Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri makanan, farmasi, pengolahan air, minyak dan gas alam dalam
pengolahannya menggunakan proses adsorpsi. Adsorpsi digunakan untuk
pemisahan campuran gas atau cairan berdasarkan perbedaan karakteristik
kesetimbangan dan kemampuan mendifusi melalui pori-pori media pemisahnya.
Karbon berpori dapat digunakan sebagai adsorben (penjerap) dalam proses
adsorpsi, material tersebut dapat menjerap berbagai zat dengan menarik molekul
tersebut ke permukaan internal. Luas permukaan karbon berpori merupakan salah
satu karakteristik yang mempengaruhi besarnya kapasitas adsorpsi dan
kemampuan penjerapan adsorbat (zat yang dijerap). Semakin luas permukaan
maka makin banyak zat yang teradsorpsi. Proses yang dapat menghasilkan karbon
berpori adalah pirolisis.
Pirolisis adalah suatu proses penguraian bahan kimia yang hanya
menggunakan energi panas. Pirolisis yang menghasilkan karbon disebut dengan
karbonisasi. Parameter yang berpengaruh pada proses karbonisasi adalah laju
pemanasan (ramprate), suhu dan waktu proses karbonisasi (holding time).
Penelitian pembuatan karbon berpori menyimpulkan bahwa semakin tinggi suhu
pirolisis maka luas permukaan karbon berpori akan semakin besar. Semakin
lambat laju pemanasan/ramprate maka luas permukaan karbon berpori akan
semakin besar. Lamanya holding time/thermal soak time (waktu proses pirolisis)
akan berpengaruh pada proses pembentukan dan pemantapan pori.
Karena pentingnya laju pemanasan, suhu dan waktu proses pirolisis dalam proses
pirolisis, maka proses kendali dan pemantauan suhu dan laju pemanasan sangat
diperlukan, agar peneliti dapat mengendalikan besar suhu dan laju pemanasan
dalam menghasilkan produk dengan proses pirolisis. Diharapkan dengan
teknologi di bidang elektronika mampu untuk merealisasikannya.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Pirolisis ?


2. Proses dan instrumentasi pirolisis ?
3. Desain Sistem Kontrol Suhu dan Laju Pemanasan Alat Pirolisis ?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui apa itu Pirolisis
2. Dapat mengetahui proses dan instrumentasi pirolisis ?
3. Dapat mengetahui Desain Sistem Kontrol Suhu dan Laju Pemanasan Alat
Pirolisis ?

1.4 Manfaat
1. Dapat menambah wawasan tentang proses proses pirolisis
2. Sebagai salah satu rute thermal untuk pengolahan limbah biomassa

2
BAB II
PEMBAHASAN

Pirolisis adalah dekomposisi termokimia bahan organik melalui proses


pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau pereaksi kimia lainnya, di mana
material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas.
Pirolisis adalah kasus khusus termolisis. Pirolisis ekstrem, yang hanya
meninggalkan karbon sebagai residu, disebut karbonisasi. Karbonisasi adalah
istilah untuk konversi dari zat organik menjadi karbon atau residu yang
mengandung karbon melalui pirolisis atau destilasi destruktif. Hal ini sering
digunakan dalam kimia organik dengan mengacu pada generasi gas batubara serta
aspal batubara dari batubara mentah. Bahan bakar fosil umumnya merupakan
produk dari karbonisasi sayuran. Istilah karbonisasi juga diterapkan pada pirolisis
batubara untuk memproduksi kokas. Karbonisasi juga merupakan suatu tahap
dalam proses pembuatan arang, dan dianggap sebagai langkah yang paling penting
dari semuanya karena memiliki kekuatan untuk mempengaruhi seluruh proses
mulai dari pohon yang tumbuh hingga distribusi akhir arang ke berbagai sumber.

