Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Satya Putra Lencana
M11.01.0015
A. DEFINISI
Hipoglikemia (shock insulin) adalah suatu sindrome yang komplek
berawal dari suatu gangguan metabolisme glukosa, dimana konsentrasi serum
glukosa menurun sampai tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolik sistem
saraf. Kadar glukosa serum 50 – 55 mg /100ml ( N.55 – 115 mg / dl ) dan
adanya gambaran klinis sebagai petunjuknya.
Hipoglikemia adalah suatu komplikasi dari Diabetes Melitus dimana
gula dalam darah rendah yaitu kurang dari 60 mg/dl.
Seringkali sebagai komplikasi akut IDDM, tetapi dapat juga terjadi
pada NIDDM yang mendapatkan oral hipoglikemik.
B. ETIOLOGI
C. PATOFISIOLOGI
Normal tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 60-120 mg/dl.
agar dapat memberi sumber energi bagi metabolisme sel. Pemasukan glukosa
dari berbagai sumber seperti : pemasukan makanan, pemecahan glikogen,
glukoneogenesis memacu terjadinya respon insulin. Orang sehat akan segera
memproduksi Hormon insulin untuk menurunkan kembali kadar gula darah ke
level yang normal.
Pada orang Diabetes Melitus, terjadi defisiensi Insulin, sehingga
Glukosa tidak bisa dimanfaatkan oleh sel dan hanya beredar di pembuluh
darah sehingga menimbulkan Hiperglikemia. Untuk menurunkan kadar gula
darah biasanya diberikan Insulin, namun karena dosis yang kurang tepat bisa
menimbulkan penurunan glukosa darah yang cepat.
Efek dari penurunan glukosa darah , bisa timbul Hipoglikemia, dengan
gejala yang ringan sampai berat. Gejala Hipoglikemia Ringan, ketika kadar
glukosa darah menurun, sistem syaraf simpatis akan terangsang. Terjadi
pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala : perspirasi, tremor,
takhikardia, palpitasi, gelisah dan rasa lapar.
Pada Hipoglikemia Sedang, penurunan kadar glukosa darah
menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar dengan baik.
Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem syaraf pusat mencakup
ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusio, penurunan
daya ingat, patirasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, perubahan emosional, penglihatan ganda dan perasaan ingin
pingsan.
Pada Hipoglikemia Berat, fungsi sistem syaraf pusat mengalami
gangguan yang sangat berat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang
lain untuk mengatasi Hipoglikemia yang diderita, gejalnya : Disorientasi,
serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur, kehilangan kesadaran.
D. Klasifikasi Hipoglikemia
Hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) dan Thompson (2011)
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Ringan (glukosa darah 50-60 mg/Terjadi jika kadar glukosa darah
menurun dan sistem saraf simpatik akan terangsang, pelimpahan adrenalin
ke darah menyebabkan gejala : tumor, kegelisahan, rasa lapar, dll.
2. Sedang (glukosa darah <50 mg/dL
Penurunan kadar glukosa dapat menyebakan sel2 otak tidak memperoleh
bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi
sistem saraf pusat mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi, penurunan
daya ingat, penglihatan ganda, peasaan ingin pingsan.
3. Berat (glukosa darah < 35 mg/dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat, sehingga pasien memerlukan
pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia. Gejalanya :
serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.
E. Manifestasi Klinis Hipoglikemia
Gejala dan tanda dari hipoglikemia merupakan akibat dari aktivasi sistem
saraf otonom dan neuroglikopenia. Pada pasien dengan usia lajut dan pasien
yang mengalami hipoglikemia berulang, respon sistem saraf otonom dapat
berkurang sehingga pasien yang mengalami hipoglikemia tidak menyadari
kalau kadar gula darahnya rendah (hypoglycemia unawareness). Kejadian ini
dapat memperberat akibat dari hipoglikemia karena penderita terlambat untuk
mengkonsumsi glukosa untuk meningkatkan kadar gula darahnya.
