Anda di halaman 1dari 12

Akuntansi Pemerintah Pusat

BAB

6
5
AKUNTANSI
PEMERINTAH PUSAT
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, seharusnya Saudara
bisa:
ü Menjelaskan ruang lingkup dan karakteristik
akuntansi pemerintah pusat
ü Memahami proses penyusunan neraca awal
ü Memahami siklus akuntansi pemerintah pusat
ü Melakukan pencatatan dan penyusunan
laporan keuangan pemerintah pusat

For wise words

85
Akuntansi Pemerintahan: Teori dan Praktik

BAB VI
AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

A. Ruang Lingkup dan Karakteristik Akuntansi Pemerintah Pusat

Dasar hukum Akuntansi Pemerintah Pusat adalah Keputusan Menteri


Keuangan Republik Indonesia Nomor 337/KMK.012/2003 tanggal 18 Juli 2003
tentang Sistem Akuntansi dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan ini, Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
adalah sistem terpadu yang menggabungkan prosedur manual dengan proses
elektronis dalam pengambilan data, pembukuan dan pelaporan semua transaki
keuangan, aset, utang dan akuitas seluruh entitas Pemerintah Pusat. Dalam
Pedoman Pelaksanaan SAPP, yang menjadi satu kesatuan dengan KMK diatas, SAPP
ini mempunyai beberapa tujuan yakni:
1. Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi dibawahnya melalui pencatatan,
pemrosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan
standar dan praktek akuntansi yang diterima secara umum.
2. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan
kegiatan keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi
yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan
terhadap otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntanbilitas.
3. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu
instansi dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan.
4. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara
efisien.

Karakteristik SAPP.
SAPP mempunyai ciri-ciri pokok sebagai berikut:
1. Basis Akuntansi.
SAPP menggunakan basis kas untuk pendapatan dan belanja, yang artinya
pendapatan diakui dan dicatat pada saat diterima oleh Kas Umum Negara dan
belanja diakui dan dicatat pada saat kas dikeluarkan dari Kas Umum Negara.
Sedangkan untuk pos-pos neraca, SAPP menggunakan basis akrual, yang
artinya aset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat
terjadinya transaksi atau pada saat kejadian atau kondisi lingkuangan
berpengaruh pada keuangan pemerintah, bukan pada saat kas diterima atau
diabayar.
2. Sistem Pembukuan.
SAPP menggunakan sistem pembukuan berpasangan (double entry system),
dimana persamaan akuntansi Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana digunakan
untuk mencatat setiap transaksi. Setiap transaksi dibukukan dengan
melakukan pendebetan suatu perkiraan dan secara bersamaan melakukan
pengkreditan di perkiraan lainnya yang terkait.
3. Sistem Terpadu dan Terkomputerisasi.
SAPP terdiri dari beberapa sub sistem yang saling berhubungan dan
merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dimana proses pembukuan dan

86
Akuntansi Pemerintah Pusat

pelaporan sistem tersebut sudah dikomputerisasi. Seluruh transaksi yang


berkaitan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara akan dibukukan
dan dilaporkan dalam SAPP ini.
4. Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi.
SAPP mendesentralisasi pencatatan maupun pelaporan keuangannya, dimana
kegiatan-kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan di instansi dilaksanakan
secara berjenjang oleh unit-unit akuntansi baik di kantor instansi tingkat
pusat maupun kantor instansi tingkat daerah.
5. Bagan Perkiraan Standar.
SAPP menggunakan perkiraan standar yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan yang berlaku untuk tujuan penganggaran maupun akuntansi.

Kerangka Umum SAPP.


Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) terdiri dari Sistem Akuntansi Pusat
(SAP) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI). Sistem Akuntansi Pusat merupakan
sistem akuntansi yang dilaksanakan oleh entitas pemerintah pusat, dalam hal ini
Kementerian Keuangan (lebih khusus lagi oleh Badan Akuntansi Keuangan
Negara/BAKUN).1 Sedangkan Sistem Akuntansi Instansi dilaksanakan oleh
kemeterian/lembaga pengguna anggaran negara.
Sistem Akuntansi Pusat terdiri dari Sistem Akuntansi Kas Umum Negara
(SAKUN) dan Sistem Akuntansi Umum (SAU). SAKUN ditujukan untuk menghasilkan
Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat, sedangkan SAU ditujukan untuk menghasilkan
Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Pemerintah Pusat.

