Konsep Stres Dan Adaptasi
Konsep Stres Dan Adaptasi
PENDAHULUAN
Stres merupakan fenomena universal. Semua orang mengalaminya. Orang tua
mengalami stres dalam membesarkan anak, pekerja membicarakan stres yang
dialami dalam pekerjaan mereka, dan pelajar tingkat apapun membirakan
mengenai stres mereka ditempat sekolah. Stres dapat memberi stimulus terhadap
perubahan dan pertumbuhan, dan dalam hal ini, suatu stres adalah positif dan
bahkan diperlukan.Stres dapat disebabkan oleh pengalaman positif dan negatif.
Namun demikian, terlalu banyak stres dapat mengakibatkan penyesuaian yang
buruk, penyakit fisik, dan ketidakmampuan untuk mengatasi atau koping terhadap
masalah
KONSEP STRES
1. DEFINISI STRES
Stres adalah satu kondisi ketika individu berespons terhadap perubahan dalam
status keseimbangan normal (Kozier, 2011).
Stres adalah segala situasi di mana tuntutan non-spesifik mengharuskan
seorang individu berespon dan melakukan tindakan (Selye, 1976 dalam Potter
dan Perry, 2005).
Stressor adalah setiap kejadian atau stimulus yang menyebabkan individu
mengalami stres. Ketika seseorang menghadapi stressor, responnya disebut
sebagai strategi koping, respon koping, atau mekanisme koping.
2. SUMBER STRES
Terdapat banyak sumber stres, yang secara luas dapat diklasifikasikan sebagai
stressor internal atau eksternal, atau stressor perkembangan atau situasional.
a. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang, sebagai contoh,
demam, kondisi seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan
emosi seperti rasa bersalah, kanker atau perasaan depresi.
b. Stressor eksternal berasal dari luar individu, sebagai contoh perpindahan
ke kota lain, kematian anggota keluarga, atau tekanan dari teman sebaya,
4. MODEL STRES
Asal dan efek stress dapat diperiksa dalan istilah kedokteran dan model
teoritis perilaku. Model stress digunakan untuk mengidentifikasi stresor bagi
individu tertentu dan memprediksi respons individu tersebut terhadap stresor.
Setiap model menekankan aspek stres yang berbeda.
Model stres membantu perawat mengidentifikasi stresor dalam situasi tertentu
dan untuk memprediksi respon individu. Perawat dapat menggunakan
pengetahuan mengenai model tersebut untuk membantu klien memperkuat
respon koping yang sehat dan dalam menyesuaikan respons yang tidak sehat
dan tidak produktif. Tiga model utama stres adalah model berbasis stimulus,
berbasis respons, dan berbasis transaksi.
a. Model Berbasis Stimulus
Dalam model berbasis stimulus, stres didefinisikan sebagai stimulus,
peristiwa hidup, atau sekelompok situasiyang membangkitkan reaksi
fisiologik dan/atau psikologik yang dapat meningkatkan kerentanan
individu terhadap penyakit. Dalam penelitiannya, Holmes and Rahe
(1976) menetapkan nilai numerik terhadap 43 perubahan atau peristiwa
hidup. Skala peristiwa hidup yang menimbulkan stres digunakan untuk
mendokumentasikan pengalam individu yang relatif baru, seperti
Reaksi Alarm
Fase syok
Fase Kontersyok
Tahap Resistensi
Istirahat kematian
6. TAHAPAN STRES
a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan
nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan
tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi
tajam.
b. Stres Tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi
tidak segar dan letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah
sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman
(bowel discomfort), jantung berdebar, otot tengkung dan punggung tegang.
Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.
c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi
tidak teratur (kadang-kadang diare), otot semakin tegang, emosional,
Cara yang ditempuh dapat bersifat terbuka maupun tertutup, antara lain:
1) Menghadapi tuntutan secara frontal (terang-terangan)
2) Regresi (menarik diri) atau tidak mau tahu sama sekali
3) Kompromi (atau kesepakatan)
Contoh:
Seorang mahasiswa gagal dalam ujian akhir program, mungkin ia akan
bekerja keras (terang-terangan), regresi dengan keluar dari pendidikan,
serta mungkin mau mengulang lagi dengan berusaha semampunya
(kompromi)).
c. Jenis Adaptasi
1) Adaptasi fisiologik – bisa terjadi secara lokal atau umum
Contoh: Seseorang mampu mengatasi stres, tangannya tidak
berkeringat dan tidak gemetar, serta wajahnya tidak pucat.
2) Adaptasi psikologis – bisa terjadi secara:
a) Sadar: Individu mencoba memecahkan/menyesuaikan diri dengan
masalah.
b) Tidak sadar: Menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence
mechanism).
c) Menggunakan gejala fisik (konversi) atau
psikofisiologik/psikosomatik
Apabila seseorang mengalami hambatan atau kesulitan dalam
beradaptasi, baik berupa tekanan, perubahan, maupun ketegangan emosi
dapat menimbulkan stres. Stres bisa terjadi apabila tuntutan atau
keinginan diri tidak terpenuhi.