Anda di halaman 1dari 17

SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 5 NOMOR 2 TAHUN 2015

PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU TIPE NESTED


(TERSARANG) UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS
SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS X SMA NEGERI
5 KOTA CIREBON

Rt. Maharani Kusuma, Wahidin, Ria Yulia Gloria


IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi
Website : www.syekhnurjati.ac.id

Abstrak
Pendidikan sains di sekolah memiliki tujuan membangun masyarakat yang melek sains. Melihat
hasil tes literasi yang diselenggarakan oleh PISA pada tahun 2012, negara Indonesia mendapat peringkat
ke 64 dari 65 negara. Hal ini menunjukan betapa buruknya pendidikan sains di Indonesia.Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengkaji (1) aktivitas siswa pada saat penerapan pembelajaran terpadu tipe
nested (tersarang) pada konsep ekosistem di kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon, (2) perbedaan
peningkatan kemampuan literasi sains antara siswa yang diterapkan pembelajaran terpadu tipe nested
(tersarang) dengan siswa yang tidak diterapkan pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) pada konsep
ekosistem di kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon, (3) respon siswa terhadap penerapan pembelajaran
terpadu tipe nested (tersarang) pada konsep ekosistem di kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon.Hal yang
perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut salah satunya adalah dengan menerapkan
pembelajaran yang dapat mengcover sains tidak hanya dari sisi teori, tetapi dari aplikasinya juga yaitu
dengan pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang). Kemampuan pengetahuan siswa dalam mengamati
dan menjelaskan fenomena secara ilmiah dapat berimplikasi pada kesiapan mereka menghadapi
globalisasi dan perubahan alam yang akan terjadi.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi, tes literasi sains, dan angket. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X, sampel diambil
dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Data hasil tes dianalisis dengan uji Independent
T-test (uji t). Uji statistik menunjukkan sig. 0,000 < 0,05, Ha diterima yaitu terdapat perbedaan
peningkatan kemampuan literasi sains yang signifikan antara siswa yang menggunakan pembelajaran
terpadu tipe nested (tersarang) dengan siswa yang tidak menggunakan pembelajaran terpadu tipe nested
(tersarang) pada konsep ekosistem di kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon.

Kata Kunci : Literasi sains, pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang)

akan tetapi mereka tetap berharap agar


LATAR BELAKANG
pembelajaran sains di sekolah dapat
Abad 21 ditandai oleh pesatnya disajikan secara menarik, efisien, dan
perkembangan sains dan teknologi efektif. (Trianto, 2011: 154)
dalam bidang kehidupan di masyarakat, Kehidupan masyarakat di era
terutama teknologi informasi dan globalisasi yang antara lain ditandai
komunikasi, sehingga diperlukan cara oleh kehidupan yang sangat akrab
pembelajaran yang dapat menyiapkan dengan perkembangan ilmu
peserta didik untuk melek sains dan pengetahuan, teknologi, dan seni, telah
teknologi, mampu berpikir logis, kritis, menuntut warganya untuk memiliki
kreatif, serta dapat berargumentasi kemampuan dasar agar dapat survive di
secara benar. Kenyataannya tidak tengah masyarakat. Kemampuan ini
banyak peserta didik yang menyukai seyogyanya diperoleh di sekolah-
bidang kajian sains, karena dianggap sekolah formal sebelum seorang siswa
sukar, keterbatasan kemampuan peserta memasuki pendidikan tinggi dan mulai
didik, atau karena merasa tak berminat bersosialisasi dengan masyarakat.
menjadi ilmuan atau ahli teknologi, (Hayat, 2010: 24)
SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 5 NOMOR 2 TAHUN 2015

Tujuan mata pelajaran Pendidikan konsep, teori, dan hukum. Keadaan ini
IPA menurut Wahidin (2006: 17) adalah diperparah oleh pembelajaran yang
membangun masyarakat melek sains. berorientasi pada tes/ujian. Sains
“Melek sains” dimaksudkan sebagai sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak
sadar terhadap perkembangan dunia tersentuh dalam pembelajaran. Hasil
informasi, dan peradaban manusia belajar IPA yang dicapai oleh peserta
secara menyeluruh. didik di Indonesia yang tergolong
Kebermaknaan dalam pembelajaran rendah dipengaruhi oleh banyak faktor,
sains bagi siswa dapat diperoleh jika yaitu karakteristik peserta didik dan
siswa memiliki kemampuan literasi keluarga, kemampuan membaca,
sains yang baik. Literasi sains dalam motivasi belajar, minat dan konsep diri,
PISA 2003 dalam Hayat (2010: 315) strategi belajar, tingkat kehadiran, dan
menyatakan bahwa literasi sains rasa memiliki. (Hayat & Yusuf (2010)
didefinisikan sebagai kapasitas untuk dalam Widi Wisudawati &
menggunakan pengetahuan ilmiah, Sulistyowati, 2014: 11)
mengidentifikasi pernyataan, dan Pembelajaran sains khususnya
menarik kesimpulan berdasarkan fakta biologi di sekolah, seharusnya tidak
dalam rangka memahami alam semesta hanya sekedar teori, tetapi juga harus
dan perubahan yang terjadi karena disertai praktikum dan mengkaitkan
aktivitas manusia. Penilaian literasi pembelajaran dengan fenomena alam,
sains dalam PISA lebih difokuskan pada sehingga apa yang siswa pelajari dapat
aplikasi pengetahuan dan keterampilan diaplikasikan dalam kehidupannya.
sains dalam situasi nyata serta tidak Berdasarkan hasil observasi dan
menguji aspek-aspek yang diberikan di wawancara dengan salah satu guru
dalam kurikulum tertentu. biologi di SMA Negeri 5 Kota Cirebon,
PISA (Programme for pembelajaran biologi di sana masih
Internasional Student Assessment) konvensional dengan metode ceramah
bertujuan meneliti secara berkala dan jarang melakukan praktikum,
tentang kemampuan siswa usia 15 tahun sehingga pemahaman siswa tentang
dalam kemampuan literasi sains. PISA konsep biologi kurang mendalam,
mengukur kemampuan siswa pada akhir hanya dipermukaan saja. Oleh karena
usia wajib belajar untuk mengetahui itu, diperlukan suatu model
kesiapan siswa menghadapi tantangan pembelajaran yang dapat meningkatkan
masyarakat-pengetahuan (knowledge pemahaman siswa, khususnya
society) (Hayat, 2010: 11). Hasil studi kemampuan literasi sains siswa. Joni T.
PISA yang terbaru (dikutip dari PISA R dalam Trianto (2011: 56) menyatakan
result 2012), negara Indonesia bahwa model pembelajaran terpadu
mendapat peringkat ke 64 dari 65 merupakan sistem pembelajaran yang
negara. Ini mungkin dikarenakan salah memungkinkan siswa, baik secara
satu penyebabnya adalah sistem individu maupun kelompok, aktif
pembelajaran di Indonesia yang mencari, menggali dan menemukan
cenderung fokus pada teori dan hafalan. konsep serta prinsip keilmuan secara
Pernyataan ini sejalan dengan pendapat holistik, bermakna, dan otentik.
Trianto dalam bukunya (2011: 154) Pembelajaran terpadu tipe nested
yang mengatakan bahwa kecenderungan menurut Fogarty (1991: 23) adalah
pembelajaran sains pada masa kini pembelajaran yang memadukan
adalah peserta didik hanya mempelajari keterampilan berpikir (thinking skill),
sains sebagai produk, menghafal keterampilan sosial (sosial skill), dan
SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 5 NOMOR 2 TAHUN 2015