2.1 Proses briket batubara terkarbonisasi

Briket batubara terkarbonisasi adalah briket yang sebelumnya mengalami suatu


proses karbonisasi. Karbonisasi adalah proses pemanasan batubara sampai suhu
dan waktu tertentu (200–1000 °C (390–1800 °F) pada kondisi miskin oksigen
untuk menghilangkan kandungan zat terbang batubara sehingga dihasilkan
padatan yang berupa arang batubara atau kokas atau semi kokas dengan hasil
samping tar dan gas. Proses ini digunakan secara umum dalam industri kimia,
misalnya, untuk menghasilkan arang, karbon aktif, metanol, dan bahan kimia
lainnya dari kayu, untuk mengkonversi etilena diklorida menjadi vinil klorida
untuk membuat PVC, untuk menghasilkan kokas dari batubara, untuk mengubah
biomassa menjadi gas sintesis dan biochar, untuk mengubah limbah plastik
kembali menjadi minyak yang dapat digunakan atau limbah menjadi zat yang
aman sekali pakai, dan untuk mengubah hidrokarbon dengan berat molekul
menengah seperti minyak menjadi yang lebih ringan seperti bensin. Pirolisis juga
digunakan dalam pembuatan nanopartikel, zirconia dan oksida memanfaatkan
nozzle ultrasonik dalam proses yang disebut ultrasonic spray pyrolysis (USP).
Dalam banyak aplikasi industri, proses ini dilakukan di bawah tekanan dan pada
suhu operasi di atas 430 °C (806 °F). Untuk limbah pertanian, misalnya, suhu
yang khas adalah 450–550 °C (840–1000 °F). Pirolisis etil akrilat terurai menjadi
asam akrilat serta gas etena pada 590 °C. Dalam industri pemrosesan wol,
karbonisasi adalah nama untuk proses kimia dimana materi sayuran dihilangkan
dari wol, yaitu merupakan bagian dari proses penggosokan wol.

2.2 Furnace

3
Atau juga sering disebut dengan tungku pembakaran adalah sebuah
perangkat yang digunakan untuk pemanasan. Nama itu berasal dari bahasa latin
Fornax, oven. Kadang-kadang orang juga menyebutnya dengan kiln. Furnace
sendiri sering di analogikan dengan furnace sebagai keperluan industri yang
digunakan untuk banyak hal, seperti pembuatan keramik, ekstraksi logam dari
bijih (smelting) atau di kilang minyak dan pabrik kimia lainnya, misalnya sebagai
sumber panas untuk kolom distilasi fraksional. Adapun bahan bakar yang paling
umum untuk furnace modern adalah gas alam, termasuk LPG (liquefied petroleum
gas), bahan bakar minyak, batu bara atau kayu. Dalam beberapa kasus pemanasan
resistensi listrik juga sering digunakan sebagai sumber panas, jika saja biaya
listriknya rendah. Hampir seluruh furnace menggunakan bahan bakar cair, bahan
bakar gas atau listrik sebagaimasukan energinya.

Macam – macam furnace :

1. Furnace induksi dan busur/arc menggunakan listrik untuk melelehkan


baja dan besi tuang.
2. Furnace pelelehan untuk bahan baku bukan besi menggunakan bahan
bakar minyak.
3. Furnace yang dibakar dengan minyak bakar hampir seluruhnya
menggunakan minyak furnace, terutama untuk pemanasan kembali dan
perlakuan panas bahan.

