Anda di halaman 1dari 152

LAPORAN AKHIR STASE MATERNITAS DI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH UNDATA PALU

( Stase Keperawatan Maternitas )

DISUSUN OLEH:

IRFAN
NPM. JP019.008

CI Institusi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INDONESIA JAYA PALU
PROFESI NERS
2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.M DENGAN KASUS
ABORTUS DI RUANG MATAHARI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH UNDATA PALU

( Stase Keperawatan Maternitas )

DISUSUN OLEH:

IRFAN
NPM. JP019.008

CI Institusi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INDONESIA JAYA PALU
PROFESI NERS
2020
LAPOAN PENDAHULUAN PADA KASUS ABORTUS

A. Pengertian Abortus
Pengguguran kandungan atau aborsi atau abortus adalah berakhirnya
kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan
penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila berat badannya
telah mencapai lebih daripada 500 gram atau umur kehamilan lebih daripada
20 minggu (Sastrawinata, 2005)
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang
terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat
badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang
dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka
abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai
berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu (Prawirohardjo S, 2009).
B. Etiologi
Menurut Prawirohardjo S (2009) penyebab abortus antara lain adalah :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat juga disebut factor ovovetral.
Faktor ovovetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan
janin dan kelainan pada plasenta. Kelainan hasil konsepsi dapat
menyebabkan kematian janin atau cacat.kelainan berat biasanya
menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda.faktor-faktor yang
menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut.
a. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering digunakan pada abortus
spontan ialah risomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan
kromosom seks.
b. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan diendometrium
disekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga penberian zat-
zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
c. Pengaruh dari luar.Radiasi, virus, obat-obat dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya
dalam uterus.Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
2. Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam viliporeales dan menyebabkan oksigenasi
plasenta terganggu ,sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematian janin.keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya
karena hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu
Penyakit mendadak,seperti pmeumonea,typis abdominalis, pielonefritis,
malaria dan lain-lain yang menyebabkan abortus.Toksin, bakteri, virus,
atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga
menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus. Anemia
berat, keracuanan, laparotomi, peritonitis umum dan penyakit menahun
seperti bruselosis, mononucleosis infeksiosa, toksosplamosis juga dapat
menyebabkan abortus walaupun lebih jarang.
4. Kelainan traktus genitalis
Retriversio uteri, miomata uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus.tetapi, harus di ingat bahwa hanya retroversion uteri
gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan
penting. Sebab lain abortus dalam trimester II ialah serviksin kompeten
yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi
serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks luas yang
tidak dijahit.
Secara umum abortus disebabkan oleh :
1. Infeksi akut : virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis. Infeksi bakteri,
misalnya streptokokus. Parasit, misalnya malaria. Infeksi kronis : Sifilis,
biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua. Tuberkulosis paru,
aktif, pneumonia.
2. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah,air raksa, dan lain-lain.
3. Penyakit kronis, misalnya : hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat
penyakit jantung : toxemia gravidarum.
4. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dan lain-lain.
5. Trauma fisik. Penyebab yang bersifat lokal: Fibroid, inkompetensia
serviks. Radang pelvis kronis, endometrtis. Retroversi kronis. Hubungan
seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan
hiperemia dan abortus.
6. Kelainan alat kandungan.
7. Gangguan kelenjar tiroid.
8. Penyebab dari segi Janin / Plasenta Kematian janin akibat kelainan
bawaan.
9. Kelainan kromosom. Linkungan yang kurang sempurna.
10. Penyakit plasenta, misalnya inflamasi dan degenerasi.

C. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu,
villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan
sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin
dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam
bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta,
fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

PATHWAY
Terlampir
D. Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat.
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi
uterus.
E. Jenis-Jenis Abortus
1. Abortus Provokatus : Disengaja, digugurkan.
a. Abortus Provokatus artifisial atau abortus therapeutic : Pengguran kehamilan
biasanya menggunakan alat-alat dengan alasan, bahwa kehamilan membahayakan
bagi ibunya sebelum usia kandungan 28 minggu.
b. Abortus provocatus criminalis : Pengguran kehamilan tanpa adanya alasan medis
yang sah dan dilarang oleh hukum.
2. Abortus Spontan : Terjadi dengan sendirinya, keguguran. Biasanya abortus spontan
dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
Jenis abortus berdasarkan gejalanya dapat dibagi menjadi 8, yaitu:
a. Abortus Iminens. Ditandai dengan perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu, ibu mungkin mengalami mulas atau tidak sama sekali. Pada abortus jenis ini,
hasil konsepsi atau janin masih berada di dalam, dan tidak disertai pembukaan (dilatasi
serviks)
b. Abortus Insipiens. Terjadi perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu dan
disertai mulas yang sering dan kuat. Pada abortus jenis ini terjadi pembukaan atau
dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih di dalam rahim.
c. Abortus Inkomplet. Terjadi pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu, sementara sebagian masih berada di dalam rahim. Terjadi
dilatasi serviks atau pembukaan, jaringan janin dapat diraba dalam rongga uterus atau
sudah menonjol dari os uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa
hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga harus dikuret.
d. Abortus komplet. Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi dikeluarkan sehingga rahim
kosong. Biasanya terjadi pada awal kehamilan saat plasenta belum terbentuk.
Perdarahan mungkin sedikit dan os uteri menutup dan rahim mengecil. Pada wanita
yang mengalami abortus ini, umumnya tidak dilakukan tindakan apa-apa, kecuali jika
datang ke rumah sakit masih mengalami perdarahan dan masih ada sisa jaringan yang
tertinggal, harus dikeluarkan dengan cara dikuret.
e. Abortus Servikalis. Pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os uteri eksternum yang
tidak membuka, sehingga mengumpul di dalam kanalis servikalis (rongga serviks) dan
uterus membesar, berbentuk bundar, dan dindingnya menipis.
f. Missed Abortion. Keguguran tertunda. Ialah keadaan dimana janin telah mati sebelum
minggu ke-22, tetapi bertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin
mati.
g. Abortus Habitualis. Keguguran berulang-ulang. Ialah abortus yang telah berulang dan
berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3x berturut-turut.
h. Abortus Mengancam. Gejalanya adalah perdarahan ringan yang terjadi beberapa hari
hingga beberapa minggu di awal kehamilan, namun mulut rahim masih menutup. Jika
perdarahan berhenti biasanya kehamilan akan dapat terus berlanjut, walaupun ada
risiko terjadi kelahiran prematur, atau berat lahir bayi rendah. Namun perdarahan
seperti ini tidak menyebabkan kecacatan pada janin.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
2. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion Data laboratorium tes urine,
hemoglobin dan hematokrit, menghitung trombosit
4. kultur darah dan urine
5. Pemeriksaan Ginekologi:
a. Inspeksi vulva
1) Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
2) Adakah disertai bekuan darah
3) Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
4) Adakah tercium bau busuk dari vulva
b. Pemeriksaan dalam speculum
1) Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
2) Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
3) Apakah tampak jaringan keluar ostium
4) Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
c. Pemeriksaan dalam/ Colok vagina
1) Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
2) Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
3) Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan
4) Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
5) Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa
6) Adakah terasa tumor atau tidak
7) Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak

G. Penatalaksanaan
1. Abortus iminens.
a. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang.
b. Periksa denyut nadi dan suhu badan 2 kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap 4
jam bila pasien panas.
c. Tes kehamilan dapat dilakukan, bila hasil negatif mungkin jaringan sudah mati.
d. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens belum pada
persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak menyetujuinya, dan mereka yang
menyetujui bahwa harus ditentukan dahulu adanya kekurangan hormone progesteron.
Apabila difikirkan bahwa sebagian besar abortus didahului oleh kematian hasil
konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan oleh banyak factor, maka pemberian
hormon progesteron memang tidak banyak manfaatnya.
e. Pemeriksaan ultrasonografi penting di lakukan untuk menentukan apakah masih
janin hidup.
f. Berikan obat penenang, biasanya Fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preprat hematinik
misalnya, sulfas ferosus 600-1000 mg.
g. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
h. Membersihkan vulva minimal 2 kali sehari dengan cairan antiseptik.
2. Abortus insipiens.
a. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan
selama 36 jam dengan diberikan morfin.
b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan,
ditangani dengan penosongan uterus memakai kuret vacum atau cunam abortus
disusul kerokan memakai kuret tajam. Suntikan ergometrin 0,5 mg IM.
c. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam dekstrose
5%, 500ml dimulai 8 per menit dan naikan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi
abortus komplit.
d. Bila janin sudah keluar, tapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta
secara manual.
3. Abortus incomplit
a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus NaCl fisiologis atau Ringer
Laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.
b. Setelah syok diatasi, dikerok dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg
IM.
c. Bila janin sudah keluar, tapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta
secara manual.
d. Berikan antibiotic.
4. Abortus komplit
a. Bila pasien baik, berikan ergometri 3 x 1 tablet selama 3-5 hari.
b. Pasien anemi, berikan sufas ferosus atau transfusi darah.
c. Berikan antibiotik.
d. Diet tinggi protein, vitamin, dan mineral.
5. Missed abortion
a. Bila keadaan fibrinogen normal segera keluarkan jaringan kinsepsi dengan cunam
ovum lalu kuret tajam.
b. Bila fibrinogen rendah berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum
mengeluarkan konsepsi.
c. Kehamilan kurang dari 12 minggu, pembukaan serviks dengan gagang laminaria
selama 12 jam lalu dilatasi serviks dengan dilatator hegar kemudian ambil hasil
konsepsi dengan cunam ovum dan kuret tajam.
d. Kehamilan lebih dari 12 minggu berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg infus oksitosin 10
IU dalam Dekstrose 5%sebanyak 500 ml dan 20 tetes permenit kemudian naikkan
dosis sampai uterus berkontrasi
e. Bila tinggi fundus uteri ebih dari 2 dari bawah pusat, hasil konsepsi keluarkan
dengan menyuntikkan larutan garam 20% dalam cavum uteri dinding perut.
6. Abortus serfikalis
Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk
mengeluarkan hasi konsepsi dari kanalis servikalis.
7. Abortus habitualis
penangannya terdiri atas; memperbaiki keadaan umum, pemberian makanan yang
sempurna, anjuran istirahat sangat banyak, larangan koitus dan olah raga, terapi dengan
hormone progesteron, vitamin, hormone tiroid dan lainnya mungkin mempunyai
pengaruh psikologis karena penderita mendapat kesan bahwa ia diobati.
8. Abortus infeksiosus (Septik)
a. Kepada penderita dengan abortus infeksiosus yang telah mengalami banyak
perdarahan hendaknya diberikan infuse dan tranfusi darah.
b. Pasien segera diberi antibiotika
c. Kuretase dilakukan dalam 6 jam dan penanganan demikian dapat
dipertanggungjawabkan karena pengeluaran sisa-sisa abortus mencegah perdarahan
dan menghilangkan jaringan yang nekrotis. Yang bertindak sebagai medium
pembiakan bagi jasad renik. Pemberian antibiotika diteruskan sampai febris tidak
ada lagi selama 2 hari atau ditukar bila tidak ada perubahan dalam 2 hari.
d. Pada abortus septic diperlukan pemberian antibiotika dalam dosis yang lebih tinggi.

H. Komplikasi
Ada pun komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu :
1. Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada
kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga
peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letak uterus
harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi
serviks tidak boleh digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan dengan
hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih
besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau
diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati
keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan
perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan
laparatomi percobaan dengan segera.
2. Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan
pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum,
maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon
pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya
incompetent cerviks.
3. Pelekatan pada kavum uteri
Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan
sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum
uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada
suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
4. Perdarahan

Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa terdapat
bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi darah dan
sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
5. Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi
sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah,
sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara
lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan
lagi.
6. Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik adalah
apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh
darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian
pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulkan
pada pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah, dan diare.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
PADA KASUS ABORTUS

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001)
1. Data subyektif

Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan
kejadian (Nursalam, 2001)
2. Data objektif

Data yang dapat diobservasi dan diukur (Nursalam, 2001)


a. Pengumpulan data

Merupakan upaya untuk mendapatkan data sebagai informasi tentatang


pasien. Data yang dibutuhkan tersebut mencakup data tentang biopsikososial dan
spiritual atau data yang berhubungan dengan masalah pasien serta data tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah pasien (Hidayat, A.A, 2006)
1. Identitas pasien meliputi nama pasien, tempat dan tanggal lahir, suku/bangsa,
status perkawinan, agama, pendidikan, tanggal dan waktu datang ke Rumah sakit
(Hidayat, A.A, 2006)
2. Identitas penanggung jawab: nama, umur jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
hubungan dengan klien.
b. Riwayat keperawatan
1. Riwayat keperawatan sekarang

Riwayat keperawatan sekarang adalah faktor-faktor yang melatarbelakangi atau


hal-hal mempengaruhi atau mendahului keluhan.
2. Keluhan utama

Keluhan utama, apa yang menyebabkan pasien berobat.


3. Lama keluhan

Lama keluhan, seberapa lama pasien merasakan keluhan.


4. Riwayat penyakit saat ini
Riwayat penyakit saat ini, merupakan penyakit yang dirasakan pasien pada
saat dikaji (Hidayat, A.A, 2006).
5. Riwayat keperawatan sebelumnya
Riwayat keperawatan sebelumnya adalah riwayat atau pengalaman
masa lalu tentang kesehatan atau penyakit yang pernah di alami (Hidayat,
A.A, 2006).
6. Riwayat keperawatan keluarga
Riwayat keperawatan keluarga adalah riwayat kesehatan atau
keperawatan yang dimiliki oleh salah satu anggota keluarga, apakah ada yang
menderita penyakit yang seperti dialami pasien (Hidayat, A.A, 2006).
7. Riwayat lingkungan

Apakah keadaan lingkungan keluarga / klien sudah memenuhi syarat


kesehatan.

c. Pola Fungsi Kesehatan (Calista Roy)

1. Fungsi fisiologi

Berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi

sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan

integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar

yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks

terdiri dari 4 bagian yaitu :

a. Oksigenasi

b. Nutrisi

c. Eliminasi

d. Aktivitas dan istirahat

e. Proteksi / perlindungan

f. The sense / perasaan

g. Cairan dan elektrolit


h. Fungsi syaraf / neurologis

i. Fungsi endokrin

2. Mode Konsep Diri

Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan

spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri

ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan

ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the

physical self dan the personal self.

a. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan

dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini

sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi

atau hilang kemampuan seksualitas.

b. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik

dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut

merupakan hal yang berat dalam area ini.

3. Mode fungsi peran

Mode fungsi peran mengenal pola - pola interaksi sosial seseorang dalam

hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder

dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya

dimasyarakat sesuai kedudukannya .

4. Mode interdependensi

Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan

oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/

kasih sayang, perhatian dan saling menghargai. Interdependensi yaitu


keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu

untuk dirinya.

B. Diagnosa yang mungkin muncul (Nanda, 2019)


Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia
(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat
secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (Nursalam,
2001).
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktf akibat perdarahan
2. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
3. Ansietas b.d kurang informasi
C. Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan
Kriteria hasil: Tidak ada perdarahan, intake dan output dalam rentang normal
No Intervensi Rasional
1 Kaji kondisi status hemodinamika Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat
abortus memiliki karekteristik bervariasi
2 Ukur pengeluaran harian Jumlah cairan ditentukan dari jumlah
kebutuhan harian ditambah dengan jumlah
cairan yang hilang pervaginal
3 Berikan sejumlah cairan pengganti Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi
harian perdarahan massif
4 Evaluasi status hemodinamika Penilaian dapat dilakukan secara harian
melalui pemeriksaan fisik
2. Nyeri akut
Kriteria hasil: Klien tidak meringis kesakitan, klien menyatakan nyerinya berkurang

No Intervensi Rasional
1 Kaji kondisi nyeri yang dialami klien Pengukuran nilai ambang nyeri dapat
dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
2 Terangkan nyeri yang diderita klien Meningkatkan koping klien dalam melakukan
dan penyebabnya guidance mengatasi nyeri
3 Kolaborasi pemberian analgetika Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat
dilakukan dengan pemberian analgetika oral
maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik

3. Ansietas
Kriteria hasil: RR dalam rentan normal, klien tidak gelisah
No Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat pengetahuan/persepsi Ketidaktahuan dapat menjadi dasar
klien dan keluarga terhadap penyakit peningkatan rasa cemas
2 Kaji derajat kecemasan yang dialami Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan
klien penurunan penialaian objektif klien tentang
penyakit
3 Bantu klien mengidentifikasi Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan
keperawatan merupakan support yang
penyebab kecemasan
mungkin berguna bagi klien dan
meningkatkan kesadaran diri klien
4 Asistensi klien menentukan tujuan Peningkatan nilai objektif terhadap masalah
perawatan bersama berkontibusi menurunkan kecemasan
5 Terangkan hal-hal seputar aborsi yang Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi
klien untuk meningkatkan pengetahuan dan
perlu diketahui oleh klien dan
membangun support system keluarga; untuk
keluarga mengurangi kecemasan klien dan keluarga.

D. Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik (Nursalam, 2001).
E. Evaluasi
Hal hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan berfokus pada
criteria hasil dari tiap-tiap masalah keperawatan dengan pedoman pembuatan SOAP, atau
SOAPIE pada masalah yang tidak terselesaikan atau teratasi sebagian.
DAFTAR PUSTAKA

Anonym (2011). Kejadian abortus spontan dengan usia ibu di ambil di


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31675/4/chapter%20ii.pdf pada tanggal
21 maret 2013 jam 16.00 wita
Herdman, TH. (2012). NANDA International Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta.
Hidayat, A.A. (2006). Kebutuhan dasar manusia 1. salemba medika: Jakarta

Nursalam. (2001). Proses & dokumentasi keperawatan. salemba medika: Jakarta

Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu kebidanan. Penerbit yayasan bina pustaka sarwono


prawirohardjo: jakarta.

Ralph c, benson (2009) buku saku obstetri dan ginekologi edisi 9. Egc: jakarta

Sastrawinata, s (2005). Obstetri patologi ilmu kesehatan reproduksi. 2nd ed. Egc : jakarta

Wilkinson, judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. EGC : Jakarta
FORMAT PENGKAJIAN PRENATAL

Nama Mahasiswa : …IRFAN…. Ruangan : Matahari


Tanggal Pengkajian : …20 Agustus 2020
I. Identitas Diri Klien
Inisial Klien : Ny. M… Umur : …23 Thn
Status perkawinan : menikah Pekerjaan : …SWASTA
Pendidikan : []SD []SMP []SMA [√]PT
Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
No Tahun Jenis Persalinan Penolong Jenis Kelamin Keadaan Masalah
Bayi kehamilan
1
2
3
Pengalaman menyusui : ya/√tidak Berapa lama : ……………………
Riwayat ginekologi
1. Masalah ginekologi : klien tidak mengalami masalah genikologi
2. Riwayat KB : klien mengatakan tidak pernah menggunakan KB
Riwayat kehamilan saat ini
HPHT : …3 Juli 2020 …… Tafsiran Partus : 10 April 2021
BB sebelum ini 55 kg…………. TD sebelum ini : 120/80 mmHg
TD BB/TB TFU Letak/presentasi DJJ Usia Keluhan Data
janin Gestasi Lain
110/70 56 Kg/ 158 Tdk Tidak teraba Tidak Perdarahan
mmHg cm teraba terdengar

Data Umum Kesehatan Saat Ini


Status Obstetrik : G1…P0…A0…H0…
Keadaan umum : Lemah , Kesadaran : …Composmentis.., BB/TB : …56….kg/ 158cm
Tanda vital :
Tekanan Darah : …110/60…..mmHg Suhu : 37.0C
Pernafasan : 23x/menit Nadi : 110…x/menit
Kepala leher
Kepala : bentuk kepala normal, rambut berwarna hitam, dan bersih, tidak ada
benjolan , tidak ada nyeri tekan
Mata : pengelihatan normal, reflex cahaya baik, konjungtiva anemis, sclera
tidak ikterik
Hidung : bentuk simetris, tidak ada secret, tidak ada sinus, tidak ada napas
cuping hidung,
Mulut : tidak ada kesulitan menelan, tidak mengalami gangguan bicara, tidak
ada caries gigi, mukosa kering
Telinga :pendengaran normal, tidak ada serumen
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid
Masalah khusus : klien Nampak meringis menahan nyeri
Dada
Jantung : bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak ada pembengkakan, suara
jantung reguler
Paru-paru : tidak ada suara napas tambahan, bunyi napas vesikuler
Payudara : bentuk payudara normal, tidak ada nyeri tekan
Putting susu : normal
Pengeluaran ASI : tidak ada pengeluaran ASI
Masalah khusus : Tidak ada
Abdomen
Uterus :
TFU : tidak teraba Kontraksi : [√] YA [] TIDAK
Leopold I : Kepala/bokong/√kosong
Leopold II : Kanan :-
Kiri :-
Leoplod III :-
Leoplod IV : -
Pigmentasi :-
Linea nigra : tidak ada
Striac : tidak ada
Fungsi pencernaan : baik
Masalah khusus : klien mengatakan nyeri pada bagian bawah perut saat bergerak,
nyeri seperti diremes-remes, nyeri hilang timbul ± tiap 5 menit
dengan skala nyeri 7
Perineum dan Genitalia
Vagina : Varises : [] YA [√] TIDAK
Kebersihan : kurang bersih akibat adanya perdarahan
Keputihan : tidak ada
Jenis/warna : merah cerah Konsistensi : encer Bau : has

Hemoroid : tidak ada

Derajat : -

Berapa lama : klien mengatakan sejak awal kehamilan

Nyeri : [√]YA []TIDAK

Masalah khusus : terdapat pengeluaran darah yang aktif pada jalan


lahir ±40cc
Ekstremitas
Ekstremitas atas
Edema : [] YA [√] TIDAK
Varises: [] YA [√] TIDAK
Ekstremitas bawah
Edema : [] YA [√] TIDAK
Varises: [] YA [√] TIDAK
Reflex patella : +√/- jika ada : +1/+2/+3
Masalah khusus : tidak ada
Eliminasi
Urine : Kebiasaan BAK
…3-4 x/hari
Fekal : Kebiasaan BAB
1-2x/hari
Masalah khusus : tidak ada
Mobilisasi dan latihan
Tingkat mobilisasi : kurang, klien Nampak lemas
Latihan/senam : klien mengatakan jarang senam
Masalah khusus : klien mengatakan badannya terasa lemas dan cepat
lelah saaat beraktifitas,
Nutrisi dan cairan
Asupan nutrisi : adekuat Nafsu makan : baik
Masalah khusus : tidak ada
Keadaan mental
Adaptasi psikologis : cemas karena ini merupakan kehamilan pertamanya dan
mengalami keguguran
Penerimaan terhadap kehamilan : ya
Masalah khusus : tidak ada
Pola hidup yang meningkatkan resiko kehamilan : tidak ada
Persiapan persalinan

 Senam hamil []
 Rencana tempat melahirkan []
 Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu []
 Kesiapan mental ibu dan keluarga []
 Pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan dan cara mengatasi nyeri proses
persalinan []
 Perawatan payudara []

Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini :


- IVFD RL 20 tpm
- histolam 2x1 tab
- asam folat 2x600 mg
- prematson 2x5 mg

Hasil pemeriksaan penunjang :


Pemeriksaan Hsil Satuan Nilai normal
Leukosit 7,63 10^3/UL 3.6-11
Hb 10 g/dL 11,7-15,5
Trombosit 217 10^3/UL 150-440
Ht 47 % 33-45
PENGUMPULAN DATA

DS :
- klien mengatakan nyeri pada bagian bawah perut
- klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak
- klien mengatakan nyeri seperti diremas-remas
- kien mengatakan nyeri hilang timbl ± tiap 5 menit
- klien mengatakan keluar darah dari jalan lahir
- klien mengatakan sering merasa haus
- klien mengatakan badannya terasa lemas dan cepat lelah
DO:
- klien Nampak meringis
- skala nyeri 7 (skala 0-10)
- N : 110x/mnt
- klien Nampak lemah
- tugor kulit jelek
- mukosa kering
- Konjungtiva anemis
- TD : 110/60 mmHg
N : 110 x/mnt
S: 37 oC
R : 23 x/ mnt
- terdapat perdarahan aktif pada jalan lahir ± 40 cc
- klien Nampak lemas
- klien Nampak menahan kesakitan
- Hb : 10 g/dL
ANALISA DATA

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Perdarahan dalam desidua basalis
- klien mengatakan nyeri pada bagian bawah (plasenta) dan nekrosis jaringan Nyeri Akut
perut sekitar
- klien mengatakan nyeri bertambah saat
bergerak Hasil konsepsi sebagian atau
- klien mengatakan nyeri seperti diremas-remas seluruhnya terlepas
- kien mengatakan nyeri hilang timbl ± tiap 5
menit
DO: Uterus berkontraksi
- klien Nampak meringis
- skala nyeri 7 (skala 0-10)
- N : 110x/mnt Sensasi nyeri

2. DS :
- klien mengatakan keluar darah dari jalan lahir Perdarahan dalam desidua basalis Kekurangan Volume
- klien mengatakan sering merasa haus (plasenta) dan nekrosis jaringan Cairan
sekitar
DO:
- klien Nampak lemah Hasil konsepsi sebagian atau
- tugor kulit jelek seluruhnya terlepas
- mukosa kering
- Konjungtiva anemis
- TD : 110/60 mmHg Uterus berkontraksi
N : 110 x/mnt
S: 37 oC Isi rahim keluar
R : 23 x/ mnt
- terdapat perdarahan aktif pada jalan lahir ± 40
cc Perdarahan per vaginam

