Anda di halaman 1dari 19

Defisiensi Zat Besi Mempengaruhi Sintesis Heme

Cahya Virgin Septyany


102109106
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl.Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
Email : cahya.102019106@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Darah merupakan salah satu komponen terpenting untuk melakukan sirkulasi di dalam
tubuh. Sebagai transporter dari O​2 dan CO​2 serta nutrisi bagi tubuh dan menjaga imunitas diikuti
homeostasis tubuh, maka pasokan darah pun harus tercukupi. Komponen dari darah yang terbagi
menjadi plasma darah, eritrosit,leukosit dan platelet memiliki fungsi masing-masing. Anemia
yang merupakan kurangnya pasokan sel darah merah yang dapat dipengaruhi kurangnya zat besi
di tubuh sehingga sintesa hemoglobin berkurang.

Kata kunci : ​Darah, Anemia, Hemoglobin, metabolisme besi

Abstract

Blood is one of the most important components for circulation in the body. As a transporter of
O2 and CO2 as well as nutrition for the body and immune homeostasis, the blood supply must be
fulfilled. Components of blood that are divided into blood plasma, erythrocytes, leukocytes and
platelets have their respective functions. Anemia which is a lack of supply of red blood cells that
can reduce iron in the body so that the synthesis of hemoglobin is reduced.

​ lood, Anemia, Hemoglobin, iron metabolism


Keyword : B

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Darah pada manusia memiliki informasi yang kaya akan metabolik yang dapat
merefleksikan kesehatan, penyakit,diet dan gaya hidup seseorang.​1 ​Darah merupakan
salah satu komponen yang berupa jaringan pada tubuh manusia.​2 ​Cairan ini juga menjadi
kendaraan atau medium untuk transportasi bahan antara sel dengan lingkungan eksternal
atau sel itu sendiri. Berat tubuh total manusia, 8% dari berat tersebut disumbangkan oleh
darah dengan volume rata-rata 5 liter pada wanita dan 5.5 liter pada pria.​3 ​Transportasi
molekul yang diangkut darah seperti oksigen, zat-zat sisa metabolisme dan mengandung
bermacam komponen penyusun sistem imun yang akan menjadi sistem kekebalan tubuh
terhadap penyakit.​2 ​Komponen yang menyusun darah adalah plasma darah dan
korpuskuli.​4 ​Dalam plasma terdapat komponen seperti protein dan mineral yang memiliki
sejumlah fungsi.Dilain sisi korpuskuli atau komponen padat tersusun dari eritrosit,
leukosit dan platelet.​5

Sel darah merah atau eritrosit yang berbentuk cakram bikonkaf ini memiliki salah
satu fungsi penting dalam darah yaitu mengangkut hemoglobin. Hemoglobin memiliki
peran besar dalam transportasi O​2 dan
​ CO​2 antara
​ paru dan jaringan dan biasa dijuluki
sebagai ‘dapur’ karena ia akan mengatur asam basa pada darah.​2 ​Protein dalam eritrosit
ini dibentuk dari rantai-rantai protein globin dan 4 molekul besi yang dapat mengikat O​2
yang dikenal dengan heme.​6 Salah satu penyakit yang terjadi karena transpor O​2 dibawah

kapasitas adalah anemia.Salah satu kasus tipe anemia yang banyak terjadi adalah anemia
defisiensi molekul besi sehingga membuatnya tidak cukup untuk mensintesis hemoglobin
tersebut.​5 ​Protein ini selain di sintesis di sel eritrosit, dapat disintesis di hati.​7

