtin
13 menit, dapat menurunkan infeksi kompleks jamur yang berkhasiat sebagai pertisida organik. Perawatan
terbawa benih hingga 55,2% (Begum et al. 2004). benih kacang tanah menggunakan esktrak mimba
Benih kacang buncis Phaseolus vulgaris yang terserang efektif untuk menekan serangan beberapa jamur seperti
bakteri Xanthomonas campestris dapat direndam A. niger, A. flavus, dan Rhizopus (Hassan et al. 2015).
selama 20 min pada suhu 52 °C, sedangkan benih Demikian juga dengan daun jarak Datura stramonium,
kacang ercis yang terserang bakteri Pseudomonas ekstrak daun dalam pelarut air untuk perawatan benih
syringae perlu perendaman selama 15 min pada suhu kacang tunggak, dilaporkan mampu meningkatkan
55–60 °C (Flyod 2005). Perawatan dengan suhu panas perkecambahan benih hingga 90,7% dan serangan
sangat sesuai untuk sistem pertanian organik sebagai jamur penyebab busuk kecambah turun menjadi 8,0%
alternatif pengendalian non kimiawi (Tinivella et al. dibandingkan kontrol tanpa ekstrak Datura serangan
2005). jamur mencapai 61,3% (Baka et al. 2014).
Perawatan secara kimia menggunakan pestisida Agens pengendali hayati (APH) terdiri beberapa
(fungisida, antibiotik, insektisida) dan desinfektan, jenis jamur dan bakteri antagonis dilaporkan cukup
pada umumnya diterapkan dalam industri benih. Des- baik dapat mengendalikan penyakit terbawa benih.
infektan hanya berperan sebagai protektan untuk Bakteri APH sering digunakan untuk perawatan benih
menghilangkan kontaminan tercampur atau menempel terutama dari jenis Psedudomonas, Enterobacter,
di permukaan benih. Larutan desinfektan NaOCl 1% Erwina, dan Bacillus; sedangkan jamur APH yang
untuk pencucian benih kacang ercis, dapat menurun- utama adalah Trichoderma dan Gliocladium (Callan
kan hingga 57,5% serangan kompleks jamur terbawa et al. 1997). Bacillus megaterium cukup efektif untuk
benih seperti Alternaria, Aspergillus, Cladosporium, menurunkan serangan jamur terbawa benih kedelai
Curvularia, Fusarium, Penicillium, dan Rhizopus dan meningkatkan pertumbuhan benih (Sonavane et
(Begum et al. 2004). Fungisida mankozeb yang aktif al. 2011). Menurut Ram dan Bhanushally (2003)
sebagai racun kontak merupakan fungisida yang sering perawatan benih kacang tanah menggunakan jamur
digunakan untuk penyelaputan benih tanaman pangan antagonis Trichoderma harzianum dengan dosis 10g/
seperti jagung, kacang tanah, kedelai, dan serealia kg benih, efektif untuk menekan serangan Aspergil-
lain (Yellow River 2010). Beberapa jenis fungisida lus sp. Sethuraman et al. (2003) meneliti penggunaan
seperti metalaksil, azoksistrobin dan fludioksonil meru- T. viride (4 g/kg benih) dan bakteri APH P. fluorescens
pakan fungisida standar untuk perawatan benih oleh (10 g/kg benih) dengan cara penyelaputan benih
kalangan industri benih (Gillard dan Ranatunga 2013). kacang hijau sebelum ditanam dan disimpulkan bahwa
Demikia juga fungisida kaptan dan tiram sering diapli- perlakuan tersebut dapat menekan busuk perakaran
kasikan melalui benih untuk menekan jamur terbawa oleh jamur M. phaseolina hingga dicapai serangan
benih juga jamur tular tanah penyebab penyakit dam- 4,16% dan 4,59% untuk masing-masing APH, sedang-
ping-off. Tiram dilaporkan efektif untuk menekan kan pada kontrol tanpa APH penyakit mencapai
penyakit pra dan pasca kecambah pada kedelai yang 14,04%.
disebabkan berbagai jamur seperti Aspergillus spp.,
F. moniliforme, Curvularia lunata dan Penicillium spp.
PENUTUP
(Solanke et al. 1997). Untuk perawatan benih kedelai,
karboksin dicampur dengan tiram masing-masing Penyakit terbawa benih disebabkan terutama oleh
dengan dosis 2 g/kg benih, dapat meningkatkan per- patogen dari jenis jamur, bakteri dan virus yang beraal
kecambahan yang mencapai 83% dibandingkan tanpa dari lapangan. Penyakit dapat menyebar dan menular
perlakuan perkecambahan hanya 74% (Zorato dan ke areal yang luas mengikuti alur distribusi benih skala
Henningh 2001). Kaptan dengan dosis 2,5 g/kg benih nasional bahkan internasional, hal ini menjadi kendala
dan 2,5 g tiram/1 kg benih, dilaporkan efektif menekan dalam perdagangan benih bermutu yang dicirikan
serangan kompleks jamur terbawa benih kedelai seperti antara lain dengan terbebasnya benih dari penyakit
Diaporthe sp., Alternaria alternate, A. flavus, C. lu- penting. Status kesehatan benih dapat diketahui
nata and F. oxysporum serta meningkatkan daya dengan deteksi penyakit melalui pengujian kesehatan
kecambah, panjang kecambah dan bobot kering ke- benih yang seuai dengan prosedur standar dari ISTA