Kehilnagan cairan aktiv

3. DS : Perdarahan dalam desidua basalis


- klien mengatakan badannya terasa (plasenta) dan nekrosis jaringan Intoleransi Aktivitas
lemas dan cepat lelah sekitar
DO:
- klien Nampak lemas Hasil konsepsi sebagian atau
- klien Nampak menahan kesakitan seluruhnya terlepas
- Hb : 10 g/Dl

Uterus berkontraksi

Nyeri saat bergerak

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH

1. Kekurangan Volume Cairan b.d kehilangan cairan aktif akibat perdarahan


2. nyeri akut b.d agen cedera biologis
3. intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
RENCANA KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN HASIL
1. Kekurangan Volume Cairan Setelah dilakukan 1. kaji keadaan 1. mengetahui keadaan
b.d kehilangan cairan aktif tindakan keperawataan
umum klien umum klien untuk
akibat perdarahan, Ditandai selama 3x 24 jam
dengan : dharapkan volume menentukan
DS : cairan klien terpenuhi
- klien mengatakan keluar darah dengan kriteria hasil : ntervensi lanjutan
dari jalan lahir
- klien mengatakan sering 2. kaji 2. Pengeluaran cairan
merasa haus - status hidrasi klien
perdarahan pervaginal sebagai
terjaga
DO: - tugor kulit elasitis klien akibat abortus
- klien Nampak lemah - mukosa lembab
- tugor kulit jelek memiliki
- mukosa kering
- TTV normal
- Konjungtiva anemis - Tidak ada karekteristik
- TD : 110/60 mmHg perdarahan
N : 110 x/mnt bervariasi
- intake dan output
S: 37 oC dalam rentang 3. anjurkan klien 3. mengganti
R : 23 x/ mnt
normal
- terdapat perdarahan aktif pada untuk banyak kebutuhan cairan
jalan lahir ± 40 cc
minum tubuh
4. penatalaksanaa 4. membantu
n pemberian memenuhi
terapi sebagai kebutuhan cairan
tindakan tubuh dan
kolaborasi membantu proses
penyembuhan
2. Nyeri akut b. agen cedera Setelah dilakukan 1. kaji 1. mengetahui tingkat
biologis, ditandai dengan : tindakan keperawatan
DS :
karakteristik ketidaknyamanan
selama 3x24 jam
- klien mengatakan nyeri pada diharapakn klien nyeri klien
bagian bawah perut
- klien mengatakan nyeri
mengalami peningkatan
2. ciptakan 2. membantu
bertambah saat bergerak rasa nyaman dengan
- klien mengatakan nyeri kriteria hasil : lingkungan meningkatkan rasa
seperti diremas-remas - klien
- kien mengatakan nyeri hilang yang nyaman nyaman klien dalam
mengungkapkan
timbl ± tiap 5 menit
DO:
nyeri berkurang dan tenang beristirahat
- klien Nampak meringis - klien lebih rileks
3. ajarkan klien 3. tindakan terapi
- skala nyeri 7 (skala 0-10) - skla 3-4
N : 110x/mnt
tehnik relaksasi
- TTV dalam batas nonfarmakologi
napas dalam
normal
untuk mengurangi
nyeri dan
meningkatakan
relaksasi dan
kenyamanan
4. penatalaksanaan 4. tindakan terapi
pemberian farmakologi untuk
terapi analgetik mengurangi nyeri
sebagai dan membantu
tindakan proses
kolaborasi penyembuhan
3. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan 1. kaji kemampuan 1. mengetahui tingkat
kelemahan umum , ditandai tindakan keperawatan
klien dalam aktivitas yang masi
dengan : selama 3x 24 jam
DS : diharapakan klien beraktivitas mampu ditolelir dan
- klien mengatakan badannya toleran dalam
terasa lemas dan cepat lelah keterbatan klien
DO:
beraktivitas, dengan
- klien Nampak lemas kriteria hasil : 2. bantu dan latih 2. melatih aktivitas
- klien Nampak menahan
kesakitan
klien dalam secara mandiri
- klien dapat
- Hb : 10 g/dL melakukan melakukan
aktivitas secara
aktivitas secara
mandiri
- TTV dalam batas bertahap
normal
3. anjurkan klien 3. menjaga energy
untuk klien tetap terjaga
meningkatkan
istirahat saat
beraktivitas
4. anjurkan 4. mencegah terjadi
keluarga klien kontraindikasi saat
untuk selalu beraktivitas
mendampingi
klien
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO. WAKTU IMPLEMANTASI EVALUASI
DX
1. 20/8/2020 1. Mengkaji keadaan umum klien 14.30
S:
H:
Klien mengatakan badannya
09.00 - klien Nampak lemah terasa lemas dan keluar darah dari
- tugor kulit jelek jalan lahir
- mukosa kering
- Konjungtiva anemis O:
- TD : 110/60 mmHg -
klien Nampak lemah
N : 110 x/mnt -
klien Nampak pucat
S: 37 oC -
TD : 110/70 mmHg
R : 23 x/ mnt N : 100 x/mnt
S : 37 oC
2. Mengkaji perdarahan klien R :22 x/mnt
09.10 - perdarah aktiv pervaginam
H:
± 30 cc
- klien mengatakan keluar darah dari A: Masalah belum teratasi
jalan lahir P: lanjutkan intervensi
- klien mengatakan sering merasa haus 1. kaji keadaan umum klien
- terdapat perdarahan aktif pada jalan
2. kaji perdarahan klien
lahir ± 40 cc
3. anjurkan klien untuk banyak
minum
3. Menganjurkan klien untuk banyak minum
09.25 4. penatalaksanaan pemberian
H: klien mengatakan sering minum
terapi sebagai tindakan
kolaborasi
4. Melayani pemberian terapi sebagai tindakan
12.00
kolaborasi
H: IVFD RL 20 tpm
2. 20/8/2020 1. Mengkaji karakteristik nyeri 14.40

09.05 H:
S:
- klien mengatakan nyeri pada bagian - klien mengatakan nyeri pada
bawah perut bagian bawah perut
- klien mengatakan nyeri bertambah saat - klien mengatakan nyeri
bergerak bertambah saat bergerak
- klien mengatakan nyeri seperti diremas- - klien mengatakan nyeri
remas seperti diremas-remas
- kien mengatakan nyeri hilang timbl ± - kien mengatakan nyeri
tiap 5 menit hilang timbl ± tiap 5 menit
- klien Nampak meringis
- skala nyeri 7 (skala 0-10) O:
- N : 110x/mnt - klien Nampak meringis
- skala nyeri 6 (skala 0-10)
2. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan - N : 100x/mnt
09.20 tenang
A: Masalah belum teratasi
H: klien mengatakan sudah nyaman dengan
lingkungannya P: Lanjutkan intervensi
1. kaji karakteristik nyeri
3. Mengajarkan klien tehnik relaksasi napas
09.30 2. ciptakan lingkungan yang
dalam dengan cara menarik napas panjang
nyaman dan tenang
secara perlahan melalui hidung lalu tahan
3. ajarkan klien tehnik relaksasi
selama 2-3 detik dan hembuskan secara
napas dalam
perlahan melalui mulut, tehnik tersebut
4. penatalaksanaan pemberian
dilakukan sebanyak 3-5 kali jika nyeri
terapi analgetik sebagai
timbul . tindakan kolaborasi
H : klien mampu mengikuti tehnik relaksasi
sesuai yang diajarkan perawat
10.00 4. Melayani pemberian terapi analgetik
sebagai tindakan kolaborasi
3. 20/8/2020 1. Mengkaji kemampuan klien dalam 14.50
11.00
beraktivitas
S:
H: klien mengatakan badannya terasa lemas Klien mengatakan badannya
dan cepat lelah dan hanya bisa beraktivitas masih terasa lemas
ditempat tidur
O:
- klien Nampak lemas
2. Membantu dan latih klien dalam melakukan
- klien hanya dapat
11.10
aktivitas secara bertahap beraktivitas ditempat tidur
- TD : 110/70 mmHg
H: klien hanya dapat melakukan aktivitas
N : 100 x/mnt
ringan ditempat tidur S : 37 oC
R :22 x/mnt
3. Menganjurkan klien untuk meningkatkan
11.25
istirahat saat beraktivitas A: masalah belum teratasi
H: klien selalu bristirahat sesaat sedang
P: lanjutkan intervensi
beraktivitas

11.30 4. Menganjurkan keluarga klien untuk selalu


mendampingi klien
H: keluarga klien selalu mendampingi klien
CATATAN PERKEMBANGAN
NO. WAKTU IMPLEMANTASI EVALUASI
DX
1. 21/8/2020 1. Mengkaji keadaan umum klien 14.20
H:
S:
09.00 - klien Nampak lemah Klien mengatakan badannya
- mukosa kering terasa lemas dan keluar darah dari
- Konjungtiva anemis jalan lahir
- TD : 110/70 mmHg
N : 90 x/mnt O:
S: 37 oC -
klien Nampak lemah
R : 20 x/ mnt -
klien Nampak pucat
-
TD : 110/70 mmHg
2. Mengkaji perdarahan klien N : 90 x/mnt
S : 37 oC
H:
09.10 R :22 x/mnt
- klien mengatakan keluar darah dari - perdarah pervaginam ± 15
jalan lahir cc
- terdapat perdarahan aktif pada jalan A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
lahir ± 20 cc
1. kaji keadaan umum klien
2. kaji perdarahan klien
3. Menganjurkan klien untuk banyak minum
3. anjurkan klien untuk banyak
H: klien mengatakan sering minum
minum
09.25
4. penatalaksanaan pemberian
4. Melayani pemberian terapi sebagai tindakan
terapi sebagai tindakan
kolaborasi
kolaborasi
12.00 H: IVFD RL 20 tpm
2. 21/8/2020 1. Mengkaji karakteristik nyeri 14.35

09.05 H:
S:
- klien mengatakan nyeri pada bagian - klien mengatakan nyeri pada
bawah perut bagian bawah perut
- klien mengatakan nyeri seperti diremas- berkurang
remas - klien mengatakan nyeri
- kien mengatakan nyeri hilang timbl seperti diremas-remas
- klien Nampak meringis jika nyeri timbul - kien mengatakan nyeri
- skala nyeri 5 (skala 0-10) hilang timbl
- N : 90x/mnt
O:
2. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan - klien Nampak lebih rileks
- skala nyeri 4 (skala 0-10)
tenang
- N : 90x/mnt
H: klien mengatakan sudah nyaman dengan
09.20 A: Masalah teratasi
lingkungannya
3. Mengajarkan klien tehnik relaksasi napas P: Perthankan intervensi
1. ciptakan lingkungan yang
dalam dengan cara menarik napas panjang
nyaman dan tenang
secara perlahan melalui hidung lalu tahan
09.30 2. anjurkan klien untuk
selama 2-3 detik dan hembuskan secara
melakukan tehnik relaksasi
perlahan melalui mulut, tehnik tersebut
napas dalam jika nyeri
dilakukan sebanyak 3-5 kali jika nyeri
timbul
timbul .
H : klien mampu mengikuti tehnik relaksasi
sesuai yang diajarkan perawat
4. Melayani pemberian terapi analgetik
sebagai tindakan kolaborasi
10.00
3. 21/8/2020 5. Mengkaji kemampuan klien dalam 15.00
11.00 S:
beraktivitas
Klien mengatakan sudah bisa
H: klien mengatakan sudah bisa berjalan beraktivitas secara perlahan
sekirar tempat tidur tapi masi merasa lemas
O:
- keadaan umum kien sedang
6. Membantu dan latih klien dalam melakukan
- klien dapat berjalan
aktivitas secara bertahap - TD : 110/70 mmHg
11.10
N : 90 x/mnt
H: klien dapat beraktivitas di sekitaran tempat
S : 37 oC
tidur sampai ke toilet R :22 x/mnt
7. Menganjurkan klien untuk meningkatkan
A: masalah teratasi
11.25 istirahat saat beraktivitas
P: Pertahankan intervensi
H: klien selalu bristirahat sesaat sedang
1. anjurkan klien untuk
beraktivitas
meningkatkan istirahat saat
beraktivitas
8. Menganjurkan keluarga klien untuk selalu
2. anjurkan keluarga klien untuk
11.30
mendampingi klien
selalu mendampingi klien
H: keluarga klien selalu mendampingi klien
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.A DENGAN KASUS PARTUS
LAMA ( PROLONG LABOUR) DI RUANG KAMAR BERSALIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU

( Stase Keperawatan Maternitas )

DISUSUN OLEH:

IRFAN
NPM. JP019.008

CI Institusi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INDONESIA JAYA PALU
PROFESI NERS
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau
lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan aktif (Syaifuddin,
2002). Persalianan lama disebut juga “distosia”, didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal
atau sulit.
B. Etiologi
Pada prinsipnya persalinan lama dapat disebabkan oleh :
1. Kelaianan tenaga/his tidak efisien (adekuat)
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan
lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan
mengalaami hambatan atau kemacetan.
2. Kelaianan janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar)
Persalinan dapat mengalami ganagguan atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau
dalam bentuk janin.
3. Kelaianan jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
Kelaianan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan persalinan atau
menyebabkan kemacetan.
Faktor resiko persalinan lama :
1. Umur kurang dari 16 tahun akan terjadi persalinan macet karna jalan lahir/tempat keluar janin
belum berkembamg sempurna/masih kecil.
2. Tinggi badan kurang dari 140 cm dikuatirkan akan terjadi persalinan macet karna tulang
panggul sempit.
3. Kehamilan pertama dikuatirkan akan terjadi disproporsi janin dalam panggul sehingga akan
membahayakan keselamatan janin.
4. Adanya riwayat persalinan sulit ditakutkan akan terjadi lagi pada kehamilan yang selanjutnya.
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala partus lama, yaitu:
1. Dehidrasi
2. Tanda infeksi
a. Temperature tinggi
b. Nadi dan pernafasan
c. Abdomen meteorismus

3. Pemeriksaan abdomen
a. Meteorismus
b. Lingkaran bandle tinggi
c. Nyeri segmen bawah Rahim
4. Pemeriksaan local vulva-vagina
a. Edema vulva
b. Cairan ketuban berbau
c. Cairan ketuban bercampur meconium
5. Pemeriksaan dalam
a. Edema serviks
b. Bagian terendah sulit didorong ke atas
c. Terdapat kaput pada bagian terendah
6. Keadaan janin dalam Rahim
Asfiksia sampai terjadi kematian
7. Akhir dari persalinan lama
a. Rupture uteri imminen sampai rupture uteri
b. Kematian karena perdarahan dan atau infeksi
8. Pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada partograf.
9. Pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam.
10. Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik
D. Jenis-Jenis Kelainan His
1. Inersia uteri
Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu
dari pada bagian-bagian lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak dalam hal
kontraksi uterus lebih aman, singkat, dan jarang daripada biasa. Keadaan umum penderita
biasanya baik dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak
berbahaya, baik bagi ibu maupun janin, kecuali persalinan berlangsung terlalu lama; dalam hal
terakhir ini morbiditas ibu dan mortalitas janin baik. Keadaan ini dinamakan inersia uteri
primer atau hypotonic uterine contraction. Kalau timbul setelah berlangsung his kuat untuk
waktu yang lama, dan hal itu dinamakan inersia uteri sekunder. Dalam menghadapi inersia
uteri, harus diadakan penilaian yang seksama untuk menentukan sikap yang harus diambil.
Jangan dilakukan tindakan yang tergesa-gesa untuk mempercepat lahirnya janin. Tidak dapat
diberikan waktu yang pasti, yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk membuat diagnosis
inersia uteri atau untuk mamulai terapi aktif.

2. His terlampau kuat


His terlampau kuat atau disebut juga hypertonic uterine contraction. Golongan coordinated
hypertonic uterine contraction bukan merupakan penyebab distosia. His yang terlalu kuat dan
terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang sangat sinagkat. Partus yang
sudah selesai kurang dari 3 jam dinamakan partus presipitatus yang ditandai oleh sifat his
yang normal, tonus otot di luar his juga biasa, kelaiannya pada kekuatan his. Bahaya partus
presipitataus bagi ibu ialah terjadinya perlukaaan luas pada jalan lahir, khususnya vagina dan
perineum. Bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut
mengalami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.
3. Incoordinate uterine action
Di sini sifat his berubah. Tonus otot terus meningkat, juga di luar his, dan kontraksinya
tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi bagian-
bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah
menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan. Di samping itu tonus otot
uterus yang menarik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat
pula menyebabkan hipoksia pada janin. His jenis ini juga disebut sebagai uncoordinated
hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang pada persalinan lama dengan ketuban yang
sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi
penyempitan kavumuteri pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran
konstriksi. Kelainan ini bisa primer atau sekunder. Distosia servikalis dinamakan primer kalau
serviks tidak membuka karena tidak mengadakan relaksasi berhubung dengan incoordinate
uterine action. Penderita biasanya seorang primigravida. Kala I menjadi lama, dan dapat
diraba jelas pinggir serviks yang kaku. Kalau keadaaan ini dibiarkan, maka tekanan kepala
terus menerus dapat menyebabkan nekrosis jaringan serviks dan dapat mengakibatkan
lepasnya bagian tengah serviks secara sirkuler. Distosia servikalis sekunder disebabkan oleh
kelainan organik pada serviks, misalnya karena jaringan parut atau karena karsinoma. Dengan
his kuat serviks bisa robek, dan robekan ini dapat menjalar ke bagian bawah uterus.
E. Kelainan Kala Pada Partus Lama
1. Kelaianan kala I
a. Fase laten memanjang
Fase laten terjadi bersamaan dengan persepsi ibu yang bersangkutan akan adanya
his teratur yang disertai oleh pembukaan serviks yang progresif, walaupun lambat, dan
berakhir pada pembukaan 3-5 cm. Ibu diklasifikasikan barada dalam persalianan aktif
apabila dilatasi mencapai 5 cm (Rosen).
Lama fase laten sebesar 20 jam pada ibu nulipara dan 14 jam pada ibu multipara
mencerminkan nilai maksimum secara statistic. Durasi rata-ratanya adalah 8,6 jam dan
rentangnya dari 1-44 jam (Friedman & Sachtelben). Faktor-faktor yang mempengaruhi
durasi fase laten antara lain adalah lama anesthesia regional atau sedasi yang berlebihan,
keadaan serviks yang buruk (missal tebal, tidak mengalami pendataran, atau tidak
membuka), persalianan palsu.
Friedman mengklaim bahwa istirahat atau stimulasi oksitoksin sama efektif dan
amannya dalam memperbaiki fase laten yang berkepanjangan. istirahat lebih disarankan
karena persalinan palsu sering tidak disadari. Menurut Friedman, memanjangnya fase laten
tidak memperburuk morbiditas atau mortalitas janin dan ibu, tetapi Chelmow membantah
anggapan tersebut.
b. Fase aktif memanjang
Friedman membagi fase aktif menjadi
gangguan protraction(berkepanjangan/berlarut-larut) dan arrest (macet/tak maju). Ia
mendefinisikan protraksi sebagai kecepatan pembukaan atau penurunan yang lambat, yang
untuk nulipara adalah kecepatan pembukaan < 1,2 cm/jam atau penurunan <1cm/jam.
untuk multipara, protraksi didefinisukan sebagai kecepatan pembukaan < 1.5 cm/jam atau
penurunan < 2cm/jam. Ia mendefinisikan arrest sebagai berhentinya secara total
pembukaan atau penurunan; kemacetan pembukaan (arrest of dilatation) didefinisikan
sebagai tidak adanya perubahan serviks dalam 2 jam,dan kemacetan penurunan (arrest of
descent) sebagai tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.
Keterkaitan atau factor lain yang berperan dalam persalinan yang berkepanjangan
dan macet adalah sedasi berlebihan, anesthesia regional, dan malposisi janin, misalnya
oksiput posterior persisten. Pada persalinan ini Friedman menganjurkan pemeriksaan
Fetopelviks untuk mendiagnosis disproporsi sefalopelviks. terapi yang dianjurkan adalah
penatalaksanaan menunggu, sedangkan oksitoksin dianjurkan untuk persalinan yang macet
tanpa disproporsi sefalopelviks.
2. Kelainan kala II
Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir dengan keluarnya
janin. Median durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan 20 menit untuk multipara, tetapi
angka ini juga sangat bervariasi. pada ibu dengan paritas tinggi liang vagina dan perineumnya
sudah melebar, 2 atau 3 kali usaha mengejan setelah pembukaan lengkap mengkin cukup
untuk mengeluarkan janin. Sebaliknya, pada seorang ibu dengan panggul sempit atau janin
besar, atau dengan kelainan gaya ekspulsif akibat anesthesia regional atau sedasi yanag berat,
maka kala II dapat sangat memanjang. Kilpatrick dan Laros melaporkan bahwa rata-rata
persalinan kala II, sebelum pengeluaran janin spontan, memanjang sekitar 25 menit oleh
anastesi regional. Tahap panggul atau penurunan janin pada persalinan umumnya berlangsung
setelah pembukaan lengkap. Selain itu, kala II melibatkan banyak gerakan pokok yang penting
agar janin dapat melewati jalan lahir. Kala II persalinan pada nulipara dibatasi 2 jam dan
diperpanjang sampai 3 jam apabila digunakan analgesi regional. Untuk multipara 1 jam adalah
batasnya, diperpanjang menjadi 2 jam pada penggunaan analgesi regional.
F. Dampak Persalinan Lama Pada Ibu-Janin
Dampak yang ditimbukan oleh partus lama antara lain:
1. Infeksi Intrapartum
Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama,
terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion
dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada
ibu dan janin. Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah
konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri
vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila
dicurigai terjadi persalinan lama.
2. Ruptura Uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama partus
lama, terutama pada ibu dengan parietas tinggi dan pada mereka dengan riwayat SC. Apabila
disproporsi antara kepala janin dan panggul sedemikian besar sehingga kepala tidak cakap
(engaged) dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi sangat teregang
kemudian dapat menyebabkan ruptura. Pada kasus ini, mungkin terbentuk cincin retraksi
patologis yang dapat diraba sebagai sebuah Krista transversal atau oblik yang berjalan
melintang di uterus antara simpisis dan umbilicus. Apabila dijumpai keadaan ini,
diindikasikan persalinan perabdominan segera.
3. Cincin Retraksi Patologis
Walaupun sangat jarang, dapat timbul konstriksi atau cincin local uterus pada persalianan
yang berkepanjangan. Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl, yaitu
pembentukan cincin retraksi normal yang berlebihan. Cincin ini sering timbul akibat
persalinan yang terhambat, disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah
uterus. Pada situasi semacam ini identasi abdomen dan menandakan ancaman akan rupturnya
SBR. Konstriksi uterus local jarang dijumpai saat ini karena terlambatnya persalinan secara
berkepanjangan tidak lagi dibiarkan. Konstriksi local ini kadang-kadang masih terjadi sebagai
konstriksi jam pasir (hourglass constriction) uterus setelah lahirnya kembar pertama. Pada
keadaan ini, konstriksi tersebut kadang-kadang dapat dilemaskan dengan anesthesia umum
yang sesuai dan janin dilahirkan secara normal, tetapi kadang-kadang SC yang dilakukan
dengan segera menghasilkan prognosis yang lebih baik bagi kembar kedua.
4. Pembentukan Fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke PAP, tetapi tidak maju untuk jangka
waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di antaranya dan dinding panggul
dapat mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis
yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula
vesikovaginal, vesikoservikal, atau retrovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini
pada persalinan kala II yang berkepanjangan.
5. Cidera Otot-otot Dasar Panggul
Saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala janin serta
tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya-gaya ini meregangkan dan melebarkan
dasar panggul sehingga terjadi perubahan fungsional dan anatomik otot, saraf, dan jaringan
ikat. Efek-efek ini bisa menyebabkan inkontinensia urin dan alvi serta prolaps organ panggul.
6. Kaput Suksedaneum
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput suksedaneum yng
besar di bagian terbawah kepala janin. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan
menyebabkan kesalahan diagnostic yang serius. Kaput hampir dapat mencapai dasar panggul
sementara kepala sendiri belum cakap.
7. Molase kepala Janin
Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling bertumpang
tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang disebut molase. Biasanya batas
median tulang parietal yang berkontak dengan promontorium bertumpang tindih dengan
tulang di sebelahnya; hal yang sama terjadi pada tulang-tulang frontal. Namun, tulang
oksipital terdorong ke bawah tulang parietal. Perubahan-perubahan ini sering terjadi tanpa
menimbulkan kerugian yang nyata. Di lain pihak, apabila distorsi yang terjadi mencolok,
molase dapat menyebabkan robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin, dan perdarahan
intracranial pada janin.
G. Penatalaksanaan
1. Tetap memantau/ mengobservasi tanda-tanda vital ibu
2. Tetap memantau his dan mengontrol DJJ setiap setelah his.
3. Beri infus ibu bila kondisi ibu semakin melemah. Infus cairan:
a. Larutan garam fisiologis
b. Larutan glucose 5-10% pada janin pertama: 1 liter/jam
4. Tetap memperhatikan asupan gizi ibu terutama asupan cairan.
5. member perlindumgan antibiotika-antipiretika
6. Beri Oksigen (sesuai kebutuhan) bila terjadi tanda – tanda gawat janin.
7. Posisikan ibu untuk miring ke kiri selama merujuk

