Anda di halaman 1dari 81

PEDOMAN PELAYANAN

PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA
RS. BAPTIS BATU TAHUN 2013

RS BAPTIS BATU
JL RAYA TLEKUNG NO 1
JUNREJO - BATU
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................. i Daftar


Isi...................................................................................................... ii BAB I.
PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Tujuan Pedoman.............................................................................. 2
C. Ruang Lingkup Pelayanan .............................................................. 2
D. Batasan Operasional........................................................................ 17
E. Landasan Hukum ............................................................................ 19
BAB II. STANDAR KETENAGAAN ....................................................... 21
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ................................................. 21
B. Distribusi Ketenagaan ..................................................................... 23
C. Pengaturan Jaga............................................................................... 23
BAB III. STANDAR FASILITAS.............................................................. 24
A. Denah Ruang ................................................................................... 24
B. Standar Fasilitas .............................................................................. 24
BAB IV. TATA LAKSANA PELAYANAN ............................................. 25
BAB V. LOGISTIK .................................................................................... 30
BAB VI. KESELAMATAN PASIEN ........................................................ 43
BAB VII. KESELAMATAN KERJA......................................................... 44
BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU....................................................... 45
BAB IX. PANDUAN K3 KONTRUKSI.................................................... 47
BAB X. PENUTUP..................................................................................... 54

ii
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Rumah sakit sebagai badan usaha merupakan tempat berkumpulnya


tenaga kerja, pimpinan, pasien, pengunjung, dan mitra kerja yang lain. Dalam
hubungannya antara pimpinan dan tenaga kerja, ada hak dan kewajiban yang
harus dilakukan, salah satunya adalah hak tenaga kerja untuk mendapatkan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam menjalankan tugasnya. Sedangkan
kewajiban tenaga kerja di antaranya adalah menjalankan atau mematuhi
peraturan yang ditetapkan, misalnya tenaga kerja harus memakai alat
pelindung diri pada proses pekerjaan yang memerlukan alat pelindung diri.
Sementara itu, pimpinan berkewajiban untuk menyediakan alat pelindung diri
sehingga pekerja terhindar dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja.Sesuai
dengan visi Rumah Sakit Baptis Batu “Menjadi Rumah Sakit Utama Pilihan
Masyarakat Malang Raya Karena pelayanan kesehatan yang berpusat pada
pasien dengan mengutamakan mutu dan keselamatan pasien” untuk itu maka
perlu di bentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) di
Rumah Sakit Baptis Batu.

Dalam pelaksanaan K3 diperlukan penanganan yang serius dan


dukungan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
melibatkan seluruh bidang kegiatan dan seluruh sumber daya manusia (SDM)
yang ada. Dengan adanya komitmen antara pimpinan, pegawai, dana, dan
pengelolaan yang baik disertai pelaksanaan yang berkesinambungan maka
rumah sakit akan dapat melaksanakan kegiatan K3 sesuai dengan harapan.

Buku Pedoman Pelayanan Panitia Pembina Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (P2K3) Rumah Sakit Baptis Batu ini diharapkan dapat
menjadi acuan yang memberikan kemudahan bagi pimpinan dan pegawai
dalam melaksanakan berbagai program dan ketentuan K3 yang ditetapkan.

1
Pelaksanaan K3 yang serius dan baik akan dapat mengurangi
timbulnya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja baik bagi pegawai,
pekerja, pasien, dan masyarakat/pengunjung yang berada di Rumah Sakit
Baptis Batu. Sehingga pada akhirnya, diharapkan segenap pegawai, pekerja,
pasien, dan masyarakat/ pengunjung akan merasa aman dan nyaman berada di
Rumah Sakit Baptis Batu.

B. Tujuan Pedoman.
1. Melindungi setiap orang yang berada di tempat kerja agar selalu dalam
keadaan sehat dan selamat
2. Melindungi bahan dan alat-alat agar dapat digunakan secara aman dan
efisien
3. Terbentuknya Panitia PembinaKeselamatan dan Kesehatan Kerja di rumah
sakit melalui kerjasama lintas program dan lintas sektoral
4. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja, kebakaran, dan penyakit
akibat kerja
5. Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, alat, dan bahan berbahaya
6. Menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan tercipta penyesuaian
antara pekerjaan dengan manusia atau manusia dengan pekerjaan
7. Meningkatkan produktivitas kerja

C. Ruang Lingkup Pelayanan.

Ruang lingkup K3 meliputi aspek-aspek fisik, sarana dan prasarana, serta


SDM yang memadaiyaitu :
1) Adanya tenaga terlatih dalam bidang Penanggulangan Kebakaran dan
evakuasi bencana
Di RS Baptis Batu, sudah ada pengorganisasian dalam bidang
Penanggulangan Kebakaran dan Evakuasi bencana dan dalam
pelaksanaannya mengacu pada Disaster Plan.

2) Area beresiko di Rumah Sakit


Untuk area beresiko dibagi menjadi 2 yaitu :
(1) Resiko jika terjadi kegagalan utilitas (listrik & air tidak dapat
operasional) yaitu :
a. Laboratorium
b. Radiologi
c. Farmasi
d. ICU
e. IKO
f. KST
g. Binatu
h. Genset
i. Logistik
j. Gizi
Laboratorium,Radiologi,IKO,ICU & Farmasi wajib ada UPS untuk
mengantisipasi jika terjadi listrik PLN mati dan genset mengalami
masalah sehingga tidak ada pasokan listrik di area RS. Untuk air jika
ada masalah akan mendapat pasokan dari PDAM kota Batu & HIPAM
(sumber air swadaya desa Tlekung)
(2) Resiko jika terjadi kebakaran yaitu :
a. Instalasi Gizi
b. BPS
c. Penyimpanan o² & LPG
d. Genset
e. KST
f. Farmasi
g. Laboratorium
h. IKO
i. Radiologi
Guna mencegah terjadinya kebakaran maka langkah pertama adalah
perlu dilakukan assesmen kemungkinan kebakaran,pemasangan sign
K3 & monitoring serta evaluasi di daerah-daerah yang rawan untuk
terjadi kebakaran.
3) Adanya denah dan tanda-tanda K3 dilingkungan Rumah Sakit.
Untuk jalan keluar bila terjadi bencana diperlukan rambu-rambu/
tanda-tanda khusus sehingga memudahkan untuk evakuasi, antara lain:
(1) Rambu-rambu petunjuk arah jalan keluar, alat pemadaman api,
tempat-tempat berbahaya dan tanda-tanda larangan
(2) Denah, marka, tempat alat pemadaman api
(3) Ram, lorong-lorong, pintu darurat yang cukup lebar untuk
brankart
(4) Lampu darurat yang menyala otomatis
(5) Ruangan untuk lebih dari 60 orang minimal 2 pintu keluar
(6) Pintu-pintu dapat dibuka dari luar.

4) Adanya bidang yang menangani penanggulangan kebakaran.


Dalam Struktur organisasi/ kepanitiaan K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) di Rumah sakit sudah dibentuk Panitia Pembina
Keselamatan dan kesehatan Kerja (P2K3) yang dibagi menjadi 4
bidang& 2 Satgas, salah satunya yaitu Satgas Penanggulangan
Kebakaran & Bencana yang khusus menangani/ menanggulangi
kebakaran dan bencana yang mungkin terjadi di Rumah sakit.

5) Tersedianya APAR, Hydrant, Alarm dan Alat deteksi kebakaran.


Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang ada di
lingkungan Rumah Sakit maka disediakan Alat pemadam Api ringan
(APAR) di seluruh lingkugan Rumah Sakit yang penempatannyasesuai
dengan Permenaker No.04/Men/1980 tentang syarat –syarat
pemasangan dan pemeliharaan APAR yang dalam penerapannya
dikondisikan sesuai dengan keadaan bangunan RS Baptis Batu.
Sedangkan hydrant digunakan apabila APAR tidak memadai untuk
mengatasi kebakaran. Deteksi kebakaran diadakan agar sedini
mungkin bahaya kebakaran dapat diketahui dan dilakukan
penanggulangannya.
Alarm kebakaran sebagai tanda untuk menunjukkan bahwa disuatu
tempat tetentu terjadi kebakaran, memudahkan lokasi yang terjadi
kebakaran dapat segera diketahui sehingga memudahkan tindakan
penanggulangannya.

6) Tersedianya alat keamanan pasien


Tingkat ketergantungan dari setiap rumah sakit berbeda-beda, dari
tingkat ketergantungan sebagian kepada perawat sampai tingkat
ketergantungan yang total, misalnya pasien yang tidak sadar.

Dalam penyembuhan penyakit memerlukan tahapan-tahapan dari


duduk, berdiri, sampai dengan jalan yang semuanya itu dibutuhkan
lingkungan dan peralatan yang mendukung keamanan pasien; di dalam
ruangan diperlukan adanya:
(1) Adanya pegangan sepanjang tangga dan dinding.
(2) Toilet dilengkapi pegangan dan bel
(3) Pintu dapat dibuka dari luar.
(4) Tempat tidur dilengkapi penahan pada tepinya dengan jarak
terali lebih kecild aripada kepala anak.
(5) Sumber listrik dilengkapi dengan penutup dan pengaman.
(6) Tersedia oksigen yang cukup pada tempat yang penting.
(7) Ada alat penghisap dalam keadaan darurat.
(8) Adanya listrik pengganti bagi ruangan dan alat medis vital.

7) Adanya pemeriksaan kesehatan bagi semua calon pegawai


Rumah sakit merupakan tempat dimana kemungkinan sesuatu penyakit
dapat ditularkan baik dari petugas kepada pasien atau sebaliknya.
Dengan demikian perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi para
calon pegawai agar tenaga yang diterima dalam kondisi kesehatan
yang setinggi-tingginya, tidak terinfeksi penyakit dan cocok untuk
pekerjaan yang akan menjadi tanggungjawabnya.
Pemeriksaan calon pegawai meliputi ;
(1) Pemeriksaan fisik diagnostic di poliklinik oleh dokter
poliklinik.
(2) Pemeriksaan penunjang meliputi
a. Radiologi ; Foto Thorax
b. Laboratorium ; darah lengkap, urin lengkap
8) Adanya pemeriksaan khusus bagi pegawai yang bekerja pada tempat
yang beresiko tinggi.

Pemeriksaan khusus dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh-


pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-
golongan tenaga kerja tertentu. Dilakukan 1 kali dalam setahun.
Pemeriksaan kesehatan khusus ini dilakukan terhadap :

(1) Petugas yang bekerja di keperawatan (IKO,IGD,RUANG


BERSALIN,PETUGAS RUANG ISOLASI dilakukan
pemeriksaan rutin yang meliputi HBSAg,anti HCV,anti HIV)
(2) Petugas yang bekerja di Radiologi
(3) Petugas yang bekerja pada bagian Laboratoirum (dilakukan
pemeriksaan rutin yang meliputi HBSAg,anti HCV,anti HIV)
(4) Petugas pengelola makanan (dilakukan pemeriksaan meliputi
swab dubur,anti HAV)

9) Dilaksanakannya pencegahan, pemantauan dan penatalaksanaan


kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Rumah sakit sebagi tempat orang memulihkan kesehatannya dari sakit,
tetapi juga sebagai tempat orang sehat bekerja dan beraktivitas. Bagi
orang yang bekerja, tentu ada tempat-tempat dengan resiko tinggi
yaitu terjadinya kontaminasi atau tertular penyakit serta kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja. Upaya meningkatkan kesadaran pegawai
untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dan atau kecelakaan
kerja dilakukan dengan cara mengefektifkan pemakaian alat pelindung
diri bagi pekerja, pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan prosedur dan
penggunaan alat sesuai dengan manual yang telah ditetapkan.

Efektivitas pelaksanaan tugas pekerjaan tersebut dapat terjadi, apabila


P2K3 selaku penanggungjawab terselenggaranya Kesehatan kerja di
rumah sakit, secara berkesinambungan memantau pelaksanaan kerja
yang sehat sebagaiman telah ditetapkan dalam ketentuan

Penatalaksanaan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja dilakukan


dengan pencatatan yang dilakukan oleh P2K3, dalam form yang telah
disediakan. Hasil pencatatan dalam pelaksanaan pekerjaan menjadi
bahan evaluasi, agarkejadian yang serupa tidak terjadi lagi dalam
proses pekerjaan selanjutnya.