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat terdiri dari:


1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Neraca
3. Laporan Arus Kas, dan
4. Catatan atas Laporan Keuangan.

Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Pusat merupakan gabungan Laporan


Realisasi Anggaran dari seluruh kementerian negara/lembaga. Laporan ini berisi
perbandingan antara estimasi pendapatan (anggaran pendapatan) dan realisasi
pendapatan, dan perbandingan antara apropriasi (anggaran belanja) dan realisasi
belanja.
Neraca Pemerintah Pusat merupakan hasil penggabungan hasil neraca instansi yang
merupakan output dari Sistem Akuntansi Instansi dan Sistem Akuntansi Kas Umum
Negara.
Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat merupakan gabungan laporan arus kas dari
seluruh jajaran Direktorat Jenderal Perbendaharaan di daerah (dalam hal ini Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara).

1
BAKUN merupakan organisasi dibawah Departemen Keuangan yang salah satu tugasnya adalah mengelola
Sistem Akuntansi Pemerintahan. Setelah dilakukan reorganisasi Departemen Keuangan, tugas tersebut beralih
ke instansi Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Depkeu.

87
Akuntansi Pemerintahan: Teori dan Praktik

Sistem Akuntansi Instansi.


Sesuai dengan peraturan prundangan, setiap kementerian negara/lembaga wajib
menyelenggarakan Sistem Akuntansi Instansi untuk menghasilkan laporan keuangan
berupa Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca. Sistem Akuntansi Instansi terdiri
dari:
1. Sistem Akuntansi Kantor/Proyek yang dilaksanakan oleh Unit Akuntansi pada
Kantor / Proyek yang bersangkutan
2. Sistem Akuntansi Wilayah yang dilaksanakan oleh Unit Auntansi pada kantor
wilayah instansi yang bersangkutan
3. Sistem Akuntansi Eselon I yang dilaksanakan oleh Unit Akuntansi pada Eselon
I Departemen yang membawahinya.
4. Sistem Akuntansi Kantor Pusat Instansi yang dilaksanakan oleh Unit Akuntansi
Kantor Pusat Instansi (tingkat kementerian negara / lembaga yang
bersangkutan).

B. Penyusunan Neraca Awal

Penyusunan laporan keuangan pemerintah harus mengacu pada standar


akuntansi pemerintah. Sampai dengan saat ini (Juni 2005), Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang menurut peraturan perundangan merupakan
badan penyusun standar (Standard Setting Body) akuntansi pemerintahan telah
menyusun suatu Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan telah pula mendapat
pertimbangan Badan Pemeriksa Keuangan. Materi Standar Akuntansi Pemerintahan
tersebut secara lengkap diuraikan dalam Bab 4 dan 5.
Dengan akan diberlakukannya Standar Akuntansi Pemerintahan pada semua
entitas pemerintah tersebut, berbagai kemungkinan permasalahan dapat timbul.
Salah satu permasalahan yang cukup signifikan adalah masalah penyusunan neraca
awal suatu entitas, karena neraca awal merupakan titik tolak dan akan menjadi
dasar dimulainya pencatatan transaksi akuntansi pada periode berikutnya. Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan telah mempublikasikan Buletin Teknis Penyusunan
Neraca awal sebagai arahan atau pedoman untuk mengatasi masalah-masalah
akuntansi maupun pelaporan keuangan yang timbul.
Beberapa kemungkinan permasalahan dan pedoman dari KSAP adalah
sebagai berikut:

Kas.
Sumber data kas, realitanya, tersebar dan masing-masing berada dibawah tanggung
jawab yang berbeda. Dalam jangka panjang, peraturan perundangan
mengamanatkan bahwa pengelolaan kas pemerintah haruslah menganut sistem
rekening tunggal untuk bendahara (treasury single account) dan pengelolaannya
dilakukan oleh bendahara umum negara, dalam hal ini Menteri Keuangan untuk
pemerintah pusat.
Kas yang penguasaannya menjadi dan tanggung jawab bendahara umum negara
atau kuasa bendahara bendahara kas umum negara terdiri dari:
1. Kas di Bank Indonesia.
2. Kas di KPPN

88
Akuntansi Pemerintah Pusat

3. Kas di Bendahara Umum Negara atau kuasanya (dalam hal ini bendahara
penerimaan, bendahara pengeluaran, atau saldo kas lainnya yang diterima
oleh kementerian negara/lembaga karena penyelenggaraan pemerintahan.).