H. 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN)


1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin
dan memasukkan 1 buah alat suntik sekali pakai 3 cc ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastic
4. Memastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun di air
mengalir
5. Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang di gunakan untuk periksa dalam
6. Mengambil alat suntik sekali pakai dengan tangan kanan, isi dengan oksitosin dan letakkan
kembali kedalam wadah partus set.Bila ketuban belum pecah, pinggirkan ½ kocher pada
partus set
7. Membersihkan vulva dan perineum menggunakan kapas DTT (basah) dengan gerakan dari
vulva ke perineum (bila daerah perineum dan sekitarnya kotor karena kotoran ibu yang
keluar, bersihkan daerah tersebut dari kotoran),
8. Melakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban
sudah pecah
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, membuka
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas
normal (120-160 x/menit)
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk
meneran saat ada his, bila ia sudah merasa ingin meneran
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran, (pada saat ada his,
bantu ibu dalam posisi setelah duduk dan pastikan ia merasa nyaman)
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran
14. Saat kepala janin terlihat di vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang handuk bersih untuk
mengeringkan janin pada perut ibu
15. Mengambil kain bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkannya dibawah bokong ibu
16. Membuka tutup partus set
17. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
18. Saat sub-occiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan melindungi perineum dengan dialas
lipatan kain di bawah bokong, sementara tangan kiri menahan puncak kepala agar tidak terjadi
defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir. (minta ibu untuk tidak meneran dengan nafas
pendek-pendek) Bila didapatkan mekonium pada air ketuban, segera setelah kepala lahir
lakukan penghisapan pada mulut dan hidung janin menggunakan penghisap lendir De Lee
19. Menggunakan kasa/kain bersih untuk membersihkan muka janin dari lendir dan darah
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan
22. Setelah janin menghadap paha ibu, tempatkan kedua telapak tangan biparietal kepala janin,
tarik secara hati-hati ke arah bawah sampai bahu anterior / depan lahir, kemudian tarik secara
hati-hati ke atas sampai bahu posterior/belakang lahir. Bila terdapat lipatan tali pusat yang
terlalu erat hingga menghambat putaran paksi luar atau lahirnya bahu, minta ibu berhenti
meneran, dengan perlindungan tangan kiri, pasang klem di dua tempat pada tali pusat dan
potong tali pusat di antara dua klem tersebut.
23. Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu janin bagian posterior
dengan posisi ibu jari pada leher (bagian bawah kepala) dan ke empat jari pada bahu dan dada
/ punggung janin, sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat
badan dan lengan lahir
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri pinggang ke arah bokong dan tungkai
bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara
kedua lutut janin)
25. Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa
sehingga bayi menghadap ke arah penolong.nilai bayi, kemudian letakkan bayi di atas perut
ibu dengan posisi kepala lebih rendah dari badan (bila tali pusat terlalu pendek, letakkan bayi
di tempat yang memungkinkan)
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilicus bayi.Melakukan urutan
tali pusat ke arah ibu dan memasang klem diantara kedua 2 cm dari klem pertama.
28. Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari-jari
tangan kiri, memotong tali pusat di antara kedua klem.Bila bayi tidak bernafas spontan lihat
penanganan khusus bayi baru lahir
29. Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih, membungkus bayi hingga kepala
30. Memberikan bayi pada ibu untuk disusui bila ibu menghendaki.
31. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal
32. Memberi tahu ibu akan disuntik
33. Menyutikan Oksitosin 10 unit secara intra muskuler pada bagian luar paha kanan 1/3 atas
setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak
mengenai pembuluh darah
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Meletakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah uterus, sementara tangan
kanan memegang tali pusat menggunakan klem atau kain kasa dengan jarak antara 5-10 cm
dari vulva
36. Saat kontraksi, memegang tali pusat dengan tangan kanan sementara tangan kiri menekan
uterus dengan hati-hati ke arah dorso kranial.Bila uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu
atau keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu
37. Jika dengan peregangan tali pusat terkendali tali pusat terlihat bertambah panjang dan terasa
adanya pelepasan plasenta , minta ibu untuk meneran sedikit sementara tangan kanan menarik
tali pusat ke arah bawah kemudian ke atas sesuai dengan kurva jalan lahir hingga plasenta
tampak pada vulva.
38. Setelah plasenta tampak di vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati.Bila perlu
(terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk
membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus
secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik
(fundus teraba keras)
40. Sambil tangan kiri melakukan masase pada fundus uteri, periksa bagian maternal dan bagian
fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotelidon dan selaput
ketuban sudah lahir lengkap, dan memasukkan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41. Memeriksa apakah ada robekan pada introitus vagina dan perenium yang menimbulkan
perdarahan aktif.Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan
penjahitan
42. Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan pervaginam, pastikan kontraksi
uterus baik
43. Membersihkan sarung tangan dari lendir dan darah di dalam larutan klorin 0,5 %, kemudian
bilas tangan yang masih mengenakan sarung tangan dengan air yang sudah di desinfeksi
tingkat tinggi dan mengeringkannya
44. Mengikat tali pusat kurang lebih 1 cm dari umbilicus dengan sampul mati
45. Mengikat balik tali pusat dengan simpul mati untuk kedua kalinya
46. Melepaskan klem pada tali pusat dan memasukkannya dalam wadah berisi larutan klorin 0,
5%
47. Membungkus kembali bayi
48. Berikan bayi pada ibu untuk disusui
49. Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan pervaginam dan tanda
vital ibu.
50. Mengajarkan ibu/keluarga untuk memeriksa uterus yang memiliki kontraksi baik dan
mengajarkan masase uterus apabila kontraksi uterus tidak baik.
51. Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi
52. Memeriksa nadi ibu
53. Merendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 %
54. Membuang barang-barang yang terkontaminasi ke tempat sampah yang di sediakan
55. Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah dan menggantikan pakaiannya
dengan pakaian bersih/kering
56. Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin
minum
57. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
58. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam
keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
59. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
60. Melengkapi partograf dan memeriksa tekanan darah.
.
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Kala 1
a. Anamnesa :
- Nama, umur, dan alamat
- Gravida dan para
- Hari pertama haid terakhir (HPHT)
- Riwayat alergi obat
- Riwayat kehamilan sekarang: ANC, masalah yang dialami selama kehamilan seperti
perdarahan, kapan mulai kontraksi, apakah gerakan bayi masih terasa, apakah selaput
ketuban sudah pecah? Jika ya, cairan warnanya apa? Kental/ encer? Kapan pecahnya?
Apakah keluar darah pervagina? Bercak atau darah segar? Kapan ibu terakhir makan dan
minum? Apakah ibu kesulitan berkemih?

- Riwayat kehamilan sebelumnya


Jumlah anak, jenis persalinan, jenis kelamin, berat badan lahir, penolong persalinan dan
komplikasi serta keadaan kesehatan anak saat ini.
- Riwayat medis lainnya seperti hipertensi, pernafasan
- Riwayat medis saat ini (sakit kepala, pusing, mual, muntah atau nyeri epigastrium)

b. Pemeriksaan fisik :
- Nilai keadaan umum (head to toe), suasana hati, tingkat kegelisahan, warna konjungtiva,
kebersihan, status gizi, dan kebutuhan cairan tubuh
- Nilai tanda – tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan), untuk akurasi lakukan
pemeriksaan TD dan nadi diantara dua kontraksi.
- Pemeriksaan abdomen (leopold I-IV)
 Menentukan tinggi fundus
 Kontraksi uterus
 Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya kontraksi
 Memantau denyut jantung janin (normal 120-160x/menit)
 Menentukan presentasi (bokong atau kepala)
 Menentukan penurunan bagian terbawah janin
 Pemeriksaan dalam
- Nilai pembukaan dan penipisan serviks
- Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk rongga panggul
- Jika bagian terbawah kepala, pastikan petunjuknya.
Kala II
a. Aktivitas /istirahat
- Adanya kelelahan, ketidak mampuan melakukan dorongan sendiri/ relaksasi
- Letargi
- Lingkaran hitam di bawah mata
c. Sirkulasi: tekanan darah dapat meningkat 5-10mmHg diantara kontraksi.
c. Integritas Ego
- Respon emosional dapat meningkat.
- Dapat merasa kehilangan control atau kebalikannya seperti saat ini klien terlibat
mengejan secara aktif.
d. Eleminasi.
- Keinginan untuk defikasi yang involunter pada kontraksi, disertai tekanan intra
abdominal dan tekanan uterus.
- Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan.
- Distensi kandung kemih mungkin ada , dengan urine dikeluarkan selama upaya
mendorong.
e. Nyeri/ Ketidak nyamanan
- Dapat merintih/ meringis selama kontraksi.
- Penurunan kesadaran diantara kontraksi mungkin terlihat.
- Melaporkan rasa terbakar/ meregang dari perineum.
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong.
- Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 mnt masing-masing dan berakhir 60-90 dtk.
- Kemungkinan melawan kontraksi , khususnya bila tidak berpartisipasi dalam ANC
(Antenatal Care).
f. Pernafasan: peningkatan frekuensi pernafasan
g. Keamanan
- Diaforesis sering terjadi.
- Bradikardi janin dapat terjadi selama kontraksi
h. Sexualitas
- Servik dilatasi penuh( 10 cm) dan penonjolan 100%.
- Peningkatan penampakan perdarahan vagina.
- Penonjolan rectal/ perineal dengan turunnya janin.
- Membrane mungkin rupture pada saat ini bila masih utuh.
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi.
- Crowning terjadi, kaput tampak tepat sebelum kelahiran pada presentasi vertex

Keluhan :
a. Mengerang kesakitan, gelisah, mengatakan dorongan bayi sangat kuat dan merasa
ingin BAB

b. Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi:
- Vulva membuka
- Perineum menonjol
- Anus membuka
- Keringat di atas bibir
- Ekstremitas bergetar
- HIS 5x/10, durasi 45 detik
- Dilatai serviks lengkap
- Ketuban (+)
- Kepala hodge 4

Kala III
a. Aktivitas/istirahat
Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan.
b. Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat kemudian kembali ke tingkat
normal dengan cepat.
- Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan anastesi.
- Frekuensi nadi lambat pada respon terhadap perubahan jantung.
a. Makanan/cairan: kehilangan darah normal 200-300ml.
b. Nyeri/ketidaknyamanan: inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menetukan adanya
robekan atau laserasi. Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir mungkin ada.
c. Seksualitas: darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari
endometrium, biasanya dalam 1-5 menit setelah melahirkan bayi. Tali pusat memanjang
pada muara vagina. Uterus berubah dari discoid menjadi bentuk globular.
d. Pemeriksaan fisik:
- Kondisi umum ibu: tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh), status
mental klien.
- Inspeksi: perdarahan aktif dan terus menerus sebelum atau sesudah melahirkan
plasenta.
- Palpasi: tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik sebelum maupun sesudah
pengeluaran plasenta.

Kala IV
a. Aktivitas / Istirahat
Pasien tampak “berenergi” atau keletihan / kelelahan, mengantuk
b. Sirkulasi
- Nadi biasanya lambat (50 – 70x / menit) karena hipersensitivitas vagal
- TD bervariasi : mungkin lebih rendah pada respon terhadap analgesia / anastesia, atau
meningkat pada respon terhadap pemeriksaan oksitosin atau hipertensi karena
kehamilan
- Edema : bila ada mungkin dependen (misal : pada ekstremitas bawah), atau dapat juga
pada ekstremitas atas dan wajah atau mungkin umum (tanda hipertensi pada
kehamilan)
- Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400 – 500 ml untuk
kelahiran per vagina atau 600-800 ml untuk kelahiran sesaria
c. Integritas Ego
- Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah misal : eksitasi atau perilaku
menunjukkan kurang kedekatan, tidak berminat (kelelahan), atau kecewa
- Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf untuk perilaku intrapartum atau
kehilangan kontrol, dapat mengekspresikan rasa takut mengenai kondisi bayi baru lahir
dan perawatan segera pada neonatal.
d. Eliminasi
- Hemoroid sering ada dan menonjol
- Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis atau kateter urinarius mungkin
dipasang
- Diuresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat aliran urinarius dan
atau cairan IV diberikan selama persalinan dan kelahiran.
e. Makanan / Cairan : Dapat mengeluh haus, lapar, mual
f. Neurosensori
Hiperrefleksia mungkin ada (menunjukkan terjadinya dan menetapnya hipertensi,
khususnya pada pasien dengan diabetes mellitus, remaja, atau pasien primipara)
g. Nyeri / Ketidaknyamanan
Pasien melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya setelah nyeri, trauma
jaringan / perbaikan episiotomi, kandung kemih penuh, atau perasaan dingin / otot tremor
dengan “menggigil”
h. Keamanan
- Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (dehidrasi)
- Perbaikan episiotomi utuh dengan tepi jaringan merapat
i. Seksualitas
- Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi umbilikus
- Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap dengan hanya beberapa
bekuan kecil
- Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas
- Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara
- Payudara lunak dengan puting tegang
j. Penyuluhan / Pembelajaran
Catat obat-obatan yang diberikan, termasuk waktu dan jumlah
k. Pemeriksaan Diagnostik
Hemoglobin / Hematokrit (Hb/Ht), jumlah darah lengkap, urinalisis. Pemeriksaan lain
mungkin dilakukan sesuai indikasi dari temuan fisik.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Kala I
a. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
b. Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energy akibat peningkatan
metabolisme sekunder akibat nyeri selama persalinan
c. Anxietas b.d krisis situasional akibat proses persalinan
Kala II
a. Nyeri akut berhubungan dengan proses persalinan (kontraksi dan dilatasi uterus)
b. Resiko terhadap kekurangan volume cairan b.d. perdarahan
c. Pola napas tidak efektif b.d. kekuatan mengejan
Kala III
a. Risiko kekurangan volume cairan b.d. perdarahan
b. Nyeri b.d. trauma jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan.
c. Resiko Infeksi b.d. trauma jaringan
Kala IV
a. Kekurangan volume cairan b.d. perdarahan
b. Kelelahan b.d proses persalinan, anemia
c. Resiko Infeksi b.d. terputusnya kontinuitas jaringan
d. Nyeri akut b.d. pembengkakan payudara
e. Perubahan proses keluarga
f. Kurang pengetahuan
3. Rencana Keperawatan
Kala I
No DX NOC NIC
1 Nyeri Tingkatan Nyeri Manajemen nyeri
berhubungan  Melaporkan Nyeri  Lakukan pegkajian nyeri secara
dengan  Frekuensi nyeri komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
kontraksi  Ekspresi nyeri lisan durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
uterus selama  Ekspresi wajah saat nyeri presipitasi.
persalinan  Kegelisahan  Observasi reaksi nonverbal dari
 Ketegangan otot ketidaknyamanan.
 Perubahan frekuensi  Gunakan teknik komunikasi terapeutik
pernapasan untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
sebelumnya.
 Kontrol faktor lingkungan yang
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
 Kurangi faktor presipitasi nyeri.
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologis/non farmakologis)..
 Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..
 Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol
nyeri.
 Monitor penerimaan klien tentang
manajemen nyeri.
2 Kelelahan Level Kelelahan Manajemen Energi
berhubungan  Kehabisan tenaga  Jelaskan tanda yang menyebabkan
dengan  Saturasi oksigen kelemahan
peningkatan  Metabolisme  Monitor respon oksigenasi pasien
kebutuhan  Monitor lokasi ketidaknyamanan/nyeri
energy akibat  Monitor respon kardiorespirasi
peningkatan  Tentukan pembatasan aktivitas fisik pasien
metabolisme
sekunder
akibat nyeri.
3 Anxietas b.d Kontrol cemas Penurunan kecemasan
krisis  Pantau intensitas kecemasan  Tenangkan klien
situasional  Menyingkirkan tanda  Jelaskan seluruh posedur tindakan kepada
akibat proses kecemasan klien dan perasaan yang mungkin muncul
persalinan  Mencari informasi untuk pada saat melakukan tindakan
menurunkan cemas  Berikan informasi diagnosa, prognosis, dan
 Mempertahankan tindakan
konsentrasi  Berusaha memahami keadaan klien
 Laporankan durasi dari  Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada
episode cemas tingkat kecemasan
 Gunakan pendekatan dan sentuhan, untuk
Koping meyakinkan pasien tidak sendiri.
 Memanajemen masalah  Sediakan aktivitas untuk menurunkan
 Melibatkan anggota ketegangan
keluarga  Bantu pasien untuk identifikasi situasi yang
 Mengekspresikan mencipkatakan cemas
perasaan dan kebebasan  Instruksikan pasien untuk menggunakan
emosional teknik relaksasi
 Menunjukkan strategi
penurunan stres Peningkatan koping
 Hargai pemahamnan pasien tentang
pemahaman penyakit
 Gunakan pendekatan yang tenang dan
berikan jaminan
 Sediakan informasi aktual tentang diagnosa,
penanganan, dan prognosis
 Sediakan pilihan yang realisis tentang aspek
perawatan saat ini
 Tentukan kemampuan klien untuk
mengambil keputusan
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi
positif untuk mengatasi keterbatasan dan
mengelola gaya hidup atau perubahan peran
Perawatan Intrapartus
 menentukan apakah membrane rupture
 menentukan persiapan dan yang ingin
dicapai pada kelahiran anak pasien
 menganjurkan partisipasi keluarga pada
proses kelahiran sesuai dengan yang
diharapkan pasien
 jaga privasi pasien selama pemeriksaan
 lakukan pemeriksaan Leopold untuk
menentukan posisi fetus
 pantau tanda-tana vital antara kontraksi
 auskultasi denyut jantung fetus antara
kontraksi
 pantau denyut jantung fetus selama dan
setelah kontraksi
 palpasi kontraksi untuk mengetahui
frekuensi, durasi, intensitas, dan nada
istirahat
 pantau tingkat nyeri selama persalinan
 eksplorasi posisi yang meningkatkan
kenyamanan dan mengatur perfusi plasenta
 anjurkan pasien untukmengosongkan
kandung kemih setiap 2 jam
 bantu keluarga untuk memberikan
kenyamanan dan dukungan selama
persalinan
 pantau dampak pengobatan pada ibu dan
fetus
 dokumentasikan karakteristik cairan, denyut
jantung fetus, pola kontraksi, setelah rupture
membrane
 bersihkan perineum
 pantau kemajuan persalinan, termasuk
dilatasi serviks, posisi, dan turunnya fetus
 jelaskan tujuan intervensi
 pantau koping keluarga selama persalinan
 periksa vagina untuk mengetahui dilatasi
serviks lengkap, posisis fetus
 ajarkan teknik mengejan untuk tahap dua
persalinan
 pantau kemajuan mengejan, turunnya fetus,
denyut jantung fetus, dan tanda vital ibu
setiap protocol
 evaluasi upaya mengejan, dan lama
waktunya
 massage perineum untuk menguatkan dan
relaksasi jaringan
 gunakan kompres hangat
 dokumentasikan peristiwa persalinan

Kala II
No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri b.d Tingkatan Nyeri Manajemen nyeri
kontraksi dan Indikator : Aktivitas :
dilatasi uterus  Melaporkan Nyeri  Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif
 Frekuensi nyeri dimulai dari lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas dan penyebab.
 Ekspresi nyeri lisan  Kaji ketidaknyamanan secara nonverbal, terutama
 Ekspresi wajah saat nyeri untuk pasien yang tidak bisa
 Kegelisahan mengkomunikasikannya secara efektif
 Ketegangan otot  Tentukan tingkat kebutuhan pasien yang dapat
 Perubahan frekuensi memberikan kenyamanan pada pasien dan
pernapasan rencana keperawatan
 Ajari untuk menggunakan tehnik non-
farmakologi (spt: biofeddback, TENS, hypnosis,
relaksasi, terapi musik, distraksi, terapi bermain,
acupressure, apikasi hangat/dingin, dan pijatan )
sebelum, sesudah dan jika memungkinkan,
selama puncak nyeri , sebelum nyeri terjadi atau
meningkat, dan sepanjang nyeri itu masih terukur.
 Kontrol faktor lingkungan yang dapat
menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien
(suhu ruangan, pencahayaan, keributan)
2. Resiko tinggi Keseimbangan cairan Pengurangan perdarahan
kekurangan Indikator : Aktivitas :
volume cairan  Tekanan darah : DBH  Instruksikan pasien dan keluarga terhadap
b.d  Hipotensi Ortostatik (-) keparahan kehilangan darah dan tindakan yang
perdarahan  Kesimbangan intake & output tepat untuk dilakukan
(24jam)  Identifikasi etiologi perdarahan
 Asites (-)  Monitor pasien secara ketat akan perdarahan
 Monitor jumlah dan karakter (nature) kehilangan
darah pasien
 Catat kadar Hb/Ht sebelum dan setelah kehilanga
darah sebagai indikasi
 Monitor TD dan paameter hemodinamik, jika
tersedia (contoh: tekanan vena sentral dan kapiler
paru/tekanan arteri temporalis)
 Monitor status/keadaan cairan termasuk intake
dan output

3. Pola nafas Status pernapasan : ventilasi Monitor Pernapasan


tidak efektif Indikator : Aktivitas :
b.d kekuatan  Rata-rata Pernafasan dalam  Monitor kelemahan otot diafragma
mengejan rentang yang diharapkan  Auskultasi bunyi nafas, catat ventilasi yang turun
 Irama pernafasan dalam atau hilang
rentang yang diharapkan  Monitor pola nafas seperti bradipnu, takipnu,
 Kedalaman pernafasan hiperventilasi, pernafasan kussmaul, Ceyne stokes,
 Tidak ada penggunaan otot-otot apnu, biot dan pola ataksi
bantu pernafasan  Monitor frekuensi, rata-rata, irama, kedalaman dan
 Tidak ada penggunaan otot-otot usaha bernafas
bantu pernafasan  Catat pergerakkan dada, lihat kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, dan supraklavikula
dan retaksi otot intercostal
Kala III
NO DX NOC NIC
1 Risiko Keseimbangan cairan Pengontrolan perdarahan
kekurangan - Tekanan darah : DBH - mengenal penyebab perdarahan
volume cairan - Tekanan arteri rata-rata : - monitor jumlah dan sifat darah yang hilang
b.d. DBN - catat nilai hemoglobin / hematokrit sebelum
perdarahan - Tekanan vena sentral : DBH dan sesudah kehilangan darah sesuai indikasi
- Kesimbangan intake & - evaluasi respon psikologi pasien terhadap
output perdarahan dan persepsi terhadap peristiwa
- Rasa haus abnormal (-) yang terjadi
- Perubahan suara napas (-) - monitor tanda dan gejala perdarahan persisten
- Elektrolit serum : DBN - monitor fungsi neurologi
- Hemoglobin : DBN
- Hematokrit : DBN Manajemen Cairan
- Monitor status hidrasi (seperti :kelebapan
Kontrol Resiko mukosa membrane, nadi)
- Pantau faktor resiko - Monitor TTV
lingkungan - Monitor respon pasien untuk meresepkan
- Pantau faktor resiko prilaku terapi elektrolit
personal - Konsultasi dengan dokter, jika gejala dan
- Atur strategi kontrol resiko tanda kehilangan cairan makin buruk
sesuai kebutuhan - Kaji ketersediaan produk darah untuk
- Gunakan sistem pendukung trsanfusi
personal untuk mengontrol - Berikan cairan
resiko
- Pantau perubahan status
kesehatan
2 Nyeri b.d. Tingkatan Nyeri Manajemen nyeri
trauma Indikator : Aktivitas:
jaringan,  Melaporkan Nyeri  Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif
respon  Frekuensi nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
fisiologis  Ekspresi nyeri lisan frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
setelah  Ekspresi wajah saat nyeri  Observasi reaksi nonverbal dari
melahirkan.  Kegelisahan ketidaknyamanan.
 Ketegangan otot  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
 Perubahan frekuensi mengetahui pengalaman nyeri klien
pernapasan sebelumnya.
 Kontrol faktor lingkungan yang
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
 Kurangi faktor presipitasi nyeri.
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologis/non farmakologis)..
 Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..
 Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol
nyeri.
 Monitor penerimaan klien tentang manajemen
nyeri.
3 Resiko Infeksi Pengendalian resiko Pengendalian infeksi
b.d. trauma - Mengembangkan strategi  Ciptakan lingkungan ( alat-alat, berbeden dan
jaringan kontrol risiko yg efektif lainnya) yang nyaman dan bersih terutama
 Menyesuaikan strategi setelah digunakan oleh pasien
kontrol risiko yg  Gunakan alat-alat yang baru dan berbeda
dibutuhkan setiap akan melakukan tindakan keperawatan
 Melakukan strategi kontrol ke pasien
risiko  Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
 Pantau perubahan status tindakan kepada pasien
kesehatan  Terapkan kewaspadaan universal
 Gunakan selalu handscoon sebagai salah satu
ketentuan kewaspadaan universal
 Gunakan sarung tangan yang steril, jika
memungkinkan

Kala IV
NO DX NOC NIC
1 Kekurangan Keseimbangan cairan Pengontrolan perdarahan
volume cairan - Tekanan darah : DBH - mengenal penyebab perdarahan
b.d. - Tekanan arteri rata-rata : - monitor jumlah dan sifat darah yang hilang
perdarahan DBN - catat nilai hemoglobin / hematokrit sebelum
- Tekanan vena sentral : DBH dan sesudah kehilangan darah sesuai indikasi
- Kesimbangan intake & - evaluasi respon psikologi pasien terhadap
output perdarahan dan persepsi terhadap peristiwa
- Rasa haus abnormal (-) yang terjadi
- Perubahan suara napas (-) - monitor tanda dan gejala perdarahan persisten
- Elektrolit serum : DBN - monitor fungsi neurologi
- Hemoglobin : DBN
- Hematokrit : DBN
Manajemen Cairan
Kontrol Resiko - Monitor status hidrasi (seperti :kelebapan
- Pantau faktor resiko mukosa membrane, nadi)
lingkungan - Monitor TTV
- Pantau faktor resiko prilaku - Monitor respon pasien untuk meresepkan
personal terapi elektrolit
- Atur strategi kontrol resiko - Konsultasi dengan dokter, jika gejala dan
sesuai kebutuhan tanda kehilangan cairan makin buruk
- Gunakan sistem pendukung - Kaji ketersediaan produk darah untuk
personal untuk mengontrol trsanfusi
resiko - Berikan cairan
- Pantau perubahan status
kesehatan
2 Kelelahan b.d Level Kelelahan Manajemen Energi
proses  Kehabisan tenaga  Jelaskan tanda yang menyebabkan
persalinan,  Hematokrit kelemahan
anemia  Saturasi Oksigen  Jelaskan penyebab kelemahan
 Metabolisme  Jelaskan apa dan bagaimana aktivitas
yang dibutuhkan untuk membangun
Ketahanan energi
 Level oksigen darah  Monitor intake nutrisi yang adekuat
 Hb  Monitor respon kardiorespirasi selama
 Elektrolit serum aktivitas
 Monitor lokasi ketidaknyamanan/nyeri
 Batasi stimulus lingkungan
 Monitor respon oksigenasi pasien
3 Resiko Infeksi Pengetahuan : Kontrol infeksi Kontrol Infeksi
b.d.  Mendeskripsikan tanda-  Alokasikan dengan tepat kekakuan pasien
terputusnya tanda dan gejala dengan indikasi pedoman CDC.
kontinuitas  Mendeskripsikan  Bersihkan lingkungan sekitar setelah
jaringan aktivitas-aktivitas digunakan pasien.
meningkatkan daya tahan  Ganti peralatan pengobatan pasien setiap
terhadap infeksi protocol/pemeriksaan.
 Mendeskripsikan tingkat  Gunakan sabun anti mikroba untuk mencuci
keberhasilan diagnose tangan dengan benar.
infeksi  Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
perawatan pada pasien.
Deteksi resiko  Gunakan aturan umum.
 Mengenal tanda-tanda dan  Gunakan sarung tangan sebagai pengaman
gejala-gejala yang yang umum.
menunjukkan adanya  Gunakan sarung tangan yang bersih.
indikasi resiko  Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-
 Gunakan sumber untuk tanda dan gejala infeksi dan kapan harus
mendapatkan informasi melaporkannya pada tim kesehatan.
tentang adanya potensi
resiko Perlindungan Terhadap Infeksi
 Memeriksa system dan tanda-tanda dan
Kontrol resiko gejala-gejala infeksi.
 Mengetahui resiko  Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai
 Memperhatikan factor gejala-gejala infeksi dan melaporkannya
resiko lingkungan kepada pemberi layanan kesehatan lainnya.
 Tentukan strategi control  Mengajarkan pasien dan keluarga bagaimana
resiko yang dibutuhkan mencegah infeksi.

