Anda di halaman 1dari 2

NAMA : AFRA AULIYA DWINANDA FIJA

NIM : 18071009

PRODI : PENDIDIKAN KIMIA

Gadis bermata empat, itulah julukanku. Senyum lebar yang menandakan bahwa itu
adalah Afra Auliya Dwinanda Fija. Ya, itu namaku. Aku biasa dipanggil Faya, banyak
orang yang bertanya-tanya “ Dari mana dapat kata Faya? “. Baik, kata Faya berasal dari
kata Afra Auliya. Pada awalnya namaku Afya, tapi karena sedikit susah pengucapannya
menjadi Faya. Aku lahir di Mataram pada hari selasa, 22 Februari 2000. Asalku entah dari
mana, sekarang aku tinggal di jalan Jendral Sudirman, Dasan Geres, Gerung, Lombok
Barat, Nusa Tenggara Barat. Semua keluargaku berasal dari Jawa, tapi bermukim di
Lombok. Pada bulan Maret 2019, ayah tercintaku menghembuskan nafas terakhirnya, nama
beliau adalah Akhmad Sujai, dan nama ibuku adalah fri Noviani, beliau adalah seorang ibu
yang sangat tangguh dalam hal apapun. Mereka adalah pahlawanku dan panutanku.
Berpetualang, traveling, mengetahui hal yang baru adalah hobiku. Sesuatu yang terlalu
serius tidak aku sukai, karena sesuatu yang sangat serius akan mengganggu pikiranku. Pada
awalnya, aku ingin menjadi seorang perawat, kemudian ingin menjadi dokter, tapi entah
kenapa semua buyar ketika aku mendengar ceramahan dari salah satu seorang ustaz
mengatakan bahwa “ Sebaiknya perempuan itu diam di dalam rumah, untuk melayani
suami dengan maksimal, menjaga dan mengajari anak, karena ibu adalah madrasah pertama
untuk anak.” Mulai dari sana aku terus berfikir bahwa aku ingin menjadi seorang wanita
sholehah yang taat perintah Allah itu saja cukup. Karena kita hidup di dunia ini hanya
sementara, dan kehidupan sesungguhnya nanti di akhirat sana.
Tentang pendidikanku, aku masuk TK pada usia empat tahun di TK Pertiwi,
Gerung. Kemudian masuk sekolah dasar di SDN 1 Gerung Utara hanya tiga tahun, yaitu
dari kelas satu sampai kelas tiga. Selanjutnya kelas empat sampai kelas enam aku pindah
sekolah ke Jogja mengikuti ayah dan ibu sekolah. Sekolah itu bernama SD Negeri Tahunan.
Kemudian, sekolah menengah pertama atau tsanawiyah aku masuk Pondok Pesantren
Nurul Hakim Kediri sampai sekolah menengah akhir atau aliyah. Jadi, aku hidup di
pomdok selama enam tahun. Dan sekarang aku kuliah di IKIP Mataram fakultas FPMIPA,
jurusan Pendidikan Kimia.

Kisah yang menurutku membangun atau memotifasi pembaca, yaitu pada saat
kehidupan di Jogja ke kehidupan pondok. Kisahnya yaitu bertema kegelapan menuju
keterangan. Pada saat aku tinggal di Jogja, kehidupanku sangat gelap, sangat hancur, dan
nakal. Aku terkenal sebagai cewek tomboy, suka berantem, tidak faham tentang agama. Ya,
begitulah kehidupanku saat di Jogja. Pada saat kelulusan, semua teman-temanku
membicarakan tentang kelanjutan sekolah mereka. Aku tau akan balik ke Lombok setelah
lulus sekolah dasar, jadi aku sudah merencanakan untuk sekolah di SMP 1 Gerung. Akan
tetapi, orang tuaku menyuruhku untuk sekolah di pondok pesantren. Ya, pada awalnya aku
menerima saja, tapi muncullah rasa ingin masuk SMP, aku melonjak ingin masuk SMP,
tapi percuma, orang tua tidak mengizinkanku. Aku mencoba untuk menuruti perintah orang
tuaku, dengan ikhlas dan tulus walaupun terpaksa. Dan alhamdulillah, dengan keikhlasan
dan ketulusan itu mengakibatkan kelancara dalam hidupku. Apabila aku terus menolak dan
bersi keras untuk sekolah di SMP, apa jadinya aku, tidak tahu tentang kehidupan yang
sesungguhnya. Maka dari itu, turutilah apa kata orang taumu karena ridho Allah ada pada
ridho orang tua.

Anda mungkin juga menyukai