ISI

1. Landasan Teori

A) Komponen Darah
Figure 1. Komposisi darah

Sumber : ​Pharmaceutical / Biotechnology / Chemical / Industrial

Dalam tubuh darah, selain menjadi alat transportasi dari nutrisi, bahan kimia, O​2​, CO​2
dan hasil sekresi dari kelenjar hormon (endokrin) dan enzim, darah juga sebagai alat homeostasis
(keseimbangan air dalam tubuh), mempertahankan suhu tubuh dan asam basa serta menjadi
sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme.​8 ​Darah terdiri dari 2 komponen utama yaitu
55% plasma darah dan 45% (korpuskuli).​4 ​Pembuluh darah pada tubuh terbagi menjadi 2 jenis
yaitu vena dan arteri. Darah akan mengalir melalui 2 saluran tersebut, darah tersebut tersusun
dari 3 sel-sel komponen utama yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan
keping darah (trombosit/platelet). Untuk plasma darah ia merupakan 90% cairan yang akan
mengangkut berbagai bahan dalam darah. 3​

a) Plasma darah

Pada plasma terdapat 90% air yang menjadi sebuah media dimana material akan
dibawa oleh darah. Plasma juga berperan sebagai penerima dan penghantar panas pada
sistem metabolisme.Air di dalam plasma juga mengandung protein yang membentuk
kelompok untuk bertumpangan saja dan mempunyai peran masing-masing.​5 ​Warna
kuning sampai jernih oleh plasma diberikan oleh pigmen bilirubin dan karoten. 8​ ​Terdapat
8% sampai 9% molekul solid seperti koagulasi dari fibrinogen untuk bantu pembekuan
darah, protein plasma, elektrolit, immunoglobulins dan sebagian kecil dari enzim,
hormon dan vitamin.Protein plasma disintesis di hati kecuali yang berperan sebagai
antibodi dihasilkan oleh limfosit. 9​ Elektrolit pada plasma sebagian besar adalah ion
garam seperti Na​+ ​dan Cl​-​, sisanya adalah HCO​3​-​, K​+​,Ca​2+ dan ion yang lain dalam jumlah
kecil. Dalam plasma elektrolit ini selain menjadi alat transportasi, dapat juga berperan
untuk sistem buffer pada mempertahankan pH. Terdapat juga nutrisi seperti glukosa,
asam amino , lipid dan vitamin, sisa pembuangan seperti kreatinin, bilirubin,urea, lalu gas
(O​2​ dan CO​2​), hormon.​5

b) Sel darah merah

Figure 3. Eritrosit

Sumber : ​https://www.labiotech.eu/medical/erydel-red-blood-cell/

​Eritrosit berwarna merah karena adanya protein hemoglobin.​2 ​Sel ini akan
mengangkut O​2 dan CO​2​. Terdapat 5 juta sel per kubik mm didalam darah. Sel darah
merah memiliki usia yang cukup singkat yaitu 120 hari. Maka dari itu sel darah merah
harus mensintesis bakal-bakal sel yang membutuhkan DNA, RNA dan ribosom.​3 ​Selain
dari transpor O​2 dan
​ CO​2​, sel darah merah juga mengandung enzim karbonik anhidrase
yang membantu mempercepat katalis antara CO​2 dan H​2​O untuk membentuk ion
bikarbonat.​10 ​Terdapat enzim glikolitik yang akan mengaktivasi energi yang dibutuhkan
untuk mekanisme transpor dalam mengatur konsentrasi ion suatu sel. Namun ia
bergantung dengan ATP walaupun ia akan mengaktivasi energi.​5 ​Untuk sel darah merah
diproduksi di kantung vitellus (fetus minggu 1) , di limpa , nodus limfa dan hati (3 bulan)
dan di sumsum tulang saat lahir sampai setelahnya. Dari setelah bayi lahir sampai 5 tahun
semua sumsum tulang akan memproduksi sel darah merah namun jika 20 tahun keatas
hanya sumsum vertebrae, iga ,sternum dan tulang iliaka.​11
Perkembangan sel darah merah akan diproduksi oleh sumsum tulang, yang lembut
dan dipenuhi oleh jaringan seluler. Proses eritropoiesis adalah proses dimana munculnya
generasi sel muda selagi penghancuran sel tua.​5

Figure 3. Proses eritropoiesis

Sumber : ​Sherwood L. Human physiology: from cells to systems.


Singapore: Cengage; 2016.