Indikasi Kerja
 Meninjau sejarah kandungan untuk
menginformasikan pengaruhnya terhadap
induksi, seperti usia kandungan dan kontra
indikasi melengkapkan plasenta, uterus
yang terisi, dan kelainan struktur pelvis.
 Memeriksa tanda-tanda vital ibu dan janin
sebelum induksi.
 Mengevaluasi kembali keadaan cervic
 Menijau perubahan kegiatan di uterus.
 Memulai pemberian obat (ex : oxytocin)
untuk merangsang kegiatan di uterus setelah
berkonsultasi dengan dokter.
Perawatan Perineal
 Bantu kebersihan.
 Menjaga perineum tetap kering.
 Memeriksa kondisi torehan atau sobekan (ex :
episiotomy).
 Gunakan kompres dingin dengan baik.
 Bersihkan perineum sepenuhnya pada interval
tetap.
 Memelihara kenyamanan posisi klien.
 Catat karakteristik pengaliran dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Current Obstetric and Gynecologic, Diagnosis treatment, ninth Edition International, 2003
Geoffrey chamberlain, prolonged pregnancy Turn Bull’s Obstetric, 3rd Edition, Churchill
Livingstone
Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung
Robert Resnik, Jay P lams, Maternal – fetal medicine, 5th Edition, Saunders, Philadelphia, 2004
sastrawinata Sulaiman, Ilmu kesehatan Reproduksi, Obstetri Patologi, Ed.2 – Jakarta: EGC, 2004
.
FORMAT PENGKAJIAN INTRA NATAL

Nama mahasiswa : IRFAN NPM : JP019.008


Ruangan : Kamar Bersalin Tanggal : 26 Agustus 2020
I. DATA UMUM
Inisial klien : Ny.A Nama suami : Tn.I
Umur : 23 thn Umur : 26 Thn
Alamat : Palu Pekerjaan : Swasta
Pekerjaan : IRT Pendidikan terakhir : S1
II. DATA UMUM KESEHATAN
1. Tinggi badan/berat badan : 160cm/58kg
2. Berat badan sebelum hamil : 48kg
3. Masalah kesehatan khusus : Klien mengatakan tidak mengalami masalah kesehatan
sebelumnya
4. Obat-obatan : klien mengobatan tidak mengonsumsi obat – obatan
tertentu hanya pil penambah darah selama kehamilan
yang diresepkan dokter
5. Alergi (obat/makanan/bahan tertentu) : Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat
alergi tehadap makanan ataupun obat
6. Diet khusus : …klien mengatakan tidak mejalani diet khusus
7. Menggunakan : (gigi palsu/kacamata/lensa kontak/alat dengar)
8. Lain-lain sebutkan : tidak ada…
9. Frekuensi BAK : 7-9 kali/hari
Masalah : inkontinensia urin
10. Frekuensi BAB : 1-2 kali/hari
Masalah : tdak ada masalah BAK
11. Kebiasaan waktu tidur : klien mengatakan mengalami perubahan kebiasaan
tidur selama kehamilan
III. DATA UMUM KEBIDANAN
1. Kehamilan sekarang direncanakan (ya/tidak)
2. Status obstretikus : G1.P0A0. Usia Kehamilan : 39.minggu
3. HPHT : 24 November 2019 Tafsiran partus: 31 Agustus 2020
4. Jumlah anak di rumah : belum memiliki anak
No Jenis Kelamin Cara Lahir BB lahir Keadaan Umur
1.
2.
3.
4.
5. Mengikuti kelas prenatal [] YA [√]TIDAK
6. Jumlah kunjungan pada kehamilan ini : 4 kali
7. Masalah kehamilan yang lain : klien mengatakan tidak mengalami masalah
kehamilan sebelumnya karna ini mrupakan
kehamilan pertama klien
8. Masalah kehamilan sekarang : klien dengan usia gestasi 38 minggu mengeluh
nyeri perut menjalar sampai ke punggung sejak
pukul 10.00, terdapat pengeluaran pervaginam
lender bercampur darah
9. Rencana KB : klien mengatakan belum merancanakan KB
10. Makanan bayi sebelumnya : [] ASI/ [] PASI/ []lain-lain ……………………
11. Pelajaran yang diinginkan saat ini : (centang)
[√] relaksasi pernafasaan [√] manfaat ASI [] cara member minum
botol
[] senam nifas [√] metode KB [√] perawatan perineum
[√] perawatan payudara.
12. Setelah bayi lahir, siapa yang diharapkan membantu : [√]suami/ []teman/ []orangtua
13. Masalah dalam persalinan yang lalu : klien mengatakan tidak mengalami masalah
persalinan dimasa lalu
IV. RIWAYAT PERSALINAN SEKARANG
1. Mulai persalinan (kontraksi/pengeluaran pervaginam) :
tgl 25-8-2020/jam 23.00
2. Keadaan kontraksi (frekuensi dalam 10 menit, lamanya, kekuatan) :
3x setiap 10 menit, lamanya 40 dtik
3. Frekuensi dan kualitas denyut jantung janin : 130x/mnt
4. Pemeriksan fisik :
Kenaikan BB selama kehamilan : 10.kg
Tanda vital : TD : 110/80mmHg Nadi : 90.x/menit
Suhu :37.0C Pernafasan : 23x/menit
Kepala dan leher (normal/tidak) : bentuk kepala normal , rambut warna hitam
penyebaran merata, tidak ada nyeri tekat dan
benjolan pada kepala , konjungtiva pucat,
tidak ada kelaianan pada wajah, fungsi
pendengaran baik, tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid pada leher.
Jantung : bentuk dada simetris, bunyi jantng normal,
Paru-paru : tidak ada wheezing dan ronchi
Payudara : payudara simetris kiri dan kanan, mengalami pembesaran, terdapat
pengeluaran kolostrum, putting menonjol, tidak ada nyeri tekan
Abdomen : (secara umum dan pemeriksaan obstetric)
Kontraksi : 3x dalam 10 menit, intensitas 20-40 x/mnt
DJJ : 130 kali/menit
Ekstremitas : [√] Edema [] TIDAK
Reflekx : normal
5. Pemeriksaan dalam pertama : jam 15.00 Oleh : bidan
Hasil : vulva atau perineum tidak ada varises, bisul, ataupun oedema,
serviks mendatar dan tipis, pembukaan 2 cm, selaput ketuban ada,
bagian terendah presentasi kepala UUK kiri depan, tali pusat tidak
teraba
6. Ketuban (utuh/pecah), kalau sudah pecah tgl…………………. /jam …………………
7. Warna air ketuban :-
8. Laboratorium :

Hb : 11 g/dL
Urine : protein (-)

Glukosa (-)
V. DATA PSIKOSOSIAL
1. Penghasilan keluarga setiap bulan : Rp1 juta
2. Bagaimana perasaan anda terhadap kehamilan sekarang ?
merasa cemas karena ini merupakan proses persalinan pertama
3. Bagaimana perasaaan anda terhadap suami sekarang ?
baik, karna suami selalu mendampingi

4. Jelaskan respon sibling terhadap kehamilan sekarang !

tidak ada masalah karena ini merupakan kehamilan pertama


FORMAT PENGKAJIAN PERSALINAN
Nama Mahasiswa : Irfan NPM : JP019.008
Nama Klien : Ny.A Umur : 23 Thn

I. Kala I Fase Laten


Jam : 15.00 s/d 23.00
Subjektive :
- Klien mengatakan ini merupakan persalinan pertamanya
- klien mengatakan nyeri perut menjalar sampai ke punggung sejak pukul 10.00,
- klien mengatakan ada pengeluaran pervaginam lender bercampur darah
- klien mengatakan merasa cemas dengan proses persalinannya

Objektive :
- klien Nampak lemah
- klien Nampak meringis
- klien Nampak gelisah
- Nampak ada pengeluaran pervaginam lender bercampur darah
- His : 3x dalam 10 menit , lamamya 20- 40 dtik
- pembukaan 2 cm sejak pukul 15.00

1. HPHT : 24 november 2019


2. TTP : 31 Agustus 2020
3. Keadaan Umum : klien Nampak lemah
4. Kesadaran : composmentis
5. Tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmHg Suhu : 37oC
Nadi : 90 x/menit Pernafasan : 23x/menit
6. Pemeriksaan Abdomen:
 Leopold I : TFU ½ Px-pusat (34cm)
 Leopold II : PUKA, bagian kanan ibu teraba datar, lebar dan bagian kiri
teraba ekstremitas
 Leopold III : teraba bulat, keras dan melenting
 Leopold IV : bagian terendah janin sudah masuk PAP HII
7. DJJ : 130 x/menit TBBJ : 3,600 gram
8. Kontraksi : ada
9. Kandung kemih : kandung kemih kosong
10. Pemeriksaan dalam : Pukul 15.00 WITA
 Pembukaan : 2 cm
 Penurunan Kepala : sudah masuk PAP
 Ketuban : utuh
 Porsio : lunak
 Serviks : membuka 2 cm
 Blood Slym : ada
Observasi kemajuan persalinan
Tanggal Jam Hasil observasi Tindakan

26 Agustus 19.00 1. Klien mengatakan nyeri saat His 1. mengatur posisi ibu dan mengajarkan tehnik
2020 dating relaksasi napas dalam

2. kontraksi 3 x dalam 10 menit,


lamanya 20 detik

3. pembukaan 3 cm

4. DJJ : 132 x/mnt

23.00 1. Klien mengatakan nyeri saat His


dating

2. kontraksi 3 x dalam 10 menit,


lamanya 20 detik

3. pembukaan 5 cm

4. DJJ : 132 x/mnt

II. Kala I Fase Aktif


Jam : 23 .00 s/d 05.00
Subjektif :
- klien mengatakan perutnya mules – mules dan seperti ingin BAB dan keluar air
dari kemalannya

Objektif :
- klien Nampak lemas
- Nampak pengeluaran cariran pervaginam

1. Keadaan Umum : lemah


2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital : TD : 120/70 mmHg Suhu : 80oC
Nadi : 80 x/menit Pernafasan : 37x/menit
4. Pemeriksaan Abdomen:
 Leopold I : TFU 34 cm
 Leopold II : PUKA
 Leopold III : terba keras dan melenting
 Leopold IV : presentasi kepala penurunan bagian terendah HIII kanan depan
5. DJJ : 134 x/menit TBBJ : 3.600gram
6. Kontraksi : 3x dlam 10 menit, lamanya 40 detik
7. Kandung kemih : kosong
8. Pemeriksaan dalam : Pukul 24.00 WITA
 Pembukaan : 5 cm
 Penurunan Kepala : bagian terendah HIII
 Ketuban : pecah
 Porsio : lunak
 Serviks : membuka 5 cm
 Blood Slym : ada
Observasi kemajuan persalinan
Tanggal Jam Hasil observasi Tindakan

27 Agustus 13.00 1. kontraksi uteus 3x dalam 10 1. Observasi keadaan umum klien


2020 menit, lamanya 40 detik 2. lakukan pengawasan Kala II
2. pembukaan lengkap
3. portio lunak
4. ketuban (-)
5. DJJ : 134x /mnt
6. Potensial terjadi
pemanjangan Kala 1 Fase
Laten
PENGUMPULAN DATA

DS :
- Klien mengatakan ini merupakan persalinan pertamanya
- klien mengatakan nyeri perut menjalar sampai ke punggung sejak pukul 10.00,
- klien mengatakan ada pengeluaran pervaginam lender bercampur darah
- klien mengatakan merasa cemas dengan proses persalinannya
DO :
- klien Nampak lemah
- klien Nampak meringis
- klien Nampak gelisah
- Nampak ada pengeluaran pervaginam lender bercampur darah
- His : 3x dalam 10 menit , lamamya 20- 40 dtik
- pembukaan 2 cm sejak pukul 15.00
- TTV : TD : 120/70 mmHg Suhu : 37oC
Nadi : 80 x/menit Pernafasan : 37x/menit

ANALISA DATA

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS :
- klien mengatakan nyeri Kehamilan 37-42 mggu Nyeri Akut
perut menjalar sampai ke
Tanda – tanda inpartu
punggung sejak pukul
Proses persalinan kala I
10.00,
- klien mengatakan ada Kobtraksi Uterus partum
pengeluaran pervaginam
Nyeri persalinan
lender bercampur darah
DO:
- klien Nampak meringis
- klien Nampak gelisah
- Nampak ada pengeluaran
pervaginam lender
bercampur darah
- His : 3x dalam 10 menit ,
lamamya 20- 40 dtik
- pembukaan 2 cm sejak
pukul 15.00
2. DS : Kelaianan His
- klien mengatakan merasa Ansietas
cemas dengan proses Fase laten <8 jam
persalinannya
- Klien mengatakan ini Kurang pengetahuan
merupakan persalinan
pertamanya ansietas
DO:
- klien Nampak gelisah
- TD : 120/70 mmHg
- N: 80X/mnt

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH


1. ansietas b.d deficit pengetahuan tentang proses persalinan
2. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (kontraksi uterus)

RENCANA KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
1. ansietas b.d deficit pengetahuan Setelah diakukan 1. kaji tingkat 1. mengetahui
tindakan keperawatan pengetahuan tingkat
tentang proses persalinan, ditandai
selama 1x30 menit klien tentang pemahaman klien
dengan : diharapakan proses 2. efektif untuk
kecemasan klien persalinan menurunkan
DS :
berkurang atau hilang 2. ciptakan tingkat ansietas
- klien mengatakan merasa dengan kriteria hasil : lingkungan 3. informasi yang
- klien tidak yang nyaman cukup memantu
cemas dengan proses
Nampak gelisah 3. berikan mengurangi
persalinannya - TTV normal informasi ansietas klien
- Klien paham factual terkait 4. peran keluarga
- Klien mengatakan ini
dengan diagnosis dan dalam
kondisinya perawatan mendampingi
merupakan persalinan 4. dorong kelarga akan
klien untuk meningkatkan
pertamanya
selalu kepercayaan diri
DO: mendampingi sehingga
klien mengurangi
- klien Nampak gelisah
ansietas klien
- TD : 120/70 mmHg
- N: 80X/mnt
2. Nyeri akut b.d cedera Setelah
agen diakukan 1. kaji karakteristik 1. untuk mengetahui
tindakan keperawatan nyeri klien tingkat
biologis (kontraksi uterus),
selama 1x30 menit 2. atur posisi yang ketidaknyamanan
ditandai dengan : diharapakan klien nyaman bagi klien
dapat beradaptasi klien 2. posisi yang
DS :
dengan nyeri dengan 3. ajarkan klien nyaman
- klien mengatakan nyeri kriteria hasil : tehnik relaksasi mengrangi rasa
4. berikan informasi nyeri
perut menjalar sampai ke
- klien dapat mengenai 3. prinsip
punggung sejak pukul mengontrol nyeri penyebab nyeri manajemen nyeri
- klien tidak klien yang benar dpat
10.00,
mengungkapkan mengurangi nyeri
- klien mengatakan ada nyeri berlebihan 4. informasi yang
cukup dapat
pengeluaran pervaginam
membantu klien
lender bercampur darah untuk beradaptasi
dengan nyeri
DO:
- klien Nampak meringis
- klien Nampak gelisah
- Nampak ada pengeluaran
pervaginam lender
bercampur darah
- His : 3x dalam 10 menit ,
lamamya 20- 40 dtik
- pembukaan 2 cm sejak
pukul 15.00

EVALUASI KEPERAWATAN
NO.DX WKTU IMPLEMENTASI EVALUASI
1. 26/8/20 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang 12.00
11.00 proses persalinan
H : Klien mengatakan belum mengetahui tentang S : klien mengatakan kecemasannya
proses persalinan karena ini merupakan berkurang
persalinan pertamanya O:
- keadaan umum lemah
11.05 2. Menciptakan lingkungan yang nyaman - klien Nampak gelisah
H : klien mengatakan sudah nyaman dengan - TD : 120/70 mmHg
lingkungannya - N: 90 x/mnt
A: masalah belum teratasi
3. Memberikan informasi factual terkait P: pertahankan intervensi
11.10 diagnosis dan perawatan - dorong keluarga untuk selalu
H: klien mengatakan paham dengan apa yang mendampingi klien
dijlaskan perawat
11.20
4. Mendorong kelarga klien untuk selalu
mendampingi klien
H: klien mengatakan keluarganya selalu
mendampinginya
2. 26/8/20 1. Mengkaji karakteristik nyeri klien 12.20
11.30 H:
S:
- klien mengatakan nyeri perut menjalar
- klien mengatakan perutnya terasa
sampai ke punggung sejak pukul 10.00,
nyeri seperti ingin BAB
- Nampak gelisah
- His : 3x dalam 10 menit , lamamya 20-
O:
40 dtik
- klien Nampak meringis
- pembukaan 2 cm sejak pukul 15.00
- His 3x dalam 10 mnit, selama
11.35 40 dtik
2. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien
-
H: klien mengatakan merasa nyaman dengan
A: Tujuan belum tercapai
posisinya
P: lanjutkan intervensi
1. kaji karakteristik nyeri klien
3. Mengajarkan klien tehnik relaksasi napas
11.40 2. atur posisi yang nyaman bagi
dalam dengan cara menarik napas secara
klien
perlahan melalui hidung tahan Selma 2-3
3. ajarkan klien tehnik relaksasi
detik lalu hembuskan secara perlahan melalui
4. berikan informasi mengenai
mulut. tehnik ini dilakukan 3-5 kali jika nyeri
penyebab nyeri klien
timbul
H: klien mengatakan paham dengan tehnik yang
diajarkan
11.50
4. Memberikan informasi mengenai penyebab
nyeri klien
H :klien mengatakan paham dengan penjelasan
perawat
III. Kala II
Jam : 05 s/d 06.00
Subjektif :
- klien mengatakan perutnya terasa mules seperti ingn BAB
- klien mengatakan ada pengeluaran cairan dari vagina
- klien mengatakan badanya lelah
- klien mengatakan cemas dan takut karena belum segera melahirkan

Objektif :
- klien Nampak lemas
- klien Nampak kekuangan energy
- klien Nampak gelisah
- Nampak pengeluaran cariran pervaginam

1. Keadaan Umum : Lemas


2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda-tanda vital : TD : 120/70 mmHg Suhu : 37oC
Nadi : 90 x/menit Pernafasan : 24x/menit
4. DJJ : 134 x/menit
5. Kontraksi : 4x dalam 10 menit, lamanya 45 detik
6. Kandung kemih : kosong
7. Pemeriksaan dalam : Pukul 05.00WITA
 Ketuban : pecah
 Pembukaan : 10 cm
 Penurunan kepala : 0/5 hodge IV
 Seviks : membuka 8 cm
8. Terdapat tanda-tanda persalin an kala II:
[√] Dorongan mengedan [√] Tekanan pada anus
[√] Perenium menonjol [√] Vulva membuka
Observasi kemajuan persalinan
Tanggal Jam Hasil observasi Tindakan

27 agustus 13.00 1. kontraksi uteus 4x dalam 10 1. observasi keadaan klien\ Observasi keadaan
2020 menit, lamanya 45 detik umum klien
2. lakukan pengawasan Kala II
2. pembukaan 10 cm 3. Anjurkan Ibu mengejan jika ada His
3. portio tidak teraba 4. Lakukan pertolongan Persalinan
4. ketuban (-)
5. DJJ : 134x /mnt

PENGUMPULAN DATA

DS :
- klien mengatakan perutnya terasa mules seperti ingn BAB
- klien mengatakan ada pengeluaran cairan dari vagina
- klien mengatakan badanya lelah
- klien mengatakan cemas dan takut karena belum segera melahirkan

DO :
- klien Nampak lemah
- klien Nampak gelisah
- klien Nampak kekurangan energi
- Nampak ada pengeluaran pervaginam lender bercampur darah
- His : 4x dalam 10 menit , lamamya 45 dtik
- pembukaan 10 cm sejak pukul 05.00
- TTV : TD : 120/70 mmHg Suhu : 37oC
Nadi : 80 x/menit Pernafasan : 37x/menit
ANALISA DATA

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Kelaianan His
- klien mengatakan badanya Ketidakefektifan
lelah Fase laten <8 jam proses kehamilan-
melahirkan
kelehan
DO:
- klien Nampak lemah Hambatan Proses
- klien Nampak kekurangan melahirkan
energi
- Nampak ada pengeluaran
pervaginam lender
bercampur darah
- His : 4x dalam 10 menit ,
lamamya 45 dtik
- pembukaan 10 cm sejak
pukul 05.00

2. DS : Kelaianan His
klien mengatakan cemas dan takut Ansietas
karena belum segera melahirkan Fase laten <8 jam
DO:
- klien Nampak gelisah Kurang pengetahuan
- TD : 120/70 mmHg
- N: 80X/mnt cemas

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH


1. Ketidakefektifan proses hamil - melahirkan b.d kelelahan
2. ansietas b.d deficit pengaetahuan
RENCANA KEPERAWATAN

NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL


KRITERIA HASIL
1. Ketidakefektifan proses hamil - Setelah dilakukan 1. lakukan 1. pemeriksaan dalam
tindakan pemeriksaan secara berkala
melahirkan b.d kelelahan, ditandai
keperawatan selama vagina untuk untuk megetahui
dengan : 1x 3 jam diharapkan mengetahui letak perkembangan
hambatan proses dan posisi janin dilatasi uterus
DS :
kelairan tidak terjadi 2. jaga privasi dan 2. menjaga privasi
- klien mengatakan dengan kriteria hasil kenyaman klien serta menjaga
: 3. ajarkan tehnik keyamanan klienn
badanya lelah
- pembukaan relaksasi napas selama persalinan
DO: servik lengkap dalam 3. manajemen
(10) 4. bantu relaksasi dan
- klien Nampak lemah
- kontraksi uterus mengarahkan visualisasi
- klien Nampak normal persalinan membanu menjaga
- ada tanda pasti 5. kolaborasi kestabilan energy
kekurangan energi
persalinan pemberian terapi ibu selama proses
- Nampak ada pengeluaran oksitosin dan persalinan
perencenaan SC 4. mambantu
pervaginam lender
meningkatkan
bercampur darah kepercayaan diri
dan semangat ibu
- His : 4x dalam 10 menit ,
selama proses
lamamya 45 dtik persalinan
5. oksitosin
- pembukaan 10 cm sejak
diharapkan dapat
pukul 05.00 meningkatkan
kontraksi dan
tindakan SC untuk
mencegah
kematian ibu dan
janin
2. ansietas b.d deficit pengetahuan Setelah diakukan 1. kaji tingkat 1. mengetahui tingkat
tindakan pengetahuan pemahaman klien
tentang proses persalinan, ditandai
keperawatan selama klien tentang 2. efektif untuk
dengan : 1x30 menit proses menurunkan
diharapakan persalinan tingkat ansietas
DS :
kecemasan klien 2. ciptakan 3. informasi yang
klien mengatakan cemas dan takut berkurang atau lingkungan cukup memantu
hilang dengan yang nyaman mengurangi
karena belum segera melahirkan
kriteria hasil : 3. berikan ansietas klien
DO: - klien tidak informasi 4. peran keluarga
Nampak factual terkait dalam
- klien Nampak gelisah
gelisah diagnosis dan mendampingi akan
- TD : 120/70 mmHg - TTV normal perawatan meningkatkan
- Klien paham 4. dorong kelarga kepercayaan diri
N: 80X/mnt
dengan klien untuk sehingga
kondisinya selalu mengurangi
mendampingi ansietas klien
klien

