Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SEMINAR

DENGAN KASUS
BATU SALURAN KEMIH

DISUSUN OLEH :
NAMA : NAFTALIA MAUREN WILA
NIM : PO5303203191082
MATA KULIAH :
KODE MA : -
MATA KULIAH : KMB I
NAMA PEMBIMBING : Ester Radandima, S.Kep,NS.,M.kep

TANGGAL PENGUMPULAN : -
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis karena adanya masa keras
seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan nyeri,
perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya batu disebabkan karena air kemih
jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan
materi-materi yang dapat menghambat pembentukan batu, kurangnya produksi air kencing, dan
keadaan-keadaan lain yang idiopatik (Dewi, 2007). Lokasi batu saluran kemih dijumpai khas di
kaliks atau pelvis (nefrolitiasis) dan bila akan keluar akan terhenti di ureter atau di kandung
kemih (vesikolitiasis) (Robbins, 2007). Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi,
dengan rasio pria-wanita 4:1 dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa nyeri
(Tisher, 1997). Di Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di
seluruh dunia rata-rata terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini
merupakan tiga penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan
pembesaran prostat (Purnomo, 2011). Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang
cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu diperkirakan
sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Empat dari lima pasien
adalah laki-laki, sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai keempat. Angka kejadian
batu ginjal di Indonesia tahun 2002 berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di
seluruh Indonesia adalah sebesar 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959
orang. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar 19.018 orang, dengan jumlah
kematian adalah sebesar 378 orang (Anonim, 2005). Pada penelitian di RS dr. Kariadi ternyata
jumlah penderita batu naik dari 32,8% (2003) menjadi 39,1% (2005) di banding seluruh kasus
urologi dan 1 2 sebagian besar batu saluran kemih bagian atas (batu ginjal dan ureter) (Muslim,
2007). Ginjal adalah organ vital yang mempunyai peran penting dalam mempertahankan
kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan
asam-asam dengan cara filtrasi darah, reabsorbsi selektif air, elektrolit, dan non elektrolit, serta
mengekskresi kelebihannya sebagai urin. Fungsi ekskresi ginjal seringkali terganggu diantaranya
oleh batu saluran kemih yang berdasarkan tempat terbentuknya terdiri dari nefrolitiasis,
ureterolitiasis, vesicolitiasis, batu prostat, dan batu uretra. Batu saluran kemih terutama dapat
merugikan karena obstruksi saluran kemih dan infeksi yang ditimbulkannya (de jong, 2004).
Obstruksi dapat menyebabkan dilatasi pelvis renalis maupun kaliks yang dikenal sebagai
hidronefrosis. Batu dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan fungsi ginjal karena
menyumbat aliran urine. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, urin akan mengalir balik
kesaluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal
(hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal (Depkes, 2007). Pada umumnya
obstruksi saluran kemih sebelah bawah yang berkepanjangan akan menyebabkan obstruksi
sebelah atas. Jika tidak diterapi dengan tepat, obstruksi ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi
dan kerusakan struktur ginjal yang permanen, seperti nefropati obstruktif, dan jika mengalami
infeksi saluran kemih dapat menimbulkan urosepsis (Purnomo, 2011). Proses ini umumnya
berlangsung lama sekali. Tapi juga bisa mendadak (akut) bila sumbatan secara total. Kasus
hidronefrosis semakin sering didapati. Di Amerika Serikat, insidensinya mencapai 3,1 %, 2,9 %
pada wanita dan 3,3 % pada pria. Penyebabnya dapat bermacam – macam dimana obstruksi
merupakan penyebab yang tersering (Rahmani, 2010). Diagnosis klinis sebaiknya didukung oleh
prosedur pencitraan yang tepat, pemeriksaan radiologi dengan menggunakan ultrasonografi akan
sangat membantu dalam penanganan kasus nefrolitiasis. Dapat diketahui adanya batu radiolusen
dan dilatasi sistem duktus kolektivus. Pemeriksaan USG 3 pada kasus ini mempunyai peranan
penting, sebab dapat memastikan diagnosis di atas, yang mana terlihat adanya hidronefrosis dan
tanpa hidronefrosis (Rahmani, 2010). Keterbatasan pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk
menunjukkan batu ureter, dan tidak dapat membedakan batu kalsifikasi dan batu radiolusen
(Sudoyo, 2007). Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Prevalensi Hidronefrosis pada Kasus Batu Saluran kemih (Nefrolitiasis dan
Vesicolitiasis) Berdasarkan Temuan Ultrasonografi

B. TUJUAN

Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah :

a. Mengetahui pengertian Batu saluran kemih


b. Mengetahui etiologi Batu saluran kemih
c. Mengetahui tanda dan gejala Batu saluran kemih
d. Mengetahui pathofisiologi Batu saluran kemih
e. Mengetahui pathway Batu saluran kemih
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang Batu saluran kemih
g. Mengetahui penatalaksanaan medis Batu saluran kemih
h. Mengetahui pendidikan kesehatan Batu saluran kemih

C. MANFAAT

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang konsep dasar dan konsep keperawatan mengenai
penyakit, batu saluran kemih serta dapat dijadikan sebagai panduan belajar dan dalam pembuatan
asuhan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Batu saluran kemih

Batu saluran kemih adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal)
pada ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran
perkemihan.  Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang
terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus
larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa
centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang
berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh
atau merah. (Brunner and Suddarth, 2002).