Terdapat 3 faktor dalam proses ini yaitu 1) sel punca hematopoietik 2)sitokin
spesifik seperti hormon regulator dan ​growth hormone 3)stroma pendukung dan interaksi
sel.​12 ​Sel punca hematopoietik adalah sel yang berasal dari diferensiasi dan pembelahan
sel punca pluripoten, sel itu juga akan berdiferensiasi sebagian menjadi sel punca
myeloid. Setelah berdiferensiasi akan muncul sejumlah sel dan salah satunya eritroblas
yang memiliki nukleus. Sel eritroblas akan berkomitmen untuk berproliferasi dan
maturasi dimulai dari hilangnya nukleus sehingga tersisanya organel sehingga
menyisakan ruangan untuk hemoglobin, sel tersebut bernama retikulosit. Lanjut, sel
retikulosit akan bermaturasi menjadi eritrosit yang tidak memiliki nukleus maupun
organel dan mempunyai pigmen (merah) dari Hb dan siap dikeluarkan dari sumsum
tulang. Bahkan sel retikulosit dapat dikeluarkan oleh sumsum tulang walaupun belum
maturasi jika eritrosit yang dibutuhkan banyak.​5
Figure 4. Proses eritropoetin

Sumber : ​https://www.mdpi.com/1422-0067/15/6/10296

Sitokin akan mengatur proses diferensiasi, proliferasi dan maturasi tersebut akan
dipengaruhi oleh eritropoietin.​12 ​Hormon eritropoietin (Epo) berperan sangat penting
karena sel darah merah mengangkut O​2 dan dari pada tubuh mengurangi pasokan transpor
O​2 maka hormon ini diproduksi.​5 ​Demi tetap memperlancar oksigenasi, maka Epo akan
menjadi mediator induksi dari hipoksia erythropoiesis. Saat janin masih berkembang Epo
akan di produksi di hati namun setelah lahir digantikan oleh tubulus proksimal di ginjal.​13
Epo akan meningkat seiring sirkulasi dan bertemu sel punca hematopoietik dan
turunannya sebagai reseptor.​14 ​Proses dari Epo, ginjal mendeteksi adanya penurunan
kapasitas darah yang mengikat O​2 sehingga saat darah yang mengantar O​2 ke ginjal tahu
adanya penurunan membuat ginjal mensekresi Epo. Epo yang terbawa dari aliran darah
ginjal menuju ke sumsum tulang untuk menstimulasi pembentukan eritrosit. Setelah
kapasitas transpor O​2 meningkat maka dilepaskannya stimulus yang menyebabkan Epo
meningkat sehingga Epo turun dan aktif kembali saat dibutuhkan. Pembentukan sel darah
merah akan seimbang dengan sel darah merah yang telah mati, dan jika adanya
kehilangan eritrosit secara abnormal, eritropoiesis dapat meningkat sampai 6 kali lipat.
Seperti saat mendonor darah makan eritropoiesis meningkat dan sel darah yang di
degenerasi dihasilkan dalam kurang dari 1 minggu.​5

c) Sel darah putih


Figure 5. Leukosit

Sumber : ​https://www.medicalnewstoday.com/articles/327446

Leukosit atau sel darah putih adalah sel yang akan berperan penting dalam menjaga
sistem imunitas tubuh manusia, yang akan melindungi tubuh dari benda asing dan sel abnormal.​5​.
Sel heterogeneous yang memiliki nukleus ini dapat ditemukan di sirkulasi selama hidup nya.
Konsentrasi dari leukosit dalam darah sebanyak 4000-10000 per mikroliter, jumlahnya terbilang
cukup sedikit di dalam tubuh.​15 ​Leukosit akan dihasilkan dari diferensiasi dan proliferasi sel
punca pluripoten seperti sel darah merah hanya limfosit di diferensiasi dari sel punca limfosit.​5
Fungsi dari leukosit lebih banyak dilakukan pada jaringan karena jika adanya peradangan maka
leukosit akan langsung ke jaringan yang meradang.​16 Leukosit akan di diferensiasi berdasarkan