Minyak diesel ringan (LDO) digunakan dalam furnace bila tidak dikehendaki
adanya sulfur.Idealnya furnace harus memanaskan bahan sebanyak mungkin
sampai mencapai suhu yangseragam dengan bahan bakar dan buruh sesedikit
mungkin. Kunci dari operasi furnace yangefisien terletak pada pembakaran bahan
bakar yang sempurna dengan udara berlebih yangminim. Furnace beroperasi
dengan efisiensi yang relatif rendah (serendah 7 persen) dibandingkandengan
peralatan pembakaran lainnya seperti boiler (dengan efisiensi lebih dari 90
persen). Halini disebabkan oleh suhu operasi yang tinggi dalam furnace. Sebagai
contoh, sebuah furnace yang memanaskan bahan sampai suhu 1200 Deg.C akan
mengemisikan gas buang pada suhu 1200 Deg.C atau lebih yang mengakibatkan
kehilangan panas yang cukup signifikan melalui cerobong. Dimensi furnace dan
kemampuan menghasilkan panasnya dapat ditentukan berdasarkan perhitungan
sesuai fungsi dan kebutuhannya. Misalkan furnace untuk kebutuhan pembangkit
listrik sudah barang tentu memerlukan dimensi yang besar. Karena untuk
menghasilkan uap melalui boiler diperlukan energi panas yang besar pula.
Material furnace juga ditentukan sesuai dengan kebutuhan dan energi apa yang
akan digunakannya. Bisa menggunakan dinding terbuat dari plat ss dengan isolasi
ceramic fiber, atau menggunakan dinding bata tahan api. Semuanya tergantung
sesuai aplikasinya. Furnace secara luas dibagi menjadi dua jenis berdasarkan
metode pembangkitan panasnya: furnace pembakaran yang menggunakan bahan
bakar, dan furnace listrik yang menggunakan listrik. Furnace pembakaran dapat
digolongkan menjadi beberapa bagian, jenis bahan bakar yang digunakan, cara

4
pemuatan bahan baku, cara perpindahan panasnya dan cara pemanfaatan kembali
limbah panasnya. Tetapi, dalam praktiknya tidak mungkin menggunakan
penggolongan ini sebab furnace dapat menggunakan berbagai jenis bahan bakar,
cara pemuatan bahan ke furnace yang berbeda. Sebuah muffle furnace, digunakan
untuk anil, pengerasan, dan tempering; panas yang diperoleh dengan minyak,
yang terkandung dalam tangki A, dan disimpan di bawah tekanan oleh
pemompaan pada suatu interval dengan gagang kayu, sehingga bila katup B
dibuka minyak yang menguap dengan lewat melalui kumparan pemanas di pintu
masuk tungku, dan ketika dinyalakan akan membakar api gas. Kemudian masuk
ke dalam tungku C melalui dua luban, dan memutar di bawah D dan di meredam
D, berdiri di slab clay tahan api. Pintu ini ditutup oleh dua blok clay tahan api di
E. A suhu lebih dari 2000 °F dapat diperoleh dalam tungku dari ruang ini, dan
panas yang memang di bawah kendali yang sempurna. Salt bath furnace modern
digunakan untuk sejumlah aplikasi perlakuan panas seperti:

1. Preheating
2. Austenitizing
3. Martempering
4. Pengerasan netral
5. High-Speed Tool Pengerasan
6. Tempering Nitridasi
7. karburizing
8. heat treatment solution
9. Dip brazing

sistem modern menawarkan keseragaman kecepatan ramp-up dan pemanasan


tinggi dengan suhu dipertahankan untuk dalam waktu 5 derajat di seluruh bath
sehingga memberikan hasil pengolahan yang tinggi dan seragam.sekarang ini
furnace dipanaskan oleh listrik, minyak atau gas. Dalam pengadaan Salt harus
diberikan perhatian khusus pada Bath Furnace sehingga standar keselamatan
operator dan persyaratan lingkungan lokal dipenuhi dan teknologi pengolahan
limbah yang terlibat memenuhi peraturan pemerintah dan memberikan untuk
pengelolaan sampah yang komprehensif dan biaya-efektif seperti sistem
pembuangan lumpur efektif. sistem modern termasuk tahap modular untuk
mengakomodasi pra-dan pasca-perawatan yang dikombinasikan dengan kontrol
penuh Programmable yang menawarkan kemampuan dan pengolahan yang tepat.

perlakuan panas yang diaplikasikan dalam alat ini antara lain:

1. annealing
2. nitridasi
3. melting

5
4. tempering
5. pengerasan
6. pemateri
7. galvanizing
8. aluminizing
9. serta perlakuan Permukaan berbagai logam & paduan

2.3 Tanur vakum

Tanur vakum atau vacuum furnace adalah jenis furnace yang dapat
memanaskan bahan, biasanya logam, pada temperatur sangat tinggi dan
melaksanakan proses seperti mematri, sintering dan perlakuan panas dengan
konsistensi tinggi dan kontaminasi rendah.Dalam sebuah vacuum furnace produk
dalam tungku dikelilingi oleh ruang hampa. Tidak adanya udara atau gas lainnya
mencegah perpindahan panas dengan produk melalui konveksi dan
menghilangkan sumber kontaminasi.