Untuk menentukan nilai saldo awal di Bank Indonesia dan Kas di KPPN, pemerintah
dapat menggunakan saldo rekening koran pemerintah pada Bank Indonesia atau
bank umum/persepsi yang dikeluarkan bank yang bersangkutan pada tanggal
neraca. Hanya, jumlah tersebut perlu dikurangi terlebih dahulu dengan nilai yang
bukan hak pemerintah, misalnya tagihan pihak ketiga yang merupakan titipan
kepada pemerintah seperti rekening Askes, Taspen dan Taperum.

Sedangkan untuk mendapatkan saldo Kas di Bendahara Umum Negara atau


kuasanya dapat dilakukan dengan inventarisasi fisik kas per tanggal neraca dan
melakukan rekonsiliasi dengan catatan yang ada di bendahara sehingga dapat
diketahui sisa uang yang menjadi tanggung jawab bendahara.

C. Siklus Akuntansi Pemerintah Pusat

Siklus akuntansi Pemerintah Pusat akan terdiri dari tahapan sebagai berikut:

1. Penyusunan Neraca Awal.


Tahapan ini merupakan tahapan paling awal dan merupakan dasar dimulainya
transaksi. Sesuai dengan Bulletin Teknis Neraca Awal dari Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan, hasil akhir tahap ini adalah Neraca yang berisikan informasi aktiva,
pasiva dan ekuitas dana. Urian-uraian tentang penyusunan Neraca Awal telah
dijelaskan dalam bagian sebelumnya dalam bab ini.

2. Pencatatan APBN yang telah disahkan.


APBN berisi rencana keuangan unit Pemerintah Pusat untuk satu tahun anggaran
yang terdiri dari pos pendapatan, belanja dan pembiayaan. Dengan demikian,
tahapan ini akan terdiri pencatatan atau penjurnalan atas pos-pos pendapatan,
pencatatan atas pos belanja dan pencatatan pos-pos pembiayaan, baik
penerimaannya maupun pengeluarannya. Sub sistem yang terlibat dalam tahapan ini
adalah Sistem Akuntansi Kas Umum Negara dari Sistem Akuntansi Pusat. Akun-akun
yang terlibat diantaranya adalah Estimasi Pendapatan, Apropriasi Belanja,
Surplus/Defisit, Estimasi Penerimaan Pembiayaan, Estimasi Pengeluaran
Pembiayaan, dan Pembiayaan Netto. Sedangkan, jumlahnya merupakan jumlah total
untuk keseluruhan APBN.

3. Pencatatan DIPA
Setelah APBN disahkan, maka unit Pemerintah Pusat – melalui Departemen
Keuangan – mengalokasikan pos-pos yang terdapat pada APBN kepada unit-unit
pengguna anggaran dalam bentuk DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran). DIPA
tersebut oleh Sistem Akuntansi Pusat akan dicatat dalam sub sistem Sistem
Akuntansi Umum dan oleh instansi pengguna anggaran akan dicatat dalam Sistem
Akuntansi Instansi. Akun-akun yang terlibat diantaranya Estimasi Pendapatan yang

89
Akuntansi Pemerintahan: Teori dan Praktik

dialokasikan, Allotment Belanja, Estimasi Penerimaan Pembiayaan yang dialokasikan,


Appropriasi Pengeluaran Pembiayaan, dan piutang/utang Kas Umum Negara.