sel yang bergranula dan tidak bergranula. 17

1) Granulosit​, ​mempunyai banyak bentuk nukleus (polymorphonuclear). Granula yang


melekat akan menyimpan zat kimia yang dikeluarkan oleh eksositosis. Terdapat 3 jenis
sel granulosit.​18
a) Eosinofil, ​memiliki masa hidup sekitar 8-12 jam dan berperan sebagai fagositosis
dan juga bisa menghasilkan antibodi untuk antigen dari parasit.​16 ​Sel ini juga akan
berasosiasi lebih pada saat alergi menyerang dan infeksi parasit internal. Eosinofil
dapat membunuh seperti cacing secara mensekresi cairan yang akan
membunuhnya.​5
b) Basofil, ​jumlahnya paling sedikit dibanding leukosit lain. Sel ini dapat bereaksi
secara hipersensitivitas dengan imunoglobulin E (igE).​16 ​Basofil memiliki fungsi
yang sama seperti sel mast,sel ini tidak bersirkulasi di darah dan lebih sering
ditemukan di jaringan.​5 Seperti sel mast, sel ini akan menghasilkan bahan kimia
seperti histamin,heparin, beradikinin dan serotonin.​16 ​Histamin yang akan
berperan dalam reaksi alergi dan heparin yang akan mencegah pembekuan darah.
5

c) Neutrofil, ​paling banyak di antara leukosit lainnya sekitar 50-70%.​16 Memiliki


sifat untuk menelan dan merusak bakteri.Granula pada neutrofil memiliki protein
antimikroba yang akan bergabung dengan bakteri untuk menyerang mereka di
dalam bakteri tersebut.​5 Jika meningkatnya neutrofil disebut dengan neutrofilia
dikarenakan respon dari fisiologi terhadap stress ( olahraga,cuaca
ekstrim,pendarahan,melahirkan,stress emosi akut).​18 Neutrofilia dapat digunakan
untuk memprediksikan jika adanya infeksi seperti pneumonia atau meningitis dari
baketia.​5 Jika penurunan neutrofil disebut dengan neutropenia disebabkan oleh
penyakit virus, hipersplenisme,leukemia, granolositosis ,anemia dan pengaruh
obat.​18

2) Agranulosit, ​mempunyai hanya 1 nukleus (mononuklear) dan tidak memiliki granulosit.


Terdapat 2 jenis sel agranulosit.​17
a) Monosit, dengan jumlah 3-8% dari keseluruhan leukosit dan memiliki peran
sebagai fagosit untuk mikroorganisme seperti jamur dan bakteri dan juga terhadap
reaksi imun.​18 ​Muncul dari sumsum tulang sebelum merek maturasi dan
bersirkulasi di jaringan selama 1-2 hari. Pada tempat barunya sel akan ber
maturasi dan berkembang menjadi makrofag . Saat mereka sudah menjadi
makrofag, akan hidup selama berbulan-bulan atau tahunan atau mereka akan mati
karena berfagositosis.​5
b) Limfosit, terbanyak kedua di leukosit (20-40%) dan jumlah limfosit juga akan
meningkat jika terjadinya infeksi virus.Anak-anak relatif memiliki limfosit lebih
banyak dibanding dewasa.​19 Mereka memberikan sistem imunitas yang sudah
terprogram terhadap target tertentu. Terbagi menjadi 2 tipe.​5
1) Limfosit T, ​tidak memproduksi antibodi namun akan melakukan imunitas yang
dimediasi sel yaitu membunuh targetnya dengan zat kimia yang akan merusak sel
lawan seperti virus dan sel kanker.​5 ​Sel ini terbentuk di kelenjar thymus untuk
belajar membedakan benda asing dan mereka akan masuk ke pembuluh getah
bening sebagai sistem kekebalan pengawasan.​17
2) Limfosit B, diproduksi di sumsum tulang yang akan menghasilkan antibodi dan
bersirkulasi di darah.Mereka akan menandakan benda asing yang sudah
dihancurkan untuk meningkatkan terhadap benda asing tersebut seperti bakteri.​5