Batu Saluran Kemih  adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut
dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat (60%), fosfat sebagai
campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu tripel fosfat akibat infeksi) (30%),
asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A. Grace & Neil R. Borley 2006).

Batu saluran kemih adalah Kristal padat dari larutan mineral urine, biasa ditemukan di dalam
ginjal atau ureter. Penyakit ini dikenal juga dengan sebutan nephrolithiasis,
urolithiasis, atau renal calcul

B. Etiologi

Terbentuknya batu secara garis besar dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

a. Faktor Intrinsik

Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Termasuk faktor intrinsik
adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga.

 Heriditer/ Keturunan

Salah satu penyebab batu ginjal adalah faktor keturunan misalnya Asidosis tubulus ginjal (ATG).
ATG menunjukkan suatu gangguan ekskresi H+ dari tubulus ginjal atau kehilangan HCO3 dalam
air kemih, akibatnya timbul asidosis metabolic. Riwayat batu saluran kemih bersifat keturunan,
menyerang beberapa orang dalam satu keluarga. Penyakit-penyakit heriditer yang menyebabkan
batu saluran kemih antara lain:

1. Dent’s disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D sehingga


penyerapan kalsium di usus meningkat, akibat hiperkalsiuria, proteinuria, glikosuria,
aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya mengakibatkan batu kalsium oksalat dan
gagal ginjal.
2. Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis air kemih rendah
hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis.

b. Umur

Batu salutan kemih banyak terdapat pada golongan umur 30-60 tahun.

c. Jenis kelamin

Kejadian batu saluran kemih berbeda antara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki lebih sering
terjadi dibanding wanita 3:1. Khusus di Indonesia angka kejadian batu saluran kemih yang
sesuangguhnya belum diketahui, tetapi diperkirakan paling tidak terdapat 170.000 kasus baru per
tahun. Serum testosteron menghasilkan peningkatan produksi oksalat endogen oleh hati.
Rendahnya serum testosteron pada wanita dan anak-anak menyebabkan rendahnya kejadan batu
saluran kemih pada wanita dan anak-anak.

d. Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu seperti geografi, iklim,
serta gaya hidup seseorang.

a. Geografi

Prevalensi batu saluran kemih tinggi pada mereka yang tinggal di daerah pegunungan, bukit atau
daerah tropis. Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden batu saluran kemih di suatu
tempat dengan tempat yang lain. Faktor geografi mewakili salah satu aspek lingkungan seperti
kebiasaan makan di suatu daerah, temperatur, kelembaban yang sangat menentukan faktor
intrinsik yang menjadi predisposisi batu saluran kemih.
b. Faktor Iklim dan cuaca

Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh secara langsung namun ditemukan tingginya batu
saluran kemih pada lingkungan bersuhu tinggi. Selama musim panas banyak ditemukan batu
saluran kemih. Temperatur yang tinggi akan meningkatkan keringat dan meningkatkan
konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih yang meningkat akan meningkatkan pembentukan
kristal air kemih. Pada orang yang mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko
terhadap batu saluran kemih

c. Jumlah air yang diminum

Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian batu saluran kemih adalah jumlah air yang
diminum dan kandungan mineral yang berada di dalam air minum tersebut. Pembentukan batu
juga dipengaruhi oleh faktor hidrasi. Pada orang dengan dehidrasi kronik dan asupan cairan
kurang memiliki risiko tinggi terkena batu saluran kemih. Dehidrasi kronik menaikkan gravitasi
air kemih dan saturasi asam urat sehingga terjadi penurunan pH air kemih. Pengenceran air
kemih dengan banyak minum menyebabkan peningkatan koefisien ion aktif setara dengan proses
kristalisasi air kemih. Banyaknya air yang diminum akan mengurangi rata-rata umur
kristal pembentuk batu saluran kemih dan mengeluarkan komponen tersebut dalam air kemih.

d. Diet/Pola makan

Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran kemih. Diet berbagai
makanan dan minuman mempengaruhi         tinggi rendahnya jumlah air kemih dan substansi
pembentukan batu yang berefek signifikan dalam terjadinya batu saluran kemih.

e. Jenis pekerjaan

Kejadian batu saluran kemih lebih banyak terjadi pada pegawai administrasi dan orang-orang
yang banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya karena mengganggu proses metabolisme
tubuh1.