keterampilan mengorganisir (organizing Pembelajaran sains terpadu tipe


skill). nested (tersarang) merupakan salah
Tes yang dilakukan oleh PISA satu tipe pembelajaran terpadu yang
2012 yang diantaranya mencakup memadukan tiga keterampilan, yaitu
beberapa pertanyaan yang didalamnya keterampilan berpikir (thinking skill),
terdapat kombinasi antara teks, foto, keterampilan sosial (social skill), dan
tabel, grafik, dan diagram, pembelajaran keterampilan mengorganisir
terpadu tipe nested (tersarang) dapat (organizing skill). (Fogarty, 1991:
meningkatkan kemampuan literasi sains 23)
siswa, karena dalam pembelajaran Fogarty (1991: 24) mengatakan
terpadu tipe nested (tersarang) terdapat bahwa, the nested model of
tiga keterampilan peserta didik yang integration is a rich design use by
dikembangan, yaitu keterampilan skilled teachers. They know how to
berpikir, keterampilan sosial, dan get the most mileage from the lesson-
keterampilan mengorganisasi. Siswa any lesson. But, in this nested
mampu menganalisis fenomena alam approach to instruction, careful
secara ilmiah, juga terlatih dari sisi planning is need to structure multiple
sikap terhadap lingkungan sosialnya, targets for student learning.
juga siswa mampu membaca data yang Tabel 1. Unsur-unsur Keterampilan Berpikir,
Keterampilan Sosial, dan Keterampilan
disajikan dalam bentuk foto, tabel, Mengorganisasi
grafik, dan diagram. Materi ekosistem Kemampuan
Kemampuan Kemampuan
mengorganis
yang diambil sesuai konsep yang Berpikir Sosial
asi
terdapat dalam PISA 2012 dimana Memprediksi Memperhatikan Jaringan
pendapat orang (jaring laba-
aspek konteksnya yaitu lingkungan, Menyimpulkan Mengklarifikasi laba)
aspek kompetensi yaitu menjelaskan Membuat Menjelaskan Diagram venn
hipotesis Diagram alir
fenomena ilmiah mengenai global Membandingka Memberanikan
warming, banjir, dan hujan asam, dan n diri Lingkaran
Menerima sebab-akibat
aspek pengetahuan yaitu ekosistem. Mengklasifikasi pendapat orang Diagram
Berdasarkan paparan di atas, Menolak akur/ tidak
Mengeneralisasi pendapat orang akur
penulis tertarik untuk melakukan Menyepakati Kisi-kisi/
penelitian yang berjudul “Penerapan Membuat skala matrik
prioritas Meringkaskan
Pembelajaran Terpadu Tipe Nested Mengevaluasi Peta konsep
(Tersarang) untuk Meningkatkan
Diagram
Literasi Sains Siswa pada Konsep rangka ikan
Ekosistem Di Kelas X SMA Negeri 5 (Trianto, 2011: 65)
Kota Cirebon”. Pokok bahasan yang (organizing skill)
dipilih dalam penelitian ini adalah
(thinking skill)
mengenai ekosistem dimana materi ini
merupakan materi yang dapat ditemui (content)
dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Selain itu, materi tentang alam terdapat
dalam cakupan pengetahuan yang
ditetapkan oleh PISA sehingga materi Gambar 1. Pembelajaran Nested (Tersarang)
(Sumber : Fogarty, 1991: 28)
yang dipilih untuk penelitian ini adalah
ekosistem. 2. Literasi Sains
A. Landasan Teori Literasi sains terbentuk dari 2
1. Pembelajaran Terpadu Tipe kata, yaitu literasi dan sains.
Nested (Tersarang) Toharudin (2011: 1) mengatakan
SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 5 NOMOR 2 TAHUN 2015

bahwa literasi sains berasal dari bertanggung jawab terhadap


gabungan dua kata dalam bahasa sumber daya alam dan lingkungan
latin, yaitu literatus yang artinya PISA menetapkan empat
ditandai dengan huruf, melek huruf, dimensi besar literasi sains, yakni
atau berpendidikan dan scientia yang konteks sains, kompetensi sains, dan
artinya memiliki pengetahuan. pengetahuan sains.
Literasi sains menurut PISA a. Konteks Sains
2012, menyatakan bahwa literasi Konteks sains merujuk pada
sains mengacu pada pengetahuan situasi dalam kehidupan sehari-hari
ilmiah dimana pengetahuan ilmiah yang menjadi lahan bagi aplikasi
ini dibagi menjadi knowledge of proses dan pemahaman konsep sains,
science (pengetahuan sains) dan seperti misalnya kesehatan dan gizi
knowledge about science dalam konteks pribadi dan iklim
(pengetahuan tentang sains). dalam konteks global. Tabel 2.3
Pengetahuan sains mengacu pada menunjukkan konteks aplikasi sains
pengetahuan tentang alam di bidang dalam PISA 2012 (OECD, 2013:
utama, yaitu fisika, kimia, biologi, 103). Adapun konten sains dalam
ilmu bumi dan ruang angkasa, dan PISA 2012 adalah sebagai berikut.
teknologi berbasis ilmu pengetahuan. 1) Sel (struktur dan fungsi, DNA,
Pengetahuan tentang sains mengacu tumbuhan dan hewan)
pada pengetahuan tentang cara 2) Tubuh manusia (kesehatan,
“penyelidikan ilmiah” dan tujuan nutrisi, sub-sub sistem tubuh
dari “penjelasan ilmiah” dalam sains manusia yang mencakup
(OECD, 2013: 99). pencernaan, pernafasan, sirkulasi,
Penilaian literasi sains menurut ekskresi, serta penyakit dan
PISA yakni mengandung empat reproduksi)
aspek yang saling terkait, yaitu 3) Populasi (spesies, evolusi,
sebagai berikut (OECD, 2013: 101). keanekaragaman hayati, variasi
 Konteks: mengenali situasi genetik)
kehidupan yang melibatkan ilmu 4) Ekosistem (rantai makanan, aliran
pengetahuan dan teknologi materi dan energi)
 Pengetahuan: memahami alam 5) Biosfer (layanan ekosistem)
sekitar atas dasar pengetahuan b. Kompetensi Sains
ilmiah yang meliputi pengetahuan Kompetensi sains merujuk pada
tentang alam (pengetahuan sains) proses mental yang terlibat ketika
dan pengetahuan tentang ilmu itu menjawab suatu pertanyaan atau
sendiri (pengetahuan tentang memecahkan masalah, seperti
sains) mengidentifikasi dan
 Kompetensi: menunjukkan menginterpretasi bukti serta
kompetensi ilmiah yang menerangkan kesimpulan. PISA
mencakup mengidentifikasi isu- 2012 menetapkan komponen
isu ilmiah, menjelaskan fenomena kompetensi sains dalam penilaian
ilmiah, dan menggunakan bukti literasi sains yaitu sebagai berikut.
ilmiah. 1) Mengidentifikasi isu-isu ilmiah
 Sikap: menunjukkan minat dalam  Mengenal pertanyaan yang
ilmu pengetahuan, dukungan mungkin diselidiki secara
untuk penyelidikan ilmiah, dan ilmiah
motivasi untuk bertindak secara
SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 5 NOMOR 2 TAHUN 2015