d) Platelet

Keping darah atau trombosit merupakan fragmen sel yang berasal dari
megakariosit besar di sumsum tulang. Sel-sel ini memiliki peran sebagai sistem
homeostasis (penghentian perdarahan dari pembuluh yang cedera).​17 ​Biasanya
akan beroperasi aktif selama 10 hari yang akan dikeluarkan oleh makrofag pada
jaringan dan akan gantikan oleh platelet baru dari sumsum tulang.Terdapat
hormon thrombopoietin yang akan dihasilkan oleh hati untuk meningkatkan
jumlah megakariosit dan menstimulasi agar memproduksi konsentrasi platelet
yang diinginkan.​5

B) Fungsi dan Jenis protein dalam darah


a) Plasma darah
Protein yang ada pada plasma terbagi 3 kelompok.​5

a. Albumin, protein terbanyak di plasma yang paling berperan pada tekanan


osmotik koloid. Albumin juga akan mengikat molekul yang sulit larut dalam
plasma untuk ​transport​ di plasma seperti bilirubin,garam empedu dan penisilin.​5
b. Globulin, protein ini terbagi menjadi 3 jenis α,β dan Ɣ. Untuk α dan β dapat
mengikat molekul yang spesifik seperti hormon tiroid, kolesterol dan besi yang di
lain sisi globulin Ɣ dapat menjadi imunitas tubuh. Namun protein globulin α dan
β sukar larut dalam air dan dapat berperan dalam pembekuan darah. Globulin juga
dapat mengaktivasi protein untuk beregulasi.​5
c. Fibrinogen,​ sebagai pembekuan darah. 5​

b) Sel darah merah

Hemoglobin adalah protein globular yang mengandung besi pada sel darah merah.
Diambil dari kata "heme" dan kata "globin", dimana heme mengandung 4 rantai
polipeptida Fe dan globin adalah rantai asam amino (1 pasang rantai α dan 1
pasang non α).​2 H
​ emoglobin memiliki struktur tetramer, berikut hemoglobin yang

umum dijumpai, HbA(hemoglobin dewasa normal) = α2β2 , HbF(hemoglobin


janin) = α2γ2 , HbS (hemoglobin sel sabit) = α2S2 dan HbA2 (hemoglobin
dewasa minor)= α2δ2 .Protein heme sama seperti mioglobin, mioglobin yang
bersifat monomerik (mengandung satu subunit) banyak ditemukan di otot .
Molekul heme mengandung cincin porphyrin atau tetrapirol yang berikatan
dengan Fe​2+​ . Pada tengahnya, atom besi bivalen dikoordinasikan.​7

Protein ini berfungsi untuk mengangkut 4 molekul O​2 ke jaringan karena O​2 yang
sukar larut dalam plasma. Hemoglobin juga dapat mengatur buffer pH dan akan
memberi pigmen berwarna merah pada sel darah merah.Selain O​2​, hemoglobin
juga mengangkut CO​2 ke paru lalu CO dan NO. Hemoglobin juga berguna untuk
menyuplai nutrisi ke jaringan tubuh dan mengangkut hasil dari metabolisme. 5​