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO.DX WKTU IMPLEMENTASI EVALUASI
1. 26/8/20 1. Melakukan pemeriksaan vagina untuk 07.00
06.00 mengetahui letak dan posisi janin
H: S: klien mengatakan mengalami
- His : 4x dalam 10 menit , lamamya 45 kelelahan dan tidak bertenaga untuk
dtik mengedan
- pembukaan 10 cm sejak pukul 05.00 O:
06.05 - Portio tidak teraba 1. klien Nampak lemah
2. klien namak kekurangan energy
2. Menjaga privasi dan kenyaman klien 3. His : 4x dalam 10 menit , lamamya
H: privasi klien terjaga 45 dtik
4. pembukaan 10 cm
06.10 3. Mengajarkan tehnik relaksasi napas dalam 5. TTV :
H: klien paham dengan tehnik relaksasi yang TD : 110/80 mmHg
diajarkan perawata N : 80 x/mnt
06.20 S:37,2 oC
4. Membantu mengarahkan persalinan R:22 x/mnt
H: Klien melakukan sesua arahan A: masalah belum teratasi
5. Melakukn kolaborasi pemberian terapi P: lanjutkan intervensi
oksitosin dan perencenaan SC 1. lakukan pemeriksaan vagina untuk
H : pemberrian Inj. Oksitosin 1 amp/IM mengetahui letak dan posisi janin
Perencanaan SC 2. Penatalaksanaan Kolaborasi SC
2. 26/8/20 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang 07.00
06.30 proses persalinan
H : Klien mengatakan belum mengetahui tentang S : klien mengatakan kecemasannya
proses persalinan karena ini merupakan berkurang
persalinan pertamanya O:
- keadaan umum lemah
2. Menciptakan lingkungan yang nyaman - klien Nampak gelisah
H : klien mengatakan sudah nyaman dengan - TD : 120/70 mmHg
lingkungannya - N: 90 x/mnt
06.35 A: masalah belum teratasi
3. Memberikan informasi factual terkait P: pertahankan intervensi
diagnosis dan perawatan - dorong keluarga untuk selalu
H: klien mengatakan paham dengan apa yang mendampingi klien
dijlaskan perawat
06.40
4. Mendorong kelarga klien untuk selalu
mendampingi klien
H: klien mengatakan keluarganya selalu
mendampinginya
LAPORAN PARTUS NORMAL
“SYAIR OBSTETRI”

Nama Klien : …Ny.A Status Obstetrikus : G1 P0 A0 H 38 mggu


Tanggal & Keterangan
jam
26 Agustus S:
2020 - klien mengatakan mules bertambah sering, klien ingin meneran
- klien mengatakan badannya terasa lemah dan kehabisan energi
O:
- klien Nampak kelelahan
- status generalisis melewat batatas normal
- TFU : 34 cm ½ Px-Pusat
- PUKA
- presentasi kepala bagian terendah janin sudah masuk PAP HIV
- DJJ :134x/mnt, kuat , teratur
- TBJ : 3600 gr
- His : 4x dalam 10 menit selama 45 dtk,
- pemeriksaan Dalam : pembukaan lngkap, portio tidak teraba, ketuban (-
), kepala HIV , blood slym( +)
A:
- inpartu kala II
- G1P0A0
- janin hidup, peresentasi kepala, tunggal

P:
- observasi keadaan ibu dan janin

05.20  Pimpin ibu meneran


 ibu dipimpin meneran sesuai dengan datangnya His
 kepala turu meurut jalan lahir, sihingga tampak di vulva
 tampak pirenium meregang , tipis, kebiruan,

05.45 S:
Klien mengatakan kelehan dan tidak mampu mengedan

O:
- klien Nampak emah dan kehilangan energy
- TD: 110/70 mmHg
N: 80x/mnt
R: 20 x/mnt
S: 37oC
- kepala janin Nampak tertahan divulva
- tidak ada lilitan tali pusat
- ketuban (-)
A:
- janin hidup
P:
- observasi keadaan ibu dan janin
- Kolaborasi pelaksanaan SC
06.20 Klien dipindahkan keruang Operasi untuk dilakukan SC
PATOGRAF
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.T DENGAN KASUS INFEKSI
POST PARTUM HARI KE-4 DENGAN HIV RUANG MATAHARI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU

( Stase Keperawatan Maternitas )

DISUSUN OLEH:

IRFAN
NPM. JP019.008

CI Institusi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INDONESIA JAYA PALU
PROFESI NERS
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP POST PARTUM


A. Pengertian
Nifas (puerperium) adalah masa mulai setelah partus dan berakhir kira – kira 6
minggu. Akan tetapi, alat genetalia baru pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil
membutuhkan waktu 3 bulan.
Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir
setelah 6 minggu. Puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai dan berakhir
B. Klasifikasi
Masa nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Puerperium dini, (immediate puerperium) : Dimana ibu telah diperbolehkaan berdiri
dan berjalan – jalan yaitu 0 – 24 jam post partum.
2. Puerperium intermediate. Waktu 1 – 7 hari post partum yaitu pulihnya alat – alat
genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium waktu 1 – 6 minggu post partum yaitu waktu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat sempurna.
C. Perubahan fisiologi pada masa nifas
1. Alat genetalia
Alat – alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur – angsur pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil atau sering disebut involusi, selain itu juga
perubahan – perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi
karena lactogenik hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar mammae.
2. Fundus uteri
Setelah janin lahir, tinggi fundus uteri kira – kira setinggi pusat, segera setelah
lahirnya plasenta TFU kurang lebih 2 jari diatas pusat, pada hari ke – 5 post partum
tinggi uterus yaitu 7 cm di atas simphysis. Sesudah 12 hari post partum uterus tidak
dapat diraba lagi diatas symphisis. Tebal Dinding uterus sendiri adalah 1,25 cm,
sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis dari bagian lain. Bagian bekas
implantasi plasenta merupakan penanganan suatu luka yang kasar dan menonjol ke
dalam kavum uteri, segera setelah persalinan otot – otot uterus berkontraksi setelah
post partum, pembuluh – pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot uterus
akan terjepit, proses ini yang mengakibatkan perdarahan dapat berhenti setelah
plasenta dilahirkan.

Proses involusi :
Involusi TFU
Segera setelah persalinan 2 cm di bawah pusar

12 jam setelah persalinan 1 cm diatas pusat dan menurun kira – kira


1 cm setiap hari

Hari ke – 2 setelah persalinan 1 cm di bawah pusat

Hari ke 3 -4 setelah persalinan 2 cm di bawah pusat

Hari ke 10 pasca persalinan Tidak teraba

3. Serviks
Segera setelah persalinan / post partum, bentuk serviks agak menganga seperti
corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
seolah – olah pada perbatasan antara korpus dan serviks, uteri terbentuk semacam
cincin.
4. Vagina dan perineum
Vagina nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran
seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi
mukus normal dengan ovulasi.
Perineum
Episiotomi :
Penyembuhan dalam 2 minggu.
Laserasi :
TK I : Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot
TK II : Meluas sampai dengan otot perineal
TK III : Meluas sampai dengan otot spinkter
TK IV : melibatkan dinding anterior rektal
Pada post partum terdapat lochia, yaitu cairan / sekret yang berasal dari kavum
uteri dan vagina.
Macam – macam lochia :
a. Lochia rubra
Berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, cairan yang keluar berwarna
merah dan berlangsung selama 2 hari pasca persalinan
b. Lochia sanguinolenta
Berisi darah dan lendir, cairan yang keluar berwarna merah agak kekuningan dan
berlangsung pada hari ke 3 – 7 pasca persalinan
c. Lochia serosa
Berisi darah berwarna kuning, berlangsung dari hari ke 7 – 14 hari pasca
persalinan
d. Lochia alba
Cairan putih terjadi setelah 2 minggu pasca persalinan
5. Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon laktogen
(prolaktin) terhadap kelenjar payudara, kolostrum diproduksi mulai di akhir masa
kehamilan sampai hari ke 3 – 5 post partum dimana kolostrum mengandung lebih
banyak protein dan mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan
meningkat saat bayi menetek pada ibunya karena menetek merupakan suatu
rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI
6. Ligamen
Ligamen – ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang selama
kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur – angsur ciut kembali seperti
sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan
uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungnya turun”
setelah melahirkan karena ligament, fasia dan jaringan alat peunjang genetalia
menjadi agak kedor. Untuk memulihkan kembali jaringan – jaringan penunjang alat
genetalia tersebut, juga otot – otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk
melakukan latihan – latihan tertentu pada 2 hari post partum sudah dapat diberikan
fisioterapi, keuntungan lain ialah dapat mencegah stasis darah yang mengakibatkan
trombosis masa nifas.
7. Sistem pencernaan
a. Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.
b. Nafsu makan kembali normal.
c. Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
8. Sistem perkemihan
Uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi
melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemesis dan
edema, seringkali disertai daerah – daerah kecil hemoragi
9. Sistem integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah
bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha dan panggul mungkin
memudar tetapi tidak hilang sebelumnya
D. Perubahan Psiklogi pada masa nifas
1. Bonding
Bonding adalah Daya tarik awal dan dorongan untuk terjadinya ikatan batin
antara orang tua dan bayinya (Bobak,2000). Bonding adalah menggambar suatu
hubunagan yang berawal dari saling memikat diantara orang-orang seperti orang tua
dan anaknya ketika pertama kali bertemu. Bonding merupakan langkah awal untuk
saling tertarik dan berespon orang tua dan bayi serta merupakan dasar untuk
menciptakan kasih sayang dan menerima bayinya sebagai anggota keluarga
Prinsip Bonding tidak sebatas memperhatikan bayi kepada ibu,memberitahu
jenis kelamin,panjang,dan berat badan saja tetapi ada prinsip-prinsip yang
mendasarinya:
a. Pada menit pertama sesudah kelahiran adalah masa paling optimal untuk
dilakukan bonding
b. Respon spesifik manusiawi ketika pertama kali diberikan kepada orang tua
(memandang berkata, dan melakukan sesuatu)
c. Monotropi adalah proses yang terstruktur dimana pad satu waktu orang tuanya
hanya dapat berespon pada satu bayi
d. Perlu umpan balik antara orang tua dan bayi melalui beberapa tanda seperti
gerakan tubuh dan gerakan mata
e. Awal penentu perkembangan masa depan
2. Attechment
Attechment adalah suatu perubahan perasaan satu sam lain yang paling
mendasar ketika ada perasaan keterkaitan tanggung jawab dan kepuasan .Attechment
adalah suatu perasan kasih sayang atau kesehatan yang mengikat antara satu orang
dengan orang lain.Attechment adalah unik,spesifik dan memerlukan kesabaran
Ketidaknyamanan dikurangi atau dirubah oleh ibu (pemberian perawatan dalam
bentuk yang lain) dan diganti dengan kesenangan,ibu memberikan dengan pertasaan
senang dan puas.Ibu akan mengulurkan tangan pada bayi,menjaga kontak mata antara
ibu dengan bayi,dan berbicara dengan baik, ibu menjadi infant, dicintai dan dapat
berinteraksi sebagai penguat agen atau setiap peristiwa.Ibu menjadi sesuatu yang
bermakna lain pada kehidupan Infant
II. KONSEP INFEKSI PASCA PERSALINAN
A. Pengertian
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang-biaknya mikroorganisme dalam
tubuh manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya . Infeksi pascapartum
(sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi klinis pada saluran
genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan
Infeksi postpartum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas.
B. Etiologi
1. Faktor Presipitasi Infeksi post partum
Penyebab dari infeksi postpartum ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob
patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari luar.
Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah streptococcus dan anaerob yang
sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering
menyebabkan infeksi postpartum antara lain :
a. Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari
penderita lain , alat alat yang tidak steril , tangan penolong , dan sebagainya.
b. Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab
infeksi di rumah sakit
c. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum , menyebabkan infeksi terbatas
d. Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
2. Faktor predisposisi infeksi post partum
a. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti perdarahan,
dan kurang gizi atau malnutrisi
b. Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama.
c. Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
d. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan dara
e. Anemia, higiene, kelelahan
f. Partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses
pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut ke infeksi dalam masa
nifas.

C. Klasifikasi
1. Infeksi uterus
a. Endometritis
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). infeksi
ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan
terdapat benda asing dalam rahim
Endometritis adalah infeksi yang berhubungan dengan kelahiran anak, jarang
terjadi pada wanita yang mendapatkan perawatan medis yang baik dan telah mengalami
persalinan melalui vagina yang tidak berkomplikasi. Infeksi pasca lahir yang paling
sering terjadi adalah endometritis yaitu infeksi pada endometrium atau pelapis rahim
yang menjadi peka setelah lepasnya plasenta, lebih sering terjadi pada proses kelahiran
caesar, setelah proses persalinan yang terlalu lama atau pecahnya membran yang terlalu
dini. Juga sering terjadi bila ada plasenta yang tertinggal di dalam rahim, mungkin pula
terjadi infeksi dari luka pada leher rahim, vagina atau vulva.
Tanda dan gejalanya akan berbeda bergantung dari asal infeksi, sedikit demam,
nyeri yang samar-samar pada perut bagian bawah dan kadang-kadang keluar dari vagina
berbau tidak enak yang khas menunjukkan adanya infeksi pada endometrium. Pada
infeksi karena luka biasanya terdapat nyeri dan nyeri tekan pada daerah luka, kadang
berbau busuk, pengeluaran kental, nyeri pada perut atau sisi tubuh, gangguan buang air
kecil. Kadang-kadang tidak terdapat tanda yang jelas kecuali suhu tunbuh yang
meninggi. Maka dari itu setiap perubahan suhu tubuh pasca lahir harus segera dilakukan
pemeriksaan.

Infeksi endometrium dapat dalam bentuk akut dengan gejala klinis yaitu nyeri
abdomen bagian bawah, mengeluarkan keputihan, kadang-kadang terdapat perdarahan
dapat terjadi penyebaran seperti meometritis (infeksi otot rahim), parametritis (infeksi
sekitar rahim), salpingitis (infeksi saluran tuba), ooforitis (infeksi indung telur), dapat
terjadi sepsis (infeksi menyebar), pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada
tuba atau indung telur

Terjadinya infeksi endometrium pada saat persalinan, dimana bekas implantasi


plasenta masih terbuka, terutama pada persalinan terlantar dan persalinan dengan
tindakan pada saat terjadi keguguran, saat pemasangan alat rahim yang kurang legeartis

Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban.
Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada
endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek.
Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri
perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan
tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu
keadaan sudah normal kembali.

Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini
tidak boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh
lokia yang sedikit dan tidak berbau.

Untuk mengatasinya biasanya dilakukan pemberian antibiotik, tetapi harus segera


diberikan sesegera mungkin agar hasilnya efektif. Dapat pula dilakukan biakkan untuk
menentukan jenis bakteri, sehingga dapat diberikan antibiotik yang tepat.
b. Miometritis (infeksi otot rahim)
Miometritis adalah radang miometrium. Sedangkan miometrium adalah tunika
muskularis uterus. Gejalanya berupa demam, uterus nyeri tekan, perdarahan vaginal dan
nyeri perut bawah, lokhea berbau, purulen.
Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi postpartum. Penyakit
ini tidak brerdiri sendiri akan tetapi merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas yaitu
merupakan lanjutan dari endometritis. Kerokan pada wanita dengan endometrium yang
meradang dapat menimbulkan metritis akut. Pada penyakit ini miometrium menunjukkan
reaksi radang berupa pembengkakan dan infiltarsi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi
lewat jalan limfe atau lewat tromboflebitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses.
Metritis kronik adalah diagnosa yang dahulu banyak dibuat atas dasar
menometroragia dengan uterus lebih besar dari bisa, sakit pnggang, dan leukore. Akan
tetapi pembesaran uterus pada multipara umumnya disebabkan oleh pemanbahan
jaringan ikat akibat kehamilan. Terapi dapat berupa antibiotik spektrum luas seperti
amfisilin 2gr IV per 6 jam, gentamisin 5 mg kg/BB, metronidasol mg IV per 8 jam,
profilaksi anti tetanus, efakuasi hasil konsepsi.
c. Parametritis (infeksi daerah di sekitar rahim).
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig latum. Radang ini
biasanya unilatelar. Tanda dan gejala suhu tinggi dengan demam tinggi, Nyeri unilateral
tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah. Penyebab Parametritis yaitu :
1) Endometritis dengan 3 cara yaitu :
a) Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis
b) Lymphogen
c) Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis
2) Dari robekan serviks
3) Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD )
2. Syok bakteremia
Infeksi kritis, terutama yuang disebabkan oleh bakteri yang melepaskan
endotoksin, bisa mempresipitasi syok bakteremia (septic). Ibu hamil, terutama mereka
yang menderita diabetes mellitus atau ibu yang memakai obat imunosupresan, berada
pada tingkat resiko tinggi, demikian juga mereka yang menderita endometritis selama
periode pascapartum.
Demam yang tinggi dan mengigil adalh bukti patofisiologi sepsis yang serius. Ibu
yang cemas dapat bersikap apatis. Suhu tubuh sering kali sedikit turun menjadi
subnormal. Kulit menjadi dingin dan lembab. Warna kulit menjadi pucat dan denyut nadi
menjadi cepat. Hipotensi berat dan sianosis peripheral bisa terjadi. Begitu juga oliguria.
Temuan laboratorium menunjukkan bukti-bukti infeksi. Biakan darah
menunjukian bakteremia, biasanya konsisten dengan hasil enteric gram negative.
Pemeriksaan tambahan bisa menunjukkan hemokonsentrasi, asidosis, dan koagulopati.
Perubahan EKG menunjukkan adanya perubahan yang mengindikasikan insufisiensi
miokard. Bukti-bukti hipoksia jantung, paru-paru, ginjal, dan neurologis bisa ditemukan.
Penatalaksanaan terpusat pada antimicrobial, demikian juga dukungan oksigen
untuk menghilangkan hipoksia jaringan dan dukungan sirkulasi untuk mencegah kolaps
vascular. Fungsi jantung, usaha pernafasan, dan fungsi ginjal dipantau dengan ketat.
Pengobatan yang cepat terhadap syok bakteremia membuat prognosis menjadi baik. Dan
morbiditas dan mortilitas maternal diturunkan dengan mengendalikan distrees
pernafasan, hipotensi dan DIC (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).

3. Peritonitis

Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga
ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya,
ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga
peritoneum dan menyebabkan peritonitis.
Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis.
Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam,
perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat
pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus
dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau
kandung kencing.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan
penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan
nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan,
menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies
hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi.

4. Infeksi saluran kemih


Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada sekitar 10% wanita hamil, kebanyakan
terjadi pada masa prenatal. Mereka yang sebelumnya mengalami ISK memiliki
kecenderungan mengidap ISK lagi sewaktu hamil. Servisitis, vaginitis, obstruksi ureter
yang flaksid, refluks vesikoureteral, dan trauma lahir mempredisposisi wanita hamil
untuk menderita ISK, biasanya dari escherichia coli. Wanita dengan PMS kronis, trutama
gonore dan klamidia, juga memiliki resiko. Bakteriuria asimptomatik terjadi pada sekitas
5% nsampai 15% wanita hamil. Jika tidak diobati akan terjadi pielonefritis pada kira-kira
30% pada wanita hamil. Kelahiran dan persalinan premature juga dapat lebih sering
terjadi.
Biakan dan tes sensitivitas urin harus dilakukan di awal kehamilan, lebih disukai
pada kunjungan pertama, specimen diambil dari urin yang diperoleh dengan cara bersih.
Jika didiagnosis ada infeksi, pengobatan dengan antibiotic yang sesuai selama dua
sampai tiga minggu, disertai peningkatan asupan air dan obat antispasmodic traktus
urinarius.
5. Septicemia dan piemia
Pada septicemia kuman-kuman yang ada di uterus, langsung masuk ke peredaran
darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya septicemia dapat dibuktikan
dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah. Pada piemia terdapat dahulu
tromboflebitis pada vena-vena diuterus serta sinus-sinus pada bekas tempat plasenta.
Tromboflebitis ini menjalar ke vena uterine, vena hipogastrika, dan/atau vena ovarii
(tromboflebitis pelvika). Dari tempat-tempat thrombus itu embolus kecil yang
mengandung kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk
keperedaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah ketempat-tempat lain, antaranya
ke paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan sebagainya, dan mengakibatkan terjadinya abses-
abses ditempat-tempat tersebut. Keadaan ini dinamakan piemia.
Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia lebih
mendadak dari piemia. Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah.
Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil.
Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 - 40°C, keadaan umum cepat memburuk, nadi
menjadi cepat (140 - 160 kali/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai
tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia.
Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri,
dan suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi
serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran
darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia ialah berulang-
ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti oleh
turunnya suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika.
Lambat laun timbul gejala abses pada paru-paru, pneumonia dan pleuritis. Embolus
dapat pula menyebabkan abses-abses di beberapa tempat lain.
D. Manifestasi Klinis
Rubor (kemerahan), kalor (demam setempat) akibat vasodilatasi dan tumor
(benngkak) karena eksudasi. Ujung syaraf merasa akan terangsang oleh peradangan
sehingga terdapat rasa nyeri (dolor). Nyeri dan pembengkan akan mengakibatkan gangguan
faal, dan reaksi umum antara lain berupa sakit kepala, demam dan peningkatan denyut
jantung. Manifestasi klinis yang lain :
1. Peningkatan suhu
2. Takikardie.
3. Nyeri pada pelvis
4. Demam tinggi
5. Nyeri tekan pada uterus
6. Lokhea berbau busuk/ menyengat
7. Penurunan uterus yang lambat
8. Nyeri dan bengkak pada luka episiotomy

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g%
dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
b. Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.

c. Pemeriksaan Mikroskopis Urine : guna pemeriksaan mikroskopis urine adalah untuk


melihat kelainan ginjal dan salurannya (stadium, berat ringannya penyakit)
d. Pemeriksaan protein urine : Ditemukan protein dalam urine tetapi kelainan yang
terjadi tidak menandakan adanya indikasi penyakit. Normalnya tidak boleh sampai +
1.
e. Pemeriksaan glukosa urin : Pada keadaan normal tidak ditemukan glukosa disalam
urine. Karena molekul glukosa besar dan ginjal akan menyerap kembali hasil filtrasi
dari glumerulus (Normal : 1 -25 mg/ dL )

F. Penatalaksanaan

1. Masa Persalinan
a. Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas yang baik,
apalagi bila ketuban telah pecah.
b. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
c. Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.
d. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun perabdominal
dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
e. Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan penderita harus
terjaga kesuci-hamaannya.
f. Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti
dengan transfusi darah.
g. Masa Nifas
h. Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan
pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kndung kencing harus steril.
i. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur
dengan ibu sehat.
j. Tamu yang berkunjung harus dibatasi.
2. Masa Kehamilan
Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan
kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu. Pemeriksaan dalam jangan
dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus pada hamil tua hendaknya
dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban,
kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.
a. Pencegahan infeksi postpartum :
1) Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik. Koitus pada kehamilan tua
sebaiknya dilarang.
2) Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga persalinan agar tidak
berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan trauma sesedikit mungkin. Cegah perdarahan
banyak dan penularan penyakit dari petugas dalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan
harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila perlu dan atas indikasi yang tepat.
3) Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat pasien dengan tanda-
tanda infeksi nifas bersama dengan wanita sehat yang berada dalam masa nifas.
b. Penanganan umum
1) Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan) yang
dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam masa nifas.
2) Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas.
3) Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada
saat kehamilan ataupun persalinan.
4) Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
5) Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-gejala yang
harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera.
6) Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang mengalami
infeksi pada saat persalinan. Dan Berikan hidrasi oral/IV secukupnya.
c. Pengobatan secara umum
1) Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina, luka operasi dan darah
serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat dalam pengobatan.,
2) Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.
3) Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika spektrum luas
(broad spektrum) menunggu hasil laboratorium.
4) Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau transfusi darah
diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai.
d. Penanganan infeksi postpartum :
1) Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.
2) Berikan terapi antibiotik, Perhatikan diet. Lakukan transfusi darah bila perlu, Hati-hati bila
ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga perineum.

G. Komplikasi
1. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)
2. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko terjadinya
emboli pulmoner.
3. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam darah.
Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan kematian.
H. Prognosa
Prognosis infeksi intra partum sangat tergantung dari jenis kuman, lamanya infeksi
berlangsung, dapat/tidaknya persalinan berlangsung tanpa banyak perlukaan jalan lahir.