 Mengidentifikasi kata-kata  Sesuai untuk tingkat


kunci untuk mencari informasi perkembangan anak usia 15
ilmiah tahun.
 Mengenal fitur-fitur (ciri khas) d. Sikap
penyelidikan ilmiah PISA memperhatikan sikap
2) Menjelaskan fenomena ilmiah terhadap ilmu pengetahuan
 Mengaplikasikan pengetahuan didasarkan pada keyakinan bahwa
sains dalam situasi yang literasi sains seseorang mencakup
diberikan sikap, keyakinan, orientasi
 Mendeskripsikan atau motivasi, rasa efektivitas diri,
menafsirkan fenomena ilmiah nilai-nilai, dan tindakan. (OECD,
dan memprediksikan 2013: 110)
perubahan METODE PENELITIAN
Mengidentifikasi deskripsi,
explanasi, dan prediksi yang Desain penelitian ini difokuskan
sesuai pada penerapan pembelajaran biologi
3) Menggunakan bukti ilmiah menggunakan pembelajaran terpadu
 Menafsirkan bukti ilmiah dan tipe nested (tersarang) untuk dapat
membuat serta meningkatkan literasi sains siswa.
mengomunikasikan Tujuannya untuk mengetahui perbedaan
kesimpulan peningkatan literasi sains berupa
penguasaan pada aspek konteks,
 Mengidentifikasi asumsi-
kompetensi, dan pengetahuan sains
asumsi, bukti dan alasan di
siswa pada konsep ekosistem
balik kesimpulan
menggunakan rancangan “Pretest-
 Merefleksikan perkembangan
Posttest Control Group Design”.
implikasi sosial, sains, dan
Berikut adalah bagan desain penelitian
teknologi
Pretest-Posttest Control Group Design
c. Pengetahuan Sains
menurut Sugiyono (2012: 112).
Pengetahuan sains merujuk
kepada konsep-konsep kunci dari R1 O1 X O2
sains yang diperlukan untuk R2 O3 O4
memahami fenomena alam dan
perubahan yang terjadi akibat Gambar 1. Desain Penelitian
aktivitas manusia. PISA 2012 Keterangan :
membagi pengetahuan menjadi dua, R1 = Kelas eksperimen
yaitu pengetahuan sains yang R2 = Kelas kontrol
merujuk pada materi pembelajaran O1 = Pretest pada kelas eksperimen
O2 = Posttest pada kelas eksperimen
dan pengetahuan tentang sains O3 = Pretest pada kelas kontrol
merujuk pada penyelidikan ilmiah. O4 = Posttest pada kelas kontrol
PISA menentukan kriteria X = Perlakuan dengan pembelajaran
pemilihan pengetahuan sains terpadu tipe nested (tersarang)
sebagai berikut. Sampel dibagi menjadi dua kelas
 Relevan dengan situasi kehidupan yaitu kelas eksperimen dan kelas
nyata. kontrol. Kelas eksperimen merupakan
 Pengetahuan penting sehingga kelas yang akan mendapatkan perlakuan
penggunaannya berjangka berupa pembelajaran terpadu tipe nested
panjang. (tersarang), sedangkan kelas kontrol
menggunakan pembelajaran
SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 5 NOMOR 2 TAHUN 2015

konvensional. Sebelum dan sesudah a. Analisis Instrumen


diberi perlakuan, masing-masing kelas Uji validitas tes, uji reabilitas
diberi pretest untuk mengetahui tes, indeks kesukaran, dan daya
kemampuan awal literasi sains yang pembeda dilakukan dengan
dimiliki siswa dan setelah pembelajaran menggunakan software anates.
selesai, dilakukan posttest untuk melihat b. Uji beda / Uji N-Gain
kemampuan literasi sains siswa Uji N-Gain dipergunakan untuk
mengenai konsep ekosistem. memperoleh nilai gain yang netra.
Populasi dari penelitian ini adalah Rumus indeks gain yang
adalah seluruh siswa kelas X SMA dipergunakan adalah sebagai berikut.
Negeri 5 Kota Cirebon. Pengambilan
Indeks gain =
sampel dilakukan dengan menggunakan
Simple Random Sampling, yaitu Kriteria nilai N-Gain sebagai berikut :
pengambilan sampel secara acak tanpa N-gain > 0,70 : tinggi
memperhatikan strata yang ada dalam 0,30 < N-gain < 0,70 : sedang
populasi itu. Sampel yang diambil N-gain < 0,30 : rendah
adalah dua kelas., dimana satu kelas (Hake, 1999)
eksperimen berjumlah 33 orang dan c. Uji Statistik
satu kelas kontrol yang berjumlah 39 Uji prasyarat yang digunakan
orang. Kelas eksperimen dalam adalah uji normalitas dan uji
penelitian adalah kelas X.1 dan kelas homogenitas menggunakan software
kontrol adalah X.2. SPSS versi 16.0.
Tes yang digunakan dalam Uji hipotesis yang digunakan
penelitian ini mengandung 3 aspek adalah uji parametrik Independent
literasi sains yaitu pengetahuan sains, Sample Test jika data berdistribusi
kompetensi sains, dan konteks sains normal dan homogen. Jika data
yang dibuat dalam bentuk tes bentuk berdistribusi tidak normal ataupun
pilihan ganda dengan lima pilihan tidak homogen, maka uji hipotesis
jawaban sebanyak 34 butir soal. Angket yang digunakan adalah uji
respon digunakan untuk mengukur nonparametrik Two Independent
respon siswa terhadap penerapan Sample Test yaitu uji Mann-Whitney
pembelajaran terpadu tipe nested U.
(tersarang). Angket respon siswa d. Analisis Angket
sebanyak 20 pernyataan positif dan Angket dalam penelitian
negatif menggunakan skala Likert yang menggunakan skala Likert, untuk
mengharuskan responden untuk pernyataan positif siswa diberi skor 4
menjawab suatu pertanyaan dengan (SS), 3 (S), 2 (TS), dan 1 (STS),
jawaban SS (sangat setuju), S (setuju), sedangkan untuk pernyataan negatif
TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak siswa diberi skor 1 (SS), 2 (S), 3
setuju). Apabila pertanyaan positif, (TS) dan 4 (STS).
maka nilainya 4,3,2,1, sedangkan untuk  Presentase skor angket yaitu :
pertanyaan negatif maka nilainya
%=
1,2,3,4. Lembar observasi aktivitas
siswa digunakan untuk melihat aktivitas
siswa dalam penerapan pembelajaran  Interpretasi dengan kriteria nilai:
terpadu tipe nested (tersarang). 0% - 20% = sangat lemah
Teknik pengolahan data yang 21% - 40% = lemah
dilakukan adalah sebagai berikut. 41% - 60% = cukup
61% - 80% = kuat
SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 5 NOMOR 2 TAHUN 2015