85
BULETIN PALAWIJA VOL. 14 NO. 2, OKTOBER 2016

atau International Seed Testing Association suatu tification of Pyrenophora teres. Mol Plant Pathol 5,
lembaga dunia yang secara resmi menetapkan standar p:275–280.
mutu benih, dan uji kesehatan benih. Uji kesehatan
Begum A.A.J, P. Balamurugan, K. Vanangamudi, and
benih berperan penting dalam perbaikan mutu benih
K. Prabakar. 2013. Establising seed standard for
(seed improvement), perdagangan benih (seed trade),
seed health test in groundnut Arachis hypogaea L.
dan perlindungan tanaman (plant protection). Teknis for Aspergillus flavus. African J. of Agric. Res.
pengujian sangat tergantung pada jenis benih, jenis 8(38):4839–4848.
patogen yang dideteksi dan tujuan pengujian, yang
Begum N., K.Z. Alfi, M.I. Haque, M.U. Raja, and S.
dilakukan dengan metode sederhana ataup dengan
Chohan. 2004. Evaluation of mycoflora associated
metode molekuler. Pengujian kesehatan benih
with pea seeds and some control measures. Plant
sebaiknya dilakukan oleh laboratorium terakreditasi Pathol. J. 3(1):48–51.
yang dikelola secara profesional. Kesehatan benih
Callan N.W., Mathre D.E., Miller J.B., Vavrina C.S.
atau mutu patologis benih aneka kacang pada
1997. Biological seed treatments: factors involved
umumnya belum diperhatikan serius oleh petani,
in efficiency. Hort. Sci. vol 32 p.179–183.
sementara itu kebutuhan benih seringkali diproduksi
secara mandiri. Untuk mencegah timbulnya masalah Dhanvantari BN, Brown RJ, 1993. Improved seed
treatments for the control of bacterial canker of
rendahnya daya kecambah, vigor, kerusakan tanaman
tomato. Canadian J. of Plant Pathol. 15, 201–5.
akibat dari penyakit benih maka perlu dilakukan
pengawalan teknologi dari pihak berwenang. Secara Dharmaputra O.S., dan I. Retnowati. 1996. Fungi iso-
teknis, telah diketahui banyak hasil penelitian lated from groundnuts in some locations of West
pengendalian penyakit terbawa benih yang efektif Java. Biotropika No. 9: 15–25.
meliputi pengendalian prapanen dan pengendalian Diaz C., M. Hossain, M.L. Bose, S. Mercea and T.W.
pascapanen termasuk perawatan benih selama dalam Mew. 1998. Seed quality and effect on rice yield:
penyimpanan atau selama distribusi benih. findings from farmers participatory experiment in
Central Luzon, Philippines. J Crop Sci. 23:111–
119.
DAFTAR PUSTAKA
Dutta B., R. Gitainis, S. Smith, and D. Langston Jr.
Aftab M, A Freeman, and TB Horsham. 2008. Seed 2014. Interactions of seedborne bacterial patho-
health testing in pulse crops. Agriculture Note, De- gens with host and non-host plants in relation to
part. of Primary Industries, State of Victoria. 4 pp. seed infestation and seedling transmission. PLOS
Agarwal V.K. and Sinclair, J.B. 1997. Principles of ONE. Vol. 9, Issue 6, e99215. 13 pp. www.
Seed Pathology 2nd. Boca Raton: CRC. 538 p. plosone.org.
Andayanie W.R. 2012. Diagnosis penyakit mosaik Elwakil M.A. and El-Metwally M.A. 2001. Seed-borne
(Soybean Mosaic Virus) terbawa benih kedelai. J. fungi of peanut in egypt: pathogenicity and trans-
Tropika 12(2):185–191. mission. Pakistan J. of Biol. Sci, 4(1):63–68.
Baka Z.A., M.S. Serag, T.A. Kardosha. 2014. Evalua- Floyd, R. 2005. Vegetable seed treatments, Farm note
tion of some plant extracts for controlling mycof- 90/1990. Department of Agriculture and Food,
lora causing spoilage of stored cereals and legumes. Western Australia. http://archive.agric.wa. gov.au/
Scientific J. for Damietta Fac. of Sci. 3 (1):53–61. PC_92733.html.
Bakr M.A. and Rahman M.L. 998. Current status of Giesler J.L. 2011. Symptoms, epidemiology, identifi-
research on mungbean and blackgram diseases and cation and management of Nebraska’s two most
future needs. Proceeding of the workshop on dis- prominent bacterial diseases in soybean –bacte-
eases resistence breeding in pulse. Bangladesh J. rial blight and bacterial pustule. www//elkhorn.
Agric. Res. 11, 64. unl.edu/epublic/live/g1544/build/#bdm
Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Gillard C.L. and Ranatunga N.K. 2013.Interaction be-
Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH). tween seed treatments, surfactants and foliar fun-
2007. Deteksi bakteri patogen benih. Dirjen gicides on controlling dry bean anthracnose (Colle-
Tanaman Pangan. Jakarta. 122 hlm. totrichum lindemuthianum). Crop Prot.45:22–28.
Barros G.G., Oviedo, M.S., Ramirez, M.L. and Chulze, Glynn N.C. and S.G. Edwards. 2010. Evaluation of
S.N. 2011. Safety aspect in soybean food and feed PCR assays for quantifying seed-borne infection
chains: fungal and mycotoxins contamination. In by Fusarium and Microdochium seedling blight
Soybean-Biochemistry, Chemistry and Physiology pathogens. J. of Appl. Microbiol. 108: 81–87.
(Tzi-Bu Ng. ed), InTech. Grum M., Camloh M., Rudolph K., and Ravnikar M.
Bates, J.A. and Taylor, E.J.A. (2001) Scorpion ARMS 1998. Elimination of bean seed-borne bacteria by
primers for SNP real-time PCR detection and quan- thermotherapy and meristem culture. Plant Cell,

86
RAHAYU: PATOLOGI DAN TEKNIS PENGUJIAN KESEHATAN BENIH TANAMAN ANEKA KACANG

Tiss. Organ Cult. 52(1):79–82. Pathan M.S., Clark, K., Wrather J.A., Sciumbato G.L.
Hassan D., M.N. Galti, and B. Ali. 2015. Use of Neem Shannon J.G., Nguyen H.T., and Sleper D.A. 2009.
(Azadirachta indica) seed powder to treat ground- Registration of soybean germplasm SS93-6012 and
nut seed-borne pathogenic fungi. Euro J. Exp. Bio. SS93-6181 resistant to Phomopsis seed decay. J.
5(5):69–73. Plant Regist. 3:91–93.
Horn B.W. 2005. Colonization of wounded peanut Rahayu, M. 1989. Pengaruh serangan soybean mo-
seeds by soil fungi: selectivity for species from As- saic virus (SMV) terhadap hasil dan mutu benih
pergillus section Flavi. Mycologia, 97(1):202–217. kedelai. Thesis S2 Fakultas Pasca Sarjana, Uni-
versitas Gadjah Mada Yogyakarta. 50 hlm.
ISTA (International Seed Testing Association). 2006.
International Rules for Seed Testing. Bassedorf, Ram, D., and Bhanushally T.V. 2003. Integrated man-
Switzerland. agement of collar rot of groundnut. J. Mycology
Pl. Path. 33(3):481pp.
Jackson E.W., Fenn P., and Chen P. 2005. Inheritance
of resistance to Phomopsis seed decay in soybean Ramesh BV, Hiremath SV, Naik MK, Amaresh YS,
PI 80837 and MO/PSD-0259 (PI 562694). Crop Lokesh BK and Vasudevan SN. 2013. Study of seed
Sci. 45:2400–2404. mycoflora of soybean from north eastern Karna-
taka J. Agri. Sci.26 (1): 58–62.
Kakde R.B. and Chavan A.M. 2011. Deteriorative
Changes in Oilseed due to Storage Fungi and E f - Rao T.V., B. Rajeswari, K. Keshavulu and V. Sandeep
ficacy of Botnicals. Current Bot. vol 2, p.17–22. Varma. 2015. Studies on seedborne fungi of soy-
bean. SSRG Internat. J. of Agric. & Environ. Sci.
Malvick, D. 2002. Soybean Seed Treatments and Con-
(SSRG-IJAES), Vol 2, Issue1, pp:16–24.
trol of Seed and Seedling Diseases. http://bulletin.
ipm.illinois.edu/pastpest/articles/200202i.html. Roup. 2016. Fungisida TIFLO untuk perlakuan benih
(seed treatment). www.nutani.com/fungisida-tiflo-
Manshi G.D., R. Mandeep, and R.C. Sharma. 2004.
untuk-perlakuan-benih-seed-treatment.html.
Effect of fungicidal seed treatments on Phomopsis
Diakses : 25 Januari 2017.
and other seed mycoflora of soybean. J. Res. 41:
352–355. Saleh, N. dan Y. Baliadi. 2015. Penyakit virus pada
kacang tanah dan upaya pengendaliannya.
McGee, D.C. 1995.Epidemiological approach to dis-
Monograf Balitkabi No. 13. Balai Penelitian Tana-
ease management through seed technology. Ann.
man Aneka Kacang dan Umbi, Malang. hlm . 306–
Rev. Phytopathol. 33(1):445–466.
328.
McGee and Nyval. 2008. www//estensiont.agron.
Saleh N. 2007. Sistem produksi kacang-kacangan
iastate.edu. p:11–15.
untuk menghasilkan benih bebas virus. Jurnal
McMahon, K. 2011. Corn, soybeans at risk for seed- IPTEK Tanaman Pangan 2(1):66–78.
ling disease. http://farmindustrynews.com/seed-
Sethuraman K., Revathy N., and Manivannan M. 2003.
treatment/corn-soybean-risk-seedling-disease.
Efficacy of biocontrol microorganisms on root rot
McMullen, M.P., and H.A. Lamey 2000. Seed Treat- of blackgram caused by Macrophomina phaseolina
ment for Disease Control. http://www.ag.ndsu. edu/ (Tassi) Goid. Legume Research. 26 (3): 218–220.
pubs/plantsci/crops/pp447w.html.
Shingare P,. and Ade A. 2014. Deterioration of pro-
Mehan, V.K., C.D. Mayee, T.B. Brennenman, and D. tein in the diseased groundnut kernels due to in-
McDonald. 1995. Stem and pod rots of ground- fection of fungi. National conference on Plant Pa-
nut. Information bulletin no. 14, ICRISAT, Andhra thology, 2–3 March 2014, R. Shahu College, Latur,
Pradesh, India. 23pp. India.
Mengistu, A., Arelli P.A., Bellaloui N., Bond J.P., Shan- Singh S., Srivastava S., Shikha S.A., and Bose B.
non G.J., Wrather A.J., Rupe J.C., Chen P., Little 2011. Studies on seed mycoglora of wheat (triti-
C.R., Canaday C.H., Newman M.A., and Panta- cum aestivum l.) treated with potassium nitrate and
lone V.R. 2012. Evaluation of soybean genotypes its effect on germination during storage. Research
for resistance to three seed-borne diseases. Online. Journal of Seed Science, vol 4:148–156.
Plant Health Progress doi:10.1094/PHP-2012-
Solanke R.B., S.S. Kore and S.M. Sudewad, 1997.
0321-02-RS.
Detection of soybean seed-borne pathogens and
Murashiki, H.H. 2002. Purple Seed Stain of Soybean. effect of fungicides. J. Maharashtra Agric.
Phytopathol vol 41:305–318. Uniiversitie, 22: 168–170.
Naiko, A, Wani M., Nazir A.B., Waheed U.Z., Suliman Sonavane A.A., B.G. Barhate and S.J. Bade, 2011.
D. and Mohammood A.T. 2013. Effect of Seed- Efficacy of bioagents and fungicides on seed my-
Borne Mycoflora on the Quality of three Varieties coflora of soybean. J. Plant Dis. Sci., 6: 74–76.
of Arachis hypogea. Internat. J. of Agric. Sci. and
Sunartiningsih, W. Wakman, A. Hasanuddin dan S.
Res. 3(1): p.35–42.
Saenong. 1991. Penurunan hasil kedelai akibat