10) Adanya ketentuan tentang pengadaan, penyimpanan dan


pengelolaan jasa dan bahan berbahaya.
Bahan berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam
bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan
kesehatan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung.
Mengingat resiko yang ditimbulkan akibat bahan berbahaya tersebut,
maka ketentuan di dalam hal pengadaan dan penyimpanan bahan
berbahaya mengacu kepada Permenkes 472/MENKES/PER/ V/ 1996
tentang Pengadaan Bahan Berbahaya bagi Kesehatan.

11) Adanya Pemantauan Kesehatan Lingkungan


Pemantauan kesehatan lignkungan kerja dilakukan terhadap faktor-
faktor : fisik, kimiawi, biologis, dan ergonomis, yang mempengaruhi
kesehatan kerja. Hal tersebut perlu dilakukan karena lingkungan kerja
dapat mempengaruhi kesehatan kerja para pegawai dalam bentuk
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Pemantauan lingkungan kerja meliputi:


(1) Faktor Fisik : Kebisingan, pencahayaan, listrik, panas getaran,
suhu, kelembaban dan radiasi.
(2) Faktor Kimiawi : gas anesthetic, cairan anestetic, fromaldehid,
mercury, debu.
(3) Faktor biologi: pemantauan rutin kadar HbSAg, pemeriksaan
angka kuman di ruangan khusus (IKO,KST,Ruang bayi &
ICU), pemeriksaan makanan dan Pemeriksaan IPAL.
(4) Faktor ergonomis: perencanaan tangga, cara mengangkat
beban, memindahkan pasien, memberi makan pasien, pekerjaan
yang dilakukan dengan duduk.
12) Pengelolaan Sanitasi Rumah Sakit.
(1) Penyehatan Bangunan dan Halaman Rumah Sakit
a) Pemeliharaan ruang dan bangunan :
1. Kegiatan pembersihan ruang dilakukan pada pagi,
siang dan sore hari.
2. Cara membersihkan ruangan yang menebarkan
debu harus dihindari, masing-masing ruang
dilengkapi dengan perlengkapan kebersihan
sendiri-sendiri.
3. Petugas kebersihan dalam menjalankan tugasnya
harus menggunakan APD yang telah disediakan.
b) Pencahayaan
1. Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar
tidak menimbulkan silau dan intensitasnya
disesuaikan dengan peruntukannya.
2. Jaringan instalasi listrik harus sering diperiksa
kondisinya untuk menjamin keamanan.

c) Penghawaan
1. Untuk penghawaan alamiah, lubang ventilasi
diupayakan system silang ( cross ventilation) dan
dijaga kebersihannya agar udara tidak terhalang.
2. Untuk mengurangi kadar udara dalam ruangan
(indoor) , 1 kali dalam 1 bulan supaya didesinfeksi
dengan menggunakan aerosol atau disarungdengan
electron presipitator/ menggunakan penyinaran
ultra violet.
3. Untuk pemantauan kualitas udara ruang minimal 2
kali setahun.
d) Kebisingan
1. Pengaturan dan tata letak ruangan harus
sedemikian rupa sehingga kamar dan ruangan
memerlukan suasana tenang terhindar dari
kebisingan.
e) Lalulintas antar ruangan
1. Pembagian ruangan dan lalulintas antar ruangan
harus didesain sedemikian rupa dan dilengkapi
dengan petunjuk letak ruangan, sehingga
memudahkan hubungan dan komunikasi antar
ruangan serta menghindari resiko terjadinya
kecelakaan dan kontaminasi.
2. Penggunaan tangga dan litf harus dilengkapi
dengan sarana pencegahan kecelakaan seperti
alarm suara dan petunjuk penggunaannya yang
mudah dipahami oleh pengguna, atau untuk lift
dengan 4 (empat) lantai harus dilengkapi dengan
ARD (Automatic Reserve Divided, yaitu alat yang
bisa mencari lantai terdekat bila listrik mati)
3. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat
dijangkau dengan mudah bila terjadi kebakaran
atau kejadian darurat lainnya dan dilengkapi
dengan tangga darurat.
f) Fasilitas Pemadam Kebakaran.
(2) Persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman
a) Bahan makanan atau makanan jadi yang berasal dari
instalasi gizi harus diperiksa secara fisik dan secara
periodik minimal 1 tahun sekali diambil sampelnya
untuk konfirmasi laboratorium.
b) Tempat penyimpanan bahan makanan harus terpelihara
dan dalam kondisi bersih, terlindungi dari debu, bahan
kimia berbahaya, serangga dan hewan lainnya.
c) Cara penyajian makanan harus terhindar dari
pencemaran (dengan menggunakan kereta dorong
khusus)
d) Tempat pengolahan makanan;bersih dan bebas debu
e) Asap dikeluarkan melalui cerobong asap yang
dilengkapi dengan sungkup asap.
f) Penjamah makanan harus sehat dan dilakukan
pemeriksaan secara berkala.
g) Penjamah makanan harus menggunakan perlengkapan
pelindung pengolahan makanan (celemek/ apron,
penutup Rambut dan mulut).
h) Selama melakukan pengolahan makanan harus
dilakukan: terlindung kontak langsung dengan tubuh
(menggunakan sarung tangan plastik, penjepit makanan,
sendok, garpu dan sejenisnya)
(3) Penyehatan Air Termasuk Kualitasnya
a) Kualitas air minum harus sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan RI no: 492/MENKES/PER/IV/2010;
tentang syarat-syarat kualitas air minum.
b) Jumlah kebutuhan air bersih harus mencukupi yaitu 500
l/ tt/ hari.
c) Pemeriksaan kualitas air bersih dilakukan setiap bulan
sekali (untuk pemeriksaan mikrobiologis) dan 3 bulan
sekali untuk (pemeriksaan kimiawi)
d) Pengambilan sampel air bersih untuk pemeriksaan
mikrobiologi diutamakan pada kran instalasi gizi,
kamar bedah, kamar bersalin, kamar bayi, tempat
penampungan (reservoir), ruang makan, secara acak
pada kran-kran distribusi, pada sumber air dan di titik-
titik yang rawan menimbulkan pencemaran.
(4) Penanganan Limbah
a) Tempat sampah harus terbuat dari bahan yang kuat,
cukup ringan, tahan karat, kedap air, mempunyai
permukaan yang halus pada bagian dalamnya dan tutup
yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori
permukaan tangan.
b) Sampah yang dihasilkan rumah sakit dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu :
1. Sampah infektius ( warna kantong plastik kuning)
2. Sampah umum(warna kantong plastik hitam)
c) Sampah yang dihasilkan diangkat setiap hari.
d) Harus tersedia incinerator untuk melakukan
pembakaran/ pemusnahan sampah medis rumah sakit.
e) Untuk limbah cair, limbah yang dihasilkan dari seluruh
kegiatan pelayanan rumah sakit harus dialirkan dalam
kondisi tertutup, kedap air dan dapat mengalir dengan
lancar.
f) Limbah diolah dalam IPAL
g) Kualitas effluent air limbah yang akan dibuang ke
lingkungan harus memenuhi standard baku mutu
lingkungan yang berlaku.

(5) Pengelolaan Tempat Pencucian Linen


a) Di ruang linen harus disediakan ruang yang terpisah
sesuai dengan kegunaanya:
1. R. linen kotor
2. R. linen bersih
3. R. untuk perlengkapan kebersihan.
4. R. pelengkapan cuci
5. Ruang Kereta linen
6. Kamarmandi/WC tersendiri untuk petugas
pencucian umum.
7. Ruang peniris/ pengering untuk alat-alat dan linen
b) Ruang-ruang diatur penempatannya sehingga perjalanan
linen kotor sampai linen bersih terhindar dari
kontaminasi silang.
c) Harus disediakan tempat cuci tangan petugas, untuk
mencegah terjadinya kontaminasi linen bersih.
d) Bak air yang ada harus selalu dibersihkan, untuk
mencegah perindukan minimal, seminggu sekali.

(6) Pengendalian Binatang Pengganggu, Serangga dan Tikus.


a) Konstruksi rumah sakit dibuat sedemikian rupa untuk
menghidari terjadinya perkembangbiakan serangga,
tikus dan binatang pengganggu lainnya, antara lain
setiap lubang pada bangunan harus dipasang alat/
penghalang agar binatang/ serangga/ tikus tidak masuk
ke dalam ruangan.
b) Setiap sarana penampungan air harus bersih/ dikuras
sekurang-kurangnya seminggu sekali untuk mencegah
berkembangbiakan nyamuk (Aedes aegepty)
c) Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu
lainnya dengan menggunakan pestisida harus
dilakukakan dengan hati-hati.
d) Cara lain adalah dengan memasang perangkap.

(7) Dekontaminasi Melalui Sterilisasi dan Desinfeksi


Semua peralatan kedokteran/keperawatan dibedakan menurut
kreteria Spaulding :
a) Peralatan kretikal :steril
b) Peralatan semi kretikal :minimal desinfeksi tingkat
tinggi
c) Peralatan non kretikal :desinfeksi

(8) Perlindungan Radiasi


a) Tindakan pencegahan radiasi harus mencakup upaya
pemindahan dan pengamanan bahan yang memancarkan
radiasi,mengamankan pekerja yang bekerja dengan
radiasi.
b) Pengawasan kontaminasi udara:
1. Kontaminasi udara ditempat kerja harus
diupayakan seminimal mungkin.
2. Perlengkapan proteksi radiasi khusus harus dalam
keadaan baik, diperiksa dan diuji secara berkala.
3. Harus selalu diusahakan agar memenuhi ketentuan
keselamatan kerja terhadap perlengkapan radiasi.
c) Harus dilakukan pemantauan perorangan (minimal 1
bulan sekali) untuk melihat tingkat paparan radiasi dan
selanjutnya membatasi jumlah paparan dan diusahakan
dibawah NAB.
d) Pada saat pemasangan pesawat radiasi, ukuran, bentuk
dan intensitas radiasi dapat diketahui. Karena itu dapat
ditentukan daerah yang menerima/ yang bebas radiasi.
e) Pelayanan pemantauan menjadi tanggung jawab dan
wewenang BATAN.
f) Perlengkapan dan peralatan untuk pengamanan bahan
yang memancarkan radiasi adalah sebagai berikut;
1. Monitor perorangan
2. Survey meter
3. Alat untuk mengangkat dan mengangkut
4. Pakaian kerja
5. Dekontaminasi kit
6. Alat pemeriksa tanda-tanda radiasi.

(9) Penyuluhan Kesehatan Lingkungan


a) Pegawai
b) Pasien
c) Pengunjung
d) Masyarakat sekitar

13) Adanya Pengelolaan, pemeliharaan dan sertfikasi sarana


dan prasarana serta peralatan kesehatan.
a) Pemeliharaan dan pengelolaan peralatan rumah sakit
dilakukan oleh Bagian Instalasi Pemeliharaan Sarana
yang meliputi:
1. Kalibarasi alat
2. Program dan prosedur pemeliharaan
3. Manual penggunaan alat
4. Prosedur pemeliharaan APD
b) Sarana dan Prasarana Non Medis
1. Program pemeliharaan
2. Manual penggunaan alat
3. Prosedur pemeliharaan APD
c) Sertifikasi dan Prasarana
1. Fisik dan Bangunan
IMB dan HO
2. Perijinan dan Sertifikasi
Rekomendasi dinas kebakaran, ijin pemakaian
diesel, ijin instalasi petir, ijin operasional
rumah sakit, ijin instalasi listrik, ijin
Penggunaan Radiasi.
14) Pengelolaan limbah padat dan cair
a) Tersedia tempat sampah minimal 1 (satu) buah disetiap
kamar atau radius 10 meter dan radius 20 meter pada
ruang tunggu terbuka.
b) Sampah rumah sakit dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:
1. Sampah umum ; yaitu untuk mengelola sampah
umum perlu disediakan tempat pembuangan akhir,
selanjutnya sampah yang sudah terkumpul tersebut
diangkut/ dibuang oleh petugas DPU ke
Pembuangan Sampah Akhir.
2. Sampah Medis
Sampah medis yang dihasilkan di rumah sakit, harus
dimusnahkan dengan cara dihancurkan/ dibakar di
incinerator, sehingga dihasilkandebu yang tidak lagi
berbahaya/ infektius, tetapi perlu pengelolaan lebih
lanjutyaitu dengan mengumpulkan sampah/ debu ke
dalam tempat khusus sehingga mudah dalam
pembuangan.

c) Semua limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan


pelayanan di RS, disalurkan ke IPAL dengan cara
mengalirkan air limbah melalui saluran tertutup. Air
limbah yang telah diproses dalam IPAL dibuang ke
lingkungan/ badan air. Air limbah yang dibuang ke
badan air harus memenuhi standard baku mutu
lingkungan.

d) Pengelolaan limbah Gas


Limbah gas yang dihasilkan RS Baptis Batu bersumber
dari :
1. Hasil pembakaran incinerator
2. Hasil kegiatan instalasi Gizi
Untuk mengurangi pencemaran yang terjadi di
lingkungan RS Baptis Batu, maka perlu dilakukan
peninggian cerobong Asap incinerator 3 (tiga)
meter lebih tinggi dengan gedung tertinggi
disekitar RS Baptis Batu. Penggunaan sprayer
untuk menekan jumlah debu sisa pembakaran.