81% - 100% = sangat kuat Gambar 1. Grafik Persentase Rata-rata Hasil Observasi
Aktivitas Siswa
(Ridwan, 2009: 30) Gambar 1. merupakan grafik
e. Analisis Aktivitas Siswa tentang kegiatan siswa selama kegiatan
Aktivitas belajar siswa yang pembelajaran berlangsung di kelas
diamati dalam penelitian ini antara dengan menerapkan pembelajaran
lain: (1) menjelaskan melalui terpadu tipe nested, yang meliputi
presentasi; (2) kerjasama dalam menjelaskan melalui presentasi,
kelompok; (3) menggunakan bukti kerjasama dalam kelompok, dan
ilmiah; (4) antusias dalam menggunakan bukti ilmiah dimana
penyelidikan ilmiah; dan (5) kategori ini dibuat berdasarkan tahapan
mengikuti perintah guru. Hasil pembelajaran terpadu tipe nested, yaitu
pengamatan tersebut dipersentase thinking skill, social skill, dan
dan diinterpretasi berdasarkan organizing skill, sedangkan antusias
keaktifan siswa selama mengikuti dalam penyelidikan ilmiah dan
pelajaran. Kriteria interpretasi skor mengikuti perintah guru diambil dari
adalah sebagai berikut. aspek sikap dalam salah satu indikator
0% - 20% = sangat lemah literasi sains yaitu sikap antusias dan
21% - 40% = lemah tanggung jawab.
41% - 60% = cukup 2. Perbedaan Peningkatan Literasi
61% - 80% = kuat Sains
81% - 100% = sangat kuat a. Deskripsi Peningkatan Literasi
(Riduwan, 2009: 30) Sains Berdasarkan Keseluruhan
Aspek Literasi Sains
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perbandingan Pretest dan Posttest
B. Hasil Penelitian Literasi Sains Secara Keseluruhan
1. Aktivitas Siswa pada Penerapan 67,91
80
Pembelajaran Terpadu Tipe
Rata-rata Nilai

50
60
Nested (Tersarang) pada 29,15 32,73
40
Konsep Ekosistem di Kelas X
20
SMA Negeri 5 Kota Cirebon 0 Kontrol
Hasil yang didapatkan berupa Pretest Posttest Eksperimen
data distribusi frekuensi dan
perhitungan rata-rata persentase
aktivitas siswa selama tiga kali Gambar 2. Grafik Perbandingan Rata-rata
pertemuan, hasil tersebut ditunjukan Nilai Pretest dan Posttest Literasi Sains
pada gambar berikut ini. Secara Keseluruhan pada Kelas Kontrol dan
Eksperimen
79,80% 94,90%
71,70%
100% 68,37% 68,70%
Gambar 2 menunjukkan bahwa
0%
nilai pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen tidak jauh berbeda, hanya
Aspek yang Diamati
berselisih 3,58. Pembelajaran dengan
Menjelaskan melalui presentasi menggunakan pembelajaran terpadu
Kerjasama dalam kelompok
tipe nested untuk kelas eksperimen dan
tanpa menggunakan pembelajaran
Menggunakan bukti ilmiah
terpadu tipe nested untuk kelas kontrol,
Antusias dalam penyelidikan ilmiah
terjadi peningkatan nilai posttest di
Mengikuti perintah guru
kedua kelas, tetapi perolehan nilai
SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 5 NOMOR 2 TAHUN 2015

posttest kelas kontrol dan eksperimen mengenai konsep ekosistem antara kelas
berbeda cukup jauh. Kelas eksperimen kontrol dan kelas eksperimen tidak jauh
memiliki peningkatan nilai yang lebih berbeda.
besar dibandingkan kelas kontrol.
Perbedaan peningkatan nilai pada kelas Perbandingan Nilai Pretest Setiap Aspek
Literasi Sains
kontrol dan kelas eksperimen dapat
38,4
dilihat pada gambar 3 di bawah ini yang 40 32 29,9
29 28,84 29,76
merupakan perbandingan rata-rata N-

Nilai Rata-rata
gain kelas kontrol dan kelas
20
eksperimen.
Perbandingan Rata-rata N-Gain 0
Literasi Sains Secara Keseluruhan
0,52
Rata-rata N-gain

0,6

0,4 0,29

0,2 Eksperimen Aspek Literasi Sains


Kontrol
Eksperimen
Kontrol
0

N-Gain Gambar 4. Grafik Perbandingan Rata-rata


Nilai Pretest Setiap Aspek Literasi Sains pada
Kelas Kontrol dan Eksperimen

Gambar 3. Grafik Perbandingan Rata-rata N-Gain Kemampuan literasi sains siswa


Literasi Sains Secara Keseluruhan pada Kelas Kontrol pada konsep ekosistem mengalami
dan Kelas Eksperimen
peningkatan setelah pembelajaran.
Gambar 3 menunjukkan Perbedaan peningkatan literasi sains
perbandingan nilai N-gain kelas ini dapat dilihat dari selisih nilai
kontrol dan kelas eksperimen. Rata- posttesst yang didapat oleh kedua
rata nilai N-gain yang diperoleh kelas. Perbedaan nilai posttest aspek
kelas kontrol dan kelas eksperimen, pengetahuan sains, kompetensi sains,
dimana kelas eksperimen dan konteks sains pada kelas kontrol
memperoleh rata-rata N-gain yang dan kelas eksperimen ini dapat
lebih besar dibandingkan dengan dilihat pada gambar 5. berikut ini.
kelas kontrol. Rata-rata n-gain kelas Perbandingan Nilai Posttest Setiap Aspek
kontrol dan kelas eksperimen berada Literasi Sains

pada kategori yang berbeda, yaitu 100


Nilai Rata-rata

71,7 74,4
55,8 54,3
kelas kontrol pada kategori rendah 45,5 50,48
50
dan kelas eksperimen pada kategori
sedang. 0