Figure 6. Sintesis Heme

Sumber : ​Overview of the Heme Biosynthesis Pathway. The Heme


Biosynthesis... | Download Scientific Diagram

Sintesis heme ​terjadi di sitosol dan mitokondria. Heme tidak dapat dibentuk oleh sel
darah merah karena tidak memiliki mitokondria. Proses sintesis heme terbagi menjadi 2, di hati
dan di sumsum tulang belakang, proses tersebut terjadi secara sinkron. Terdapat 8 langkah untuk
biosintesis heme yang akan dilakukan, 1) dimulai di mitokondria dimana adanya kondensasi dari
asetil Ko-A dari siklus asam sitrat dan asam amino glisin. Mereka akan digabungkan untuk
menghasilkan asam 5’-aminolevulinic (ALA) dengan bantuan katalis dari ​vitamin B dan enzim
asam amino levulikase ​(ALAS).​20 2) Molekul ALA akan keluar dari mitokondria dan pergi ke
sitosol, 2 molekul ALA akan dikondensasi (sintesis porphobilinogen) dan menghasilkan cincin
pyrrole compound yaitu porphobilinogen. Proses itu akan dikatalisis oleh ​enzim dari seng dan
enzim ALA dehydratase​.3) Akan melibatkan kondensasi (sintesis hidroximethylbilane ) dari 4
molekul porfobilinogen yang akan membentuk hydroximetilbilane (HMB). Kondensasi tersebut
akan membutuhkan katalisis dari ​enzim porphobilinogen deaminase​. 4) Linear dari HMB yang
membentuk cincin pirol asimetris D atau uroporphyrinogen III yang dikatalisis oleh ​sintesa
uroporphyrinogen​. Jika ada kesalahan di proses ini maka pembentukan cincin dapat mengarah
ke protoporphyria.5) Lalu uroporphyrinogen III akan dimodifikasi menjadi coproporphyrinogen
III dengan katalis ​uroporphyrinogen decarboxylase​.6) coproporphyrinogen III akan di transfer
ke mitokondria dan akan di dekarburasi membentuk protoporphyrinogen IX yang bening dengan
bantuan katalis ​enzim coproporphyrinogen oxidase​.7) Protoporphyrinogen IX akan diubah
menjadi protoporphyrin IX dengan ​oksidasi protoporphyrinogen​. 8) Dan di tahap akhir
protoporphyrin IX akan dimasuki besi (Fe) yang dikatalisis ​enzim ferrochelatase ​dan
terbentuklah heme.​21 Proses sintesa ini akan berkoordinasi dan sinkron dengan sintesis globin di
ribosom yang membentuk rantai polipeptida asam amino.

Figure 7. Metabolisme Besi

Sumber :​Sherwood L. Human physiology: from cells to systems.


Singapore: Cengage; 2016.

Produksi dari heme akan dipengaruhi oleh ​metabolisme dari besi dalam tubuh manusia. Untuk
penyerapan besi dalam tubuh biasa 0.5-1 mg/hari ke dalam darah dan untuk wanita
membutuhkan besi lebih karena mengalami siklus menstruasi. Ketika zat besi masuk kedalam
tubuh hanya heme besi atau Fe​2+ yang dapat diserap oleh sel. Zat besi tersebut diserap oleh sel
epitel di usus halus, dan akan ditransfer oleh membrane transport besi, ferroportin ke darah.
Transport dari besi ini akan diatur oleh hormon hepsidin yang dikeluarkan oleh hati. Di Dalam
darah protein plasma transferrin akan mengikat besi untuk digunakan pada proses sintesis
hemoglobin. Untuk besi yang tidak segera dibutuhkan besi itu akan disimpan menjadi butiran di
epitel usus halus, ferritin. Ferritin akan keluar bersama feses dalam kurun waktu 3 hari. Warna
kehitaman dari feses diberikan oleh ferritin yang keluar bersamaan. 5​

C) Mikroskopis Sel Darah


a) Sel darah merah

Figure 8. eritrosit

Sumber :
https://www.researchgate.net/figure/COMPOSITION-OF-ERYTHR
OCYTE_fig1_275099303

Eritrosit berbentuk bikonkaf dengan diameter 7,8 mikrometer dan


ketebalan 2,5 mikrometer di pinggir dan kurang lebih 1 mikrometer ditengah.
Jumlah eritrosit (4,6-6,2 juta)pada pria lebih banyak dibandingkan pada
wanita(4,2-5,4 juta).​10 ​Memiliki bentuk yang fleksibel dan dapat berubah seiring
berjalan di dalam kapiler. Tidak memiliki inti dan memiliki protein hemoglobin
yang tersusun dari rantai Fe. Berwarna merah di tengah dan pucat di tengah,
warna merah dari pigmen hemoglobin.​22 ​Membran bilayer fosfolipid akan
membingkai struktur sel ini dan dikelola oleh jaringan protein.​5