Beberapa manfaat dari vakum furnace adalah:

1. Uniform dalam rentang temperatur 2000-2800 °F (1100-1500 °C)


2. Suhu dapat dikontrol dalam area kecil
3. kontaminasi dari karbon oksigen dan gas-gas lain pada produk rendah
4. pendinginan produk cepat
5. Proses dapat dikendalikan komputer untuk memastikan berulangnya
fasa dalam metalurgi.

Pemanas logam untuk temperatur tinggi biasanya menyebabkan oksidasi


cepat, yang tidak diinginkan.Vakum furnace menghilangkan oksigen dan
mencegah hal ini terjadi.Gas inert,seperti Argon,biasanya digunakan untuk
mempercepat pendinginan logam sampai kembali ke tingkat non-metalurgi (di
bawah 400 °F) setelah proses yang diinginkan dalam tungku. Gas inert dapat
ditekan untuk dua kali perlakuan atau lebih, kemudian mengalir melalui daerah
zona panas untuk mengambil panas sebelum melalui sebuah penukar panas untuk
membuang panas. Proses ini diulang sampai suhu yang diinginkan tercapai.
Penggunaan umum dari vakum furnace adalah untuk heat treatment baja paduan.
Banyak perlakuan panas yang dapat menggunakan vakum furnace misalnya
hardening dan tempering dari baja untuk menambah kekuatan dan ketangguhan.
Pengerasan melibatkan pemanasan baja ke suhu yang sudah ditentukan, kemudian
didinginkan secara cepat. Vacuum furnace yang ideal untuk aplikasi mematri.
Mematri merupakan proses perlakuan panas yang digunakan untuk menggabung
dua atau lebih komponen dasar logam dengan pelelehan lapisan tipis logam
pengisi dalam celah antara logam tersebut. Aplikasi lainnya dari vakum furnace
adalah Vacuum karburasi, yang juga dikenal sebagai Tekanan Rendah karburasi
atau LPC.Dalam proses ini, gas (seperti asetilen) dimasukkan dengan tekanan
parsial ke zona panas pada suhu biasanya antara 1600F dan 1950F. Gas

6
dimasukkan ke dalam molekul konstituen (dalam hal ini karbon dan hidrogen).
karbon tersebut kemudian menyebar ke daerah permukaan logam. Hal ini
biasanya diulang dalam berbagai durasi input gas dan waktu difusi. Setelah benda
kerja sesuai dengan apa yang diinginkan kemudian diinduksi biasanya
menggunakan minyak atau gas bertekanan tinggi (HPGQ) berupa nitrogen atau
helium kemudian diquenching dengan cepat. Proses ini juga dikenal sebagai
pengerasan khusus.