Gambar 4 menunjukkan bahwa


nilai rata-rata jawaban siswa dilihat dari Kontrol
Aspek Literasi Sains
nilai pretest pada setiap aspek hampir Eksperimen
sama. Aspek pengetahuan sains hanya
berselisih 3. Aspek kompetensi hanya Gambar 5 Grafik Perbandingan Rata-rata
berselisih 1,06. Aspek konteks berselisih Nilai Posttest Setiap Aspek Literasi Sains
8,64. Selisih ini menunjukkan perbedaan pada Kelas Kontrol dan Eksperimen
kemampuan awal literasi sains siswa
SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 5 NOMOR 2 TAHUN 2015

Dari grafik 5 terlihat selisih yg antara kelas kontrol dan kelas


cukup besar dari setiap aspek. Selisih eksperimen pada aspek pengetahuan
ini menunjukkan perbedaan literasi sains.
kemampuan literasi sains siswa 2. Respon Siswa Kelas X SMA
setelah belajar menggunakan Negeri 5 Kota Cirebon
pembelajaran terpadu tipe nested Terhadap Penerapan
(tersarang). Pembelajaran Terpadu Tipe
Peningkatan kemampuan literasi Nested (Tersarang) pada
sains setiap aspek dapat dilihat dari Konsep Ekosistem
grafik perbedaan rata-rata N-Gain Rekapitulasi Persentase Angket
berikut ini. Siswa

Perbandingan N-gain Setiap Aspek Sangat


Literasi Sains 0% 0% lemah
0% Lemah
0,6 0,58 29,50%
0,6
Nilai N-gain

0,5 0,35 0,35 Cukup


0,4 0,24 0,29
0,3 70,50% Kuat
0,2
0,1
0 Sangat
kuat

Gambar 7. Grafik Persentase Angket Respon Siswa


Terhadap Penerapan Pembelajaran Terpadu Tipe
Kontrol Nested (Tersarang)
Aspek Literasi Sains
Eksperimen Gambar 7 diketahui bahwa tidak
Gambar 6 Grafik Perbandingan N-gain Setiap ada siswa yang memberikan respon
Aspek Literasi Sains pada Kelas Kontrol dan
Eksperimen
cukup dan lemah terhadap
pembelajaran terpadu tipe nested
Gambar 6 menunjukkan grafik (tersarang) pada konsep ekosistem.
perbandingan rata-rata N-Gain Gambar tersebut menunjukkan
literasi sains pada aspek pengetahuan bahwa tidak ada siswa yang
sains, kompetensi sains, dan konteks memberikan respon negatif terhadap
sains siswa kelas kontrol dan kelas pembelajaran terpadu tipe nested
eksperimen. N-Gain aspek (tersarang) pada konsep ekosistem.
pengetahuan sains pada kelas kontrol Siswa yang memberikan respon kuat
adalah 0,24 yang termasuk kategori sebesar 70,50%, sedangkan siswa
rendah, artinya peningkatan nilai yang memberikan respon sangat kuat
pretest dan posttest siswa pada aspek sebesar 29,50%. Kesimpulannya
pengetahuan sains siswa di kelas yaitu pembelajaran terpadu tipe
kontrol tergolong rendah. N-Gain nested (tersarang) pada konsep
kelas eksperimen pada aspek ekosistem mendapat respon yang
pengetahuan sains adalah 0,35 yang kuat dari siswa dengan persentase
termasuk kategori sedang, artinya rata-rata sebesar 76,40%.
peningkatan nilai pretest dan posttest PEMBAHASAN
siswa pada aspek pengetahuan sains
di kelas eksperimen termasuk 1. Aktivitas Siswa pada Penerapan
kategori sedang. Kesimpulan dari Pembelajaran Terpadu Tipe
grafik ini adalah terdapat perbedaan Nested (Tersarang) pada
peningkatan nilai pretest dan posttest
SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 5 NOMOR 2 TAHUN 2015

Konsep Ekosistem di Kelas X Kota Cirebon. Aktivitas siswa yang


SMA Negeri 5 Kota Cirebon tergolong kategori kuat, dipengaruhi
oleh pembelajaran terpadu tipe
Rata-rata aktivitas belajar siswa nested (tersarang), seperti yang
setiap pertemuannya adalah tinggi. diungkapkan Joni T. R dalam Trianto
Indikator 1 yaitu menjelaskan (2011: 56), bahwa model
melalui presentasi, memiliki rata-rata pembelajaran terpadu merupakan
presentase yang paling rendah. sistem pembelajaran yang
Penyebabnya yaitu hanya beberapa memungkinkan siswa, baik secara
siswa yang mendapatkan skor tinggi, individu maupun kelompok, aktif
yang salah satu faktornya adalah mencari, menggali dan menemukan
dalam mempresentasikan data konsep serta prinsip keilmuan secara
menggunakan number head together holistik, bermakna, dan otentik.
sehingga hanya sebagian siswa yang Salah satu karakteristik dari
maju untuk mempresentasikan hasil pembelajaran terpadu menurut
presentasinya. Depdikbud dalam Trianto (2011: 61)
Indikator 2 yaitu kerjasama yaitu aktif. Pembelajaran terpadu
dalam kelompok, rata-rata siswa menekankan keaktifan siswa dalam
mendapatkan skor tinggi. pembelajaran baik secara fisik,
Penyebabnya karena setiap siswa mental, intelektual, maupun
mampu bekerjasama dalam emosional guna tercapainya hasil
kelompoknya. belajar yang optimal dengan
Indikator 3 yaitu menggunakan mempertimbangkan hasrat, minat,
bukti ilmiah, rata-rata siswa dan kemampuan siswa sehingga
mendapatkan skor sedang. Faktor mereka termotivasi untuk terus
penyebabnya adalah hanya sebagian menerus belajar.
siswa saja yang mempresentasikan
hasil peta konsep, jaring-jaring 2. Perbedaan Peningkatan
makanan, dan bagan daur Kemampuan Literasi Sains
biogeokimia yang telah siswa buat. antara Siswa yang Diterapkan
Indikator 4 yaitu antusias dalam Pembelajaran Terpadu Tipe
penyelidikan ilmiah, ada siswa Nested (Tersarang) dengan
mendapatkan skor rendah, sedang, Siswa yang tidak Diterapkan
maupun tinggi. Penyebabnya yaitu Pembelajaran Terpadu Tipe
tidak semua siswa yang bertanya Nested (Tersarang) pada
ataupun menjawab dalam presentasi Konsep Ekosistem di Kelas X
karena waktu yang terbatas. SMA Negeri 5 Kota Cirebon
Indikator 5 yaitu mengikuti
perintah guru, memiliki persentase Proses pembelajaran biologi
yang paling tinggi dibandingkan melalui pembelajaran terpadu tipe
indikator lainnya. Rata-rata siswa nested (tersarang) dapat
mendapatkan skor tinggi. meningkatkan literasi sains siswa
Penyebabnya yaitu hampir semua pada konsep ekosistem di kelas
siswa mengumpulkan tugas yang eksperimen. Literasi sains menurut
diberikan guru dengan tepat waktu. PISA 2012, menyatakan bahwa
Pembelajaran terpadu tipe nested literasi sains mengacu pada
(tersarang) dapat meningkatkan pengetahuan ilmiah dimana
aktivitas siswa pada konsep pengetahuan ilmiah ini dibagi
ekosistem di kelas X SMA Negeri 5
SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 5 NOMOR 2 TAHUN 2015