f. Stres
Diketahui pada orang-orang yang menderita stres jangka panjang, dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya batu saluran kemih. Secara pasti mengapa stres dapat menimbulkan batu
saluran kemih belum dapat ditentukan secara pasti. Tetapi, diketahui bahwa orang-orang yang
stres dapat mengalami hipertensi, daya tahan tubuh rendah, dan kekacauan metabolisme yang
memungkinkan kenaikan terjadinya batu saluran kemih.

g. Olah raga

Secara khusus penelitian untuk mengetahui hubungan antara olah raga dan kemungkinan timbul
batu belum ada, tetapi memang telah terbukti batu saluran kemih jarang terjadi pada orang yang
bekerja secara fisik dibanding orang yang bekerja di kantor dengan banyak duduk.

h. Kegemukan (Obesitas)

Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan lemak tubuh baik diseluruh tubuh
maupun di bagian tertentu. Pada penelitian kasus batu kalsium oksalat yang idiopatik didapatkan
59,2% terkena kegemukan. Hal ini disebabkan pada orang yang gemuk pH air kemih turun,
kadar asam urat, oksalat dan kalsium naik

i. Kebiasaan menahan buang air kemih

Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air kemih yang dapat berakibat
timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan kuman pemecah urea sangat
mudah menimbulkan jenis batu struvit. Selain itu dengan adanya stasis air kemih maka dapat
terjadi pengendapan kristal.

j. Tinggi rendahnya pH air kemih

Hal lain yang berpengaruh terhadap pembentukan batu adalah pH air kemih ( pH 5,2 pada batu
kalsium oksalat).

C. Tanda dan Gejala

Gejala infeksi saluran kemih sangat beragam, di antaranya:


 Demam
 Sakit di perut dan panggul
 Nyeri saat buang air kecil
 Kencing terasa tidak tuntas
 Muncul darah dalam urine

D. Pathofisiologi

Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis belum
diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara lain :
Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang dan juga peningkatan
bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk
pembentukan batu.

Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung
pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin dan
jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan
batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine
dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat
dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.

Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang akan terhambat.
Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk
tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini
semakin kompleks sehingga terjadi batu.

Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan batu yang
besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada
saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat
menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi
akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal. 

Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada organ-organ
dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan
fungsinya secara normal.
E. Pathway

F. Pemeriksaan penunjang
a. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya sel
darah merah, sel darah putih dan kristal serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine
asam.
b. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.
c. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih.
d. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein dan
elektrolit.
e. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar
bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
f. Darah lengkap :
 Sel darah putih : meningkat menunjukkan adanya infeksi.
 Sel darah merah : biasanya normal.
 Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
g. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal
dan sepanjang ureter.
h. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal atau
panggul.
i. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

G. Penatalaksanaan Medis

Tujuan dasar penatalaksanaan medis batu saluran kemih adalah untuk menghilangkan
batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi,
dan mengurangi obstruksi yang terjadi.  Batu     dapat   dikeluarkan     dengan           
cara medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa operasi,
dan pembedahan terbuka.

a. Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu dengan diameter
kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa intervensi medis. Dengan cara
mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama
pembentuk batu ( misalnya kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh
meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien batu saluran kemih harus minum paling
sedikit 8 gelas air sehari.

Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan :

1. Batu kalsium oksalat

Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung kalsium oksalat seperti
bayam, daun seledri, kacang-kacangan, kopi, teh, dan coklat. Sedangkan batu kalsium fosfat :
mengurangi makanan yang mengandung kalsium tinggi seperti : ikan laut, kerang, daging,
sarden, keju dan sari buah.

2. Batu asam urat


Makanan yang dikurangi : daging, kerang, gandum, kentang, tepung-tepungan, saus dan lain-
lain.

3. Batu struvite

Makanan yang dikurangi : keju, telur, buah murbai, susu dan daging.

4. Batu cystin

Makanan yang dikurangi : sari buah, susu, kentang. Anjurkan pasien banyak minum : 3-4
liter/hari serta olahraga yang teratur.

b. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan

Analgesik dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu dapat keluar
sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat
anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung pada
intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian
antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah
infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, batu saluran kemih dapat dianalisis untuk mengetahui
komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan
batu berikutnya.

c. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy

Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan gelombang
kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah
batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah
batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur
invasif dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.

d. Endourologi

Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih
yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat
yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau
melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah :

a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di
dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kalies melalui
insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi
fragmen-fragmen kecil.
b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat
pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi per-
uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun
sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
d. Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat
keranjang Dormia.
e. Tindakan Operasi
Penanganan batu saluran kemih, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk
mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan
jika batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada beberapa jenis
tindakan pembedahan, nama dari tindakan pembedahan tersebut tergantung dari lokasi
dimana batu berada, yaitu

a. Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di


dalam ginjal
b. Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di
ureter
c. Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di vesica
urinaria
d. Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di
uretra

F. Pendidikan Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai