Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PRE EKLAMPSIA

DI RUANG BERSALIN RSUD GENTENG BAN

YUWANGI

OLEH :

GALUH NURUL FAJRIAH


201904027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN PRE EKLAMPSIA

DI RUANG BERSALIN RSUD GENTENG BANYUWANGI

Mahasiswa,

(GALUH NURUL FAJRIAH)

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

........................................... ........................................

Kepala Ruangan

.......................................
ASUHAN KEPERAWATAN

PRE EKLAMPSIA

DI RUANG BERSALIN

RSUD GENTENG BANYUWANGI

OLEH :

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PRE EKLAMPSIA

DI RUANG BERSALIN RSUD GENTENG BANYUWANGI

Mahasiswa,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

........................................... ........................................

Kepala Ruangan

......................................
LAPORAN PENDAHULUAN
PRE EKLAMPSIA

A.      PENGERTIAN
Pre eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan
dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan edema (Harnawati,
2008).
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Haidir. 2009).
Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa
dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan
darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan
preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia
umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada
yang ditemukan pada awal masa kehamilan.
B.       ETIOLOGI
Sampai saat ini, etiologi pasti dari pre-eklampsi/eklampsia belum diketahui. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya:
1.    Jumlah primigravi, terutama primigravida muda
2.    Distensi rahim berlebihan : hidramnion, hamil ganda, mola hidatidosa
3.    Penyakit yang menyertai hamil : diadetes miletus, kegemukan
4.    Jumlah umur ibu diatas 35 tahun
5.    Pre eklampsia berkisar antara 3% sampai 5% dari kehamilan yang dirawat ( Ida Bagus.
1998).
C.      KLASIFIKASI
Dibagi dalam 2 golongan :
1.    Pre-eklampsi ringan, bila keadaan sebagai berikut :
a.    Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi rebah terlentang/tidur
berbaring, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg
atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 x pemeriksaan dengan jarak
periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
b.    Edema umum, kaki, jari tangan dan muka, atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih
perminggu.
c.    Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih perliter, kwalitatif 1+atau 2+ pada urin kateter atau
midstream ( Ida Bagus.1998).
2.    Pre-eklampsi berat:
a.    Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b.    Proteinuria 5 gr atau lebih perliter
c.    Oliguria, jmlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
d.   Keluhan subjektif :
1)        Nyeri di epigastrium
2)        Gangguan penglihatan
3)        Nyeri kepala
4)        Edema paru dan sianosis
e.       Pemeriksaan :
1)      Kadar enzim hati meningkat disertai ikterus
2)      Perdarahan pada retina
3)      Trombosit kurang dari 100.000/mm ( Ida Bagus. 1998).
D.      PATOFISIOLOGI
Pada pre-eklampsia terjadi spasmus pembuluh darah disertai dengan retensi garam
dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasmus yang hebat dari arteriola glomerulus. Pada
beberapa kasus lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh
satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasmus, maka
tekanan darah dengan sendirinya akan naik sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan
tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan air yang
berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin disebabkan oleh
retensi air dan garam. proteinuri mungkin disebabkan oleh spasmus Arteriola sehingga
terjadi perubahan glomerulus.
Perubahan pada organ-organ:
1.    Perubahanpada otak
Pada pre-eklampsi aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batasn
ormal. Pada eklampsi, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh
darah otak. Edema terjadi pada otak yang dapat menimbulkan kelainan serebral dan
kelainan pada visus. Bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
2.    Perubahanpada uri dan rahim
Aliran darah menurun ke plasenta menyebabkan gangguan plasenta, sehinggaterjadi
gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada pre-
eklampsi dan eklampsi sering terjadi bahwa tonus rahim dan kepekaan terhadap
rangsangan meningkat maka terjadilah partus prematurus.
3.    Perubahanp ada ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal kurang. Hal ini
menyebabkan filfrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya terjadilah
retensi garam dan air. Filnasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga
pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.
4.    Perubahan pada paru-paru
Kematian wanita pada pre-eklampsi dan eklampsi biasanya disebabkan oleh edema
paru. Ini disebabkan oleh adanya dekompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya aspires
pnemonia. Kadang-kadang ditemukan abses paru.
5.    Perubahan pada mata
Dapat ditemukan adanya edema retina spasmus pembuluh darah. Bila ini dijumpai
adalah sebagai tanda pre-eklampsi berat. Pada eklampsi dapat terjadi ablasio retinae,
disebabkan edema intra-okuler dan hal ini adalah penderita berat yang merupakan salah
satu indikasi untuk terminasi kehamilan. Suatu gejala lain yang dapat menunjukkan arah
atau tanda dari pre-eklampsi berat akan terjadi eklampsi adalah adanya: skotoma, diplopia,
dan ambliopia. Hal ini disebabkan perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di
korteks serebri atau dalam retina.
6.    Perubahan pada keseimbangan air dan elektrolit
Pada pre-eklampsi ringan biasanya tidak dijumpai perubahan nyata pada
metabolisme air, elektrolit, kristaloid dan protein serum. Dan tidak terjadi
ketidakseimbangan elektrolit. Gula darah,bikarbonasn atrikusd an pH normal. Pada pre-
eklampsi berat dan pada eklampsi : kadar gula darah naik sementara asam laktat dan asam
organik lainnya naik sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya
disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi
sehingga natrium dilepas lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk bikarbonas