menjadi knowledge of science kemampuan literasi sains siswa,


(pengetahuan sains) dan knowledge maka pembelajaran dilaksanakan
about science (pengetahuan tentang melalui pembelajaran terpadu tipe
sains). nested (tersarang) yang merupakan
Kemampuan literasi sains siswa pembelajaran yang memadukan tiga
yang diujikan oleh PISA 2012 dibagi keterampilan siswa, yaitu
menjadi empat aspek, yaitu aspek keterampilan berpikir (thinking skill),
konteks, aspek pengetahuan, keterampilan sosial (social skill), dan
kompetensi, dan sikap. Aspek yang keterampilan mengorganisir
diukur dengan menggunakan tes (organizing skill). Keterampilan
dalam penelitian ini adalah aspek berpikir (thinking skill) dan
pengetahuan sains, kompetensi sains, keterampilan sosial (social skill)
dan konteks sains melalui pretest dan dilatih dengan melakukan praktikum
posttest. Aspek sikap diukur mengenai komponen ekosistem dan
menggunakan lembar observasi pengisian LKS disetiap
dengan aspek yang dinilai adalah pertemuannya, yang dikerjakan
antusias dalam penelitian ilmiah dan secara berkelompok dan
tanggung jawab. Hasil penelitian dipresentasikan di depan kelas.
yang dilakukan dengan tes literasi Keterampilan mengorganisir
sains menunjukkan bahwa siswa (organizing skill) dilatih dengan
pada kelas kontrol dan kelas membuat peta konsep, membuat
eksperimen mempunyai kemampuan jaring-jaring makanan, dan membuat
literasi sains awal yang hampir sama. bagan daur biogeokimia. Siswa juga
Terlihat dari nilai hasil pretest yang dilatih dengan menginterpretasikan
tidak jauh berbeda. Perbedaan data dari pertanyaan LKS dalam
peningkatan literasi sains dapat bentuk grafik. Tujuannya agar siswa
dilihat dari nilai N-gain. N-gain dapat membaca grafik ataupun tabel.
literasi sains secara keseluruhan pada Berdasarkan data PISA 2012,
kelas eksperimen termasuk kategori kelemahan siswa Indonesia dalam
sedang, artinya siswa pada kelas hal kemampuan literasi sains adalah
eksperimen memiliki kemampuan kurangnya pemahaman dalam
literasi sains yang cukup baik dalam membaca tabel, grafik, ataupun
menguasai keseluruhan aspek literasi gambar, sehingga kemampuan
sains yang ditetapkan oleh PISA mengorganisir (membuat ataupun
2012 yang meliputi tiga aspek, yaitu membaca grafik) perlu dilatihkan
pengetahuan sains, kompetensi sains, kepada siswa.
dan konteks sains. Perbedaan pembelajaran di kelas
Kelas kontrol yang kontrol dan kelas eksperimen adalah
pembelajarannya tidak menggunakan bahwa di kelas kontrol pembelajaran
pembelajaran terpadu tipe nested hanya menggunakan diskusi saja,
(tersarang) nilai N-Gain yang tanpa mempresentasikan hasil dan
diperoleh termasuk kategori rendah. tidak membuat peta konsep, jaring-
Hasil ini berarti bahwa peningkatan jaring makanan, maupun bagan daur
kemampuan literasi sains siswa kelas biogeokimia. Siswa juga tidak
kontrol berada di bawah kelas menginterpretasikan data dari
eksperimen. pertanyaan LKS dalam bentuk
Penelitian memfokuskan pada grafik.
melihat perbedaan peningkatan
SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 5 NOMOR 2 TAHUN 2015

Materi pembelajaran yang sains dan konteks sains.


diajarkan di kedua kelas adalah Penyebabnya yaitu pada kelas
sama, yaitu sama-sama ada eksperimen siswa dilatih kemampuan
praktikum pada pertemuan pertama, membuat grafik dan bagan melalui
mengerjakan LKS yang sama. LKS pembelajaran terpadu tipe nested
(Lembar Kerja Siswa) di kelas (tersarang) yaitu organizing skill,
kontrol tidak ada perintah ataupun sehingga siswa dapat menjawab
soal yang mengarah pada pembuatan salah satu soal penjabaran dari aspek
grafik atau bagan. Aspek kompetensi yaitu menggunakan bukti
pengetahuan sains, kompetensi sains, ilmiah, dimana soal ini adalah
dan konteks sains diajarkan pada mengenai bagan dan grafik yang
kedua kelas. Penjabaran aspek dilatihkan dengan pembelajaran
kompetensi salah satunya yaitu terpadu tipe nested (tersarang)
menjelaskan fenomena secara ilmiah, organizing skill.
diajarkan melalui menjelaskan Kelas eksperimen yang diberi
fenomena alam seperti global perlakuan pembelajaran terpadu tipe
warming, hujan asam, dan banjir nested (tersarang) secara keseluruhan
secara ilmiah yakni dikaitkan dengan mencapai peningkatan yang lebih
proses daur biogeokimia. besar dibandingkan dengan kelas
Materi mengenai ekosistem kontrol yang hanya menggunakan
terlebih dahulu diberikan pada awal pembelajaran konvensional. Terlihat
pembelajaran. Pengetahuan ini dari nilai n-gain kelas eksperimen
sebagai dasar pengetahuan literasi yang lebih besar daripada kelas
sains siswa, kemudian dilakukan kontrol. Peningkatan yang dicapai
praktikum yang menjadi dasar aspek oleh kelas eksperimen dipengaruhi
konteks literasi sains siswa, bahwa oleh pembelajaran terpadu tipe
apa yang mereka pelajari sesuai atau nested (tersarang), seperti yang
berkaitan dengan dunia nyata. Siswa diungkapkan Joni T. R dalam Trianto
juga mengerjakan LKS (Lembar (2011: 56), bahwa model
Kerja Siswa) dengan menjawab pembelajaran terpadu merupakan
pertanyaan-pertanyaan yang sistem pembelajaran yang
mengarahkan pada aspek kompetensi memungkinkan siswa, baik secara
literasi sains siswa. Siswa individu maupun kelompok, aktif
mengidentifikasi isu-isu ilmiah, mencari, menggali dan menemukan
mendeskripsikan fenomena alam konsep serta prinsip keilmuan secara
secara ilmiah, dan menggunakan holistik, bermakna, dan otentik. Hasil
bukti ilmiah. penelitian dari Paul Webb (2009)
Kemampuan literasi sains siswa juga mengatakan demikian, “As
setelah pembelajaran dapat dilihat such, the integrated strategies
dari hasil posttest. Perolehan rata- approach to scientific literacy that
rata posttest literasi sains siswa was developed clearly identifies the
terdapat perbedaan antara kelas role of language in learning science
kontrol dan kelas eksperimen. and promotes writing, talking,
Peningkatan literasi sains pada aspek reading, discussion and arguing”
kompetensi sains pada kelas kontrol yang artinya adalah strategi
dan kelas eksperimen memiliki pendekatan pembelajaran terpadu
selisih peningkatan yang lebih besar dapat meningkatkan literasi sains
dibandingkan aspek pengetahuan yang dikembangkan jelas
SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 5 NOMOR 2 TAHUN 2015