4. Pencatatan transaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan


Dalam tahun berjalan, masing-masing instansi pengguna anggaran akan
melaksanakan kegiatan kepemerintahannya yang mengakibatkan adanya realisasi
anggaran dalam bentuk kas masuk, kas keluar atau perubahan-peruabahan nilai
bersih ekuitas. Sistem Akuntansi Kas Umum Negara akan terlibat jika transaksi yang
terjadi berkaitan dengan Kas Umum Negara, Sistem Akuntansi Umum akan terlibat
jika transkai yang terjadi merupakan transaksi yang merubah nilai kekayaan bersih,
dan Sistem Akuntansi Instansi akan terlibat jika transaksi yang terjadi merupakan
transaksi yang merubah nilai kekayaan bersih instansi yang bersangkutan. Tahapan
ini mempunyai variasi transaksi yang sangat beragam, karena tahap ini meliputi
realisasi atas seluruh pos yang ada dalam anggaran. Sehingga, akun-akun yang
terlibat akan sangat banyak, tergantung kejadian akuntansinya.

5. Penyusunan Neraca Percobaan


Kemudian, pada akhir periode – biasanya tahunan, tapi bisa juga bulanan jika
diperlukan, suatu Neraca Percobaan disusun, yang merupakan pencerminan
keseluruhan transaksi selama periode yang bersangkutan. Data Neraca Percobaan
ini berisi informasi yang lengkap mengenai satu entitas akuntansi, dimana akun-
akun yang ada akan dipilah sedemikian rupa sehingga dapat disusun laporan
keuangan pokok unit Pemerintah Pusat.

6. Pembuatan Jurnal Penyesuaian


Seperti halnya akuntansi komersial, didalam akuntansi Pemerintah Pusat, ada
kemungkinan diadakan penyesuaian-penyesuaian yang menyangkut hak atau
kewajiban keuangan untuk periode yang bersangkutan. Penyesuaian yang paling
sering muncul berkaitan dengan masalah accrued dan deffered, selain penyesuaian
yang menyangkut koreksi kesalahan yang mungkin timbul.

7. Pembuatan Jurnal Penutup


Jurnal penutup diperlukan dalam rangka memilah akun-akun mana yang akan
muncul di Laporan Realisasi Anggaran (akun nominal) dan akun-akun mana yang
akan muncul di neraca (akun riil). Akun nominal meliputi akun-akun yang dikenal
dalam akuntansi komersial, juga akun-akun yang berkaitan dengan anggaran
(budgetary accounts). Seluruh akun nominal akan ditutup di akhir periode akuntansi
melalui jurnal penutup akhir tahun sehingga seluruh akun nominal akan muncul di
laporan realisasi anggaran, yang merupakan laporan yang berisi informasi keuangan
satu periode akuntansi. Akun riil tidak dilakukan penutupan di akhir tahuan,
sehingga akun riil seluruhnya akan dilaporkan dalam laporan Neraca, yang
merupakan laporan yang berisi informasi atas aktiva, pasiva dan ekuitas pada
tanggal tertentu.

8. Penyusunan Laporan Keuangan


Berdasarkan proses tersebut diatas, akhirnya dapat disusun suatu laporan
keuangan lengkap yang terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi anggaran dan Laporan
Arus Kas. Keseluruhan tahapan tersebut saling berkaitan yang membentuk suatu

90
Akuntansi Pemerintah Pusat

sistem yang alurnya sangat jelas, dimana pencatatan transaksi akan mengakibatkan
perubahan atas rekening-rekening yang berkaitan sedemikian rupa sehingga
prosesnya menjadi sangat teratur.

D. Ilustrasi Transaksi

Dimisalkan bahwa, sejak tahun 20X1, pemerintah pusat Republik Indonesia memulai
menerapkan standar akuntansi pemerintahan di lingkungannya. Persiapan-persiapan
untuk menyusun laporan keuangan telah dilakukan, termasuk persiapan untuk
menyusun neraca awal tahun. Dari langkah persiapan tersebut, dihasilkan data
sebagai berikut:

No URAIAN JUMLAH
(Rupiah)
1 Kas di Bendahara Pembayar 20.000.000
2 Kas di Bendahara Penerima 560.000.000
3 Kas di Bank Indonesia 340.000.000
4 Piutang 75.000.000
5 Persediaan 15.000.000
6 Tanah 60.000.000
7 Peralatan dan Mesin 350.000.000
8 Gedung dan Bangunan 240.000.000
9 Jalan, Irigasi, dan Jaringan 600.000.000
10 Investasi Jangka Pendek 50.000.000
11 Investasi Jangka Panjang 130.000.000
12 Kewajiban Jangka Pendek – Bagian Lancar Hutang LN 210.000.000
13 Kewajiban Jangka Panjang – Hutang LN 950.000.000