natrikus. Dengan begitu cadangan alkali dapat kembali pulih normal( khaidir. 2009).
E.       MANIFESTASI KLINIS
Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan :
1.    Pertambahan berat badan yang berlebihan, Akademi Kedokteran Nasional AS
merekomendasikan bahwa wanita yang kekurangan berat badan dengan indeks massa
tubuh (IMT) kurang dari 18,5 akan mengalami kenaikan berat badan 12-18 kg. Sementara
wanita dengan IMT 18,5-24,9 biasanya mengalami kenaikan sebanyak 11-15kg. Wanita
dengan IMT25-29,9 akan mengalami kenaikan sebesar 6-11 kg dab wanita dengan IMT di
atas 30 mengalami peningkatan 409 kg.
2.    Diikuti edema, Edema menurut Arthur C. Guyton menunjukkanadanya cairan berlebihan
pada jaringan tubuh. Pada banyak keadaan, edema terutama terjadi pada kompartemen
cairan estraselular, tapi juga dapat melibatkan cairan intraselular.
3.    Hipertensi, Pre-eklampsi ringan, bila keadaan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih,Pre-
eklampsi berat, tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
4.    Akhirnya proteinuria.
Pada pre eklampsia ringan tidak ditemukan gejala – gejala subyektif. Pada pre eklampsia
berat didapatkan :
1.    Sakit kepala terutama di daerah frontal
2.    Gangguan mata, penglihatan kabur
3.    Rasa nyeri di daerah epigastrium
4.    Mual atau muntah
5.    Gangguan pernapasan sampai sianosis
6.    Terjadinya gangguan kesadaran.
Gejala – gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat dan
merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul.
F.       PENATALAKSANAAN
1.    Tes diagnostik dasar
Pengukuran tekanan darah, analisis protein dalam urin, pemeriksaan edema,
pengukuran tinggi fundus uteri, pemeriksaan funduskopik.
2.    Tes laboratorium dasar:
a.         Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit pada sediaan
apus darah tepi).
b.         Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat aminotransferase, dan
sebagainya).
c.       Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).
d.      Uji untuk meramalkan hipertensi
e.       Roll Over test
f.       Pemberian infus angiotensin II.
G.      PATHWAY
H. PENCEGAHAN
Untuk mencegah kejadian pre eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang tentang
dan berkaitan dengan:
1.    Diet makanan
Makanan tinggi protein tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak.
Kurangi garan apabila berat badan bertanbah atau edema. Makanan berorientasi pada
empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah portein dengan tambahan sau
butir telur stiap hari.
2.    Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja dan disesuaikan
dengan kmampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring ke arah punggung janin sehingga
aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
3.    Pengawasan antenatal ( hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke
tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:
a.    Uji kemampuan pre eklampsia:
1)        Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
2)        Pemriksaan tinggi fundus uteri
3)        Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
4)        Pemriksaan protin dalam urin
5)Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjl, fungsi hati, gambaran darah umum,
pemeriksaan retina mata.
b.    Penilaian kondisi janin dalam rahim
1)      Pemantauan tinggi fundus uteri
2)      Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air
ketuban
3)      Usulkan untuk melakukan pmeriksaan ultrasonografi
H.      PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaanadalah :
1.    Untuk mencegahte rjadinyap re-eklampsdi an eklampsi
2.    Hendaknyajanin lahir hidup
3.    Trauma padajanin seminimal mungkin.
Pre-eklampsi ringanPengobatan adalah simtiomatis dan wanita dapat di :
1.    Rawat jalan dengan skemaa periksa ulang yang lebih sering, misalnya 2 x seminggu
2.    Rawat inap
3.    Penangan rawat jalan atau rawat inap :
a.    Istirahat di tempat tidur adalah istirahat pokok
b.    Diit rendah garam
c.    Berikan obat-obatan seperti valium tablet 5 mg dosis 3x sehari, atau tablet fenobarbital 30
mg dengan dosis 3x sehari, diuretika dan antihipertensi tidak dianjurkan, karena obat ini
tidak begitu bermanfaat bahkan bisa menutupitanda dan gejala pre-eklampsi berat.
Dengan cara di atas biasanya pre-eklampsi ringan jadi tenang dan hilang, ibu hamil
dapat dipulangkan dan diperiksa ulang lebih sering dari biasa.Bila pada beberapa kasus
gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap. Lakukan monitor keadaan janin : kadar
estriol urin, amnioskopik dan ultrasografi dan sebagainya. Bila keadaan mengizinkan,
barulah padakehamilan minggu ke 37 ke atas dilakukan induksi partus.
Pre-eklampsi berat
1.    Pre-eklampsi berat kehamilan dan 37 minggu :
a.    Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru, dengan pemeriksaan shake
dan rasio L/S maka penangannya adalah sebagai berikut:
1)        Berikan suntikan sulfas magnesikus 40% sebanyak 10ml (4gram) intramuskuler,
kemudian dapat diulang 4 gr intramuskuler setiap 6jam (selama tidak ada kontra-
indikasi).
2)        Jika da perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus dapat diteruskan
lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria preeklampsi ringan (kecuali jika ada
kontra-indikasi).
3)        Selanjutnya wanita dirawat diperiksa dan janin dimonitor, penimbangan berat badan
seperti pre-eklampsi ringan sambil mengawastii mbul lagi gejala.
4)        Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan :
induksi partus atau cara tindakan lain, melihat keadaan.
b.    Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka
penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan di atas 37 minggu.
I. KOMPLIKASI
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi
antaralain:
1.    Pada ibu
a.    Eklampsia
b.    Solusio plasenta
c.    Pendarahan subkapsula hepar
d.   Kelainan pembekuan darah ( DIC )
e.    Sindrom HELPP ( Hemolisis, Elevated, Liver,Enzymes Dan Low Platelet Count )
f.     Ablasio retina
g.    Gagal jantung hingga syok dan kematian.
2.    Pada janin
a.    Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
b.    Prematur
c.    Asfiksia neonatorum
d.   Kematian dalam uterus
e.    Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