b) Sel darah putih


1) Neutrofil

Figure 9. Neutrofil

Sumber : ​https://www.britannica.com/science/neutrophil

Berukuran 14 mikrometer dan memiliki sifat yang netral.​5 ​Adanya


pencampuran warna asam (eosin) dan basa (metilen biru ) dan bergranula
halus tipis berwarna ungu atau merah muda.​19 ​Terdapat 2 jenis neutrofil
yaitu neutrofil yang bersegmen dan batang. Memiliki inti seperti tapal
kuda pada neutrofil batang dan akan berproses menjadi yang bersegmen
2-5 lobus dengan kromatin sebagai penghubung. Adanya tonjolan di
bagian segmen menandakan daerah tersebut persediaan wanita.​18

2) Eosinofil
Figure 10.Eosinofil

Sumber :​https://www.medicalnewstoday.com/articles/311601

Berukuran 16 mikrometer dan berwarna merah pada granul.​5


Warna merah muncul dari basa (protein kation ) dan asam (eosin).
Granula tampak kasar dan besar dengan inti bilobus - tidak lebih
dari 3 inti.​23

3) Basofil

Figure 11.Basofil

Sumber :​http://www.medical-labs.net/basophil-527/
Berwarna biru dan memiliki ukuran 14 mikrometer.​5 ​Granula yang
bervariasi hingga menutupi area inti sel yang bersegmen dan
bersifat azurofilik. Histamin memberi warna biru di basofil.​17

4) Limfosit

Figure 12.Limfosit

Sumber :​https://www.britannica.com/science/lymphocyte

Leukosit berbentuk bulat padat dan terkecil serta memiliki nukleus


besar yang berspiral hampir sebesar sel.​5 Berukuran 12 mikrometer
dan memiliki sitoplasma yang sedikit, tidak ada granula.​19

5) Monosit

Figure 13. Monosit


Sumber :
https://imagebank.hematology.org/image/61933/monocyte?type
=upload

Leukosit terbesar dengan bentuk oval seperti ginjal.​5 ​Berukuran 18


nanometer dengan inti yang padat serta tidak ada granula. Dengan
inti yang berlobus membentuk tapal kuda yang bervakuola. Dalam
inti dapat dilihat granula azurofil (lisosom primer). Adanya
retikulum endoplasma yang sedikit, ribosom dan mitokondria yang
banyak. Terdapat golgi apparatus dan filamen-filamen.​17

c) Platelet

Figure 14.Platelet

Sumber:
:​https://www.lab.anhb.uwa.edu.au/mb140/corepages/Blood/Blood.htm

Tidak memiliki nukleus dengan membentuk fragmen (berkelompok) yang berasal


dari sel besar yaitu megakariosit pada sumsum tulang dengan ukuran 60
mikrometer.​5 ​Berukuran 3 mikrometer dengan warna terang (hialomer) dan inti
granuloma.​24 ​Memiliki mitokondria, mikrotubulus dan aktin sitoskeleton , granula
glikogen dan badan golgi beserta ribosom.​25
PENUTUP

1. Simpulan

Seorang perempuan yang mengalami anemia defisiensi besi dipengaruhi oleh


kekurangan asupan zat besi pada tubuh sehingga sintesis dari hemoglobin berkurang
untuk menghasilkan sel darah merah. Anemia sendiri merupakan kekurang sel darah
merah dan dengan adanya defisiensi besi maka ditunjukan adanya kekurangn zat besi.
Pada sintesis hemoglobin, zat besi dibutuhkan untuk membentuk rantai heme.