2.4 Fluidized-bed furnace

Fluidized-bed furnace adalah tungku berbentuk silinder atau persegi dan


terdiri sebuah tungku Panjang Dari Ruang dan Reaksi Ruang untuk penyediaan
ledakan Udara atau distribusi gas ke perapian. Perapian, yang dirancang untuk
menyediakan distribusi seragam ledakan di atas penampang seluruh ruang reaksi,
adalah sebuah kisi logam atau plat beton dengan sebuah klep. Perapian,Yang
dirancang untuk mengatur distribusi ledakan yang seragam di seluruh penampang
ruang Reaksi tetap permanent, sebuah kisi logam atau plat bukaan yang terbuat
dari beton atau teradang dibuat dari blok keramik berpori yang berupa butiran
padat tersuspensi oleh udara atau gas yang mengalir melalui grid dan membentuk
fluidized bed di mana interaksi antara bahan padat dan gas berlangsung. Butiran
padat tersuspensi dibuat dari udara atau gas yang mengalir membentuk grid di
dalam fluidized bed di mana Interaksi antara Bahan berlangsung dalam bentuk
padat dan gas. Produk jadi (misalnya, sinter) dibuang dari tungku melalui sebuah
pintu di bagian atas dari fluidized bed. Alat penukar panas dipasang di zona
fluidized untuk melakukan pemanasan dalam bed selama proses eksotermik
(pembakaran) atau untuk memasok panas ke fluidized bed selama proses
endotermik (pengurangan).Tungku fluidized-bed Multichamber dengan beberapa
bed fluidized sekuensial digunakan untuk proses yang melibatkan pengolahan
bahan dalam beberapa langkah pada berbagai suhu dan berbagai komposisi fasa
gas.Dibandingkan dengan furnace listrik jenis lain (misalnya, rotary kiln), di
dalam fluidized-bed furnace gas dan bahan lebih efektif berinteraksi dan lebih
seragam pada produk akhir, fluidized bed furnace juga membuat seintensive
mungkin dan otomatisasi proses berlangsung di dalamnya. Tungku induksi atau
Tanur induksi bekerja dengan prinsip transformator dengan kumparan primer
dialiri arus AC dari sumber tenaga dan kumparan sekunder. Kumparan sekunder
yang diletakkan di dalam medan mahnit kumparan primer akan menghasilkan arus
induksi. Berbeda dengan transformator, kumparan sekunder digantikan oleh bahan
baku peleburan serta dirancang sedemikian rupa agar arus induksi tersebut
berubah menjadi panas yang sanggup mencairkannya.

7
2.5 Tanur Busur Listrik

Tanur Busur Listrik atau Electric Arc furnance (EAF) adalah peralatan / alat
yang digunakan untuk proses pembuatan logam / peleburan logam, dimana besi
bekas dipanaskan dan dicairkan dengan busur listrik yang berasal dari elektroda
ke besi bekas di dalam tanur. Ada dua macam arus listrik yang bisa digunakan
dalam proses peleburan dengan EAF, yaitu arus searah (direct current ) dan arus
bolak – balik ( alternating current). Dan yang biasa digunakan dalam proses
peleburan adalah arus bolak-balik dengan 3 fase menggunakan electroda graphite.

DESAIN SISTEM
Sistem dirancang untuk mengendalikan parameter suhu dan laju pemanasan
dengan metode fuzzy logic controller yang diimplementasikan pada sebuah
mikrokontroler. Untuk mempermudah penggunaannya, maka sistem dilengkapi
dengan LCD Matrix 20X4 untuk penampil menu kerja. Desain keseluruhan sistem
dapat dilihat pada Gbr. 1.

Gbr. 1 Diagram blok sistem pengendalian suhu dan laju pemanasan alat
pirolisis

A. Desain Perangkat Keras

1) Ruang Pemanasan: Ruang pemanasan yang digunakan untuk proses pirolisis


berukuran 35cm×20cm×20cm. Untuk mengetahui nilai parameter suhu dan laju
pemanasan digunakan thermocouple tipe K yang mempunyai rentang pengukuran
-200°C sampai dengan 1300°C. Thermocouple mempunyai keluaran berupa beda
tegangan pada kedua terminal keluarannya. Sensitivitas thermocouple jenis K
adalah sebesar ±41μV/°C[1]. Sesuai ketentuan ASTM (American Society for
Testing and Materials), pengukuran keluaran thermocouple hanya didapat apabila
suhu pada terminal keluarannya (reference junction) 0 ºC[5].Konversi suhu