ASUHAN KEPERAWATAN

a.      Pengkajian
Pengumpulan data
1.      Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis, pekerjaan, alamat, tempat tinggal
Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan pre eklampsia adalah :
2)        Data Subjektif
a)      Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
b)      Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
c)      Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM
d)     Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta
riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
e)      Riwayat Perkawinan : kehamilan ini merupakan hasil pernikahan yang ke berapa
? apakah perkawinan sah atau tidak ?, atau tidak direstui dengan orang tua ?
f) Riwayat Obstetri : Berapa kali dilakukan ANC, hasil laboratorium, USG, darah,
urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya
mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh
g) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan
h)       Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.
3)        Data Objektif
a)         Pemeriksaan fisik
  Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
  Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
  Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
  Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika
refleks + )
b)         Pemeriksaan penunjang
  Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan
interval 6 jam
  Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat
hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun,
BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
  Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
  Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
  USG ; untuk mengetahui keadaan janin
  NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
b.   Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis ditandai dengan tampak
meringis, gelisah ,sulit tidur, nadi meningkat
2. Resiko Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan penyakit ginjal dan
kelenjar ditandai dengan akral teraba dingin, nadi perifer menurun atau tidak teraba,
warna kulit pucat
3. Perfusi perifer tidak efektif b.d kekurangan volume cairan ditandai dengan akral
teraba dingin, nadi perifer menurun atau tidak teraba, warna kulit pucat