Langkah berikutnya yang harus dilakukan oleh unit pemerintah pusat adalah
menyusun neraca awal. Jurnal-jurnal yang perlu disusun untuk kepentingan itu
adalah:

Atas kas yang tersedia, setelah dilakukan kas opname atau rekonsiliasi bank,
dilakukan penjurnalan sebagai berikut: (untuk penyederhanaan, angka yang
tercantum dalam jurnal dalam ribuan rupiah)

Penjurnalan Saldo Awal Kas

Sistem Akuntansi Umum (SAU)

Kas di Bendahara Pembayar …………………………………… 20.000


Uang Muka dari Kas Umum Negara ……………………… 20.000

Kas di Bendahara Penerima …………………………………… 560.000


Pendapatan yang Ditangguhkan ……..…………………… 560.000

Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

Instansi A
Kas di Bendahara Pembayar …………………………………… 15.000
Uang Muka dari Kas Umum Negara ……………………… 15.000

91
Akuntansi Pemerintahan: Teori dan Praktik

Kas di Bendahara Penerima …………………………………… 450.000


Pendapatan Ditangguhkan ………………………………… 450.000

Instansi B
Kas di Bendahara Pembayar …………………………………… 5,000
Uang Muka dari Kas Umum Negara ……………………… 5.000
Kas di Bendahara Penerima …………………………………… 110.000
Pendapatan Ditangguhkan ………………………………… 110.000

Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)

Kas di Bendahara Pembayar …………………………………… 20,000


Saldo Anggaran Lebih ………………..…………………… 20.000

Kas di Bank Indonesia ………………………………………… 340,000


Saldo Anggaran Lebih ………………..…………………… 340.000

Penjurnalan Saldo Awal Piutang

Sistem Akuntansi Umum (SAU)

Piutang ………………………………………..………………… 75.000


Cadangan Piutang ……………………….………………… 75.000

Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

Instansi A

Piutang ………………………………………..………………… 60.000


Cadangan Piutang ……………………….………………… 60.000

Instansi B
Piutang ………………………………………..………………… 15.000
Cadangan Piutang ……………………….………………… 15.000

Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)

Tidak ada jurnal

Penjurnalan Saldo Awal Persediaan

Sistem Akuntansi Umum (SAU)

Persediaan …………………………………..………………… 15.000


Cadangan Persediaan …………………….………………… 15.000

92
Akuntansi Pemerintah Pusat

Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

Instansi A

Persediaan …………………………………..………………… 10.000


Cadangan Persediaan …………………….………………… 10.000

Instansi B
Persediaan …………………………………..………………… 5.000
Cadangan Persediaan …………………….………………… 5.000

Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)

Tidak ada jurnal

Penjurnalan Saldo Awal Aktiva Tetap

Sistem Akuntansi Umum (SAU)

Tanah 60.000
Peralatan & Mesin 350.000
Gedung & Bangunan 240.000
Jalan, Irigasi & Jaringan 600.000
Diinvestasikan dalam Aset Tetap ………….……………… 1.250.00
0

Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

Instansi A
Tanah 40.000
Peralatan & Mesin 250.000
Gedung & Bangunan 150.000
Jalan, Irigasi & Jaringan 420.000
Diinvestasikan dalam Aset Tetap ………….……………… 870.000

Instansi B
Tanah 20.000
Peralatan & Mesin 100.000
Gedung & Bangunan 90.000
Jalan, Irigasi & Jaringan 180.000
Diinvestasikan dalam Aset Tetap ………….……………… 320.000

Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)

Tidak ada jurnal

93
Akuntansi Pemerintahan: Teori dan Praktik

Penjurnalan Saldo Awal Investasi

Sistem Akuntansi Umum (SAU)

Investasi Jangka Pendek 50.000


Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Pendek 50.000

Investasi Jangka Panjang 130.000


Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 130.000

Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

Instansi A
Investasi Jangka Pendek 40.000
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Pendek 40.000

Investasi Jangka Panjang 100.000


Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 100.000

Instansi B
Investasi Jangka Pendek 10.000
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Pendek 10.000