Tinjauan Pustaka

1) Chaleckis R, Murakami I, Takada J, Kondoh H, Yanagida M. Individual variability in


human blood metabolites identifies age-related differences. Proceedings of the National
Academy of Sciences. 2016;113(16):4252–9.
2) mallo pricilla Y. Rancang Bangun Alat Ukur Kadar Hemoglobin dan Oksigen Dalam
Darah dengan Sensor Oximeter Secara Non-Invasive . Teknik elektro dan komputer.
2012;1:1.​https://doi.org/10.35793/jtek.1.1.2012.558
3) Lestari DR. Pengenalan penyakit darah dengan citra darah menggunakan metode logika
fuzzy (skripsi). Depok : Fakultas Teknik Elektro Universitas Indonesia;2008.
4) Nazilluyoh FA. Perbedaan perlakuan sampel darah terhadap kadar hemoglobin.
Semarang : Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhamadiyah
Semarang;2017.
5) Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. Singapore: Cengage; 2016.
6) Journal of Hematology & Thromboembolic DiseasesOpen Access [Internet]. Longdom
Publishing S.L. [cited 29 April 2020]. Available from:
https://www.longdom.org/scholarly/haemoglobin-journals-articles-ppts-list-1748.html
7) Ogun AS. Biochemistry, Heme Synthesis [Internet]. StatPearls [Internet]. U.S. National
Library of Medicine; 2020 [cited 2020Apr29]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537329/
8) Siswanto. Darah dan cairan tubuh(diktat fisiologi). Bali :Fakultas kedokteran hewan
Universitas Udayana;2017.
9) Mathew J. Physiology, Blood Plasma [Internet]. StatPearls [Internet]. U.S. National
Library of Medicine; 2020 [cited 2020May1]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK531504/
10) Komariah M. Metabolisme eritrosit (karya ilmiah).Bandung : Universitas
Padjadjaran;2010.
11) Tombak A. Introductory Chapter: Erythrocytes - Basis of Life [Internet]. IntechOpen.
IntechOpen; 2019 [cited 2020Apr28]. Available from:
https://www.intechopen.com/books/erythrocyte/introductory-chapter-erythrocytes-basis-o
f-life
12) Suryanty R, Rosdiana N, Lubis B. Peran Eritropoietin pada Anemia Akibat Keganasan
pada Anak. Sari Pediatri. 2016 May;7(1):34.
13) Bunn HF. Erythropoietin. Cold Spring Harb Perspect Med. 2013 ;1;3(3)
14) Putri SY. Identifikasi penyakit anemia defisiensi besi berdasarkan kelainan sel darah
merah menggunakan metode probabilistik neutral network(skripsi).Medan:Universitas
Sumatera Utara;2018.
15) Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory Examinations. 3rd edition.
LexisNexis UK; 1990.
16) Kiswari R. Hematologi dan Transfusi. Jakarta : Erlangga, 2014.
17) Indriani M. Pengaruh konsentrasi pH buffer giemsa terhadap morfologi leukosit pada
preparat sumsum tulang (thesis). Semarang : Universitas Muhammadiyah Semarang ;
2017.
18) Riswanto. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta: Alfamedia.;2013
19)Nugraha G.Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Jakarta: CV Trans
Info Medika;2015
20) Fujiwara T, Harigae H. Biology of Heme in Mammalian Erythroid Cells and Related
Disorders. Biomed Res Int. 2015;2015:278536.
21) Kim HJ, Khalimonchuk O, Smith PM, Winge DR. Structure, function, and assembly of
heme centers in mitochondrial respiratory complexes. Biochim. Biophys. Acta. 2012
Sep;1823(9):1604-16.
22) Under the Microscope: Blood [Internet]. Office for Science and Society. 2019 [cited
2020May1]. Available from:
https://www.mcgill.ca/oss/article/health/under-microscope-blood
23) Hoffbrand AV, Pettit JP. Hematologi.edisi 5. Jakarta: Alih Bahasa: EGC;2012.
24) Slomianka L. Blood[Internet]. Blue Histology - Blood. [cited 2020May1]. Available
from: ​https://www.lab.anhb.uwa.edu.au/mb140/corepages/Blood/Blood.htm
25) Paxton, Steve, Peckham, Michelle, Knibbs, Adele. The Leeds Histology Guide [Internet].
The Histology Guide. 1970 [cited 2020May1]. Available from:
https://www.histology.leeds.ac.uk/blood/platelets.php

Anda mungkin juga menyukai