III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
 Data demografi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, alamat.
 Keluhan utama : adanya nyeri perubahan fungsi seksual, luka.
 Riwayat penyakit dahulu : apakah klien dan keluarga pernah menderita penyakit
yang sama.
 Riwayat penyakit sekarang : klien mengalami infeksi alat kelamin
 Riwayat seksual, termasuk riwayat PMS sebelumnya, jumlah pasangan seksual pada
saat ini, frekuensi aktifitas seksual secara umum.
 Gaya hidup, penggunaan obat intravena atau pasangan yang menggunakan obat
intravena; merokok, alcohol, gizi buruk, tingkat stress yang tinggi.
 Pemeriksaan fisik bagian luar,
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
b. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi cardy,
suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
c. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi pengecapan;
pendengaran, dan leher.
d. Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan puting
susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri,
produksi laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
e. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus abdominal
utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus uterus,
konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus, nyeri, perabaan distensi
blas.
f. Anogenital : Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina (licin,
kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan luka
episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia (warna,
jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa, > 10 hr
alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
g. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi,
kekuatan otot.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan
klien yang nyata (actual) dan kemungkinan akan terjadi (resiko) dimana pemecahannya dalam
batas wewenang perawat. Diagnosa yang mungkin muncul antara lain :
1. nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik/biologis (distensi abdomen, after pains,
distensi kandung kemih).
2. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nasokomial.
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan medis.
4. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan, retensi urine.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anesthesia, terpasang infus.
6. Kurang pengetahuan tentang cara perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang
informasi.
7. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang status kesehatan bayi, peralihan
sebagai orang tua.
C. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan mata rantai penetapan kebutuhan pasien dan
pelaksanaan tindakan keperawatan. Dengan demikian rencana asuhan keperawatan adalah
petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan, rencana
asuhan keperawatan pada klien post partum menurut
1. nyeri berhubungan dengan luka insisi, distensi abdomen, after pains, distensi kandung kemih.
Tujuan :
Dalam waktu 3 hari, rasa nyeri berkurang atau hilang
Kriteria evaluasi :
 Tanda-tanda vital normal (nadi 60-80 x/menit, respirasi 18-24 x/menit),
 Tidak meringis,
 Kegiatan tidak terganggu dengan rasa nyeri.
 Skala nyeri
Intervensi Rasional
1. Tentukan skala nyeri dan 1. Untuk mengenal indikasi
intensitas nyeri, pantua tekanan kemajuan atau penyimpangan
darah, nadi dan pernafasan setiap dari hasil yang diharapkan.
4 jam. 2. Relaksasi dan nafas dalam
2. Anjurkan klien untuk dapat mengurangi ketegangan
menggunakan teknik relaksasi dan otot dan menghambat
nafas dalam serta teknik distraksi rangsang nyeri serta
(untuk nyeri ringan dan sedang). menambah pemasukan
oksigen. Distraksi mengganggu
stimulus nyeri tetapi tidak
mengubah intensitas nyeri,
paling baik untuk periode
pendek.
3. Anjurkan posisi tidur miring. 3. Mempermudah pengeluaran
gas
4. Berikan obat analgetik sesuai 4. Analgetik bersifat
order menghambat reseptor nyeri,
sehingga persepsi nyeri
berkurang/hilang

2. Resiko Penyebaran Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi
nasokomial.
Tujuan :
Dalam 3 hari setelah proses persalinan, infeksi tidak terjadi
Kriteria evaluasi :
 Tanda-tanda vital dalam batas normal (nadi 60-80 x/menit, suhu tidak lebih
dari 38 0C),
 Insisi kering
 Lochea tidak berbau busuk
 Uterus tidak lembek
 Dolor : 1 - 2
 Kalor : 36’5 – 37’2 C
 Rubbor : Normal
 Function laesa : normal
Intervensi Rasional
1. Lakukan perawatan luka dengan 1. Akan meminimalkan dan
teknik aseptic dan anti septic. mencegah kontaminasi dan
atau masuknya
mikroorganisme.
2. Observasi adanya tanda-tanda 2. Akan memudahkan intervensi
infeksi pada daerah luka : dolor, lebih dini dan intervensi
kalor, rubor dan function laesa. selanjutnya.
3. Berikan antibiotic sesuai order dan 3. Antibiotik bersifat bakterisida
kolaborasi untuk pemeriksaan dan adanya leukositosis
leukosit. merupakan salah satu tanda
infeksi.
4. Anjurkan untuk makan makanan 4. Protein dan viatamin C
tinggi protein, vitamin C dan zat dibutuhkan untuk
besi. pertumbuhan jaringan dan zat
besi untuk pembentukan
hemoglobin.

3. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan retensi urine.


Tujuan :
Dalam waktu 2 hari pola eliminasi urine tidak terganggu.
Kriteria Evaluasi :
1. Klien dapat Buang air kecil setelah diangkat kateter
2. Terhindar dari infeksi system urine.
Intervensi Rasional
1. Rawat perineum dan kateter 1. Mencegah agar tidak
secara rutin dan teratur. mendukung pertumbuhan
bakteri.
2. Tempatkan kantung kencing bila 2. Untuk mencegah refluk,
dipasang kateter lebih rendah dari sehingga tidak tumbuh bakteri
pasien. 3. Klien biasanya bisa buang air
3. Ajarkan teknik merangsang kecil setelah 6-8 jam setelah
kencing setelah diangkat kateter pengangkatan kateter. Posisi
seperti siram daerah kandung duduik dapatmenimbulkan
kemih dengan air dan anjurkal rasa penuh sehingga klien
klien duduk. terangsang untuk kencing.
4. Untuk menghindari
pertumbuhan bakteri.
4. Angkat kateter sesuai ketentuan
biasanya 6-12 jam post operasi
DAFTAR PUSTAKA
Bobak M Irene, Deitra Leonasd Lowdermilk dkk. 2004. “Buku Ajaran Keperawatan
Maternitas”. Jakarta. EGC
Biomed M mitayani,S.ST. 2009.”Asuhan keperawatan maternitas”. Jakarta: Salemba Medika
Brunner and suddart.2002.Medical practical nursing, 1st edition, Jakarta : EGC
WWW.SCRIB/infeksipostpartum.COM
http://www.lusa.web.id/tag/infeksi-post-partum
http://ainicahayamata.wordpress.com/2011/03/30/infeksi-postpartum/
FORMAT PENGKAJIAN POST PARTUM

Nama Mahasiswa : IRFAN Tanggal Pengkajian : 2 September 2020


NPM : JP019.02.008 Ruangan/RS : Matahari /RSUD Undata
DATA UMUM KLIEN
1. Inisial klien : N. T Inisial suami : Tn.H
2. Usia : 33 Thn Usia : 34 Thn
3. Status perkawinan : Menikah Pekerjaan : Wiraswasta
4. Pekerjaan : IRT Pendidikan terakhir : SMA
5. Pendidikan terakhir : SMA
Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu.
No Tahun Tipe Penolong Jenis BB Keadaan Masalah
persalinan Kelamin Lahir Bayi Kehamilan
1.
2.
3.

Pengalaman menyususi : []YA [√]TIDAK Berapa lama : -


Riwayat kehamilan saat ini
1. Berapa kali pemeriksaaan kehamilan ? 4 kali
2. Masalah kehamilan : klien mengatakan mual - mual
Riwayat persalinan
1. Jenis persalinan : Spontan (letkep/letsu)/Tindakan (EV,EF)

2. Jenis kelamin bayi : L, BB/PB : 3600 gram/50. Cm


3. Perdarahan : ±60cc
4. Masalah dalam persalinan : klien mengalami KPD
Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi : klien mengatakan tidak mengalami masalah genikologi
2. Riwayat KB : klien mengatakan belum pernah melakukan pemasangan alat KB
DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI
Status obstetric : G1P0A0 Bayi Rawat Gabung : []YA [√]TIDAK Jika
tidak, alasan : Bayi beresiko karena ibu bayi mengalami riwayat HIV/AIDA
Keadaan umum : Sedang Kesadaran :Composmeis. BB/TP:60.kg/jam
Tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg Nadi : 90.x/menit
Suhu : 37,30C Pernafasan : 22.x/menit
Kepala leher
Kepala : keadaan kepala cukup bersih, tidak ada benjolan , tidak ada kelaianan
Mata : slera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil isokhor
Hidung : brsih, tidak ada secret, tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut : ada stomatitis dan karies gigi
Telinga : bersih, tidak ada pengeluaran serumen
Leher : tidak ada nyeri ekan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
Masalah khusus : klien Nampak meringis menahan nyeri

Dada
Jantung : suara janting reguler
Paru-paru : ekspansi paru simetris , tidak ada suara napas tambahan
Payudara : payudara simetris kiri dan kanan
Puting susu : menonjol
Pengeluaran ASI: terdapat pengeluaran ASI
Masalah khusus : tidak ada …
Abdomen
Involusi uteri : kembali seperti sebelum hamil
Fundus uteri : ±2 cm dibawah umbilikus , Kontraksi :tidak ada
Posisi : dibawah umbilikus
Kandung kemih : kosong
Diatasis rektus : ada
Fungsi pencernaan : klien mengatakan fungsi pencernaannya baik
Masalah khusus : tidak ada
Perineum dan Genital
Vagina : integritas kulit mengalami kemerahan, tidak
ada edeme , tidak ada hematom , terdapat
pengeluaran darah ±40 cc
Perineum : episiotomy
Tanda REEDA
R : Kemerahan : [√]YA []TIDAK
E : Edema : []YA [√]TIDAK
E : Ekimosis : []YA [√]TIDAK
D : Dishargeserum []pus []darah [√]tidak ada
A : Aproximate : [√]YA []TIDAK
Kebersihan : kurang bersih
Lokia : ada
Jumlah :±40cc Jenis/warna : rubra/merah kecoklatan
Konsistensi : cair Bau : khas
Hemoroid : tiak ada
Derajat : …- Lokasi :
Berapa lama : …-
Nyeri : [√]YA []TIDAK
Masalah khusus : klien mengatakan nyeri pada luka jahitan di perineum akibat
episiotomy, klien mengatakan nyeri seperti ditusuk- tusuk dan
perih, klien mengtakan nyeri hilang timbul, skala nyeri 8.
pada luka jahitan Nampak luka masi basah , kemerahan da nada
bintik kebiruan , klien post partum hari ke-4
Ekstremitas
Ekstremitas atas
Edema : []YA [√]TIDAK
Varises: []YA [√]TIDAK
Ekstremitas bawah
Edema : [√]YA []TIDAK
Varises: []YA [√]TIDAK
Tanda hormone :-
Masalah khusus : tidak ada
Eliminasi
Urine : Kebiasaan BAK
BAK saat ini …normal… Nyeri : [√]YA []TIDAK
Fekal : Kebiasaan BAB
BAB saat ini 1 x pacsa melahikan…Konstipasi : []YA [√]TIDAK
Masalah khusus : tidak ada
Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur : Kebiasaan tidur, lama3-5..jam, frekuensi: 2x/hari
Pola tidur saat ini kurang teratur
Keluhan ketidaknyamanan : ya; lokasi luka jahitan di perineum
Sifat nyeri Intensitas seperti tertusuk – tusuk dan perih
Mobilisasi dan latihan
Tingkat mobilisasi : klien mengatakan dapat melakukan mobiliasasi secara mandiri
Latihan/senam : tidak pernah
Masalah khusus : tidak ada
Nutrisi dan cairan
Asupan nutrisi : Nafsu makan: [√] baik [] kurangbaik []tidak ada
Asupan cairan : [√] cukup []kurang
Masalah khusus : tidak ada
Keadaan mental
Adaptasi psikologis : klien mengatakan cemas dengan kondisinya sekarang karena ini
merupakan persalinan pertamanya, klien selalu bertanya tentang
kesehatannya dan bagaimana cara merawat payudara.
Penerimaan terhadap bayi : klien mengatakan senang atas kelahiran bayi pertamanya
Masalah khusus : kurang pengetahuan tentang perawatan payudara
Kemampuan menyusui : baik
Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini :
- Amoxicylin 3x 500 mg
- methergin 1 amp
- Vitamib B/C/sf 2x1
- Dexamethason 9 mg/ 8 ja/iv
- IVFD RL 20 tpm
- Efavirenz 3x 60 mg/oral
Hasil pemeriksaan penunjang :
- HEMATOLOGI
Analyzer Hema Hasil Nilai Normal
Hb 11,80 g/dL 12-15
Ht 34,70 % 35-47
Eritrosit 3,50% 3,90-5,60
MCH 33.80% 27-32
MCV 99,20% 76-96
MCHC 34,10% 29-36
Leukosit 16.9 rb/mmk 4-11 rb
Trombosit 195,0 rb/mmk 150-400 rb

- KIMIA KLINIK
Elektrolit Hasil Nilai Normal
Na 138 mmol/L 136-145
K 4,9 mmol/L 3.5-5,1
Cl 111 mmol/L 98-107
Cal 2,42 mmol/L 2.12-2,52
PENGUMPULAN DATA

DS:
- klien mengatakan nyeri pada luka jahitan di perineum akibat episiotomy
- klien mengatakan nyeri seperti ditusuk- tusuk dan perih
- klien mengtakan nyeri hilang timbul
- klien mengatahan luka jahitan di perineum terasa perih
- klien mengatakan tidak tau bagaimana melakukan perawatan payudara

DO:
- klien Nampak meringis
- skala nyeri 8
- Nampak ada luka jahitan pada perineum
- N: 90x/mnt
- TD: 120/70 mmHg
- Nampak ada luka jahitan pada perineum
- keadaan luka masih basah, kemerahan dan Nampak ada bintik kebiruan pada skitar luka
- keluar loche rubra ± 40cc
- Nampak ada pengeluaran cairan berwarna merah pada vulva
- vulva kotor
- S : 37,2 oC
- N: 90x/mnt
- Leukosit : 16.9 rb/mmk
- klien Nampak sering bertanya tentang cara perawatan payudara
ANALISA DATA
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Persalinan dengan
- klien mengatakan nyeri pada luka episiotomy
jahitan di perineum akibat Nyeri Akut
episiotomy Terputusnya jaringan
- klien mengatakan nyeri seperti
ditusuk- tusuk dan perih Menekan pembuluh saraf
- klien mengtakan nyeri hilang timbul
DO:
- klien Nampak meringis Reseptor nyeri teraktifasi
- skala nyeri 8
- Nampak ada luka jahitan pada nyeri
perineum
- N: 90x/mnt
- TD: 120/70 mmHg
2. DS: Persalinan dengan
- klien mengatahan luka jahitan di episiotomy
perineum terasa perih Resiko Infeksi
DO: Terputusnya jaringan
- Nampak ada luka jahitan pada
perineum
- keadaan luka masih basah, kuman mudah masuk dan
kemerahan dan Nampak ada bintik berkembang pada luka
kebiruan pada skitar luka
- keluar loche rubra ± 40cc
- Nampak ada pengeluaran cairan resiko terjadi infeksi
berwarna merah pada vulva
- vulva kotor
- S : 37,2 oC
- N: 90x/mnt
- Leukosit : 16.9 rb/mmk
3. DS: status persalianan pertama
- klien mengatakan tidak tau Kurang
bagaimana melakukan perawatan perubahan status psikologis pengetahuan
payudara
DO: kurang terpapar informasi
- klien Nampak sering bertanya
tentang cara perawatan payudara kurang pengetahuan

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORIRAS MASLAH

1. nyeri akut b.d agen cedera fisik


2. kurang pengetahuan tentang proses perawatan payudara b.d kurang imformasi
3. resiko infeksi b.d trauma jaringan
RENCANA KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. nyeri akut b.d agen cedera Setelah dilakukan 1. kaji karakteristik 1. mengidentifikasi
fisik, ditandai dengan : tindakan nyeri klien kebutuhan –
DS: keperawatan selama kebutuhan khusus
- klien mengatakan nyeri 3x 24 jam dan intervensi
pada luka jahitan di diharapkan masalah yang tepat
perineum akibat
nyeri dapat teratasi
episiotomy atau dapat 2. atur dan ajarkan 2. penggunaan
- klien mengatakan nyeri diminimalisir klien posisi duduk pengencangan
seperti ditusuk- tusuk dan
dengan kriteria hasil dengan gluteal saat
perih : mengkontraksikan duduk
- klien mengtakan nyeri - nyeri berkurang otot gluteal menurunkan
hilang timbul atau hilang stress dan
DO: - ekspresi wajah tekanan langsung
- klien Nampak meringis rileks pada perineum
- skala nyeri 8 - skala nyeri 3. ajarkan klien tentang
- Nampak ada luka jahitan berkurang jadi tehnik relaksasi 3. membantu
pada perineum skala 3-4 memberikan rasa
- N: 90x/mnt nyaman
- TD: 120/70 mmHg 4. penatalaksanan
pemberian terapi 4. megurangi nyeri
analgetik sebagai dan membantu
tindakan kolaborasi proses
penyembuhan
2. kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan 1. kaji pengetahuan 1. menggali
proses perawatan payudara b.d tindakan klien tentang seberapa banyak
kurang imformasi, ditandai keperawatan selama perawatan payudara pengetahuan
dengan : 30 menit diharapkan klien
DS: pengetahuan klien 2. ajarkan klien tentang 2. agar menambah
- klien mengatakan tidak bertambah dengan perawatan payudara pengetahuan
tau bagaimana melakukan kriteria hasil : klien dan
perawatan payudara perawatan
DO: - klien mengerti mandiri
- klien Nampak sering tentang 3. ajarkan Breast Care 3. agar payudara
bertanya tentang cara perawatan pada ibu tidak engkak dan
perawatan payudara paudara ASI tetap lancer
- klien mampu
melakukan 4. anjurkan ibu untuk 4. agar ASI keluar
perawatan selalu melakukan dengan lancar
payudara payudara dipagi hari
- ASI lancer
- kebersihan
payudara
terjaga
3. resiko infeksi b.d trauma Setelah dilakukan 1. kaji keadaan umum 1. peningkatan suhu
jaringan, ditandai dengan : tindakan klien (peruahan pada 2-10 hari
DS: keperawatan selama TTV) setelah
- klien mengatahan luka 3x 24 jam diharapak melahirkan
jahitan di perineum terasa tidak terjadi infeksi mengindikasikan
perih dengan kriteria hasil terjadinya infeksi
DO: : 2. kaji keadaan luka 2. mengevaluasi
- Nampak ada luka jahitan - luka episiotomy klien jika terjadinya
pada perineum sembuh dengan komplikasi yang
- keadaan luka masih sempurnah memerlukan
basah, kemerahan dan - tidak ada tanda intervensi lebih
Nampak ada bintik –tanda lanjut
kebiruan pada skitar luka peradangan ( 3. ajarkan klien cara
- keluar loche rubra ± 40cc color, perawatan luka 3. meningkatkan
- Nampak ada pengeluaran tumor,dolor, perineum pengetahuan
cairan berwarna merah dan klien tentang
pada vulva fungsiolesa) 4. anjurkan klien perawatan vulva
- vulva kotor - pasien mampu untuk rajin
- S : 37,2 oC melakukan mencuci tangan 4. membantu
- N: 90x/mnt tehnik untuk sebelum dan mencegah dan
- Leukosit : 16.9 rb/mmk peningkatan sesudah menyentuh menghalangi
penyembuhan genital penyebaran
- TTV dalam infeksi
batas normal 5. penatalaksanaan
pemberian terapi 5. mencegah infeksi
antibiotic sebagaia dan penyebaran
tindakan kolaborasi jaringan sekitar
dan membantu
proses
penyembuhan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO.DX WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI


1. 2/9/20 1. Mengkaji karakteristik nyeri klien 14.00
H: S:
- klien mengatakan nyeri pada luka jahitan - klien mengatakan nyeri pada luka
09.00 di perineum akibat episiotomy jahitan di perineum akibat
- klien mengatakan nyeri seperti ditusuk- episiotomy
tusuk dan perih - klien mengatakan nyeri seperti
- klien mengtakan nyeri hilang timbul ditusuk- tusuk dan perih
- skala nyeri 8 - klien mengtakan nyeri hilang
timbul
09.10 2. Mengatur dan Mengajarkan klien posisi
duduk dengan mengkontraksikan otot O:
gluteal - klien Nampak lebih rileks
H: - skala nyeri 7
- klien dapat melakukan tehnik
Klien megatakan dapat mengontrol mengontrol nyeri
nyerinya secara minimal - TD: 120/80 mmHg
- N: 80x/mnt
- S: 36,8 oC
09.20 3. Mengajarkan klien tentang tehnik relaksasi - R :20x/mnt
napas dalam A: maslah belum teratsi
H: P:lanjutkan intervensi
Klien mengatakan mampu melakukan 1. kaji karakteristik nyeri klien
tehnik relaksasi napas dalam untuk 2. anjurkan melakukan tehnik
mengontrol nyeri dan merasa sedikit lebih relaksasi
nyaman 3. penatalaksanaan pemberian
terapi analgetik sebagai
tindakan kolaborasi sesuai
4. Melayani pemberian terapi analgetik indikasi.
12.00 sebagai tindakan kolaborasi
H:
Inj. ketorolac 1 amp/iv
2. 2/9/20 1. Mengkaji pengetahuan klien tentang 14.10
perawatan payudara S:
09.35 H: Klien megatakan belum mengetahui cara Klien mengatakan sudah paham
perawatan payudara tentang cara perawatan payudara
O:
09.40 2. Mengajarkan klien tentang perawatan - klien dapat melakukan tindakan
payudara perawatan payudara secara
H: klien mendemonstrasikan cara perawatan mandiri
payudara dengan baik - ASI lancer
- Tidak ada pembengkakan pada
3. Mengajarkan Breast Care pada ibu payudara
10.00 H: klien dapat mendemonstrasikan cara Breast A: masalah teratasi
care dan mengatakan merasa nyaman P: pertahankan Intervensi
setelah dilakukan breast care 1. anjurkan klien untuk runting
malakukan perawatan paydara
10.10 4. Menganjurkan ibu untuk selalu melakukan secara tepat.
payudara dipagi hari
H: klien mengatakan akan melakukan
perawatan payudara secara rutin
3. 2/9/20 1. Mengkaji keadaan umum klien (peruahan 14.20
TTV) S:-
H:
10.15 - keadaan umum klien sedang O:
- TD : 120/70 mmHg - keadaan luka bersih
- S : 37,2 oC - luka ampak masi kemarahan dan
- N: 90x/mnt Nampak bercak kebiruan
- R :22x/mnt - Nampak masi ada pengeluaran
lochea ± 20cc
2. Mengkaji keadaan luka klien - keadaan luka masi basah
10.20 H: - tidak ada pembengkakan
- Nampak ada luka jahitan pada perineum - tidak ada pus
- keadaan luka masih basah, kemerahan dan
Nampak ada bintik kebiruan pada skitar A: masalah belum teratasi
luka P: lanjutkan intervensi
- keluar loche rubra ± 40cc 1. kaji keadaan umum klien
- Nampak ada pengeluaran cairan berwarna (peruahan TTV)
merah pada vulva 2. kaji keadaan luka klien
- vulva kotor 3. ajarkan klien cara perawatan luka
perineum
10.30 3. Mengajarkan klien cara perawatan luka 4. anjurkan klien untuk rajin mencuci
perineum serta melakukan vulva hygiene tangan sebelum dan sesudah
H: klien mengatakan pham tentang cara menyentuh genital
perawatan vulva dan merasa nyeman 5. penatalaksanaan pemberian terapi
setelah dilakuka perawatan vulva antibiotic sebagaia tindakan
kolaborasi
10.35 4. Menganjurkan klien untuk rajin mencuci
tangan sebelum dan sesudah menyentuh
genital
H: klien mengatakan rutin mencuci tangan

12.00 5. Melayani pemberian terapi antibiotic


sebagaia tindakan kolaborasi
H:
- IVFD RL 20 tpm
- inj. Dexamethasone 0,75 mg/iv
- amoxicylin 500 mg/oral
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE- 2
NO.DX WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI
1. 3/9/20 1. Mengkaji karakteristik nyeri klien 14.00
H: S:
- klien mengatakan nyeri pada luka jahitan - klien mengatakan nyeri pada luka
09.00 di perineum akibat episiotomy jahitan di perineum akibat
- klien mengatakan nyeri seperti ditusuk- episiotomy
tusuk - klien mengatakan nyeri seperti
- klien mengtakan nyeri hilang timbul ditusuk- tusuk
- skala nyeri 6 - klien mengtakan nyeri hilang
timbul
09.10
2. Mengajarkan klien tentang tehnik relaksasi O:
napas dalam - klien Nampak lebih rileks
H: - skala nyeri 5
Klien mengatakan mampu melakukan - klien dapat melakukan tehnik
tehnik relaksasi napas dalam untuk mengontrol nyeri
mengontrol nyeri dan merasa sedikit lebih - TD: 120/80 mmHg
nyaman - N: 90x/mnt
- S: 36,5 oC
- R :20x/mnt
3. Melayani pemberian terapi analgetik A: maslah belum teratsi
sebagai tindakan kolaborasi P:lanjutkan intervensi
12.00 H: 4. kaji karakteristik nyeri klien
Inj. ketorolac 1 amp/iv 5. anjurkan melakukan tehnik
relaksasi
6. penatalaksanaan pemberian
terapi analgetik sebagai
tindakan kolaborasi sesuai
indikasi.
3. 3/9/20 1. Mengkaji keadaan umum klien (peruahan 14.20
TTV) S:-
H:
10.15 - keadaan umum klien sedang O:
- TD : 120/70 mmHg - keadaan luka bersih
- S : 37,2 oC - luka ampak masi kemarahan
- N: 90x/mnt Nampak masi ada pengeluaran
- R :22x/mnt lochea ± 10cc
- keadaan luka masi basah
2. Mengkaji keadaan luka klien - tidak ada pembengkakan
10.20 H: - tidak ada pus
- Nampak ada luka jahitan pada perineum
- keadaan luka masih basah, kemerahan dan A: masalah belum teratasi
Nampak ada bintik kebiruan pada skitar P: lanjutkan intervensi
luka 1. kaji keadaan umum klien
- keluar loche rubra ± 10cc (peruahan TTV)
- Nampak ada pengeluaran cairan berwarna 2. kaji keadaan luka klien
merah pada vulva 3. ajarkan klien cara perawatan
- vulva kotor luka perineum
4. anjurkan klien untuk rajin
10.30 3. Mengajarkan klien cara perawatan luka mencuci tangan sebelum dan
perineum serta melakukan vulva hygiene sesudah menyentuh genital
H: klien mengatakan pham tentang cara 5. penatalaksanaan pemberian
perawatan vulva dan merasa nyeman terapi antibiotic sebagaia
setelah dilakuka perawatan vulva tindakan kolaborasi