87
BULETIN PALAWIJA VOL. 14 NO. 2, OKTOBER 2016

penyakit mosaik yang ditularkan Aphis glycines. dia. 260pp.


Agrikam 6(3):89–94. Wang, H. and Davis R.M. 1997. Susceptibility of se-
Sutopo L. 2004. Teknologi Benih. PT Rajawali Press, lected cotton cultivars to seedling disease patho-
Jakarta. 161 hlm. gens and benefits of chemical seed treatments.
Sweets L. 2009. Soybean seed: to treat or not to treat. Plant Dis. vol 81, p.1085–1088.
http://cornandsoybeandigest.com/soybean-seed- Wydra K., Khatri-Chetri G., Mavridis A., Sikiron R.,
treat-or-not-treat. and Rudolph K. 2004. A diagnostic medium for
Sweets L.E., A. Wrather, and S. Wright. 2008. Inte- the semi-selective isolation and enumeration of
grated pest management: Soybean diseases. Plant Xanthomonas axonopodis pv. vignicola. J. Plant
protection programs, College of agriculture food Pathol. 110:991–1001.
and natural resources. Univ. of Missouri. Colom- Yellow River Enterprise Co. Ltd. 2010. Mancozeb. http:/
bia. 28 pp. /www.yelori.com/products/Mancozeb.shtml. Di-
Tinivella F., Gullino M.L. and Garibaldi A. 2005. Or- akses 15 Maret 2010.
ganic seed: rules and new techniques of seed dress- Zeng, D.F., Tan., Yj., and Xu, Z.Y. 1994. Survival of
ing to control plant pathogens. Informatore Fitopa- Pseudomonas solanacearum in peanut seeds. Bac-
tologico 55. terial Wilt Newsletter No. 10, pp: 8–9.
Toussaint V., C.E. Morris, and O. Carisse. 2001. A Zhang J., Howell C.R., and Starr J.L.1996. Suppres-
new semi selective medium for Xanthomonas sion of fusarium colonization of cotton roots and
campestris pv. vitians, the causal agent of bacte- fusarium wilt by seed treatments with Gliocladium
rial leaf spot of lettuce. Plant Dis. 85:131–136. virens and Bacillus subtilis. Biocontrol Sci. Tech.
Villarroel D.A., Baird R.E., Trevathan L.E., Watson vol 6, p.175–187.
C.E. and Scruggs M.L. 2004. Pod and seed myco- Zorato M.F. and Henningh A.A. 2001, Effect of fungi-
flora on transgenics and conventional soybean cide seed treatment applied at different storage
(Glycine max L. Merrill) cultivars in Missisippi. times on soybean seed quality. Revist–Brasiletura
Mycophatol. vol 157: p.207–215. de senate 23(2): 236–244.
Vishunavat, K. 2009. Fundamentals in seed pathol-
ogy. Kalyani Publishers Ludiana –New Delhi, In-

88

Anda mungkin juga menyukai