Investasi Jangka Panjang 30.000


Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 30.000

Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)

Tidak ada jurnal

Penjurnalan Saldo Awal Hutang

Sistem Akuntansi Umum (SAU)

Dana yang harus disediakan u/ pembay Utang Jk Pendek 210.000


Kewajiban Jangka Pendek 210.000

Dana yang harus disediakan u/ pembay Utang Jk Panjnag 950.000


Kewajiban Jangka Panjang 950.000

Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

Instansi A
Dana yang harus disediakan u/ pembay Utang Jk Pendek 150.000
Kewajiban Jangka Pendek 150.000

Dana yang harus disediakan u/ pembay Utang Jk Panjnag 750.000


Kewajiban Jangka Panjang 750.000

94
Akuntansi Pemerintah Pusat

Instansi B
Dana yang harus disediakan u/ pembay Utang Jk Pendek 60.000
Kewajiban Jangka Pendek 60.000

Dana yang harus disediakan u/ pembay Utang Jk Panjnag 200.000


Kewajiban Jangka Panjang 200.000

Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)


Dana yang harus disediakan u/ pembay Utang Jk Pendek 210.000
Kewajiban Jangka Pendek 210.000

Tidak ada Jurnal

Dengan demikian, dari jurnal-jurnal diatas, maka dapat disusun neraca awal
pemerintah pusat sebagai berikut:
NERACA
PEMERINTAH PUSAT
PER 1 JANUARI 20x1

APBN YANG DISAHKAN

Dimisalkan bahwa APBN yang disetujui oleh DPR adalah:

No Keterangan APBN
(dalam Rp)
1 Pendapatan :
- Pendapatan Pajak 1.650.000.000
- Pendapatan Retribusi 700.000.000
Jumlah Pendapatan 2.350.000.000
2 Belanja :
- Belanja Pegawai 600.000.000
- Belanja Barang dan Jasa 950.000.000
Belanja Modal :
- Belanja Gedung & Bangunan 400.000.000
- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 450.000.000
Jumlah Belanja 2.450.000.000
3 Surplus/Defisit Tahun Berjalan (50.000.000)
4 Pembiayaan :
Penerimaan Pembiayaan :
- Penggunaan SiLPA 10.000.000
- Pinjaman Luar Negeri 60.000.000
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 70.000.000
Pengeluaran Pembiayaan :
- Pembayaran Pokok Pinjaman LN 20.000.000
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 20.000.000
5 Pembiayaan Netto 50.000.000

Pencatatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

95
Akuntansi Pemerintahan: Teori dan Praktik

Sistem Akuntansi Umum (SAU)

Estimasi Pendapatan Pajak 1.650.00


Surplus/Defisit 0 1.650.00
0
Estimasi Pendapatan Retribusi 700.000
Surplus/Defisit 700.000

Surplus/Defisit 1.550.00
Apropriasi Belanja Pegawai 0 600.000
Apropriasi Belanja Barang & Jasa 950.000
Surplus/Defisit 850.000
Apropriasi Belanja Gedung & Bangunan 400.000
Apropriasi Belanja Jalan, Irigasi & Jaringan 450.000

Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

Instansi A
Estimasi Pendapatan Pajak 1.000.00
Surplus/Defisit 0 1.000.00
0
Estimasi Pendapatan Retribusi 500.000
Surplus/Defisit 500.000

Surplus/Defisit 1.000.00
Apropriasi Belanja Pegawai 0 350.000
Apropriasi Belanja Barang & Jasa 650.000
Surplus/Defisit 650.000
Apropriasi Belanja Gedung & Bangunan 250.000
Apropriasi Belanja Jalan, Irigasi & Jaringan 350.000

Instansi B
Estimasi Pendapatan Pajak 650.000
Surplus/Defisit 650.000

Estimasi Pendapatan Retribusi 200.000


Surplus/Defisit 200.000

Surplus/Defisit 550.000
Apropriasi Belanja Pegawai 250.000
Apropriasi Belanja Barang & Jasa 300.000
Surplus/Defisit 200.000
Apropriasi Belanja Gedung & Bangunan 150.000
Apropriasi Belanja Jalan, Irigasi & Jaringan 100.000

Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)

Tidak ada jurnal

96

Anda mungkin juga menyukai