10.35 e. Menganjurkan klien untuk rajin mencuci


tangan sebelum dan sesudah menyentuh
genital
H: klien mengatakan rutin mencuci tangan

12.00 f. Melayani pemberian terapi antibiotic


sebagaia tindakan kolaborasi
H:
- IVFD RL 20 tpm
- inj. Dexamethasone 0,75 mg/iv
- amoxicylin 500 mg/oral
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-3
NO.DX WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI
1. 4/9/20 1. Mengkaji karakteristik nyeri klien 14.00
H: S:
- klien mengatakan nyeri pada luka jahitan - klien mengatakan nyeri pada luka
09.00 di perineum akibat episiotomy jahitan di perineum akibat
- klien mengatakan nyeri seperti ditusuk- episiotomy berkurang
tusuk - klien mengtakan nyeri hilang
- klien mengtakan nyeri hilang timbul timbul
- skala nyeri 4
O:
09.10 - klien Nampak lebih rileks
2. Mengajarkan klien tentang tehnik - skala nyeri 4
relaksasi napas dalam - klien dapat melakukan tehnik
H: mengontrol nyeri
Klien mengatakan mampu melakukan - TD: 120/80 mmHg
tehnik relaksasi napas dalam untuk - N: 88x/mnt
mengontrol nyeri dan merasa sedikit lebih - S: 36,5 oC
nyaman - R :20x/mnt
A: masalah teratsi
P:lanjutkan intervensi
3. Melayani pemberian terapi analgetik 1. kaji karakteristik nyeri klien
sebagai tindakan kolaborasi 2. anjurkan melakukan tehnik
12.00 H: relaksasi
Inj. ketorolac 1 amp/iv 3. penatalaksanaan pemberian terapi
analgetik sebagai tindakan
kolaborasi sesuai indikasi.
3. 4/9/20 1. Mengkaji keadaan umum klien (peruahan 14.20
TTV) S:-
H:
10.15 - keadaan umum klien sedang O:
- TD : 120/80 mmHg - keadaan luka bersih
- S : 36,5 oC - luka ampak mulai membaik
- N: 90x/mnt - keadaan luka mulai mengering
- R :22x/mnt - tidak ada pembengkakan
- tidak ada pus
2. Mengkaji keadaan luka klien - tidak ada tanda – tanda infeksi
10.20 H: pada luka
- Nampak ada luka jahitan pada perineum - S : 36,5 oC
- keadaan luka mulai membaik
- Nampak ada bercak berwarna merah pada A: masalah teratasi
vulva P: Pertahankan intervensi
- vulva bersih 1. kaji keadaan umum klien
(peruahan TTV)
3. Mengajarkan klien cara perawatan luka 2. kaji keadaan luka klien
perineum serta melakukan vulva hygiene 3. anjurkan klien untuk rajin
H: klien mengatakan pham tentang cara mencuci tangan sebelum dan
10.30 perawatan vulva dan merasa nyeman sesudah menyentuh genital
setelah dilakuka perawatan vulva 4. penatalaksanaan pemberian terapi
antibiotic sebagaia tindakan
4. Menganjurkan klien untuk rajin mencuci kolaborasi
tangan sebelum dan sesudah menyentuh
genital
10.35 H: klien mengatakan rutin mencuci tangan

5. Melayani pemberian terapi antibiotic


sebagaia tindakan kolaborasi
H:
12.00 - IVFD RL 20 tpm
- inj. Dexamethasone 0,75 mg/iv
- amoxicylin 500 mg/oral
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN PENTINGNYA PEMBERIAN ASI
ESKLUSIF DI RUANG KAMAR BERSALIN RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH UNDATA PALU

( Stase Keperawatan Maternitas )

DISUSUN OLEH:

IRFAN
NPM. JP019.008

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INDONESIA JAYA PALU
PROFESI NERS
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Pentingnya ASI eksklusif


Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian ASI
2. Keuntungan pemberian ASI
3. Manfaat ASI bagi bayi dan bagi Ibu
4. Cara pemberian ASI
5. Masalah dalam menyusui
6. Cara menyimpan ASI yang baik
7. Cara memerah ASI yang benar

Waktu dan Pelaksanaan : Sabtu, 30 Agustus 2020


Pukul 10.00 WIB
Tempat : Kamar Bersalin RSUD UNDATA Palu

A. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit diharapkan seluruh
pasien mengetahui pentingnya ASI eksklusif.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan seluruh peserta penkes dapat:
1. Menjelaskan kembali pengertian pentingnya ASI eksklusif
2. Menyebutkan keuntungan pemberian ASI
3. Menjelaskan manfaat ASI : bagi bayi dan bagi ibu)
4. Menjelaskan cara pemberian ASI
5. Menyebutkan masalah dalam menyusui
6. Menjelaskan cara menyimpan ASI yang baik
7. Menjelaskan cara memerah ASI yang benar
C. MATERI
1. Pengertian ASI
2. Keuntungan pemberian ASI
3. Manfaat ASI bagi bayi dan bagi ibu
4. Cara pemberian ASI
5. Masalah dalam menyusui
6. Cara menyimpan ASI yang baik
7. Cara memerah ASI yang benar
D. PELAKSANAAN
TAHAP KEGIATAN
Pendahuluan 1. Memberisalam
(3 menit) 2. Mempekenalkan diri
3. Mengkaji pengetahuan seluruh audiens tentang
pentingnya ASI eksklusif
Pemberianmateri 1. Menjelaskantentang:
(30 menit) a. Pengertian ASI
b. Keuntungan pemberian ASI
c. Manfaat ASI bagi bayi dan bagi ibu
d. Cara pemberian ASI
e. Masalah dalam menyusui
f. Cara menyimpan ASI yang baik
2. Diskusi dengan cara memberikan kesempatan pada
peserta penkes untuk bertanya.
Penutup 1. Menyimpulkan seluruh materi yang telah diberikan
(5 menit) 2. Evaluasi dengan tanya jawab.

E. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. MEDIA
1. Leaflet

G. SETTING TEMPAT
Keterangan :
: Penyaji
: Observer
: Fasilitator
: Audiens / Peserta Penkes

H. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan tanya jawab.
Pertanyaan yang akan diajukan pada audient :
1. Sebutkan manfaat ASI bagi bayi dan bagi ibu!

2. Jelaskan cara menyimpan ASI yang baik!

3. Bagaimana cara memerah ASI yang benar?


MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN

A. PENGERTIAN

Menurut WHO, ASI Eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan pada enam bulan

pertama bayi baru lahir tanpa adanya makanan pendamping lain. ( www.tabloid-

nakita.com, 2005 ). Menurut laporan tahun 2000 WHO, ± 15 % bayi di seluruh dunia diberi

ASI eksklusif selama 4 bulan dan seringkali pemberian makanan pendamping ASI tidak

sesuai dan tidak aman sehingga menyebabkan ± 1, 5 juta anak meninggal karena pemberian

makanan yang tidak benar.

Pada tahun 2000, survei kesehatan demografi WHO menemukan bahwa pemberian ASI

eksklusif selama 4 bulan pertama sangat rendah terutama di Afrika Tengah dan utara, Asia

dan Amerika Latin. Oleh karena itu, WHO menganjurkan agar bayi diberikan ASI eksklusif

selama 6 bulan pertama sebab terbukti bahwa menyusu eksklusif selama 6 bulan

menurunkan angka kematian dan kesakitan pada umumnya dibandingkan menyusu selama 4

bulan.

B. KEUNTUNGAN MENYUSUI SECARA EKSLUSIF

Ada beberapa keuntungan menyusui eksklusif secara umum, yaitu :

1. Memberikan nutrisi yang optimal dalam hal kulitas dan kuantitas bagi bayi.

Dalam ASI terkandung kolostrum, yang merupakan cairan kental yang berwarna

kekuning-kuningan yang dihasilkan oleh alveoli payudara ibu, pada periode akhir atau

trimester ketiga kehamilan kolostrum dikeluarkan pada hari pertama setelah kelahiran.
Kolostrum sangat penting bagi bayi, karena :

a. Kolostrum pada hari pertama sampai hari ke empat, merupakan cairan yang kaya

akan nutrisi dan antibodi

b. Jumlah kolostrum bervariasi antara 10-100 ml per hari.

c. Jumlah kolostrum akan bertambah da mencapai komposisi ASI biasa/matur sekitar 3-

14 hari

d. Kolostrum memberi nutrisi dan melindungi terhadap infeksi dan alergi

e. Memberikan imunisasi pertama, ASI dapat dikatakan sebagai “cairan hidup”

f. Kandungan pada kolostrum :

1) Lysozyme, yaitu enzim yang aktif di saluran pencernaan yang jumlahnya ribuan

kali dibandingkan kadar lysozyme yang ada di susu formula. Tugasnya

menghancurkan dinding sel patogen dan melindungi saluran pencernaan bayi.

2) Bifidobakteri, bertugas mengasamkan lambung sehingga bakteri patogen dan

parasit tidak mampu bertahan hidup

3) Lactoferin, bertugas mengikat besi sehingga bakteri patogen yang membutuhkan

zat besi diboikot, tidak mendapat suplay zat besi hingga mati

4) Lactoperoksida, bersma unsur lain berperang melawan serangan bakteri

sterptococus (yang dapat menimbulkan gejala penyakit paru-paru)

5) Makrofage, berfungsi melindungi kelenjar susu ibu dan saluran pencernaan bayi.

2. Meningkatkan kecerdasan secara :

a. Asuh ( fisik-biomedis)
Menunjukan kebutuhan bayi untuk pertumbuhan otaknya. Untuk pertumbuhan suatu

jaringan sangan dibutuhkan nutrisi atau makanan bergizi. Dan, ASI memenuhi

kebutuhan ini.

b. Asah (stimulasi-pendidikan)

Menunjukan kebutuhan akan stimulasi atau rangsangan yang akan merangsang

perkembangan kecerdasan anak secara optimal. Ibu menyusui termasuk guru pertama

yang terbaik bagi anaknya. Dengan demikian, perkembangan sosialisasinya akan baik

dan ia akan mudah berinteraksi dengan lingkunganya kelak.

ASI dan menyusui secara eklusif akan menciptakan faktor lingkungan yang optomal

untuk meningkatkan kecerdasan bayi melalui pemenuhan semuakebutuhan awal dari

faktor-faktor lingkungan.

c. Asih (fisik-biomedis)

Menunjukan kebutuhan bayi untuk perkembangan emosi dan spiritualnya. Yang

terpenting disini adalah pemberian kasih sayang dan rasa aman. Seorang anak yang

merasa disayangi akan mampu menyayangi lingkungannya sehingga ia akan

berkembang menjadi manusia dengan budu pekerti dan nurani yang baik. Selain itu

seorang bayi merasa aman, karena merasa dilindungi, akan berkembang menjadi orang

dewasa yang mandiri dan emosi yang stabil.

C. MANFAAT ASI BAGI BAYI

1. ASI mengandung protein yang spesifik untuk melindungi bayi dari alergi
2. Secar alamiah, ASI memberikan kebutuhan yang sesuai dengan usia kelahiran bayi

(seperti pada bayi prematur, ASDI memiliki kandungan protein yang lebih tinggi

dibanding pada bayi yang cukup bulan)

3. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

4. ASI sebagai zat antivirus dan bakteri

5. ASI bebas kuman karena diberikan secara langsung

6. Suhu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi

7. ASI lebih mudah dicerna dan diserap oleh usus bayi

8. ASI mengandung banyak kadar selenium yang melindungi gigi dari kerusakan

9. ASI akan melatih daya isap bayi dan membantuk otot pipi yang baik

D. MANFAAT ASI BAGI IBU

1. Membantu mempercepat pengembalian rahim ke bentuk semula dan mengurangi

pendarahan setelah kelahiran

2. Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli

3. Mencegah kanker payudara (karena pada saat menyusui hormon esterogen mengalami

penurunan, sementara itu tanpa aktivitas menyusui, kadar hormon esterogen tetap tinggi

dan inilah yang diduga menjadi salah satu pemicu kanker payudara karena tidak adanya

keseimbangan hormon esterogen dan progesteron)

4. Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan ibu secara bertahap

5. Memberikan secara puas, bangga dan bahagia pada ibu yang berhasil menyusui bayinya
6. Pemberian ASI secara eksklusif dapat sebagai kontrasepsi selama 6 bulan setelah

kelahiran karena isapan bayi merangsang prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi/

pematangan telur sehingga menunda kesuburan


E. CARA PEMBERIAN

Dalam memberikan ASI Eksklusif, sebaiknya memperhatikan hal – hal di bawah ini :

1. Teknik menyusui

Teknik menyusui perlu diperhatikan, karena sangat menentukan keberhasilan

dalam mempertahahankan menyusui dan memperbanyak produksi ASI

2. Posisi ibu menyusui

Duduklah dengan posisi enak dan santai kalau perlu pakailah kursi yang ada

sandaran punggung dan lengan. Gunakan bantal untuk mengganjal bayi, agar jarak

bayi tidak terlalu jauh dari payudara

3. Memasukkan putting susu

Bila menyusukan mulai dengan payudara kanan, letakkanlah kepala bayi pada

siku bagian dalam lengan kanan, badan bayi mengahadap ke badan ibu. Lengan kiri

bayi di letakkan di seputar pinggang ibu, tangan kanan ibu memegang pantat / paha

kanan bayi. Sanggahlah payudara kanan ibu dengan keempat jari tangan kiri

dibawahnya, dan ibu jari diatasnya, tetapi tidak diatas bagian yang berwarna hitam (

aerola mamae ). Sentuhlah mulut bayi dengan putting susu. Tunggu sampai bayi

membuka mulut lebar-lebar. Masukkan putting susu secepatnya kedalam mulut

sampai daerah berwarna hitam.

4. Melepaskan hisapan bayi

Setelah selesai menyusukan bayi selama 10 menit, lepaskanlah isapan bayi

dengan cara :
a. Masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke sudut mulut bayi atau

b. Dengan menekan dagu bayi kebawah

c. Dengan menutup lubang hidung bayi

d. Jangan menarik putting susu untuk melepaskannya

5. Menyendawakan bayi

Setelah hisapan bayi dilepaskan . sendawakan bayi sebelum menyusukan dengan

payudara yang lain, dengan cara :

a. Sandarkan bayi dipundak ibu tepuklah punggungnya dengan pelan sampai

keluar sendawa

b. Bayi ditelungkupkan dipangkuan ibu, sambil digosok punggungnya.

6. Tanda-tanda menyusui yang benar

a. Bayi cukup tenang

b. Mulut bayi terbuka lebar

c. Bayi menempel betul pada ibu

d. Mulut dan dagu bayi menempel betul pada payudara ibu

e. Seluruh areola tertutup mulut bayi

f. Bayi nampak pelan-pelan menghisap dengan kuat

g. Putting susu ibu tidak terasa nyeri

h. Kuping dengan lengan bayi berada pada satu garis

i. Posisi ibu menyusui duduk, berbaring, berdiri dan digendong

7. Hal-hal yang perlu diingat

a. Susukanlah bayi dengan kedua payudara secara bergantian

b. Sebelum menyusui minumlah 1 gelas air putih / teh


c. Selama menyusui berikanlah perhatian yang penuh pada bayi

F. MASALAH DALAM MENYUSUI

1. Asi Kurang.

Seringkali ibu merasa produksi ASInya kurang padahal sebenarnya tidak,

apalagi bila bayinya seing menangis, ibu tergesa-gesa ingin memberikan tambahan

susu formula. Penanggulangannya :

a. Ibu harus mengkonsumsi makanan yang bergizi

b. Menyusuilah dengan sabar

c. Menyusui secara bergantian antara kedua payudara

d. Minimalkan penggunaan alat (misal : dot) karena akan membingungkan bayi

dan akhirnya mengurangi rangsangan untuk memproduksi ASI

2. Bayi Bingung Putting

Bayi yang mendapatkan susu formula bergantian dengan ASI akan

mengalami nipple confusion sehingga waktu menyusu ibunya sering terputus-putus

bahkan kadang-kadang menolak menyusu ibunya. Penanggulangan :

a. Ibu harus mengusahakan pemberian ASI eksklusif

b. Menyusui dengan cara yang benar

c. Menyusui lebih lama dan sering

3. Payudara Bengkak

Pada hari-hari pertama, seringkali menyusui kurang efektif sehingga ASI

mengumpul di dalam payudara, menekan pembuluh darah dan saluran limfe. Hal ini
mengakibatkan payudara menjadi bengkak dan nyeri. Untuk menghindari hal

tersebut lakukanlah :

a. Susui bayi segera setelah bayi lahir

b. Susui menurut kehendak bayi, jangan dijadwalkan

c. Susui bayi dengan menggunakan tehnik menyususi yang benar

d. Keluarkan sisa ASI dengan tangan atau pompa. Penanggulangan :

1) Bayi disusukan untuk menghindari pembengkakan

2) Berikan kompres dingin untuk menguragi nyeri

3) Lakukan pengurutan atau massage payudara

4. Putting Susu Nyeri Atau Lecet

Rasa nyeri timbul karena waktu menyusui hanya putting susu yang masuk ke

dalam mulut bayi sedangkan areola tidak masuk mulut. Disamping itu juga disebabkan

karena perawatan yang tidak benar pada payudara. Penanggulangan :

a. Lakukan tehnik menyususi yang benar

b. Menyususi pada payudara yang tidak lecet

c. Jangan membersihkan putting dengan sabun atau alcohol

5. Mastitis

Mastitis adalah peradangan payudara akibat infeksi. Biasanya terjadi pada

minggu-minggu pertama setelah melahirkan yang tersumbat atau luka pada putting

yang terinfeksi. Penanggulangan :

a. Kompres air hangat

b. Ibu tetap menyusui bayinya pada payudara yang tidak terinfeksi

c. Cukup istirahat
d. Minum air putih minimal 2 liter/hari

e. Minum anti biotik

f. Lakukan perawatan payudara

6. Kurang optimalnya pemberian ASI karena ibu bekerja

ASI merupakan makanan utam dan satu-satunya untuk bayi sehat usia 0-6 bulan.

Setelah itu pemberian ASI dilanjutkan sampai usia 2 tahun dengan diberikan makanan

pendamping. Akan tetapi pada zaman globalisasi ini dimana semakin banyak wanita yang

sibuk bekerja, maka semakin sedikit waktu yang dimiliki seorang ibu untuk menyusui

bayinya.

Salah satu cara yang terbaik untuk tetap bisa member ASI kepada bayi tanpa

mengganggu waktu bekerja adalah dengan memompa ASI dan menyimpannya sehingga

ASI bisa diberikan kapan saja dan dimana saja oleh pengganti ibu dalam mengasuh bayi.

Namun sekarang ini banyak sekali kesalahan baik dalam cara pemompaan, penyimpanan

dan pemberian ASI sehingga memberikan efek buruk pada si kecil. Berikut tips-tips cara

penyimpanan ASI agar tetap aman di konsumsi oleh bayi;

a. Siapkan wadah penampung ASI yang mudah disterilkan, biasanya berupa botol

bertutup rapat yang terbuat dari gelas tahan panas.

b. Gunakan wadah yang volumenya sesuai dengan kebutuhan bayi untuk sekali

minum, misalnya 125 ml.

c. Bila ASI perah akan diberikan kurang dari 6 jam, maka tidak perlu di simpan di

lemari pendingin. Sebaiknya jangan menyimpan ASI di suhu kamar lebih dari 3

atau 4 jam.
d. Bila perlu disimpan selama 24 jam, segera masukkan ASI perah ke dalam lemari

pendingin pada suhu 4 derajat celcius (jangan sampai beku).

e. Bila ASI perah akan digunakan dalam waktu 1 minggu atau lebih, maka ASI perah

tersebut harus segera didinginkan dalam lemari pendingin selama 30 menit, lalu

dibekukan pada suhu -18 derajat celcius atau lebih rendah. ASI yang sudah

dibekukan dapat disimpan antara 3 – 6 bulan.

f. Bila mungkin, simpanlah ASI di lemari pendingin bagian tengah, atau di bagian

terdalam freezer, karena lokasi-lokasi tersebut memiliki temperatur yang lebih

dingin dan konstan.

g. Jangan menyimpan ASI pada rak yang menempel di pintu lemari pendingin karena

temperatur di tempat ini mudah berubah ketika pintu dibuka dan ditutup.

h. Beri label setiap wadah ASI yang berisi keterangan kapan ASI tersebut diperah.

i. Jangan mengisi penuh wadah penampung ASI, karena ASI akan memuai saat

membeku. Sisakan kurang lebih ¼ bagian kosong.

j. ASI yang telah dihangatkan tidak boleh didinginkan lagi untuk diberikan pada bayi

di waktu minum berikutnya.

k. Pembekuan yang lama (lebih dari 6 bulan) dapat mengubah komposisi kimia ASI,

seperti terjadi penguraian beberapa senyawa lemak dan hilangnya beberapa

senyawa yang berfungsi melawan organisme berbahaya. Risiko kontaminasi juga

tinggi, jika tiba-tiba listrik padam sehingga susu cair dan dibekukan kembali.

l. Simpan ASI beku sebagai cadangan untuk keadaan darurat. Jika sedang di rumah,

susui bayi.
G. CARA MEMERAH ASI YANG BENAR

Tips persiapan sebelum memerah ASI :

1. Buatlah jadwal memerah ASI sekitar 3-4 jam sekali secara teratur untuk menjaga

produksi ASI. Perhatikan waktu yang tepat untuk memeras, yaitu bila payudara

sudah dalam kondisi penuh.

2. Sebelum memerah, sebaiknya Ibu minum segelas air putih, jus buah, susu, sari

kacang hijau, teh atau minuman hangat. Hindari minuman yang dingin. Jangan lupa

konsumsi makan dan sayuran yang cukup.

3. Pilih tempat yang nyaman dan tenang untuk memeras ASI

4. Cuci dengan sabun kedua tangan Mama, pastikan semuanya sudah bersih,.

5. Siapkan gelas kaca bersih yang sudah disterilkan dengan air panas.

6. Kompres payudara dengan handuk kecil atau waslap yang telah direndam air hangat,

secara perlahan. Selanjutnya Ibu siap memerah ASI untuk mengumpulkan stok ASI

bagi buah hati. Teknik memerah susu dengan tangan sangat mudah dilakukan. Sesuai

prosedur pemerahan ASI dengan tangan atau lebih dikenal dengan teknik Marmet,

ada 4 (empat) langkah yang harus dilakukan :

Langkah pertama dimulai dengan mengurut payudara atau massage:

1. Gunakan 2 jari, yaitu telunjuk dan jari tengah.

2. Tangan kanan mengurut payudara kiri dan tangan kiri mengurut payudara kanan.

3. Bila payudara besar, Mama dapat menggunakan keempat jari.


4. Dengan tekanan ringan, lakukan gerakan melingkar dari dasar payudara dengan

gerakan spiral ke arah puting susu.

Langkah kedua disebut proses stroke:

1. Tekan-tekanlah secara lembut kedua payudara dengan menggunakan jari-jari tangan,

mulai dari dasar payudara ke arah puting susu dengan garis lurus, kemudian

dilanjutkan secara bertahap ke seluruh bagian payudara.

2.Selain itu dapat dilakukan dengan menggunakan sisir yang bergigi lebar dan tumpul,

“sisirlah” payudara secara lembut, dari dasar payudara ke arah puting susu.

3.Langkah ketiga, proses shake payudara. Condongkan tubuh ke arah depan kemudian

kocok atau goyangkan payudara dengan lembut. Dalam proses ini biarkan daya tarik

bumi meningkatkan stimulasi pengeluaran ASI. Setelah tiga tahap persiapan tersebut

di atas, selanjutnya proses memerah ASI siap dilakukan :

a. Ambil posisi yang paling nyaman, dan condongkan tubuh Mama ke arah depan

b. Sanggalah payudara Mama dari sebelah bawah dengan salah satu tangan

c. Letakkan ibu jari tangan satunya di sekitar areola (di atas puting) dan telunjuk di

bawah puting sehingga membentuk posisi seolah menjepit puting.

d. Mulailah memijat dengan lembut ke arah dalam, lalu pijat aerola di belakang

puting.

e. Kemudian lakukan gerekan menekan dan melepas beberapa kali sampai ASI

keluar. Lakukan pada kedua payudara secara bergantian.

f. Tampunglah ASI dalam gelas kaca, kemudian masukkan dalam botol kaca atau

kantong plastik untuk disimpan dalam termos atau lemari es.


g. Seluruh proses persiapan hingga pemerahan dengan tangan membutuhkan waktu

kurang lebih 20-30 menit. Mama tidak perlu terburu-buru dalam mengerjakannya.