8
terukur menjadi tegangan keluaran dapat menggunakan (1). Untuk konversi
tegangan keluaran menjadi suhu terukur dapat menggunakan (2).
( )(1)
(2)
(1) dan (2) menggunakan koefisien yang tiap jenis themocouple mempunyai nilai
yang berbeda. Pada prakteknya, sukar untuk mempertahankan suhu reference
junction 0 ºC, maka keluaran tegangan thermocouple dapat dihitung dengan (3)[1]
[5].
(3)
= tegangan thermocouple dengan reference junction 0 ºC.
= tegangan thermocouple dengan reference junction yang terukur r ºC.
= tegangan thermocouple pada suhu r ºC dengan reference junction 0 ºC.
2) Modul Pengkondisi Sinyal Thermocouple: Modul ini berfungsi untuk
mengolah keluaran analog thermocouple menjadi data digital. Modul ini terdiri
dari 3 bagian yaitu : pengkompensasi tegangan keluaran thermocouple (LM35),
penguat instrumentasi dan konverter tegangan ke frekuensi. Diagram blok modul
pengkodisi sinyal seperti pada Gbr. 2.

Gbr. 2 Diagram blok modul pengkondisi sinyal thermocouple


Pengkompensasi tegangan keluaran thermocouple berfungsi untuk mengukur suhu
reference junction (Tr) menggunakan

Gbr. 2 Diagram blok modul pengkondisi sinyal thermocouple

Pengkompensasi tegangan keluaran thermocouple berfungsi untuk mengukur suhu


reference junction (Tr) menggunakan sensor LM35 yang mempunyai sensitivitas
10 mV/°C[2] . Keluaran dari LM35 akan dihubungkan ke port ADC kanal 0 pada

9
modul pengendali. Apabila suhu reference junction (Tr), maka nilai E0r dapat
dihitung dengan (1).
Penguat instrumentasi terdiri dari 3 buah OPAMP yang berfungsi untuk
menguatkan sinyal keluaran thermocouple yang besarnya hanya dalam orde mV.
Kemudian keluaran dari penguat instrumentasi dihubungkan dengan konverter
tegangan ke frekuensi.
Konverter tegangan ke frekuensi berfungsi untuk mengkonversi tegangan
keluaran penguat instrumentasi menjadi gelombang kotak dengan frekuensi
berbanding lurus dengan besar tegangan masukan, menggunakan IC XR4151
yang mempunyai range tegangan masukan 0 – 10 Volt dan waktu respon sebesar
135 ms[7]. Keluaran dari konverter tegangan ke frekuensi berupa gelombang
kotak dengan level TTL, dihubungkan port INT0 mikrokontroler pada modul
pengendali untuk dicacah . Frekuensi atau banyaknya cacahan pulsa (gelombang
kotak) dalam 1 detik dapat dikonversi menjadi nilai Ejr, Sehingga nilai E0j dapat
dihitung dengan (3) dan dapat dikonversi menjadi nilai suhu ruang pemanasan
(Tj) dengan (2).
3) Modul Pengendali: Modul pengendali berupa sistem minimum mikrokontroler
ATMega32 yang didukung oleh perangkat lunak berfungsi sebagai elemen
pengukuran, pembanding dan kontrol. Sebagai elemen pengukuran dan
pembanding, port INT0 (port D.2) dihubungkan dengan keluaran modul
pengkondisi sinyal thermocouple. Sebagai elemen kontrol, pada port INT1 (port
D.3) dihubungkan dengan modul zero cross detector dan pada port D.4
dihubungkan dengan modul pengendali tegangan AC untuk memicu TRIAC. Pada
modul pengendali dihubungkan dengan LCD Matrix 20X4 untuk menampilkan
menu kerja alat. Untuk pengaturan parameter setpoint, ramprate dan holding time
disediakan 5 buah tombol yang berfungsi untuk menaik/turunkan nilai parameter,
mengganti menu dan eksekusi pengendalian. Skematik modul pengendali dapat
dilihat pada Gbr. 3.

10
Gbr. 3 Skematik modul pengendali
4) Modul Zero Cross Detector: Modul ini berfungsi untuk mendeteksi pergantian
siklus antara siklus positif dan negatif pada tegangan AC. Pergantian siklus yang
terjadi pada titik nol digunakan untuk acuan pemicuan TRIAC. Keluaran modul
berupa gelombang kotak dengan level TTL, yang berfrekuensi sama dengan input
sinyal AC untuk membangkitkan interupsi Eksternal 1 mikrokontroler pada modul
pengendali.