mengidentifikasi peran bahasa dalam telah dilakukah pada hasil N-Gain


pembelajaran IPA juga kegiatan literasi sains secara keseluruhan,
menulis, berbicara, membaca, hasil uji T menunjukkan sig 0,000
diskusi dan berdebat. Penelitian ini, yang berarti bahwa Ha diterima,
keterampilan berpikir (thinking skill) yaitu terdapat perbedaan peningkatan
dan sosial (social skill) siswa kemampuan literasi sains yang
sangatlah berpengaruh terhadap signifikan antara siswa yang
peningkatan literasi sains siswa. menggunakan pembelajaran terpadu
Seseorang yang memiliki tipe nested (tersarang) dengan siswa
kemampuan literasi sains tidak hanya yang tidak menggunakan
mampu membaca dan menulis sains, pembelajaran terpadu tipe nested
tetapi menyadari dampaknya dan (tersarang) pada konsep ekosistem di
peduli terhadap lingkungan sosial kelas X SMA Negeri 5 Kota
maupun alam. Definisi literasi sains Cirebon.
dalam PISA 2003 dalam Hayat Nilai hasil tes literasi sains yang
(2010: 315) juga menyatakan bahwa diperoleh melalui pretest dan posttest
literasi sains didefinisikan sebagai tidak menunjukkan tingkat literasi
kapasitas untuk menggunakan sains seseorang. Nilai tersebut hanya
pengetahuan ilmiah, digunakan untuk menilai
mengidentifikasi pernyataan, dan pembelajaran terpadu tipe nested
menarik kesimpulan berdasarkan (tersarang) apakah dapat
fakta dalam rangka memahami alam meningkatkan nilai tes literasi sains
semesta dan perubahan yang terjadi siswa dibandingkan dengan yang
karena aktivitas manusia. tidak menggunakan pembelajaran
Pembelajaran materi daur terpadu tipe nested (tersarang).
biogeokimia yang dimana siswa Pernyataan ini sejalan dengan
mengkaitkan fenomena alam seperti pernyataan Solomon and Thomas
global warming, banjir dan hujan (1999) dalam Shwartz (2006), the
asam dengan pembelajaran. Siswa taxonomy of scientific literacy levels
juga mengidentifikasi penyebab dan does not suggest a teaching
akibat yang ditimbulkan dari sequence, and the second issue to be
fenomena alam itu serta addressed when assessing scientific
mengidentifikasi perubahan alam literacy, especially of young
yang terjadi karena aktivitas students, is the understanding that
manusia. Pernyataan ini sejalan attainment of scientific literacy is
dengan salah satu karakteristik dari considered to be a life-long process.
penbelajaran terpadu menurut Artinya ada dua hal yang perlu
Depdikbud dalam Trianto (2011: 62) diperhatikan dalam menilai tingkat
bahwa pembelajaran terpadu literasi sains siswa. Pertama,
memungkinkan siswa untuk asesmen litersi sains siswa tidak
memahami suatu fenomena dari ditujukan untuk membedakan
segala sisi yang nantinya hal ini akan seseorang literat atau tidak. Kedua,
membuat siswa menjadi lebih arif pencapaian literasi merupakan proses
dan bijak di dalam menyikap atau yang kontinyu dan terus menerus
menghadapi kejadian yang ada di berkembang sepanjang hidup
depan mereka. manusia.
Analisis data (uji normalits, uji Shwartz (2006) mengatakan
homogenits, dan uji hipotesis) yang bahwa, “It is clear, that assessing
SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 5 NOMOR 2 TAHUN 2015

scientific literacy during school mereka bisa saling bertukar pikiran.


years does not determine the final Siswa juga dapat mengetahui dan
level of literacy a person will attain. mempelajari fenomena yang biasa
Its purpose is only to measure the mereka rasakan atau yang sudah
effectiveness of science studies in biasa mereka temukan secara ilmiah
establishing attitudes, values, basic dan berkaitan dengan apa yang
skills, knowledge and understanding mereka pelajari. Siswa dilatih dengan
of science. Thus, assessing scientific membuat grafik dan bagan
literacy during the students‟ years at menjadikan mereka bisa membaca
school indicates whether the „seeds grafik ataupun bagan jika suatu saat
of literacy‟ have found their place in dalam berita atau kehidupan
the students‟ mind, nothing more.” disajikan data berupa grafik mereka
Artinya bahwa menilai literasi sains mudah memahaminya.
selama tahun-tahun di sekolah tidak Siswa memiliki ketertarikan,
menentukan tingkat pencapaian semangat dan antusias yang tinggi
literasi sains seseorang. Tujuannya terhadap pembelajaran yang
hanya untuk mengukur efektivitas dilaksanakan, sehingga siswa lebih
studi ilmu dalam membangun sikap, rajin dan mau mengerjakan tugas
nilai, keterampilan dasar, yang diberikan oleh guru, hal ini
pengetahuan dan pemahaman ilmu. berpengaruh terhadap hasil tes
Jadi, menilai literasi sains selama literasi siswa pun mencapai hasil
siswa di sekolah menunjukkan yang cukup baik. Perhitungan skor
apakah 'benih literasi sains' telah ada dan persentase rata-rata angket
dalam diri dan pikiran siswa. tersebut mengindikasikan bahwa
siswa menyenangi pembelajaran
3. Respon Siswa Kelas X SMA terpadu tipe nested (tersarang) dapat
Negeri 5 Kota Cirebon membantu siswa meningkatkan
Terhadap Penerapan kemampuan literasi sainsnya. Hasil
Pembelajaran Terpadu Tipe ini sejalan dengan pernyataan
Nested (Tersarang) Pada Darsono (2012) dalam penelitiannya
Konsep Ekosistem bahwa respon siswa terhadap
Hasil angket yang diberikan pembelajaran terpadu yang tergolong
kepada siswa kelas eksperimen, sangat kuat.
diketahui dari analisis angket bahwa
pada umumnya siswa menyatakan C. KESIMPULAN
sangat setuju dan setuju pada setiap Berdasarkan hasil penelitian dan
pernyataan yang terdapat pada pembahasan, tentang penerapan
angket. Siswa secara umum pembelajaran terpadu tipe nested
merespon positif pembelajaran (tersarang) untuk meningkatkan literasi
konsep ekosistem melalui sains siswa pada konsep ekosistem di
pembelajaran terpadu tipe nested kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon,
(tersarang) terhadap kemampuan dapat disimpulkan bahwa aktivitas
literasi sains siswa. Siswa merasa siswa pada penerapan pembelajaran
belajar dengan menggunakan terpadu tipe nested (tersarang) termasuk
pembelajaran terpadu tipe nested ke dalam kriteria kuat dengan
(tersarang) dapat menambah persentase rata-rata sebesar 75,63%.
wawasan siswa dengan diskusi Terdapat perbedaan peningkatan literasi
kelompok dan presentasi, dimana sains siswa yang signifikan setelah
SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 5 NOMOR 2 TAHUN 2015