Tetap rileks supaya ASI yang dihasilkan cukup banyak dan berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2002, Asuhan Keperawatan Ibu Hamil, Modul Diklat Jarak
Jauh, Jakarta

Doengoes, E. Marilyn, Rencana Perawatan Maternal/Bayi, Edisi 2, 2001, EGC, Jakarta.

FKUI, Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,

Persis Mary Hamilton, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, 2005, EGC, Jakarta.

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 2003, Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan Fisiologi
Bagi Dosen Diploma III Kebidanan, Asuhan Antenatal, Buku 2, Jakarta
Apa itu bayi diberi ASI
Pemberian ASI bagi ibu Kapan dan bagaimana ASI diberikan?
Eksklusif? yang bekerja
 Beri ASI sebelum berangkat bekerja.  Ibu harus yakin mampu menyusui
ASI
 Keluarkan ASI pada malam hari dan siang  ASI mulai diberikan segera 30 menit setelah ibu
hari bila berada di kantor setiap 3-4 jam melahirkan
EKSKLUSIF
sekali.  Waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi dan
 ASI disimpan di dalam lemari pendingin dan tidak perlu dijadwal ASI adalah makanan
diberikan saat ibu tidak di rumah.  Berikan hanya ASI saja hingga bayi berusia 6 bulan terbaik untuk bayi
 ASI dihangatkan dengan merendamnya dalam  Setelah bayi berusia 6 bulan, selain ASI diberikan
IRFAN
air hangat pula MP-ASI
 ASI yang bersisa tidak boleh disimpan  Pemberian ASI tetap dilanjutkan hingga bayi
kembali ke dalam lemari pendingin berusia 2 tahun
 Berikan ASI dengan cangkir / sendok.
Bagaimana cara menjaga mutu dan jumlah
produksi ASI?

 Memijat payudara secara teratur dan sering


menyusui

OLEH:
IRFAN
NPM. JP019.008

Cara menyimpan ASI di rumah


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATA
 Di tempat sejuk  tahan 6 – 8 jam INDONESIA JAYA PALU
PROFESI NERS
 Di dalam termos berisi es batu  tahan 24 jam 2020

 Di lemari es  tahan 3 kali 24 jam

 Di freezer  tahan 2 minggu


Apa saja keunggulan ASI? Manfaat ASI

 Mengandung zat gizi sesuai Bagi Ibu


kebutuhan bayi  Hubungan kasih sayang antara ibu
dengan bayi
 Mengandung zat kekebalan
 Mengurangi perdarahan setelah
persalinan

 Mempercepat pemulihan kesehatan


ibu

 Melindungi bayi dari alergi  Menunda kehamilan berikutnya

 Mengurangi risiko
 Aman dan terjamin kebersihannya
 Tidak akan pernah basi Bagi bayi
 Membantu memperbaiki refleks
 Bayi lebih sehat, lincah dan tidak ceng
mengisap, menelan dan pernapasan
Bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan bayi
hanya diberi ASI saja, tidak diberi
 Bayi tidak sering sakit
makan atau minuman tambahan apapun

Makanan alamiah berupa Bagi keluarga


cairan dengan kandungan
 Tidak perlu biaya untuk pembelian susu formula dan
gizi yang cukup dan sesuai perlengkapannya
kebutuhan bayi, sehingga
 Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu
bayi tumbuh dan
formula
berkembang dengan baik.
 Tidak perlu biaya dan waktu untuk merawat dan
mengobati bayi yang sering sakit

 Mengurangi biaya dan waktu untuk pemeliharaan


kesehatan ibu
SATUAN ACARA PENYULUHAN
INFEKSI PUERPERIUM ( INFEKSI PADA IBU NIFAS)

( Stase Keperawatan Maternitas )

DISUSUN OLEH:

IRFAN
NPM. JP019.008

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INDONESIA JAYA PALU
PROFESI NERS
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
INFEKSI PUERPERIUM ( INFEKSI PADA IBU NIFAS)

Mata Ajar : Maternitas


Pokok Bahasan : Infeksi Puerperium ( Infeksi Pada Ibu Nifas)
Waktu : 30 Menit
Hari / Tanggal : Kamis, 3 September 2020
Tempat : Ruang Matahari Rsud Undata Palu
Pelaksana : Mahasiswa
Sasaran : Ibu Nifas

A. TUJUAN UMUM
Tujuan umum dari penyuluhan ini adalah setelah dilakukan pendidikan
kesehatan tentang infeksi nifas diharapkan ibu nifas mengerti tentang infeksi yang
terjadi pada saat nifas.

B. TUJUAN KHUSUS

Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang infeksi nifas diharapkan:


1. Ibu mengetahui pengertian infeksi nifas
2. Ibu memahami penyebab dan cara terjadinya infeksi nifas
3. Ibu memahami faktor predisposisi infeksi nifas
4. Ibu memahami gambaran klinis infeksi nifas
5. Ibu memahami pencegahan infeksi nifas

C. SASARAN
Sasaran pada promosi kesehatan ditujukan kepada masyarakat khususnya para
ibu nifas.
D. PROSES PENYULUHAN

Tahap Waktu Kegiatan Respon Metode


Orientasi 5 menit - Memberi salam dan - Menjawab salam Ceramah
berkenalan
- Menjelaskan kontrak - Bersedia mengikuti
waktu kegiatan
- Menjelaskan Tujuan - Mendengarkan dan
Pengajaran memperhatikan

Kerja 20 - Menjelaskan pengertian - Mendengarkan dan


menit infeksi nifas memperhatikan informasi
- Menjelaskan penyebab yang dijelaskan
dari infeksi nifas
- Menjelaskan tanda dan
gejala dari infeksi nifas
- Menjelaskan Faktor
Predisposisi Infeksi Nifas
- Menjelaskan Gambaran
Klinis Infeksi Nifas
- Menjelaskan cara
pencegahan dan pengobatan
dari infeksi nifas
Terminasi 5 menit - Memberikan kesempatan - Mengajukan Ceramah dan
untuk bertanya pertanyaan tanya jawab
- Menjawab pertanyaan
- Menyimpulkan materi - Memperhatikan
yang telah disampaikan - Mendengarkan
- Memberi salam penutup penjelasan

- Menjawab salam

E. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi

F. MEDIA
1. Leaflet
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN
INFEKSI PUERPERIUM ( INFEKSI PADA IBU NIFAS)

A. PENGERTIAN
Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar
enam minggu
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira enam minggu (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Ne'bnatal,
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah
persalinan. Suhu 38 °C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur
peroral sedikitnya empat kali sehari

B. PENYEBAB DAN CARA TERJADINYA INFEKSI NIFAS


1. Penyebab infeksi nifas
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan
seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat
lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang
terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya
tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering
menyebabkan infeksi antara lain adalah :
a. Streptococcus haemoliticus anaerobic.

Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi


ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak
suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
b. Staphylococcus aureus

Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan


sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-
orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi
terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
c. Escherichia Coli

Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan


infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini
merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius
d. Clostridium Welchii

Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat


berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan
partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
2. Cara terjadinya infeksi nifas
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut:
a. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada
pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam
vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan
atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya
bebas dari kuman-kuman.
b. Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri
yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas kesehatan
lainnya. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar
bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran
pernafasan dilarang memasuki kamar bersalin.
c. Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari
penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa
dibawa oleh aliran udara kemana-mana termasuk kain-kain, alat-alat yang
suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan
atau pada waktu nifas.
d. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting,
kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
C. FAKTOR PREDISPOSISI INFEKSI NIFAS
1. Semua keadaan yang menurunkan daya tahan penderita seperti perdarahan
banyak, diabetes, preeklamsi, malnutrisi, anemia. Kelelahan juga infeksi lain yaitu
pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya.
2. Proses persalinan bermasalah seperti partus lama/macet terutama dengan ketuban
pecah lama, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses
pencegahan infeksi dan manipulasi yang berlebihan.
3. Tindakan obstetrik operatif baik pervaginam maupun perabdominam.
4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga
rahim.
5. Episiotomi atau laserasi.

D. GAMBARAN KLINIS INFEKSI NIFAS


1. Infeksi pada perineum, vulva, vagina dan serviks
Gejalanya berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi dan
kadang-kadang perih bila kencing. Bila getah radang bisa keluar, biasanya
keadaannya tidak berat, suhu sekitar 38°C dan nadi di bawah 100 per menit.
Bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar,
demam bisa naik sampai 39 - 40°C dengan kadang-kadang disertai menggigil.
2. Endometritis
Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan
selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan
kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada
perabaan dan lembek.
Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat
dan nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi
menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan
dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali.
Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang
berbau. Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat
kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau. c.
3. Septicemia dan piemia
Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia
lebih mendadak dari piemia. Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah
sakit dan lemah. Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat,
biasanya disertai menggigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 - 40°C,
keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140 - 160 kali/menit
atau lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh hari postpartum.
Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia.
Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit,
perut nyeri, dan suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum
dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan
embolus memasuki peredaran darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia
ialah berulang ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil,
kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya
embolus dari tromboflebitis pelvika. Lambat laun timbul gejala abses pada
paru-paru, pneumonia dan pleuritis. Embolus dapat pula menyebabkan abses-
abses di beberapa tempat lain.
4. Peritonitis
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi
dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis
pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika
mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis.
Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah
pelvis. Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum.
Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada
pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya
terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia
posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung kencing.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan
merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan
kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang
mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin;
terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas peritonitis umum
tinggi.
5. Sellulitis pelvika (Parametritis)
Sellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi
dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan
rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut
dicurigai terhadap kemungkinan sellulitis pelvika.
Pada perkembangan peradangan lebih lanjut gejala-gejala sellulitis
pelvika menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan
padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat
dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah
jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang
mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik-turun disertai dengan
menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri. Dalam dua
pentiga kasus tidak terjadi pembentukan abses, dan suhu menurun dalam
beberapa minggu. Tumor di sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit, dan
akhirnya terdapat parametrium yang kaku.
Jika terjadi abses, nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya
bahwa abses mencari jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke
rektum, atau ke kandung kencing.
6. Salpingitis dan ooforitis
Gejala salpingitis dan ooforitis tidak dapat dipisahkan dari pelvio
peritonitis.
7. Mastitis
Mastitis adalah infeksi yang disebabkan adanya sumbatan pada duktus
(saluran susu) hingga puting susu pun mengalami sumbatan. Untuk
menghambat terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk menggunakan bra atau
pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada bagian payudaranya.
Pengurutan payudara sebelum laktasi merupakan salah satu tindakan
yang sangat efektif untuk menghindari terjadinya sumbatan pada duktus.
Usahakan untuk selalu menyusui dengan posisi dan sikap yang benar.
Kesalahan sikap saat menyusui dapat menyebabkan terjadinya sumbatan
duktus. Menggunakan penyangga bantal saat menyusui cukup membantu
menciptakan posisi menyusui yang lebih baik.
Beberapa indikasi yang menunjukkan terjadinya mastitis:
a. Tiba-tiba muncul rasa gatal pada puting dan berkembang menjadi
adanya rasa nyeri saat bayi menyusui
b. Timbulnya rasa demam dan kemerahan disekitar area hisapan dapat pula
disebabkan mastitis. Sisi yang mengalami sumbatan duktus akan
menunjukkan warna kemerahan dibandingkan daerah lainnya
c. Ibu merasakan gejala menyerupai flu seperti demam, rasa dingin
sementara tubuh terasa pegal dan sakit.

Cara mengurangi efek mastitis:


a. Untuk memperpendek durasi mastitis, segeralah tidur bila menduga
adanya mastitis dan istirahatlah dengan benar.
b. Konsumsi echinacea dan vitamin C untuk meningkatkan sistem imun
dan membantu melawan infeksi.
c. Kompres daerah yang mengalami sumbatan duktus dengan air hangat.
d. Bantuan pancuran air hangat (shower hangat) untuk mandi, akan sangat
membantu mempercepat menghilangkan sumbatan.
e. Tetap berikan ASI kepada bayi, terutama gunakan payudara yang sakit
sesering dan selama mungkin sehingga sumbatan tersebut lama-
kelamaan akan menghilang. Lalu, lakukanlah pemijatan ringan saat
menyusui, ini juga akan sangat membantu.

E. PENCEGAHAN INFEKSI NIFAS


1. Masa kehamilan
a. Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia,
malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita
ibu.
b. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.
c. Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan
hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi
infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.

2. Selama persalinan
a. Usaha-usaha pencegahan terdiri atas membatasi sebanyak mungkin
masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir :
b. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya
persalinan tidak berlarut-larut.
c. Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
d. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun
perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
e. Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang
harus segera diganti dengan tranfusi darah.
f. Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut
dengan masker; yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan
masuk ke kamar bersalin.
g. Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
h. Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi
dengan sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.

3. Selama nifas
a. Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula
alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan
harus steril.
b. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus,
tidak bercampur dengan ibu sehat.
c. Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama
dibatasi sedapat mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendekia.


Khaidir, M. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Infeksi Nifas.
Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Saifuddin, A. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Harjo
Wikjosastro. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ABORTUS DI RUANG
BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU

( Stase Keperawatan Maternitas )

DISUSUN OLEH:

IRFAN
NPM. JP019.008

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INDONESIA JAYA PALU
PROFESI NERS
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

Pokok Bahasan : Abortus


Sub Pokok Bahasan : Abortus pada kehamilan
Sasaran : Ibu Hamil di RSUD UNDATA PALU
Kompetensi Dasar : Memahami tentang abortus pada kehamilan
Tempat : Ruang Bersalin RSUD Undata Palu
Waktu : Sabtu/ 22 Agustus 2020 , jam 09.00 WIB

A. TUJUAN
Setelah melakukan kegiatan penyuluhan tentang abortus selama 40 menit,
diharapkan para ibu hamil mampu memahami dan dapat mencegah terjadinya abortus
pada kehamilan berikutnya.

B. MATERI
1. Pengertian Abortus
2. Penyebab Abortus
3. Jenis- jenis Abortus
4. Tanda dan gejala Abortus
5. Penatalaksanaan Abortus
6. Pencegahan Abortus

C. MANFAAT
Dapat memberikan pengetahuan bagi ibu tentang abortus

D. METODE
Ceramah dan Tanya Jawab

E. MEDIA
Leaflet
F. PENATALAKSANAAN KEGIATAN

1. Matrik Penyuluhan
Materi Kompetensi Indikator/kriteria Aspek Waktu Metode Media Evaluasi
pokok dasar penilaian/ TIK kompetensi
K A P
Abortus Memahami 09.00- 1.Ceramah Leaflet
abortus pada 10.00 2. Tanya dan
kehamilan WIB jawab flipchart

2. Langkah Penyuluhan
NO Kegiatan Penyuluhan Waktu Kegiatan Peserta
1 Pembukaan: 10 menit Sasaran mendengarkan serta memperhatikan
para penyuluh
2 Pelaksanaan: 15 menit Sasaran mendengarkan , memperhatikan dan
mengerti tentang materi yang disampaikan
3 Evaluasi: 15 menit Ada respon dari sasaran dengan menanyakan
tentang materi yang tidak mengerti dan
membingungkan
4 Penutup: 10 menit Sasaran dapat menyebutkan isi materi yang
telah disampaikan
MATERI

A. PENGERTIAN
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan atau sebelum kehamilan tersebut berusia
22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup diluar kandungan ( Sarwono, 200)

B. PENYEBAB ABORTUS
1. Faktor ibu
a. Infeksi akut : virus (cacar, rubella, hepatitis, herpes simplex),bakteri (salmonella tphy),
parasit (plasmodium).
b. Infeksi kronis : sifilis, TB paru aktif, keracunan (keracunan tembaga, air raksa, timah).
c. Penyakit kronis : hipertensi, nepritis, diabetes, anemia berat, penyakit jantung.
d. Gangguan fisiologis : syok, ketakutan.
e. Trauma fisik
f. Usia ibu saat hamil kurang dari 20 tahun dan lebih dari 30 tahun (usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun). Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali
secara emosional dan fisik belum matang, selain itu pendidikan pada umumnya rendah,
ibu yang masih muda tergantung pada orang lain. Abortus dapat juga terjadi pada ibu
yang tua usianya meskipun mereka telah berpengalaman, namun kondisi badan dan
kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan janin
intra uterin.
g. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat: jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat
menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik (menyebabkan abortus), persalinan lama
dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik.
2. Faktor janin :
Dimana terjadi gangguan pertumbuhan pada zigot, embrio atau plasenta contohnya
abnormal pembentukan plasenta, kelainan kromosom (monosomi, trisomi).
3. Faktor eksternal :
Dapat disebabkan oleh radiasi, obat-obatan,merokok, alcohol, kopi, dan bahan kimia.
C. JENIS-JENIS ABORTUS
1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan)
a. Abortus iminens
Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi
serviks.Diagnosis abortus iminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam
pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya adalah
perdarahan dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi kram perut.
Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri berupa nyeri
punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak
nyaman atau nyeri tumpul digaris tengah suprapubis.Kadang-kadang terjadi
perdarahan ringan selama beberapa minggu.Dalam hal ini perlu diputuskan apakah
kehamilan dapat dilanjutkan.
b. Abortus insipiens
Adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam
uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan keluar perdarahan
bertambah.
c. Abortus inkompli
Adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya
atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang
merupakan tanda utama abortus inkomplit
d. Abortus komplit
Pada abortus komplit semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.Pada penderita
ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak
mengecil.Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan
dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap
e. Missed abortion
Adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah
mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.Missed abortion biasanya di
dahului oleh abortus iminens yang kemudian menghilang secara spontan, atau setelah
pengobatan.Gejala subyektif kehamilan menghilang, mamae agak mengendor lagi,
uterus mengecil, tes kehamilan menjadi negative.
f. Abortus habitualis
Adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-
turut.Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannnya
berakhir sebelum 28 minggu.
g. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Kondisi yang memungkinkan dilakukan tindakan abortus provokatus adalah
ibu dengan perdarahan terus-menerus atau jika janin telah meninggal, ibu dengan
mola hidatidosa, infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis (akibat
pemerkosaan), ibu dengan kanker servik, kanker payudara, hipertensi, TB paru aktif,
DM yang disertai komplikasi vaskuler, epilepsy, hiperemsis gravidarum yang berat,
telah berulang kali mengalami operasi Caesar, dan ibu dengan gangguan jiwa disertai
kecenderungan untuk bunuh diri.
h. Abortus provokatus kriminalis
Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak
dikehendaki. Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya yaitu :
1) Alasan kesehatan, dimana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
2) Alasan psikososial, dimana ibu sendiri enggan/tidak mau untuk punya anak lagi.
3) Kehamilan diluar nikah.
4) Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi
keluarga.
5) Masalah social, misalnya kuatir adanya penyakit keturunan, janin cacat.
6) Kehamilan yang terjadi akibat pemerkosaan atau akibat incest (hubungan antar
keluarga).
7) Adanya kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan kehamilan yang tidak
diinginkan.
D. TANDA DAN GEJALA ABORTUS
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah, kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat.
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4. Rasa mules atau kram perut didaerah atas simpisis, sering nyeri pinggang akibat kontraksi
uterus.
E. PENATALAKSANAAN ABORTUS
1. Abortus iminens
a. Istirahatkan baring.
b. Observasi perdarahan.
c. Hindarkan koitus
d. Terapi hormone progeteron intramuscular atau dengan berbagai zat
e. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
2. Abortus insipiens
a. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam
ovum, disusul dengan kerokan.
b. Jika usia kehamilan kurang darim 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat segera lakukan :
c. Berikan ergomefrin 0,2/i.m (dapat di ulang setiap 15 menit bila perlu) atau misoprostol
400 mcg peroral (dapat di ulang setiap 4 jam bila perlu).
d. Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
e. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu
f. Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi kemudian evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
g. Jika perlu, lakukan pemasangan infuse 20 unit oksitoksin dalam 500 ml cairan
intravena (Nacl atau RL dengan kecepatan 40 tts/mnt untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi).
h. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
3. Abortus inkomplit
a. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi
dapat dilakukan. secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler atau miso prostol 400 mcg per oral.
b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi hasil konsepsi dengan :
c. Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan
kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
d. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler
(diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang
setelah 4 jam bila perlu)
e. . Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
f. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau
ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
g. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
h. Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
i. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
G. PENCEGAHAN ABORTUS
1. Usia ibu untuk hamil dan bersalin tidak boleh kurang dari 20 tahun dan lebih dari 30 tahun
2. Pentingnya untuk melakukan pemeriksaan dini sebelum hamil untuk mendeteksi adanya
masalah-masalah kesehatan atau penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus atau
bakteri yang dapat mengganggu pertumbuhan janin.
3. Kehamilan harus direncanakan, sudah siap secara emosional dan fisik untuk menjadi
orangtua.
4. Mengatur jarak kehamilan dan bersalin agar tidak terlalu dekat.
5. Pemeriksaan kehamilan secara teratur di polindes atau puskesmas.
6. Selama hamil trimester I atau hamil muda harus istirahat yang cukup, makan makanan yang
bergizi dan teratur, menghindari diri dari trauma fisik, pemeriksaan kehamilan secara
teratur, menghindari bahaya radiasi, tidak mengkonsumsi obat-obatan bebas, tidak
mengkonsumsi bahan makanan/minuman yang mengandung bahan kimia, tidak merokok,
minum kopi dan minuman beralkohol.
DAFTAR PUSTAKA

Anonym (2011). Kejadian abortus spontan dengan usia ibu di ambil di


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31675/4/chapter%20ii.pdf pada
tanggal 21 maret 2013 jam 16.00 wita
Herdman, TH. (2012). NANDA International Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta.
Hidayat, A.A. (2006). Kebutuhan dasar manusia 1. salemba medika: Jakarta

Nursalam. (2001). Proses & dokumentasi keperawatan. salemba medika: Jakarta


Lindungi Kehamilan Anda !!!.. MACAM-MACAM
ABORTUS

1. Abortus Spontan
2. Abortus iminens
3. Abortus insipiens
4. Abortus inkomplit
5. Abortus komplit
6. Abortus infeksious
7. Missed abortion

Abortus adalah berakhirnya


suatu kehamilan atau
sebelum kehamilan tersebut
berusia 22 minggu atau buah
kehamilan belum mampu
hidup diluar kandungan ( 1. Abortus spontan :
Sarwono, 2005)  Langsung dan tanpa tindakan
Oleh : 2. Abortus iminen :
IRFAN  perdarahan sedikit-sedikit
NPM. JP019.008  nyeri memiliki
1. Karena kelainan telur menyebabkan
 pada pemeriksaan dalam belum ada
SEKOLAH TINGGI ILMU kelainan pertumbuhan.
KESEHATAN pembukaan

INDONESIA JAYA PALU 2. Penyakit ibu :  tidak diketemukan kelainan pada serviks.
PROFESI NERS a. Infeksi akut : pneumonia, thypus 3. Abortus insipien
2020 b. Kekurangan hormone progesteron - perdarahan banyak (kadang ada
c. Gangguan fungsi kelenjar gondok gumpalan)
d. Trauma (operasi, kecelakaan) - nyeri akibat kontraksi rahim yang
e. Kelainan alat kandungan. kuat
- sudah terjadi pembukaan serviks.

4. Abortus inkomplit
- Janin sudah keluar tetapi perdarahan
3. Abortus insipien
 perdarahan banyak (kadang ada gumpalan)
 nyeri akibat kontraksi rahim yang kuat
 sudah terjadi pembukaan serviks. Ayo cegah ABORTUS…!!!
4. Abortus inkomplit PENANGANAN, 1. Pendidikan seksual yang benar dan terarah
 Janin sudah keluar tetapi perdarahan masih 1. Istirahat Baring pada remaja dan ibu hamil
terus berlangsung karena masih ada plasenta 2. Periksa Nadi dan suhu badan 2x/ hari bila
yang tertinggal. pasien panas, 4x/ hari jika pasien tidak
 Serviks tetap membuka tetapi bila dibiarkan panas
lama kelamaan akan menutup. 3. Kuretase
5. Abortus komplet 4. Bila perdarahan, beri infuse cairan NACL
2. Jika mengalami perdarahan segera
 perdarahan akan segera berkurang setelah Fisiologis / RL dan transfuse darah
periksakan kedokter
janin keluar 5. Bersihkan vulva minimal 2x sehari dengan

 serviks segera menutup kembali. antiseptic untuk mencegah infeksi

6. Abortus infeksious 6. Obat : Beri antibiotic untuk mencegah

 demam, kadang mengiggil infeksi, Bila kondisi pasien baik, berikan


ergometrik 3x1 tablet selama 3-5 hari,
 lokea berbau busuk.
Bilapasien anemia, berikan hematinik :
7. Messed abortion 3. Perhatikan asupan gizi selama hamil
Sulfas ferosus/ transfuse darah
 rahim tidak membesar, bahkan mengecil
7. Terapi Gizi : Diet tinggi protein, vitamin dan
 buah dada mengecil kembali
mineral.
 amenorhoe berlangsung terus.

4. Terapkan gaya hidup sehat, olahrag dan


istirahat

Anda mungkin juga menyukai