Gas anestesi di kamar bedah

Gas yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan bedah


harus dibuang ke luar agar tidak mengganggu proses
pelayanan di kamar bedah.

15) Adanya program K3 secara periodik


Guna mempersiapkan tenaga terlatih dibidang K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) diperlukan pelatihan berkesinambungan yang
dilakukan 2 kali dalam setahun, dengan materi :
a) Penanggulangan bencana
b) Bahaya kebakaran
c) Evakuasi Bencana
d) Pengelolaan B3
e) Tatalaksana Kecelakaan dan Penyakit Akibat kerja
f) Sistem Informasi
g) Pengorganisasian

16) Adanya system pencatatan dan pelaporan K3


Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal atau keadaan yang
sering tidak disadari oleh semua orang/ disemua tempat, khususnya di
rumah sakit terbukti masih banyak kejadian dan data yang diabaikan
sehingga diperlukan pengelolaan secara sistematis. Dasar pengelolaan
K3 di RS Baptis Batu berdasar pada Surat Keputusan Direktur RS dan
Kebijakan RS dalam bidang K3.
Terkumpulnya data sangat diperlukan sebagai dasar untuk melakukan
evaluasi terhadap penyelenggaraan K3 di RS Baptis Batu. Tertib
administrasi K3 di RS Baptis Batu diselenggarakan dengan pencatatan
dan pelaporan secara berkala yang meliputi :

a) Kecelakaan Kerja
b) Penyakit Akibat Kerja
c) Kebakaran
d) Bencana
Untuk memudahkan dalam pencatatan dan pelaporan K3 telah
disediakan format tersendiri.

D. Batasan Operasional.
Dalam pengimplementasian K3 dan perlu dipahami antara lain :
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah :
Merupakan upaya untuk menekan dan mengurangi resiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja yang pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan antara
keselamatan dan kesehatan.
2. Upaya Kesehatan Kerja adalah :
Upaya penyerasian antara kapasitas kerja dan beban kerja serta lingkungan
kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
diri sendiri maupun orang/ masyarakat disekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas yang optimal.
3. Keselamatan kerja adalah:
Keselamatan yang berhubungan dengan alat kerja, bahan dan proses kerja/
pengolahannya, tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan
pekerjaan.
4. Kecelakaan Kerja:
Kecelakaan yang tidak diharapkan dan tidak terduga.
Tidak terduga; karena dibelakang kejadian tersebut diharapkan tidak
terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan.
Tidak diharapkan; karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material
maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat,
tidak diinginkan.
5. Ergonomi adalah:
Ilmu yang mempelajari perilaku/sikap posisi manusia dalamkaitannya
dengan pekerjaan mereka.

Beberapa istilah lain yang sering digunakan dalam pengimplementasian K-3


dan perlu dipahami antara lain :
1. Potensi Bahaya (Hazard)
Keadaan yang memungkinkan atau dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan/ kerugian berupa cedera, penyakit, kerusakan atau
ketidakmampuan melaksanakan fungsi yang telah dietetapkan.
2. Tingkat Bahaya (Danger)
Merupakan ungkapan adanya potensi bahaya secara relative. Kondisi
bahaya mungkin saja ada, tetapi menjadi tidak begitu berbahaya karena
telah dilakukan tindakan pencegahan.
3. Resiko (Risk)
Kemungkinan terjadinya kecelakaan/ kerugian pada periode waktu tertentu
atau siklus operasi tertentu.
4. Insiden
Kejadian yang tidak diduga yang mengakibatkan kacaunya proses
pekerjaan/pelayanan yang direncanakan sebelumnya.
5. Kecelakaan
Kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga/tiba – tiba yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
6. Aman/ selamat
Adalah kondisi tidak ada kemungkinan malapetaka (bebas dari bahaya)
7. Tindakan Tidak Aman/unsafe act
Pelanggaran terhadap prosedur keselamatan yang memberikan peluang
terhadap terjadinya kecelakaan
8. Keadaan Tidak Aman/unsafe condition
Kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya yang mungkin dapat
berlangsung mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
9. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Filosofi : suatu pemikiran upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya
menuju masyarakat adil dan makmur.
Segi Keilmuan : ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.

E. Landasan hukum.
(1) Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
(2) Undang-Undang No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
(3) Undang-undang No13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(4) Undang-undang No36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(5) Undang-Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(6) Peraturan Pemerintah No 72 tahun 1998 tentang Pengamaman
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.
(7) Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan Dan
Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 136, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3992);
(8) Peraturan Pemerintah No 50 tahun 2012 tentang penerapan sistem
manajemen K3
(9) Keputusan Presiden No 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang
Timbul Karena Hubungan Kerja;
(10) Keputusan Presiden No 7 Tahun 1999 tentang Wajib Laporan
Penyakit Akibat Hubungan Kerja;
(11) Keputusan Menteri Kesehatan No 876/Menkes/SK/VIII/ 2001
tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan;
(12) Keputusan Menteri Kesehatan No 1217/Menkes/SK/IX/ 2001
tentang Pedoman Pengamanan Dampak Radiasi;
(13) Keputusan Menteri Kesehatan No 1335/Menkes/SK/X/ 2002 tentang
Standar Operasional Pengambilan dan Pengukuran Kualitas Udara
Ruangan Rumah Sakit;
(14) Keputusan Menteri Kesehatan No 1439/Menkes/SK/XI/ 2002
tentang Penggunaan Gas Medis Pada Sarana Pelayanan Kesehatan;
(15) Keputusan Menteri Kesehatan No 351/Menkes/SK/III/2003 tentang
Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor Kesehatan;
(16) Keputusan Menteri Kesehatan No 1204/Menkes/SK/ X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
(17) Keputusan Menteri Kesehatan No 1087/Menkes/SK/VIII/2010
tentang standar K3 di rumah sakit

Upaya Kesehatan Kerja adalah upaya penyerasian antara Kapasitas Kerja,


beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat sekelilingnya, agar
diperoleh produktivitas kerja yang optimal.
Upaya Kesehatan kerja merupakan berbagai upaya kesehatan yang
dilaksanakan secara paripurna dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan
dan produktivitas kerja bagi seluruh pekerja di rumah sakit. Upaya tersebut
meliputi upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan dengan
penekanan pada upaya peningkatan dan pencegahan. Selain itu upaya ini
dikembangkan untuk mengantisipasi faktor-faktor yang dapat menimbulkan
resiko terhadap kesehatan pengunjung dan masyarakat umum disekitar rumah
sakit.
BAB II.
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya manusia.


Dalam melaksanakan kegiatan K3 di Rumah Sakit Baptis Batu
dilaksanakan secara terintegrasi oleh P2K3.
Distribusi tenaga kualifikasi dijabarkan dalam tabel berikut

Tabel pola ketenagaan P2K3 RS Baptis Batu

Jumlah
Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi
Kebutuhan

Ketua P2K3 Dokter Pelatihan K3


spesialis/umum umum/RS

1
Pelatihan K3
lanjutan sesuai
kebutuhan

Sekretaris S1/D3 semua Pelatihan K3 umum


jurusan
Pelatihan Ahli
K3 umum
1
Pelatihan K3
lanjutan sesuai
kebutuhan

Bidang 1 D3 elektromedik/STM Pelatihan K3


2
umum
Pelatihan K3
lanjutan sesuai
kebutuhan

Bidang 2 STM /sederajat Pelatihan K3 umum

Pelatihan K3
2
lanjutan sesuai
kebutuhan

Bidang 3 S1 Kesling/SMU Pelatihan K3 umum

Pelatihan K3
2
lanjutan sesuai
kebutuhan

Bidang 4 S1/D3 semua Pelatihan K3 umum


jurusan
Pelatihan K3
2
lanjutan sesuai
kebutuhan

Komandan D3 Keperawatan Pelatihan K3 umum


Satgas
Pelatihan K3
evakuasi
1
lanjutan sesuai
kebutuhan

Komandan SMU/sederajat Pelatihan K3


1
Satgas umum

22
kebakaran
Pelatihan K3
lanjutan sesuai
kebutuhan

B. Distribusi Ketenagaan
Ketua P2K3 dalam menjalankan kegiatan K3 rumah sakit berkoordinasi
dengan sekretaris dan dibantu oleh tim. Kegiatan
surveilens,audit,pelaporan KAK (Kecelakaan Akibat Kerja) & PAK
(Penyakit Akibat Kerja) dilakukan oleh sekretaris melalui koordinasi
dengan Ketua P2K3. Untuk pengumpulan data sekretaris juga
mengumpulkan dari masing – masing bidang & komandan satgas.Tiap
bidang & komandan satgas wajib membuat program kerja & SPO terkait
jobdesknya masing – masing.Dalam pelaksanaannya dibantu oleh Ketua &
sekretaris P2K3.

C. Pengaturan Jaga
Tim P2K3 terdiri dari Ketua 1 orang, Sekretaris 1 orang, Bidang Satu 2
orang, Bidang Dua 2 orang, Bidang Tiga 2 orang, Bidang Empat 2 orang,
Satgas Evakuasi 8 orang & Satgas Kebakaran 8 orang
Untuk jadwal P2K3 sesuai dengan jadwal jaga/jam kerja masing – masing
personil atau dipanggil sewaktu-waktu bila ada masalah tentang K3.

23
BAB III.
STANDAR FASILITAS.

A. Denah Ruang.
Terlampir

B. Standar Fasilitas.
Sarana yang diperlukan adalah :
1. Ruang sekretariat
2. Komputer dengan printer
3. Internet
4. Line telpon dengan nomor khusus (untuk keadaan darurat)
5. Telpon untuk intern & ekstern
6. Rak alat
7. Rak buku
8. APAR & aksesorisnya (fire hose,nozzle,safety shoes,helmet,dll)
BAB IV.
TATA LAKSANA PELAYANAN.

Beberapa elemen sistem Manajemen K3 yang dugunakan RS Baptis Batu adalah


sebagai berikut :
1. Kebijakan Kesehatan & Keselamatan :
Semua orang yang bekerja di lokasi kami mempunyai hak untuk
mendapatkan lingkungan/kondisi kerja yang aman dan sehat dan
mempunyai kewajiban untuk memberikan kontribusi pada kondisi tersebut
dengan berperilaku yang bertanggung jawab. Kami melihat K3 sebagai
nilai bisnis utama yang diintregasikan pada seluruh kinerja bisnis. Setiap
cidera atau kasus sakit akibat hubungan kerja, dapat dihindari dengan
sistem kerja , peralatan , training dan supervisi yang tepat. Manajemen K3
yang efektif mencakup penilaian resiko dari desain lokasi sejak awal -
tahap konstruksi, komisioning dan perencanaan secara keseluruhan dari
suatu organisasi dan pemeliharaannya. Semua kegiatan operasional kami
harus secara kontinyu meningkatkan kinerja K3.