diterapkan pembelajaran terpadu tipe Hake, R. R. 1999. Analizing


nested (tersarang), hal ini ditunjukan Change/Gain Scores. [diakses di
oleh rata-rata pretest sebesar 32,73, http://www.physics.indiana.edu/~sd
rata-rata posttest sebesar 67,91, dan i/AnalyzingChange-Gain.pdf pada
rata-rata nilai gain sebesar 0,52, serta 5 Juli 2015]
mendapatkan respon kuat dari siswa Handriani, Yeni. 2008. Pengaruh
jika dilihat dari persentase keseluruhan Pembelajaran IPA Terpadu
siswa yang mencapai 76,40%. Terhadap Pengembangan Literasi
Sains Siswa SMPNN 3 Cimahi Dan
DAFTAR PUSTAKA SMPN 1 Lembang. [diakses di
http://repository.upi.edu/9975 pada
Andi Marta, Fabrian. 2013. Analisis
9 Juni 2015]
Literasi Sains Siswa SMP Dalam
Pembelajaran Ipa Terpadu Pada Hayat, B. 2010. Benchmark
Tema Efek Rumah Kaca. [diakses Internasional Mutu Pendidikan.
di http://repository.upi.edu/9795 Jakarta: Bumi Aksara
pada 9 Juni 2015] Kilmas, Maria Theresia. 2010.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar- Penerapan Model Pembelajaran
Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Terpadu Tipe Connected untuk
Jakarta: Bumi Aksara Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas IV SDN Martoporo II
Arikunto, Suharsimi. 2014. Evaluasi
[diakses di
Program Pendidikan. Jakarta:
http://library.um.ac.id/free-
Bumi Aksara
contents/printjournal.php/45811.ht
Aripin, Ipin. 2013. Modul Pelatihan ml pada 9 Juni 2015]
Teknik Pengolahan Data dengan
OECD. 2013. PISA 2012 Assessment
Excel & SPSS. Cirebon : tidak
and Analytical Framework:
diterbitkan
Mathematics, Reading, Science,
Darsono. 2012. Pengaruh Penerapan Problem Solving and Financial
Metode Percobaan Ipa Terpadu Literacy. OECD Publishing.
Terhadap Keterampilan Proses
Pangaribowo Sakti, Ambar. 2014.
Sains Dan Hasil Belajar IPA Siswa
Implementasi Pembelajaran
Kelas VIII Di SMPN 1 Kalasan
Terpadu Tipe Shared Untuk
Dengan Tema “Makanan” [diakses
Meningkatkan Kemampuan
di
Berpikir Kritis Dan Motivasi
http://eprints.uny.ac.id/9166/1/%20
Belajar Siswa Smk Pada Topik
-%2008312241001.pdf pada 9 Juni
Limbah Di Lingkungan Kerja.
2015]
[diakses di
Daryanto, 2014. Pembelajaran Tematik, http://repository.upi.edu/12495
Terpadu, Terintegrasi (Kurikulum pada 9 Juni 2015]
2013). Gava Media. Yogyakarta
Paul Webb. 2009. Towards an
Fogarty, Robin. 1991. The Mindful Integrated Learning Strategies
School: How To Integrate The ApproachTo Promoting Scientific
Curricula. Palatine: IRI/Skylight Literacy in the South African
Publishing Context, Vol.4, hlm 19. [diakses di
http://www.ijese.com/IJESE_v4n3_
SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 5 NOMOR 2 TAHUN 2015

Special_Issue_Webb.pdf pada Pencemaran Untuk Meningkatkan


tanggal 2 Desember 2014] Penguasaan Konsep Dan
Keterampilan Pemecahan
Pujiyanto, Sri. 2008. Menjelajah Dunia
Masalah Siswa. [diakses di
Biologi I. Solo: PT Tiga Serangkai
http://repository.upi.edu/11956
Pustaka Mandiri
pada 9 Juni 2015]
Rahmawati, Siti. 2010. Pengembangan
Toharudin, Uus dan Sri Hendrawati.
Model Pembelajaran Terpadu
2011. Membangun Literasi Sains
Connected Untuk Meningkatkan
Peserta Didik. Bandung:
Literasi Sains Siswa Pada Mata
Humaniora
Pelajaran IPA SMP. [diakses di
http://repository.upi.edu/10898 Trianto. 2011. Model Pembelajaran
pada 9 Juni 2015] Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara
Riduwan. 2009. Pengantar Statistika Wahidin. 2006. Metode Pendidikan
Untuk Penelitian Pendidikan, Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung:
Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Sangga Buana
Bisnis. Bandung: Alfabeta Widi Wisudawati, Asih & Sulistyowati,
Riduwan. 2011. Belajar Mudah Eka. 2014. Metodologi
Penelitian Untuk Guru-Karyawan Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi
dan Peneliti Pemula. Bandung: Aksara
Alfabeta Wilis Dahar, Ratna. 2011. Teori-teori
Rizema Putra, Sitiatava. 2013. Desain Belajar dan Pembelajaran.
Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Bandung: Erlangga
Sains. Yogyakarta: DIVA Press
Shwartz Y., R. Ben-Zvi dan A. Hofstein
(2006). “The Use Of Scientific
Literacy Taxonomy For Assessing
The Development Of Chemical
Literacy Among High-School
Students”. Chemistry Education
Research and Practice, 2006, 7 (4),
203-225 [diakses di
http://www.rsc.org/images/Shwartz
%20paper_tcm18-66590.pdf pada
20 Juni 2015]
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sujana, Arman. 2007. Kamus Lengkap
Biologi. Jakarta: Mega Aksara
Suryani, Yeni. 2014. Penerapan
Pembelajaran Berbasis Masalah
Dalam Pembelajaran Ipa
Teerpadu Tipe Nested Pada Tema
SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 5 NOMOR 2 TAHUN 2015

Anda mungkin juga menyukai