c.    Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


.
1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Observasi :
berhubungan keperawatan selama x 24 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan agen jam ekpetasi menurun durasi, frekuensi, kualita, intensitas
pencedera nyeri
dengan krteria hasil :
kimiawi 2. Identifikasi respons nyeri non verbal
ditandai  Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi faktor yang memperberat
dengan tampak (5) dan memperingan nyeri
meringis,  Meringis menurun (5) 4. Identifikasi pengetahuan dan
gelisah ,sulit  Gelisah menurun(5) keyakinan tentang nyeri
tidur, nadi  Kesulitan tidur menurun 5. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
meningkat (5) respon nyeri
 Pola nafas membaik (5) 6. Identifikasi skala nyeri
 Nadi membaik (5) 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
 Td membaik (5) kualitas hidup
 Nafsu makan membaik 8. Monitor keberhasilan terapi
(5) komplementer yang sudah diberikan
 Pola tidur membaik (5) 9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik :
10. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
11. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
12. Fasilitasi istirahat dan tidur
13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
14. Jlaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
16. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
17. Anjurkan menggunakan anlgetik
secara tepat
18. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2. Resiko Setelah dilakukan tindakan Observasi :
Ketidakseimba 1. Identifikasi tanda dan gejala
keperawatan selama ....x24
ngan cairan hipoglikemia
berhubungan jam ekspektasi meningkat 2. Identifikasi kemungkinan penyebab
dengan
dengan kriteria: hipoglikemia
penyakit ginjal
dan kelenjar ̶ Koordinasi meningkat Terapeutik :
ditandai 3. Berikan karbohidrat sederhana, jika
(5) perlu
dengan
̶ Kesadaran meningkat(5) 4. Berikan glukagon, jika perlu
5. Berikan karbohidrat kompleks dan
̶ Kadar glukosa dalam
protein sesuai diet
darah membaik (5) 6. Pertahankan kepatenan jalan nafas
̶ Kadar glukosa dalam 7. Pertahankan akses IV, jika perlu
urine membaik (5) 8. Hubungi layanan medis , jika perlu
Edukasi :
̶ Palpitasi membaik (5) 9. Anjurkan membawa karbohidrat
̶ Perilaku membaik (5) sederhana setiap saat
̶ Jumlah urin membaik (5) 10. Anjurkan memakai identitas darurat
yan tepat
11. Anjurkan monitor kadar glukosa darah
12. Ajarkan perawatan mandiri untuk
mencegah hipoglikemia (mis.
Mengurangi insulin,/ agen oral, atau
meningkatkan asupan makanan untuk
berolarga)
Kolaborasi :
13. Kolaborasi pemberian dekstrose, jika
perlu
14. Kolaborasi pemberian glukagon, jika
perlu
3 Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan Observasi :
tidak efektif 1. Periksa sirkulasi perifer
keperawatan selama ...x24
b.d kekurangan 2. Identifikasi faktor resiko gangguan
volume cairan jam ekspektasi meningkat sirkulasi
ditandai
dengan kriteria: 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau
dengan akral
teraba dingin, ̶ Denyut nadi meningkat (5) bengkak pada ekstermitas
nadi perifer ̶ Penyembuhan luka Terapeutik :
menurun atau 4. Hindari pemasangan infus atau
meningkat (5)
tidak teraba, pengambilan darah di area
̶ Sensasi meningkat (5)
warna kulit keterbatasan perfusi
pucat 5. Lakukan pencegahan infeksi
6. Hindari pengukuran tekanan darah
pada ektermitas dengan keterbatasan
perfusi
Edukasi :
7. Anjurkan berhenti merokok
8. Anjurkan berolaraga rutin
9. Anjurkan menggunakan penurun
darah
10. Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis. Rendah
lemak jenuh, minyak ikan, omega 3)
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC


Carpenito- Moyet,Lynda juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC.
Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC.
Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Llewellyn-Jones, Derek. 2002. Dasar-Dasar Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta : Hipokartes
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


(SDKI).Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Purwaningsih, Wahyu. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Vol.2
Edisi 8. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai