Anda di halaman 1dari 2

Nama : Fikrian

NIM : 18071014

Prodi : Pendidikan Kimia IKIP Mataram

Saya Fikrian, lahir di Batulayar, 05 Oktober 1999. Riyan adalah panggilan


akrab saya. Saya memiliki banyak hobi diantaranya sepak bola, melukis, dan bermain
musik, sejak SD saya dan teman-teman sudah bisa bermain musik, setiap malam
minggu, ketika para remaja pergi bersama pacarnya, kita lebih memilih untuk pergi ke
studio musik untuk memainkan lagu-lagu yang sudah kita ciptakan, karena bagi kita,
menghabiskan masa muda dengan hobi itu lebih asik daripada pacaran. Seperti kata
orang “No women no cry”. Saya juga memiliki sebuah cita-cita, menjadi seorang
pengusaha besar serta seorang pegawai kantoran. Saya adalah anak keenam dari 6
bersaudara, buah dari pasangan H.Muhammad dan Hj.Mura’ah. Saya terlahir dari
keluarga yang sederhana. Ayah saya bekerja sebagai pembuat gula aren, beliau biasa
berangkat pagi-pagi buta ke gunung tempat kerjanya, dan pulang ketika senja mulai
tiba. Walaupun penghasilannya tidak seberapa, beliau tidak pernah mengeluh demi
mencari rizki untuk biaya pendidikan saya. Sedangkan ibu saya bekerja sebagai
pedagang, beliau ikut ke gunung untuk membantu ayah saya membuat gula aren, beliau
turun dari gunung pada waktu zuhur, dan menjual gula arennya di pasar Kekait. Tiga
saudara saya telah meninggal dunia, hanya 2 yang tersisa yaitu kakak saya yang paling
tua Hartawan dan saudara perempuan saya Reni. Mereka bekerja sebagai seorang guru
disebuah madrasyah yang tidak jauh dari rumah.

Ketika berumur 6 tahun, saya masuk di SDN 2 Sandik. Di SD saya tidak pernah
mendapat peringkat 3 besar di kelas, karena yang mendapat 3 besar hanya anak-anak
guru yang mengajar disana,. Namun ketika ujian tryout di kelas 6, saya mendapat
peringkat ke 25 dari 560 lebih siswa. Dan itu membuat orang tua saya bangga. Saya
melanjutkan pendidikan ke MTs . Raudhlatul Muslimin NW Kayangan Lombok Barat.
Di MTs, prestasi saya cukup bagus. Di kelas satu saya mendapat peringkat 3 dikelas,
dan itu membuat saya lebih semangat lagi untuk belajar. Di kelas 2 , prestasi saya naik
ke peringkat 2, namun sayangnya, ketika kelas 3, prestasi saya turun ke peringkat 4. Di
MTs saya mulai mengenal yang namanya cinta. Saya pacaran sejak kelas 2 MTs dan
sampai tamat MTs , hubungan kita masih tetap berlanjut. Namun kita harus menjalani
LDR atau hubungan jarak jauh karena kita tidak satu sekolah lagi ketika masuk SMA,
dia melanjutkan ke pondok pesantren di Lombok Barat, sedangkan saya melanjutkan ke
pondok pesantren MA. Mu'allimin NW Anjani Lombok Timur. Walaupun terpisah jauh,
kita tetap saling setia. Ketika masuk di Muallimin, saya harus mengikuti tes masuk
terlebih dahulu yang diikuti 200 murid baru dari berbagai daerah baik lombok maupun
luar lombok. Dan alhamdulillah saya mendapat nilai tertinggi dari semua peserta waktu
itu. Ketika pemilihan jurusan, saya lebih memilih program bahasa karena hobi saya
membuat puisi dan senang belajar bahasa inggris maupun indonesia. Di kelas 1 saya
mendapat pringkat ke 3 di kelas, itu membuat saya harus lebih giat lagi dalam belajar,
karena saya tidak mau kalah dari teman-teman saya yang lain. Dan alhamdulillah di
kelas 2 semester 1, peringkat saya naik ke peringkat 2. Semangat saya semakin
berkobar untuk meraih peringkat 1, dan alhamdulillah di semester 2 saya berhasil
mendapat peringkat 1, dan alhamdulillah di kelas 3 saya bisa mempertahankan prestasi
saya di peringkat 1. Dan ketika ujian nasional , alhamdulillah saya mendapat nilai
rata-rata tertinggi dari semua jurusan.

Ketika saya masuk di Muallimin, status saya berubah menjadi seorang santri
pondok pesantren. Jauh dari keluarga dan mulai beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Banyak kenangan pahit dan manisnya ketika menjadi santri, salah satu contohnya
adalah kegiatan rutinitas saya. Dari selesai azan subuh saya sudah siap dengan seragam
sekolah saya, dan selesai solat langsung berangkat mengaji yang lokasinya jauh dari
kos saya, selesai mengaji saya langsung berangkat ke sekolah saya, kadang telat kadang
tidak, karena saya tidak punya motor untuk cepat sampai tujuan. Pulang sekolah
langsung makan dan kembali lagi jalan mengaji ke lokasi yang jauh dari kos saya
sampai jam 5 sore, setelah itu pulang masak untuk makan malam. Dan malamnya
belajar dan mengaji di masjid ma'had sampai pukul 10. Dan setelah itu, pergi latihan
beladiri sampai pukul 1. Setiap hari selalu begitu, namun saya tidak pernah mengeluh,
karena dari situ saya belajar arti dari sebuah kemandirian dan memenejemen waktu.

Anda mungkin juga menyukai