2. Peran dan tanggung jawab utama


Setiap Manager di semua jenjang, menjamin kesehatan dan keselamatan
untuk orang-orang yang ada di tempat kerja di bawah tanggung jawabnya.
Manager harus menerapkan kebijakan dan sistem dalam area kontrol dan
pengaruhnya. Chief Executive officer (CEO) memikul tanggung jawab ini
pada level group, ia mendukung dengan tingkat kepedulian yang tinggi
untuk menjamin bahwa dalam tiap divisi dan unit bisnis manajemen
memiliki otoritas, keahlian dan sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan tanggung jawabnya.

3. Proses dan Alat Utama pada tingkat perusahaan


Divisi memiliki suatu sistem Manajemen K3 untuk memastikan adanya
peningkatan kinerja secara berkesinambungan. Hal ini didasarkan pada
kebijakan K3 yang merefleksikan kebijakan prusahaan dalam hal prinsip-
prinsipnya, kerangka kerja, tanggung jawab, koordinasi dan pengawasan,
kewajiban ini juga mencakup Unit baru yang bergabung dengan
Perusahaan. Sumber daya tertentu seperti manusia, keuangan di
dedikasikan dan di identifikasikan guna mencapai target.

4. Analisa Resiko
Proses manajemen dipastikan tersedia untuk menjamin resiko telah di
identifikasikan secara baik, terkontrol dalam organisasi, dll. Pegawai,
kontraktor dan konsumen berhak dan wajib mendapatkan informasi
mengenai resiko yang ada dan langkah-langkah yang diambil untuk
mengeliminasi atau meminimalkannya. Suatu sistem monitoring dan
kesiagaan/alert dipastikan tersedia, yang akan memastikan adanya kontrol
pada resiko di tingkat Manajemen sesuai tingkat keseriusannya

5. Audit & Inspeksi Keselamatan


Audit dan inspeksi direncanakan dan dilakukan secara reguler. Audit &
Inspeksi dilaporkan dan digunakan untuk tindakan korektif dan preventif,
yang dikelola dengan cara yang sama seperti yang dilakukan saat analisa
suatu cidera. Inspeksi dan audit ini dilakukan oleh Manajemen tingkat lini
yang dilatih untuk tujuan tersebut, mencakup juga tingkat Management
Atas. Personil dilibatkan sebanyak mungkin dalam audit dan inspeksi ini.
Sebagai tambahan audit internal ini, diperlukan adanya audit silang antara
lokasi kerja yang berbeda, yang menggunakan apa yang disebut tehnik “
fresh view”.

6. Analisa dan Pencatatan Kecelakaan Kerja


Cidera, kejadian hampir celaka/near-miss atau gangguan fungsi apapun
merupakan subyek dari suatu penyelidikan yang mendalam dan metodis,
yang dilakukan oleh Manager (disektor yang menjadi tanggung jawabnya),
dengan bantuan dari staff/unit keselamatan dan personil yang terluka atau
terlibat. Laporan harus dibuat dan memuat detail apa yang yang terjadi dan
tindakan yang diambil (atau yang dilakukan dan skala waktunya) untuk
mencegah terulang kembali, usaha investigasi harus proporsional pada
resiko potensial. Pelaporan dan komunikasi mengenai cidera harus sesuai
dengan arahan Group dan Divisi. Komite Manajemen K3 wajib secara
reguler memeriksa relevansi tindakan yang diambil dan menjamin bahwa
tindakan tersebut dilakukan.

7. Pencegahan dan Kontrol resiko Peralatan Menetap dan Bergerak


Instalasi baru didesain dan dibangun dengan mempertimbangkan
keamanan operasi dan keamanan personil perawatan. Instalasi dan
peralatan yang bergerak harus diperlihara secara efektif, diuji dan
dilakukan inspeksi, merupakan subyek untuk dikontrol secara rutin.

8. Alat Pelindung Diri (APD)


APD guna keperluan kerja harus diidentifikasi, kondisi di mana APD
harus dikenakan harus ditentukan dan direncanakan secara sesuai dan
dirancang meliputi training dan pengawasan untuk menjamin APD
dikenakan

9. Instruksi, peraturan dan prosedur


Instruksi, peraturan dan prosedur dibuat sehingga pekerjaan dapat
dilakukan secara aman, tanpa resiko pada kesehatan, dan sesuai dengan
penilaian resiko, akan bersifat :
a) Tertulis
b) Selalu disesuaikan / diperbaharui
c) Sesuai dengan peraturan hukum/regulasi
d) Realistik
e) Diketahui dan dimengerti oleh semua pihak yang terlibat
f) Ditindaklanjuti dan dihargai
10. Program Tanggap Darurat
Semua lokasi kerja harus memiliki rencana tanggap darurat, yang
berhubungan dengan sifat operasi mereka dan resiko yang telah dinilai.
Rencana ini harus di perbaharui, jika diperlukan dikomunikasikan dan
dipraktekan secara rutin. Latihan wajib dilakukan dan dilatih secara rutin
mencakup skenario yang direncanakan atas resiko yang berpotensi tinggi.

11. Pelatihan & Komunikasi Pelatihan


Rencana dan program yang sesuai harus dibuat untuk menjamin semua
personil memiliki kompetensi dalam bidang K3, ini mencakup
tersedianya pelatihan & perlunya pengalaman yang sesuai.

Pelatihan Keselamatan meliputi :


a) Pelatihan perilaku selamat dan mengapa K3 merupakan hal yang
penting
b) Pelatihan Manajemen K3
c) Pelatihan penilaian resiko
d) Pelatihan mengenai prosedur dan metode
e) Pelatihan penggunaan peralatan kerja
f) Pelatihan guna mendapatkan otorisasi dan lisensi

Ini menyangkut semua personil seperti :


a) Pegawai baru dan pegawai tidak tetap
b) staff yang telah ada (penempatan kembali, promosi, transfer, mutasi)
c) Manajemen (audit, investigasi, tindakan pencegahan, rapat untuk
memfasilitasi, dll) kontraktor sesuai keperluan

Semua pelatihan keselamatan terdata, khususnya pada file pribadi


secara rutin harus dikaji ulang.
Pelatihan Komunikasi meliputi :

Komunikasi merupakan suatu faktor penting dari program keselamatan,


harus mencakup informasi mengenai program keselamatan khusus setiap
lokasi, umpan balik dalam hal kinerja dan tindakan yang diambil,
mempelajari hal penting guna mencegah kecelakaan. Hal ini akan
mendukung arus informasi yang bebas (dari atas ke bawah dan
sebaliknya)
BAB V.
LOGISTIK

STRATEGI
RINCIAN CARA JADWAL
NO SASARAN MELAKSANAKAN PELAKSANAAN
KEGIATAN ANGGARAN KET
KEGIATAN KEGIATAN

Operasional

1.
a. Seluruh ATK 668.858

Pemeliharaan :

• Lampu Pengecekan Satgas koordinasi Jan s/d Des 2014 2.000.000


2.
darurat/emergency lampu dengan BPS
lamp & senter evakuasi emergency &
senter evakuasi

Kegiatan :

1. Disaster plan Koordinasi dengan Feb 2014


SDM
• Latihan evakuasi > 100%
pasien pegawai RS
Baptis Batu
• Sosialisasi Disaster minimal pernah
plan/BLS mengikuti 1 kali
simulasi
kewaspadaan

3. bencana dan
sosialisasi
disaster plan

• Pengadaan alat
Alat komunikasi Koordinasi dengan
komunikasi (1 Pesawat Feb 2014
manajemen
sentral,3 HT mobile,1
antena,1 UPS & ijin
“RAPI”)

2. Area Beresiko :

a. Kegagalan utilitas. Laboratorium, 1. Jan s/d Des 2014 Selain


Radiologi, IKO,ICU,Laboratoriu petugas/
Farmasi / m,Radiologi wajib pegawai
penyimpanan punya UPS RS
O², ICU, IKO, antisipasi jika listrik dilarang
KST, Genset, mati & genset tidak masuk
Logistik, Binatu berfungsi
& Gizi
2. Pasang sign K3 &
gunakan APD

b. Kebakaran. Instalasi Gizi, Asesmen, upaya


BPS, pencegahan Jan-Des 14
Penyimpanan kebakaran,
O2 & LPG, penambahan sign,
Genset, KST, diklat, monev.
Farmasi,
Laboratorium,
Kamar Operasi,
Radiologi.

- Petuga
s BPS
3. Renovasi & pembangunan Petugas 1. Sosialisasi K3 Jan s/d Des 2014 wajib
gedung baru BPS/tenaga dari Konstruksi & ICRA melaks
anakan
luar RS ke semua petugas K3
BPS konstru
ksi &
ICRA
- Tenaga
2. Untuk tenaga luar
dari
wajib mengerti luar RS
wajib
RK3K membu
at
RK3K(R
3. Audit pelaksanaan encana
renovasi/pembangu K3
Kontrak
nan gedung baru )

4. Pencegahan dan pengendalian


kebakaran

• Pencegahan kebakaran
Pegawai di unit Asesmen, pembuatan Jan s/d Des
berisiko panduan pencegahan
kebakaran di unit berisiko, 2014
evaluasi

100% Jan s/d Des 2014


• Pelatihan karyawan RS Koordinasi dengan

31
penanggulangan Baptis Batu Manajemen & SDM
kebakaran minimal pernah
mengikuti 1 kali
simulasi
penanggulanga
n kebakaran

• Perawatan & pengisian Semua APAR


APAR Periksa & isi check list Jan s/d Des 2014 2.000.000
kondisi semua APAR
per bulan sekali

• Perawatan hydrant, Periksa & isi check list Jan s/d Des 2014
main pump & jockey Semua hydrant kondisi hydrant
pump perbulan sekali

• Penambahan APAR & Koordinasi dengan Jan s/d Des 2014


aksesoris APAR & Manajemen
aksesoris

Jan s/d Des 2014


• Pengajuan alarm Koordinasi dengan
kebakaran Fire alarm 4 Manajemen
titik di gedung
B & 2 titik di
gedung A
Jan s/d Des 2014

• Safety briefing Administrasi


Semua acara koordinasi dengan
yang diadakan Satpam
di serbaguna
untuk tamu
luar, wajib
dibuka dengan
safety briefing
oleh satpam.

5. Keamanan pasien, pengunjung


dan pegawai

32
• Pemeliharaan tempat
tidur pasien
Semua tempat Koordinasi dengan Jan s/d Des 2014
tidur pasien di BPS
RS
• Melengkapi rambu-
rambu K3 Di tempat yang Jan s/d Des 2014
beresiko Koordinasi dengan
berbahaya BPS & HK

• Pembuatan poster dan


himbauan K3
Di area umum Koordinasi dengan HK Jan s/d Des 2014

• Pasang sign kawasan


bebas asap rokok Di area dalam Kerjasama dengan Jan s/d Juni 2014 1.500.000
& luar RS BPS & HK

• Pengadaan bel di
semua toilet RS Semua toilet di Kerjasama dengan
RS BPS Jan s/d Juni 2014 3.000.000

6. Keselamatan dan Kesehatan


pegawai

1) Program pemeriksaan
kesehatan pegawai.
a. Pemeriksaan Berkala
• Skrining pemeriksaan Seluruh Bergelombang datang Bulan Februari
kesehatan seluruh pegawai diatur jadwalnya.
pegawai

• Program pemeriksaan 1 bulan sekali

kesehatan secara pegawai yang Program kesehatan

berkala. memerlukan pegawai sesuai


pemeriksaan kebutuhan pegawai
berkala pada -
saat skreening

• Pemeriksaan Lab dan Bergelombang


Vaksinasi Hepatitis B -petugas HBsAG (66.000) Mulai Februari 2013

33
IKO(14), 2.640.000 ,-
IGD(11),
Bersalin (20), ,- insidentil
R. Isolasi (Irna
BD(16+20), Anti HBs (76.000) ,- insidentil
ICU(20),
KST(4) Vaksin Hep B
(88.000) X3 pemb.
- Laboratorium 3.040.000 ,- 114 peg
(9)

Total = 114
yang sdh 59 10.560.000 ,- 40 orang
orang jadi yang (60 %
belum 55 orang estimasi)

Koki dan
• Pemeriksaan Pengelola
Penyaji (17) Swab dubur dan
Makanan (Koki dan
kultur salmonela Bergelombang 1.700.000,-
Penyaji)
Mulai Februari 2013

b. Pemeriksaan Insidentil

Seluruh
• Periksa Rawat Jalan
Pegawai Dengan Plafon atau
Pegawai
BPJS
Seluruh 344.645.503,- Plafon
• Rawat Inap
Pegawai Dengan asuransi
(Prudential atau tanpa 98.343.458,- Plafon
asuransi / plafon

Subsidi obat untuk


rawat inap pegawai 20.000.000,- 10 orang

• Pemeriksaan Kandidat
Kandidat
Pegawai
pegawai yang - Pemeriksaan Fisik
lolos seleksi Insidentil
- CBC - Biaya
ditanggu
- Kencing ng
kandidat
- Thorax Photo

Seluruh
• Kecelakaan kerja

34
Pegawai Sesuai jenis Insidentil Jamsoste
kecelakaan k
• Tertusuk b. Tajam 5 kejadian -
Anti HIV(143.000) Bila
Insidentil 4.605.000,- kesalaha
HBsAg(66.000) n peg.,
ditanggu
Anti HCV(98.000) ng peg.
Total 307.000 (3 kali
kejadian untuk 5 peg)
1.535.000,-

1 kali pemeriksaan
untuk pasien
pemberian Imun Hep
B (3x untuk 5 peg) 1.320.000,-

Petugas CS
c. Penyuluhan Kesehatan
Pegawai Non Medis
Petugas BPS Datang Bergelombang
ke Klinik Depan saat
Penyuluhan

d. Program kesegaran jasmani


Seluruh Mengadakan program
untuk pegawai
pegawai Senam pagi dan Dari
olahraga permainan Maret 2014 relasi
yang lain bagi pengada
pegawai (tenis an obat.
lapangan, tenis meja,
basket, volley).

2) Pemantauan pemakaian APD Kerjasama dengan


80% karyawan PPI & BPS
RS yang Jan s/d Des 2014
berhubungan
langsung
dengan pasien
memakai APD

Tersedia APD
untuk gugus

35
tugas yang
membutuhkan
sesuai dengan
peruntukannya

7. Pengelolaan Bahan Berbahaya


dan Beracun (B3)

• Menyusun ketentuan
Pengelolaan B3 Kerjasama dengan Jan s/d Des 2014
tentang B3
dilaksanakan Farmasi
sesuai dengan
ketentuan yang
ditetapkan oleh
RS

Setiap unit Jan s/d Des 2014


kerja yang Asesmen dan tindak
memiliki B3. lanjutnya.
• Monitoring B3

8. Kesehatan lingkungan kerja

Pemantauan Kerjasama dengan Jan s/d Des 2014 3.000.000


• Melakukan
PPI,kesling & BPS
lingkungan terhadap pemantauan
faktor fisik terhadap
kebisingan,
pencahayaan,
listrik, panas,
suhu,
kelembaban,
• Pemantauan radiasi, gas
lingkungan terhadap anestesi, cairan
faktor kimia anestesi,
pemantauan
rutin kadar
HbSAg,
pemeriksaan
angka kuman di
• Pemantauan ruangan,
lingkungan terhadap pemeriksaan
faktor biologis makanan, dan
pemeriksaan

36
limbah,vektor

9. Sanitasi rumah sakit

• Penyehatan ruang dan Tersedia Kerjasama dengan Jan s/d Des 2014
bangunan tempat PPI & kesling
sampah medis
dan non-medis
yang cukup

Uji makanan & Jan s/d des 2014


• Penyehatan makanan
minuman Kerjasama dengan PPi
& minuman
& kesling

• Penyehatan air
Kerjasama dengan PPi Jan s/d des 2014
Uji air bersih & & kesling
minum

• Penyehatan tempat
Jan s/d des 2014
pencucian
Kerjasama dengan
Binatu sesuai PPI
dengan UU

• Penanganan sampah &


limbah
Kerjasama dengan Jan s/d des 2014

100% instalasi PPI,kesling & BPS


pengelolaan
limbah dapat
berfungsi
dengan baik

100% jaringan
air limbah
bebas
sumbatan&
tidak bocor
• Perlindungan radiasi
Jan s/d des 2014

Diadakan cek Kerjasama dengan

& pengukuran unit Radiologi

di ruang
radiologi,X ray

37
apakah ada
kebocoran
radiasi atau
tidak,minimal
1x dalam
setahun
• Upaya penyuluhan Jan s/d des 2014
kesehatan lingkungan
Kerjasama dengan
Pengunjung RS kesling

10. Sertifikasi/kalibrasi
sarana/prasarana dan peralatan

a. Pemeliharaan dan
pengelolaan peralatan rumah
sakit dilakukan oleh Bagian
Pemeliharaan Sarana yang
antara lain meliputi:

- Kalibrasi alat
• Kalibrasi Kerjasama dengan Jan s/d Des 2014
alkes BPFK

- Program dan prosedur • Jadwal Kerjasama dengan


pemeliharaan pemeliharaan BPS
alkes & SPO

- Manual penggunaan alat • Semua alkes Kerjasama dengan


terpasang BPS
cara
pemakaian

- Instalasi listrik • Jadwal


pemeliharaa Kerjasama dengan
BPS

- Assesmen instalasi listrik • Instalasi Kerjasama dengan


RS listrik RS konsultan luar & BPS

10.000.000

• Jadwal
Kerjasama dengan CV

38
- Lift pemeliharaan Etika

- Genset • Jadwal Kerjasama dengan


pemeliharaan BPS

b. Kelengkapan sertifikasi

• Izin HO Kerjasaman dengan


- Fisik dan bangunan (IMB • Izin IMB Instansi terkait Jan s/d Des 2014
dan HO) • Rekomendasi
dari PMK
- Perizinan dan
sertifikasi • Izin Hidran &
(rekomendasi dinas proteksi
kebakaran, izin pemakian kebakaran
diesel, izininstalasi • Izin
penangkal petir,
izin penangkal
operasional rumah sakit, petir
izin instalasi listrik, izin • Izin
penggunaan radiasi) radia
si

11. Pengelolaan limbah padat,


cair & gas

• Pemeliharaan instalasi
pengelolaan limbah a. Kualitas Kerjasama dengan Jan s/d Des 2014
limbah PPI,Kesling & BPS
yang akan
dibuang ke
lingkungan
harus
memenuhi
standar
baku mutu
lingkungan
yang
berlaku

b. Harus Kerjasama dengan


• Pemantauan tersedia PPI,Kesling & BPS Jan s/d Des 2014
incinerator incineratoru
ntuk

39
melakukan
pembakara
n/pemusna
han
sampah
medis
rumah sakit

12. Pendidikan & pelatihan K3

• Mengikuti Mengikutsertak Kerjasama dengan Jan s/d Des 2014


pelatihan/seminar/uji an pegawai SDM
kompetensi K3 dalam
pelatihan/semin
ar/ kursus K3
minimal 1 kali
dalam setahun
sebagai upaya
refreshing dan
update
pengetahuan di
bidang K3

13.Pengumpulan,pengelolaan
dan pelaporan data

• Rekapitulasi
kecelakaan Melakukan Kerjasama dengan Jan s/d Des 2014
kerja/incident report pencatatan dan PPI,KKPRS & SDM
pelaporan
secara berkala
yang meliputi :

a. Kecelakaan
kerja

b. Penyakit
akibat kerja

c. Kebakaran

d. Bencana

40
• Evaluasi kecelakaan
kerja

- Data pegawai
• Program pemeriksaan yang berobat di
kesehatan pegawai Semua pegawai RJ & RI
& kandidat perbulan,dimunc
pegawai ulkan gol
penyakitnya
- Pemeriksaan lab
& imunisasi
Hepatitis B pada
pegawai yang
berisiko
- Pegawai yang
mengikuti
kegiatan
kebugaran RS
dalam laporan
bulanan
- Pegawai yang
mengikuti
penyuluhan
kesehatan di RJ
dalam laporan
bulanan
- Laporan
pemeriksaan
kandidat pegawai
yang lolos seleksi
dalam laporan
bulanan

1. Eksternal
4 Pelatihan Ahli K3 umum Sekretaris training Feb S/d April 8.700.000
P2K3 2014

2. Eksternal
5 Pelatihan Teknisi K3 Listrik Ka training Feb S/d April 6.500.000
BPS/Teknisi 2014
senior

3. Internal
6 Sosialisasi K3 & sasaran Seluruh training Feb 2014
RSBB pegawai RS

41
4. Internal
7 Pelatihan evakuasi Seluruh training April 2014 7.000.000 Kerjasa
pegawai RS ma dng
Disnake
r,PMI,P
MK

5. Internal
8 Pelatihan kebakaran Seluruh training Maret 2014 5.000.000 Kerjasa
pegawai RS ma dng
PMK

6. Internal
9 Pelatihan Penanggulangan Bagi pegawai training Juni 2014 2.000.000 Kerjasa
kontaminasi B3 yang ma
berhubungan dengan
dengan B3 instansi
terkait

42
BAB VI KESELAMATAN
PASIEN.

Keselamatan pasien telah menjadi isu global dan merupakan prioritas


utama untuk rumah sakit dan keselamatan pasien juga merupakan prioritas utama
karena terkait tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang mereka terima
dan terkait dengan mutu dan citra rumah sakit, disamping itu keselamatan pasien
juga dapat mengurangi KTD di Rumah Sakit.
Keselamatan pasien dilaksanakan melalui 6 langkah menuju keselamatan
pasien, yaitu :

1. Tepat Identifikasi Pasien.


2. Peningkatan Komunikasi yang efektif.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai.
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur dan tepat-pasien operasi.
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
6. Pengurangan resiko pasien jatuh.

Keselamatan pasien di K3 meliputi pemeliharaan tempat tidur pasien&


pengadaan bel di semua toilet.Berikut ini adalah standart keselamatan pasien
berdasarkan K3 di RS. Baptis Batu:

NO INDIKATOR STANDAR NUMERATOR DENUMERATOR


1 Pemeliharaan
tempat tidur Pemeliharaan tempat tidur
pasien 100% (148) pasien/Jumlah tt tidur x 100 148 bed
2 Pengadaan bel di
toilet pasien 100% (95) Pemasangan bel Bel yang terpasang

43
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Pelaksanaan manajemen hiperkes dan K3 RS, berupaya meminimalisasi


kerugian yang timbul akibat PAK dan KAK, perlindungan tenaga kerja serta
pemenuhan peraturan perundangan K3 yang berlaku (law-compliance).
Perekonomian global telah menstandarkan ISO baik seri 9000 maupun seri
14.000, kriteria yang ditetapkan antara lain kualitas produk atau jasa/pelayanan
yang tinggi, keamanan pada tenaga kerja dan konsumen atau pasien serta ramah
akan lingkungan. Fungsi manajemen, yang dikemukakan oleh beberapa ahli,
mengacu kepada tiga fungsi pokok manajemen yaitu perencanaan,
pengorganisasian dan pengawasan atau pengendalian.
Fungsi manajemen lainnya disesuaikan dengan falsafah RS yang
bersangkutan. Fungsi perencanaan dalam manajemen Hyperkes dan K3 RS,
merupakan bagian integral dari perencanaan manajemen perusahaan secara
menyeluruh, yang dilandasi oleh komitmen tertulis atau kesepakatan manajemen
puncak.
INDIKATOR STANDAR NUMERATOR DENUMERATOR
NO
Kepatuhan Pemakaian APD
1
pemakaian APD 90% sesuai standar Kegiatan yang diaudit
100% (66 Jumlah
2 Tersedia APAR APAR,27 ketersediaan Standar penyediaan
&aksesorisnya aksesoris) APAR di RS apar di RS
Jumlah
3 Tersedia alarm 100% (6 ketersediaan Standar penyediaan
kebakaran alarm) alarm di RS alarm di RS
Jumlah
ketersediaan
4
Tersedia alat alat komunikasi Standar penyediaan
komunikasi 100% (3 HT) di RS alat komunikasi di RS
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU.