5) Modul Pengendali Tegangan AC: Modul ini berfungsi sebagai elemen koreksi,
mengatur aliran panas ke dalam ruang pemanasan dengan cara mengatur tegangan
AC pemanas metode kontrol sudut fasa. Metode kontrol sudut fasa adalah
pengontrolan tegangan AC dengan cara memberikan waktu tunda ( ) pada picuan
TRIAC[4] seperti pada Gambar 4. Dengan tegangan AC sumber ( ), maka besar
tegangan hasil pengontrolan ( ) adalah sesuai dengan (4). Arus maksimal yang
mengalir pada pemanas adalah sebesar 21,56 Ampere. TRIAC yang digunakan
untuk mengatur tegangan pemanas adalah BTA41-600B yang mampu
mengalirkan arus maksimal 41 Ampere dengan tegangan maksimal kedua
terminal sebesar 600 Volt. IC MOC3021 digunakan untuk mengisolasi level
tegangan AC dan level tegangan mikrokontroler. Dalam penelitian ini, modul
pengendali tegangan AC dihubungkan dengan port D.4 mikrokontroler pada
modul pengendali.
B. Desain Perangkat Lunak

1) Modul Pengendali: Modul pengendali berupa sistem minimum mikrokontroler


ATMega32 yang didukung oleh perangkat lunak berfungsi sebagai elemen
pengukuran, pembanding dan kontrol. Sebagai elemen pengukuran, melakukan
perhitungan nilai suhu ruang pemanas. Sebagai elemen pembanding, melakukan
perhitungan nilai error dari target. Sebagai elemen kontrol, melakukan
perhitungan dengan metode fuzzy logic controller yang menghasilkan perubahan
waktu tunda picuan TRIAC dan melakukan picuan TRIAC untuk mengatur
tegangan pemanas. ADC diaktifkan untuk mengkonversi keluaran analog LM35
pada port ADC kanal 0. Interupsi yang diaktifkan yaitu Eksternal 0 untuk
mencacah gelombang kotak keluaran dari modul pengkondisi sinyal. Eksternal 1
untuk mendeteksi perubahan logika keluaran modul zero cross detector. Timer 0
untuk pengatur waktu tundaan picuan TRIAC, yang dipengaruhi nilai register

11
TCNT0. Timer 1 sebagai pengatur interupsi dengan periode 1 detik, didalam
interupsi ini terdapat rutin perhitungan dengan metode fuzzy logic controller yang
menghasilkan perubahan waktu tunda picuan TRIAC untuk mengendalikan daya
pemanas. Diagram alir rutin kerja dalam interupsi Timer 1 seperti pada Gbr. 5.
Timer 2 untuk pengatur rutin kerja tampilan menu pada LCD dan kerja tombol,
Komunikasi serial digunakan untuk berkomunikasi dengan PC, interupsi
dibangkitkan apabila ada penerimaan data (RX) dari PC.
52 JNTETI, Vol. 1, No. 3, November 2012
ISSN 2301 – 4156 Sistem Kontrol Suhu...

Gbr.5 Diagram alir interupsi Timer 1

2) Fuzzy Logic Controller : Sistem kendali ini mempunyai 4 variabel input yaitu
E (error), CE ( change of error ), Delay ( nilai register TCNT0 pada
mikrokontroler) dan suhu ruang pemanasan. Tahap pertama kendali logika fuzzy
adalah fuzzifikasi, yaitu pemetaan masing- masing variable input untuk
menghasilkan derajat keangggotaannya. Untuk itu, perlu ditentukan besar
semester pembicaraan dan pembagian himpunan fuzzy untuk masing-masing
variable input

12
Keseluruhan semesta pembicaraan variabel E (error) dan 7 pembagian himpunan
fuzzy adalah seperti Gbr. 6.

Gbr. 6 Variabel input E


Keseluruhan semesta pembicaraan variabel CE (change of error) dan 5 pembagian
himpunan fuzzy adalah seperti Gbr. 7.