Gejala umum penderita Hipoglikemia :
1. Keringat dingin
2. Letih
3. Sakit kepala
4. Lapar
5. Iritabilitas
6. Tidak enak badan
7. Denyut nadi cepat
8. Menggigil
9. Mual-muntah
10. Hipotensi
11. Pucat dan kulit dingin
12. Pandangan kabur
13. Keluar banyak keringat
14. Tremor
G. PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA
Tujuan dilakukan tatalaksana Hipoglikemia yaitu :
1. Memenuhi kadar gula darah dalam otak agar tidak ter
jadi kerusakan irreversibel.
2. Tidak mengganggu regulasi DM.
Pedoman tatalaksana Hipoglikemia menurut PERKENI (2006) pedoman
sebagai berikut :
1. Glukosa diarahkan pada kadar glukosa puasa yaitu 120 mg/dl.
2. Bila diperlukan pemberian glukosa cepat (IV) → satu flakon (25 cc)
Dex 40% (10 gr Dex) dapat menaikkan kadar glukosa kurang lebih 25-
30 mg/dl.
Manajemen Hipoglikemi menurut Soemadji (2006); Rush & Louise (2004)
; Smeltzer & Bare (2003) sebagai berikut:
1. Tergantung derajat hipoglikemi:
a. Hipoglikemi ringan:
1. Diberikan 150-200 ml teh manis atau jus buah atau 6 -10 butir
permen atau 2-3 sendok teh sirup atau madu.
2. Bila gejala tidak berkurang dalam 15 menitulangi
pemberiannya
3. Tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori
coklat, kue, donat, ice cream, cake
b. Hipoglikemi berat:
1. Tergantung pada tingkat kesadaran pasien.
2. Bila klien dalam keadaan tidak sadar, Jangan memberikan
makanan atau minuman
Pada hipoglikemia berat, membutuhkan bantuan eksternal (obat) :
1. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosaoral karena pingsan,
kejang, atau perubahan status mental. Pada keadaan darurat dapat
pemberian dekstorsa dalam air pada konsentrasi 50% adalah dosis
biasanya diberikan kepada orang dewasa, sedangkan konsentrasi 25%
biasanya diberikan kepada anak – anak.
2. Glukagon
Sebagai hormon kontra – regulasi utama terhadap insulin, glukagon
adalah pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia
berat. Tidak seperti dekstrosa, yang harus diberikan secara IV dengan
perawatan kesehatan yang berkualitas profesional, glukagon dapat
diberikan oleh subcutan atau intramuskular.
H. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat keperawatan
1) Persepsi – managemen kesehatan
Riwayat DM
Riwayat pemakaian insulin, oral hipoglikemic
Riwayat diet dan olah raga.
Riwayat periksa.
2) Nutrisi – metabolik
Merasa lapar
Mengeluh mual
3) Eliminasi
Mengeluh banyak mengeluarkan keringat.
4) Aktivitas – exercise
lelah, lemas.
Pingsan
5) Kognitif
Tidak ada konsentrasi.
Penglihatan kabur.
b. Pemeriksaan fisik
1) Cardiovaskular
Tachycardia, palpitasi, sinkope.
2) Integumen
Pucat, diaphoresis.
3) Neurologi
Iritable, perilaku tidak terkontrol, kejang, coma.
4) Muskuloskeletal
Kelemahan
c. Pemeriksaan diagnostik
Glukosa serum kurang dari 50 mg/ dl.
3. Evaluasi Keperawatan
a. Klien memiliki fungsi cerebral yang optimal
Krteria :
Dapat berorientasi terhadap orang, tempat dan waktu.
Tekanan darah dalam batas normal.
HR lebih 60 dan kurang dari 100 x/menit, irama teratur.
RR < 25 x/menit.
Glukosa serum stabil 70 – 110 mg/100 ml.
b. Klien tidak mengalami injury
Kriteria :
Tidak jatuh.
Tidak kejang.
Tidak aspirasi
Tidak cidera lidah.
c. Keluarga dan klien mengetahui penyakit, program terapi, aktivitas.
Kriteria :
Mampu menjelaskan penyakit, program terapi dan aktivitas dengan
bahasa sederhana.
Kooperatif dalam program tindakan.
Pathway
Puasa/ intake
kurang
Glikogenolisis
Gula darah
menurun < 60
mg/dl
Penurunan nutrisi
jaringan otak
Respon SSP