Pengendalian mutu dalam bidang P2K3 meliputi standart pelayanan yang


ditentukan Kementerian Kesehatan dan indikator kinerja yang telah dibuat.
Berikut ini adalah standart pengendalian mutu dari P2K3

INDIKATOR P2K3
NO INDIKATOR STANDAR NUMERATOR DENUMERATOR
Kepatuhan Pemakaian APD
1
pemakaian APD 90% sesuai standar Kegiatan yang diaudit
Pemeliharaan
tempat tidur
2
Pemeliharaan tempat pasien/Jumlah tt
tidur pasien 100% (148) tidur x 100 148 bed
Pengadaan bel di
3 toilet pasien 100% (95) Pemasangan bel Bel yang terpasang
100% (66 Jumlah
Tersedia APAR & APAR,27 ketersediaan Standar penyediaan
4 aksesorisnya aksesoris) APAR di RS apar di RS
Jumlah
Tersedia alarm 100% (6 ketersediaan Standar penyediaan
5 kebakaran alarm) alarm di RS alarm di RS
Jumlah
ketersediaan
Tersedia alat alat komunikasi Standar penyediaan
6 komunikasi 100% (3 HT) di RS alat komunikasi di RS
STANDAR PELAYANAN MINIMAL P2K3
NO INDIKATOR STANDAR
1 Adanya anggota tim P2K3 yang terlatih 90%
2 Ketersediaan APD di setiap instalasi/departemen ≥60 %
3 Rencana program P2K3 Ada
4 Pelaksanaan program P2K3 sesuai rencana 100 %
5 Penggunaan APD saat melaksanakan tugas 100%

46
BAB IX

PANDUAN K3 KONSTRUKSI

a. Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan.


- Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak
diinginkan antara lain yang menyangkut aspek keselamatan kerja
dan lingkungan.
- Kegiatan konstruksi harus dikelola dengan memperhatikan standar
dan ketentuan K3 yang berlaku.
- Karakteristik Kegiatan Proyek Konstruksi :
- Memiliki masa kerja terbatas
- Melibatkan jumlah tenaga kerja yang besar
- Melibatkan banyak tenaga kerja kasar (labour) yang berpendidikan
relatif rendah
- Memiliki intensitas kerja yang tinggi
- Bersifat multidisiplin dan multi crafts
- Menggunakan peralatan kerja beragam, jenis, teknologi, kapasitas
dan kondisinya.
- Memerlukan mobilisasi yang tinggi (peralatan, material dan tenaga
kerja)
b. Landasan Hukum :
- UU No. 13/2003 : Ketenagakerjaan.
- UU No. 1/1970 : Keselamatan Kerja.
- UU No. 18/1999 : Jasa Konstruksi.
- SKB Menaker & PU No.174/104/86-K3 Konstruksi
- Permenaker No. 5/1996 – SMK3
- Inst Menaker No 01/1992 Ttg Pemeriksaan Unit Organisasi K3
c. Perencanaan konstruksi harus menyertakan laporan :
i. Identifikasi bahaya
ii. Penilaian resiko dan pengendaliannya
iii. Pemenuhan perundang-undangan dan persyaratan lainnya

47
iv. Sasaran dan Program
d. Jenis – jenis bahaya konstruksi meliputi :
1) Physical hazards
2) Chemical hazards
3) Electrical hazards
4) Mechanical hazards
5) Physiological hazards
6) Biological hazards
7) Ergonomy
e. Peran K3 dalam proyek konstruksi meliputi :
1) safety engineering
2) construction safety
3) personel safety
4) pencegahan kecelakaan konstruksi, penyebab kecelakaan
konstruksi meliputi :
a) Faktor manusia :
Sangat dominan dilingkungan konstruksi,
Pekerja Heterogen, Tingkat skill dan edukasi berbeda,
Pengetahuan tentang keselamatan rendah.
Perlu penanganan khusus
b) Faktor teknis :
Berkaitan dengan kegiatan kerja Proyek seperti penggunaan
peralatan dan alat berat, penggalian, pembangunan,
pengangkutan d sb.
Disebabkan kondisi teknis dan metoda kerja yang tidak
memenuhi standar keselamatan (substandards condition)
c) Unsafe act / kecerobohan
d) Material / bahan bangunan
e) Equipment / perlengkapan
f) Lingkungan kerja
Pencegahan Faktor Manusia meliputi :

 Pemilihan Tenaga Kerja


 Pelatihan sebelum mulai kerja
 Pembinaan dan pengawasan selama kegiatan berlangsung.

Pencegahan Faktor Teknis meliputi :

 Perencanaan Kerja yang baik.


 Pemeliharaan dan perawatan peralatan
 Pengawasan dan pengujian peralatan kerja
 Penggunaan metoda dan teknik konstruksi yang aman
 Penerapan Sistim Manajemen Mutu
 Tersedianya alat pemadam api ringan atau hydrant untuk pencegahan
kebakaran

Equipment / perlengkapan meliputi :


 APD meliputi :
a) Kacamata safety, kaca mata safety merupakan peralatan yang paling
banyak digunakan sebagai pelindung mata. Meskipun kelihatannya sama
dengan kacamata biasa, namun kaca mata safety lebih kuat dan tahan
benturan serta tahan panas dari pada kaca mata biasa.
b) Google, Goggle memberikan perlindungan yang lebih baik dibandingkan
safety glass sebab lebih menempel pada wajah.
c) Pelindung wajah, Pelindung wajah memberikan perlindungan menyeluruh
pada wajah dari bahaya percikan bahan kimia, obyek yang beterbangan
atau cairan besi. Banyak dari pelindung wajah ini dapat digunakan
bersamaan dengan penggunaan helm.
d) Helm pengelas, Helm pengelas memberikan perlindungan baik pada wajah
dan juga mata. Helm ini menggunakan lensa penahan khusus yang
menyaring intesnsitas cahaya serta energi panas yang dihasilkan dari
kegiatan pengelasan.
e) Pelindung pendengaran, dan jenis yang paling banyak digunakan:
foam earplugs, PVC earplugs, earmuffs.
f) Pelindung kepala atau helm (hard hat) yang melindungi kepala karena
memiliki hal berikut: lapisan yang keras, tahan dan kuat terhadap benturan
yang mengenai kepala; sistem suspensi yang ada didalamnya bertindak
sebagai penahan goncangan; beberapa jenis dirancang tahan terhadap
sengatan listrik; serta melindungi kulit kepala, wajah, leher, dan bahu dari
percikan, tumpahan, dan tetesan.
g) Pelindung kaki berupa sepatu dan sepatu boot
h) Pelindung tangan berupa sarung tangan, jenis – jenis sarung tangan :
i. Metal mesh, sarung tangan yang tahan terhadap ujung benda yang
tajam dan melindungi tangan dari terpotong
ii. Leather gloves, melindungi tangan dari permukaan yang kasar.
iii. Vinyl dan neoprene gloves, melindungi tangan dari bahan kimia
beracun
iv. Rubber gloves, melindungi tangan saat bekerja dengan listrik
v. Padded cloth gloves, melindungi tangan dari sisi yang tajam,
bergelombang dan kotor.
vi. Heat resistant gloves, melindungi tangan dari panas dan api
vii. Latex disposable gloves, melindungi tangan dari bakteri dan kuman
 Penggunan perancah (scaffolding)
Perancah atau scaffolding adalah peralatan kerja/ platform yang dibuat sementara
dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan – bahan dan peralatan
kerja.
SYARAT-SYARAT UMUM KEAMANAN PERANCAH
(SCAFFOLDINGS)
i. Perancah harus diberi lantai papan yang kuat dan rapat, lantai
perancah harus diberi pagar pengaman, apabila tingginya lebih dari
2 meter
ii. Pada perancah dengan tinggi 5 m harus dipasang jaring pengaman
dan untuk melindungi kejatuhan material harus dipasang perisai
pengaman
iii. Perancah diletakkan pada pondasi yang kuat dan rata. Tanah atau
pondasinya harus mampu menahan berat perancah dan berbagai
beban yang akan diletakkan diatasnya. Berikan pendukung
tambahan bila diperlukan. • Jangan menggunakan kotak, drum,
batu bata, atau balok beton untuk mengganjal atau mendukung
perancah
iv. Perancah harus mampu menahan beban yang akan diletakkan
diatasnya. Perancah harus mampu menahan beban yang akan
diletakkan diatasnya. Rangka, lantai kerja, tangga naik, lantai dasar
perancah, harus bersih dari minyak, gemuk, lumpur dan bahan-
bahan lain yang dapat membahayakan penggunanya.Tenaga kerja /
operator perancah / scaffolder harus selalu menggunakan APD
yang disyaratkan (Gunakan safety harness)
v. Rangka, lantai kerja, tangga naik, lantai dasar perancah, harus
bersih dari minyak, gemuk, lumpur dan bahan-bahan lain yang
dapat membahayakan penggunanya. Lebar perancah, lantai kerja,
harus cukup untuk bekerja dan meletakkan bahan-bahan. Bila
diatas perancah ada orang yang bekerja, maka perancah harus
diberi pelindung untuk pekerja yang sedang menggunakannya.
Pelindung ini jangan lebih tinggi dari 3 meter diatas lantai kerja
perancah, terbuat dari papan atau bahan lain yang cukup kuat.

 Alat Angkut, penggunaan alat angkut material seperti katrol baja


hendaknya diinspeksi secara berkala, pekerja konstruksi diharuskan
menjaga jarak dengan area sekitar bila menggunakan traktor, backhoe atau
buldozer, kurang lebih 2 meter dari alat berat tersebut.

Lingkungan kerja meliputi :

 Ruang terbatas (confined space)


Ruang terbatas adalah :
i. Ruangan yang cukup luas dan memiliki konfigurasi sedemikian rupa
sehingga pekerja dapat masuk dan melakukan pekerjaan di dalamnya dan
Ruang terbuka di bagian atas yang melebihi kedalaman 1,5 meterseperti
lubang lalu orang yang tidak mendapat aliran udara yangcukup
ii. Ruangan yang mempunyai akses keluar masuk yang terbatas. Seperti pada
tanki, tandon, tempat penyimpanan, lemari besi, galian, selokan atau ruang
lain yang mungkin mempunyai akses yang terbatas dan semua jenis tanki
yang mempunyai lubang dan orang didalamnya
iii. Ruangan yang tidak dirancang untuk tempat kerja secara berkelanjutan
atau terus-menerus di dalamnya

Persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di ruang terbatas


i. Pekerja tidak boleh memasuki ruangan sebelumudara berbahaya di
dalamnya dibersihkan terlebihdahulu
ii. Aliran udara tersebut diarahkan sedemikian rupasehingga dapat mencapai
area dimana pekerja akanberada dan harus berlangsung terus menerus
selamapekerja berada di dalam.Pengaturan aliran udara tersebut harus
diperolehdari sumber yang bersih dan tidak bolehmeningkatkan bahaya
dalam ruangan.

 Rambu – rambu larangan dan peringatan


Dalam sebuah proyek konstruksi, wajib hukumnya untuk memasang
rambu-rambu. Rambu-rambu sangat penting perannya dalam
menginformasikan sesuatu di dalam proyek tersebut meliputi :
a) Rambu yang tidak berkepentingan dilarang masuk
b) Rambu larangan merokok
c) Rambu larangan parkir
d) Rambu dilarang melintas
e) Rambu dilarang menyalakan api
f) Rambu dilarang menggunakan peralatan
g) Rambu larangan masuk kecuali petugas
h) Rambu jalur evakuasi
i) peringatan bahaya dari atas
j) peringatan bahaya benturan kepala
k) peringatan bahaya longsoran
l) peringatan bahaya api
m) peringatan tersengat listrik
n) penunjuk ketinggian (bangunan yang lebih dari 2 lantai)
o) penunjuk jalur instalasi listrik kerja sementara
p) penunjuk batas ketinggian penumpukan material
q) larangan membawa bahan-bahan berbahaya
r) petunjuk untuk melapor (keluar masuk proyek)
a) Dan rambu lainnya.

 Tempat penyimpanan bahan beracun dan berbahaya


a) Rancang bangunan &luas penyimpanan sesuai jenis, karakteristik
&jumlah B3;
b) Terlindung dari masuknya air hujan secara langsung;
c) Tanpa plafond & mempunyai sistim ventilasi udara, memasang
kasa/bahan lain mencegah masuknya burung/ binatang kecil;
d) Mempunyai penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai,
dilengkapi dengan sistim penangkal petir;
e) Pada bagian luar diberi penandaan (simbol);
f) Lantai kedap air, tidak bergelombang, kuat & tidak retak, landai
minimal 1%. Pada bagian luar bangunan, air hujan dapat mengalir
menjauhi bangunan penyimpanan
BAB X

PENUTUP

Tujuan Manajemen hiperkes dan K3RS adalah melindungi petugas RS


dari risiko PAK/KAK serta dapat meningkatkan produktivitas dan citra RS, baik
dimata konsumen maupun pemerintah. Keberhasilan pelaksaanaan K3RS
sangattergantung dari komitmen tertulis dan kebijakan pihak direksi. Oleh karena
itu, pihak direksi harus paham tentang kegiatan, permasalahan dan terlibat
langsung dalam kegiatan K3RS. Pelaksanaan K3 di rumah sakit ditujukan pada 3
hal utama yaitu SDM, lingkungan kerja dan pengorganisasian K3 dengan
menggalakkan kinerja P2K3 (Panitia Pembina atau Komite K3) di RS.

PENGESAHAN DOKUMEN RS. BAPTIS BATU

NAMA KETERANGAN TANDA TANGAN TANGGAL

Dicky Stanislaus Pembuat Dokumen

Dr. Imanuel Eka Tantaputra Authorized Person

Dr. Arhwinda PA,Sp.KFR.,MARS. Direktur RS. Baptis Batu


KODE DARURAT

Hal-hal yang perlu


diwaspadai Kode Panggilan Darurat

Merah
Kebakaran 111

Henti jantung pada


505
Dewasa
Biru
Henti jantung pada anak-
505
anak
Biru
Penculikan bayi / anak-
111
anak Merah Muda

Orang yang
111
membahayakan
Abu-abu
Orang yang
membahayakan dengan
senjata Perak 111

Ancaman bom 111


Kuning
Bencana di dalam RS 505
Triage di RS

Bencana diluar RS Triage diluar RS 505

Tumpahan bahan
111
berbahaya
Oranye

55
Form Pelaporan Potensi Hazard / Risiko

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan


Kerja

I. Tanggal, Waktu dan Lokasi Temuan

Tanggal : .................................... Waktu : .......................... Lokasi:.............................

II. Fasilitas fisik yang ditemukan beresiko / berpotensi hazard

No Temuan Potensi Risiko / Hazard

Pembuat laporan : Penerima


(bisa diisi/tidak) laporan:

Paraf : Paraf :

Tgl diterima : Tgl diterima :

Terima kasih sudah melapor, kami sangat menghargai saudara


karena telah berperan besar demi peningkatan mutu rumah sakit

56
Langkah – langkah Pengisian :

1) Isilah tanggal, waktu dan lokasi temuan


Contoh :

Tanggal : 01 April 2014 Waktu : 09.00 Lokasi : Rehabilitasi medik

2) Isilah pada tabel yang disediakan dengan temuan fasilitas yang berpotensi hazard
atau berisiko yang terkait dengan :
a) Pemakaian APD e ) Listrik
b) Infeksi karena vektor ( kucing, lalat ) f ) Pemeliharaan alat kesehatan
c) IPAL ( Instalasi, Bau, dll ) g ) T nggap darurat dan evakuasi
d) Kebakaran

Contoh :

No Temuan Potensi Resiko / Hazard


Keramik pecah dan Pasien, penunggu pasien,
1 berlubang di depan pengunjung dan pegawai bisa
Rehabilitasi medik tersandung dan jatuh.

3) Isilah kolom pembuat laporan dengan huruf kapital, kemudian tuliskan


paraf dan tanggal diterima.
Contoh :

Penerima
Pembuat laporan ADRIANUS T. laporan:
:
(bisa diisi/tidak)

Paraf : Adrianus Paraf :

Tgl diterima : 05 April 2014 Tgl diterima :

4) Serahkan form ini ke sekretariat P2K3, bila keadaan cito /segera diperlukan
perbaikan, serahkan form ini kepada petugas P2K3 yang keliling ( Noel ).
Alur Pelaporan Potensi Hazard / Risiko

Temuan

Isi form laporan

Serahkan
sekretariat ke atau
P2K3
pada petugas P2K3
yang keliling

Tunggu respon dari

P2K3
LAMPIRAN 1: Alat Pelindung Diri
1. Bekerja di ketinggian:

Kontrol yang berkaitan dengan bekerja di ketinggian atau pada ruang


tertutup/confined space (mis. ijin kerja, penilaian resiko pekerjaan) akan efektif
untuk mengurangi cidera dengan meningkatkan kesadaran akan bahaya, menjamin
diterapkannya metode kerja yang benar dan pastikan bahwa peringatan yang
sesuai telah dikomunikasikan.

Penggunaan wajib dari berbagai peralatan keselamatan (harness, safety nets) yang
dipastikan untuk melindungi pekerja dari kemungkinan terjatuh, meminta
perijinan dan inspeksi secara rutin di tempat kerja biasanya merupakan metoda
yang umum dipergunakan misalnya:

1. Tangga

1) Tangga utama hanya untuk akses


2) Sebelum dipergunakan, pastikan apakah
tangga dalam kondisi baik
3) Tangga harus terikat dan berpijak pada
alasnya
4) Tangga harus diperpanjang1 (satu) meter di atas platform sebagai
pegangan tangan saat naik/turun.
5) Sebagai pemandu sudut, tangga harus “one out every four up”.
1) Scaffolding/perancah
1) Semua perancah harus didirikan, diubah atau dibongkar oleh
ahli perancah yang terlatih , kompeten dan mempunyai
sertifikat.
2) Peralatan pelindung jatuh (fall arrest) harus dipergunakan oleh
ahli perancah jika bekerja di atas 4 meter dengan sisi yang tidak
terlindung (untuk pekerja lain, batas ini biasanya hanya 2 meter)
3) Perancah harus diinspeksi oleh orang yang kompeten dan
pelaporan hasil inspeksi terdata pada buku log perancah dengan
criteria sebagai berikut :
a. Sebelum penggunaan pertama
b. Setelah perubahan yang substansial
c. Setelah angin besar atau tumbukan
d. Jangka tertentu yang tidak melebihi 7 (tujuh) hari.
4) Jangan pergunakan dan bekerja dengan perancah kecuali luas
platform perancah tersebut minimal 4 board, dilengkapi dengan
handrail, intermediaterail dan toe board.
5) Pekerjaan ringan dapat dilakukan tanpa handrail tetapi
diperlukan penggunaan full harness yang dapat dikaitkan pada
anchor
6) Akses harus dilengkapi dengan tangga yang aman
7) Jangan memindahkan board perancah, handrail atau anchor
untuk menjalankan kegiatan.

2) Tergelincir, Tersandung dan Jatuh (slips, trips, and falls)


2) Tergelincir, tersandung dan terjatuh adalah penyebab umum
yang lain dari cidera dalam industri, hal ini dapat terjadi di/dari
permukaan yang tidak rata pada lokasi penambangan dan jalan
atau adanya masalah dengan housekeeping yang kurang baik di
area kerja.
3) Sebagaimana hasil dari analisa kecelakaan, tergelincir,
tersandung dan terjatuh
4) menyebabkan hampir 30% dari cidera
5) Kemungkinan tergelincir, tersandung dan terjatuh dapat
dikurangi melalui prosedur housekeeping sederhana sebagai
berikut :
a. Jaga tempat kerja agar selalu tetap rapi
b. Pergunakan tempat pembuangan scrap dan sampah yang
tersedia.
c. Tata letak dan tata ruang
yang rapi dapat
menghindarkan
kemungkinan cidera.
d. Pekerjaan tidak dapat
dianggap selesai sampai
Anda selesai
merapikannya.

e. Housekeeping yang baik mengarah pada keselamatan secara


lebih luas.
f. Tumpuk dan tatalah material pada posisi yang stabil dan
kokoh
g. Letakkan alat dan peralatan lain untuk menghindari terjatuh
atau menjatuhi orang di bawahnya
h. Pasang rambu-rambu dengan jelas di pagar atau penutup
lubang di lantai, atapatau tanah.
i. Rapikan dan bersihkan gang, jalan setapak, jalan dan
tangga dari penghalang.
j. Setiap pekerjaan penggalian di area kerja harus diberi
tanda/dikelilingi dengan handrail.
k. Menyediakan toeboard dan railing pada semua perancah
dan platform.
l. Saat bekerja di ketinggian singkirkan semua material yang
dapat terlepas seperti baut, mur, pea\ralatantools, kayu-
kayu,dll jika pekerjaan telah selesai.
m. Jangan pernah melemparkan alat atau material, pastikan
disampaikan dari tangan ke tangan.
n. INGAT, sebuah mur atau baut yang terjatuh dari ketinggian
dapat membunuh seseorang.

3) Manual Handling

Karena sifat suatu tugas yang kadang berulang terkait dengan


produksi semen, penting untuk menjamin bahwa telah diberikan
pelatihan yang benar pada karyawan mengenai manual handling (
lihat appendix untuk Manual Handling procedure):
a. Pertama kenali pekerjaan, jika anda pikir beban tersebut
terlalu berat mintalah bantuan atau gunakan keran (crane)
atau forklift.
b. Perhatikan sisi yang tajam, pecahan atau paku
c. Lepaskan atau tekan paku yang ada sebelum anda melewati
material tersebut atau membuangnya.
d. Jangan mencoba membawa beban yang anda tidak dapat
memikulnya dan singkirkan dahulu penghalang yang ada
sebelum mengangkat barang tersebut.
e. Tumpuk barang dengan hati-hati dan rapi di truk atau
trailer.
f. Saat mengangkat beban yang berat, pergunakan kaki anda
sebanyak mungkin untuk menopang otot punggung anda.
g. Pastikan ada pegangan yang cukup kuat untuk bahan
tertentu.
h. Jaga punggung anda tetap lurus dan menghadap ke depan
i. Lenturkan dan tekuk lutut anda
j. Ambil posisi yang stabil, angkat dengan kokoh dan jangan
memelintirkan badan anda.
k. Saat mengangkat atau membawa suatu peralatan,
perhatikan titik beban.

4) Kebakaran

Secara umum, terdapat beberapa jenis bahan/peralatan yang mudah


terbakar di area rumah sakit. Di bidang K3 hal yang penting adalah
adanya jalan keluar yang aman di kedua ujung conveyor,
penggunaan detektor panas pada conveyor tension station dan
penggunaan belt dari bahan yang tidak mudah terbakar, hal ini
perlu direncanakan untuk mengurangi resiko kebakaran yang
mungkin terjadi.

Pastikan prosedur pemadam kebakaran telah tersedia. Kabel listrik


dapat pula menyebabkan atau menghantarkan kebakaran yang juga
menghasilkan emisi asap beracun tinggi, dengan alasan tersebut
cable tunnel dapat merupakan bahaya keselamatan yang cukup
signifikan dalam kasus kebakaran. Sangat penting untuk memiliki
jalur yang telah ditentukan sebagai jalan keluar personil secara
cepatdari ruang tersebut.

Penyimpanan berbagai jenis bahan bakar harus sesuai dengan


peraturan dan praktek yang baik, hal ini juga menyangkut
penyimpanan gas LPG, O2, N2O, pet-coke, ban dan barang yang
sejenis, bila perlu dapat dipasang rambu peringatan kebakaran yang
sesuai khususnya pada daerah dengan iklim yang panas dan kering.

Pembuangan sampah yang benar dan housekeeping yang tertata


adalah bentuk pencegahan yang terbaik.

2 MANAJEMEN KESEHATAN

1. Issue Kesehatan

Bahaya kesehatan penting yang mungkin memiliki dampak kesehatan,


terkait dengan

Kesehatan kerja di rumah sakit dan kegiatan lain dari aktivitas rumah
sakit:
a) Debu yang berada dan melayang di udara
b) Kebisingan dan getaran
c) Atmosfir yang berbahaya
d) Radiasi
e) Tumpahan bahan kimia
f) Terbakar
g) Terpajan bahan kimia/ gelombang elektromagnetik
h) Penanganan bahan bakar alternatif

Panduan khusus untuk item kesehatan kerja ini dapat dilihat pada
paragraph selanjutnya. Beberapa isu kesehatan lain yang juga mungkin
dihadapi, tapi tidak secara langsung terkait dengan aktivitas pelayanan
rumah sakit dan kegiatan pelayanan yang terkait lainnya adalah :
a) Kebiasaan merokok dan ketergantungan alcohol/obat terlarang
b) Penyakit tekanan darah tinggi
c) Diabetes / kencing manis
d) Asupan makanan dan kegemukan/obesitas
e) Stres dan kesehatan mental
f) Heat stress atau cold stress
g) Penyakit jantung
h) Penyakit lain seperti HIV/AIDS, tipus, malaria

Pelayanan Kesehatan Kerja dalam Konsep Pencegahan Penyakit

yang Timbul Akibat Hubungan Kerja

Panduan kesehatan untuk isu non-occupational dirasa telah mencukupi,


karenanya tidak akan dibahas lagi dalam dokumen ini. Namun banyak
Perusahaan juga memasukan panduan secara internal dan mendukungnya
sebagai bagian dari program kesehatan bagi karyawan mereka. Bahkan
beberapa di antaranya juga menyediakan dukungan yang sama bagi
keluarga karyawan dan masyarakat lokal, yang patut mendapat pujian.
2. Monitoring & pelaporan kesehatan

Saat dimana ditemui adanya resiko kesehatan akibat pajanan yang


melebihi ambang batasyang berdampak pada kesehatan pekerja seperti
yang disebutkan di atas, pelaporan yangada umumnya sedemikian rendah
karena minimnya/tidak dilakukannya monitoring danpelaporan secara
statistik.

3. Panduan isu Kesehatan Kerja yang spesifik

3.1. Debu di udara

Produksi semen memungkinkan untuk menghasilkan debu, yang bila


tanpa kontrol yang adekuat dapat menimbulkan penyakit saluran
napas. Penelitian yang dilakukan oleh HSE di Inggris (1994) dan
INRS di Norwegia ( 2002) tidak menemukan bukti yang mendukung
adanya hubungan sebab akibat antara pajanan debu semen dengan
timbulnya kanker pada para pekerja semen, walaupun ada beberapa
indikasi terjadi Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK).

Jelaslah bahwa merupakan hal yang baik untuk membatasi tingkat


debu dan pajanan

terhadap karyawan, baik dengan istilah kesehatan kerja ataupun


housekeeping yang baik. Nilai batas yang bervariasi bisa ditemui di
berbagai Negara, secara khusus batas pajanan untuk respirable
crystalline silica saat ini sedang dalam pembicaraan SCOEL (
Scientifis Committee on Occupational Exposure Limits).

Pelindung pernapasan yang memadai harus dipergunakan di mana


pekerjaan harusdilakukan di lokasi yang berdebu di pabrik.
3.2. Kebisingan dan getaran

Sumber utama kebisingan adalah lokasi penggilingan yang digunakan


untuk menggiling produk semen. Deflektor kebisingan dan peredam
suara saat ini dapat dipergunakan untuk mengurangi tingkat
kebisingan, penting untuk diingat bahwa pekerja di bagian
pemeliharaan dan petugas kebersihanlah yang paling banyak
mendapat resiko dari pajanan ini.

Alat pelindung diri (APD) dari pajanan di atas yang disempurnakan


dapat membantu mengurangi efeknya. Getaran yang diterima tubuh
secara menyeluruh (whole body vibration) adalah isu lain yang juga
dibicarakan dalam agenda keselamatan. Pekerja yang mengemudikan
peralatan berat yang tua dapat terpajan oleh getaran, tetapi resikonya
lebih kecil dibandingkan dengan industri lain seperti pertambangan
atau kegiatan konstruksi, dimana peralatan yang menimbulkan getaran
( mis. jack-hammer) umum dipergunakan. Peralatan bergerak (mobile
equipment) yang modern mengkombinasikan vibrasi dengan dudukan
dan kabin penyekat untuk mengurangi resiko.

Batas kebisingan dan getaran sesuai rekomendasi dari EU telah


direvisi untukmengurangi pajanan dari getaran badan secara
keseluruhan (whole body vibration) di lokasi kerja dan dari peralatan
yang digunakan. Parlemen Eropa memberikan suara pada Physical
Agents (for vibration) Directive dan amandemennya mengusulkan
batas eksposure 0.8 metre/sec/sec telah diterima, di mana hal ini akan
membatasi lamanya pekerja untuk dapat mengoperasikan mesin.

Tingkat desibel yang diijinkan juga sedang dievaluasi; APD akan


dipersyaratkan untuk digunakan pada tingkat kebisingan di atas 80
dB(A) dan 112 Pa, bandingkan dengan tingkat sebelumnya yaitu 85
dB(A) dan 200Pa.(lihat appendix untuk tabel dari semua tingkat
kebisingan). Guna perlindungan dari kebisingan, adalah perlu bila
tingkat kebisingan melebihi yang ditentukan untuk memberikan dan
menggunakan pelindung pendengaran yang sesuai bagi pekerja.

Kegagalan untuk melakukan perlindungan, akan menyebabkan


berkurangnya pendengaran secara bertahap. (lihat apendik untuk
kebijakan APD untuk kebisingan). Banyak Perusahaan secara rutin
melakukan monitoring fungsi pendengaran karyawan untuk menjamin
penurunan yang terjadi tidak melebihi penurunan yang seharusnya
terjadi karena proses usia yang alamiah. Perlindungan terhadap
getaran sangat tergantung pada desain peralatan, secara umum pada
industri semen masalah ini berkaitan hanya dengan truk di area
penambangan.

3.3. Bahaya radiasi

Dapat timbul jika dipergunakan peralatan nuklir tingkat rendah.


Panduan berikut ini wajib diterapkan :
a) Tidak ada seorangpun, kecuali seperti yang telah dijelaskan
setiap saat oleh
Petugas Proteksi Radiasi (PPR), dapat mendekat ke garis
lingkar sekitar sumber radioakatif.
b) Tidak seorangpun boleh memasuki vessel di mana terpasang
sumber radioaktif.
c) Jika diperlukan untuk masuk ke dalam vessel tsb. seseorang
harus menunggu sampai PPR menyatakan bahwa sumber
tersebut telah diamankan.
d) Hanya pemasok yang khusus, diperbolehkan untuk
memindahkan atau melengkapi kembali suatu sumber
radioaktif dan PPR harus mendapat informasikan sebelum
pemasok melakukan kegiatan tersebut.
3.4. Kesehatan Lingkungan

Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan


merupakan hal yang essensial di samping masalah perilaku
masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan.
Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya
masalah kesehatan masyarakat, sehingga keterkaitan antara
kualitas atau karakteristik “lingkungan bermasalah dan status
kesehatan” perlu dipahami dan dikaji secara cermat agar dapat
digambarkan potensi besarnya risiko atau gangguan kesehatan.
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI & KEAMANAN

70
LABEL BAHAN KIMIA

Explosive (bersifat mudah meledak)

Huruf kode: E

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „explosive“ dapat
meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala

71
lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi
keras dari bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang udara
yang bergerak sangat cepat. Resiko ledakan dapat ditentukan dengan metode yang
diberikan dalam Law for Explosive Substances Di laboratorium, campuran
senyawa pengoksidasi kuat dengan bahan mudah terbakar atau bahan pereduksi
dapat meledak . Sebagai contoh, asam nitrat dapat menimbulkan ledakan jika
bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter, etanol, dll. Produksi
atau bekerja dengan bahan mudah meledak memerlukan pengetahuan dan
pengalaman praktis maupun keselamatan khusus. Apabila bekerja dengan bahan-
bahan tersebut kuantitas harus dijaga sekecil/sedikit mungkin baik untuk
penanganan maupun persediaan/cadangan.

Frase-R untuk bahan mudah meledak : R1, R2 dan R3

Sebagai contoh untuk bahan yang dijelaskan di atas adalah 2,4,6-trinitro toluena
(TNT)

Oxidizing (pengoksidasi)

Huruf kode: O

Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „oxidizing“


biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar
atau bahan sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran
secara signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan anorganik seperti
garam (salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida organik.
Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9

Contoh bahan tersebut adalah kalium klorat dan kalium permanganat juga asam
nitrat pekat.

Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar)

Huruf kode:F+

Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „extremely


flammable merupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah
0o C) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +35oC). Bahan
amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu
campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal.

Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar : R12

Contoh bahan dengan sifat tersebut adalah dietil eter (cairan) dan propane (gas)

Highly flammable (sangat mudah terbakar)


Very toxic (sangat beracun)

Huruf kode: T+

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘very toxic’ dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada
konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut
(ingestion), atau kontak dengan kulit. Suatu bahan dikategorikan sangat beracun
jika memenuhi kriteria berikut:

LD50 oral (tikus) ≤ 25 mg/kg berat badan

LD50 dermal (tikus atau kelinci) ≤ 50 mg/kg berat badan

LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu ≤ 0,25 mg/L

LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap ≤ 0,50 mg/L

Frase-R untuk bahan sangat beracun : R26, R27 dan R28

Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya kalium sianida, hydrogen sulfida,
nitrobenzene dan atripin

Harmful (berbahaya)

Huruf kode: Xn
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘harmful’ memiliki
resiko merusak kesehatan sedang jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui
mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.

Suatu bahan dikategorikan berbahaya jika memenuhi kriteria berikut:


a) LD50 oral (tikus) 200-2000 mg/kg berat badan
b) LD50 dermal (tikus atau kelinci) 400-2000 mg/kg berat badan
c) LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 1 – 5 mg/L
d) LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 2 – 20 mg/L

Frase-R untuk bahan berbahaya : R20, R21 dan R22

Bahan dan formulasi yang memiliki sifat

Karsinogenik (Frase-R :R45 dan R40)

Mutagenik (Frase-R :R47)

Toksik untuk reproduksi (Frase-R :R46 dan R40) atau

Sifat-sifat merusak secara kronis yang lain (Frase-R:R48) yang tidak diberi notasi
toxic, akan ditandai dengan simbol bahaya ‘harmful substances’ dan kode huruf
Xn.

Bahan-bahan yang dicurigai memiliki sifat karsinogenik, juga akan ditandai


dengan simbol bahaya ‘harmful substances’ dan kode huruf Xn, bahan pemeka
(sensitizing substances) (Frase-R :R42 dan R43) diberi label menurut spektrum
efek apakah dengan simbol bahaya untuk ‘harmful substances’ dan kode huruf Xn
atau dengan simbol bahaya ‘irritant substances’ dan kode huruf Xi. Bahan yang
dicurigai memiliki sifat karsinogenik dapat menyebabkan kanker dengan
probabilitas tinggi melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion) atau kontak dengan
kulit. Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya solven 1,2-etane-1,2-
diol atau etilen glikol (berbahaya) dan diklorometan (berbahaya, dicurigai
karsinogenik).

Corrosive (korosif)

Huruf kode: C

Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’ adalah merusak jaringan hidup.
Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat
diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2) dan basa
(pH>11,5), ditandai sebagai bahan korosif.

Frase-R untuk bahan korosif : R34 dan R35.

Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya asam mineral seperti HCl dan
H2SO4 maupun

basa seperti larutan NaOH (>2%).


Irritant (menyebabkan iritasi)

Huruf kode : Xi

Bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ adalah tidak korosif tetapi dapat
menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir.

Frase-R untuk bahan irritant : R36, R37, R38 dan R41

Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya isopropilamina, kalsium klorida dan
asam dan

basa encer.

Bahan berbahaya bagi lingkungan

Huruf kode: N

Bahan dan formulasi dengan notasi ‘dangerous for environment’ adalah dapat
menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu
kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisma)
dan menyebabkan gangguan ekologi

Frase-R untuk bahan berbahaya bagi lingkungan : R50, R51, R52 dan R53.
Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya tributil timah kloroda,
tetraklorometan, dan petroleum hidrokarbon seperti pentana dan petroleum
bensin.

Bahaya Radiasi:
Gunakan selalu Apron/ Alat pelindung radiasi ketika menjalankan tugas/
melakukan tindakan pemeriksaan pasien.

Penanda tombol Alarm

Gunakan selalu Gunakan selalu helm pelindung


Pelindung telinga
Gunakan selalu kacamata Pelindung

AWAS/ HATI-HATI AWAS BAHAYA LISTRIK

STOP MEROKOK

BAHAYA INFECTIUS BAHAN MUDAH TERBAKAR

BAHAN KIMIA KOROSIF


BAHAN BERACUN

Anda mungkin juga menyukai