Gbr. 7 Variabel input CE


Keseluruhan semesta pembicaraan variabel delay dan 3 pembagian himpunan
fuzzy adalah seperti Gbr. 8.

Gbr. 8 Variabel input delay


Keseluruhan semesta pembicaraan variabel suhu ruang pemanasan dan 3
pembagian himpunan fuzzy adalah seperti Gbr. 9.

Gbr. 9 Variabel input suhu ruang pemanasan


Sebagai output kendali fuzzy adalah perubahan nilai register TCNT0 pada
mikrokontroler yang mempengaruhi besar waktu tunda picuan TRIAC.
Keseluruhan semesta pembicaraan varibel output dan 5 pembagian himpunan
fuzzy adalah seperti Gbr. 10.

Gbr. 10 Variabel output


Setelah proses fuzzifikasi yang menghasilkan nilai derajat keanggotaan dari
semua variabel input, dilanjutkan dengan proses implikasi yaitu pengambilan nilai
terkecil dengan operasi fuzzy min dari variabel input yang terlibat dalam aturan
fuzzy. Aturan fuzzy dirancang berdasarkan pengetahuan tentang keluaran sistem
yang akan dikendalikan dalam format IF THEN. Dalam penelitian ini melibatkan
59 aturan fuzzy, maka proses implikasi menghasilkan 59 keluaran nilai terkecil
dari variabel input dalam setiap aturan fuzzy.
Setelah implikasi, dilanjutkan dengan proses agregasi yaitu proses penggabungan
keluaran implikasi berupa nilai terkecil dari variabel input dalam setiap aturan
fuzzy, untuk mendapatkan nilai derajat keanggotaan terbesar dengan operasi fuzzy
max.
Tahap akhir adalah proses defuzzifikasi untuk mendapatkan keluaran tegas dari
keluaran proses agregasi berupa nilai derajat keanggotaan terbesar ( maksimal)
dari setiap proses implikasi sebanyak 59 aturan fuzzy. Metode yang dipakai untuk
defuzzifikasi pada penelitian ini adalah centroid

2.6 Proses pirolisis pada pengolahan limbah organic dan anorganik


Alat yang digunakan

Gbr. 11 Alat pengolahan sampah Gbr. 12 Alat pengolahan sampah

Alat pengolahan sampah untuk bahan plastik dengan menggunakan energy


panas tanpa melibatkan oksigen, dimana plastic akan mengalami pemecahan
struktur kimia menjadi frase gas, kemudian dikondensasi proses berlangsung
selama 2-3 jam per cycle dengan temperature antara 450-500°C.
Gbr. 13 Alat penggabungan presto dan blender

Alat teknologi pengolahan sampah yang menggunakan energy panas dan air
untuk menghasilkan tekanan tinggi serta dibantu dengan gerakan mekanis. Analogi
sederhana adalah penggabungan antara panic presto dengan blender proses
berlangsung selama 2-3 jam per cycle dengan temperature antara 150-200°C dengan
tekanan 5-15 bar. Evisiansi energy 50 gram bungkus yang lebih besar, plastic yang
jelek temperature pemanasan mencapai 500 °C, minyak bakar proses 3 jam, plastic
indomie menghasilkan produk minyak cair, plastic botol produknya kental 1 kali
proses 3 ltr. Terjadi destilasi dibawah 300°C banyak endapan, diatas 500°C uap
banyak minyak sedikit.
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Keimpulan

Pirolisis adalah dekomposisi termokimia bahan organik melalui proses


pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau pereaksi kimia lainnya, di mana material
mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Pirolisis adalah
kasus khusus termolisis. Pirolisis adalah suatu proses penguraian bahan kimia yang
hanya menggunakan energi panas. Pirolisis yang menghasilkan karbon disebut
dengan karbonisasi. Parameter yang berpengaruh pada proses karbonisasi adalah laju
pemanasan (ramprate), suhu dan waktu proses karbonisasi (holding time).

3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai