Anda di halaman 1dari 2

NAMA : HARISA SALMA

KELAS : XI SOSIAL 3

MAPEL : GEOGRAFI

UPAYA MITIGASI BENCANA COVID-19

Virus korona yang menyebar secara cepat ke seluruh belahan dunia, tak terkecuali di
negeri kita Indonesia, sudah dapat dikategorikan sebagai bencana global. Para ahli sepakat
bahwa bencana tidak hanya persoalan seperti banjir, gempa, karhutla, tanah longsor atau
tsunami, tapi wabah penyakit pun masuk kategori bencana. Karenanya bencana korona
memerlukan mitigasi atau penanganan matang terkait langkah dan upaya pencegahannya.

Secara bahasa, mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Hal ini sebetulnya telah diatur, misalnya, pada Pasal 1 ayat 6
PP No 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Penyelenggaraan
mitigasi bencana dapat dilakukan dengan beberapa langkah teknis yang perlu disampaikan ke
masyarakat agar fenomena ini teratasi secara tepat dan tidak menimbulkan keresahan di
tengah masyarakat.

Dalam rangka itu, pemerintah perlu misalnya, mengerahkan lembaga-lembaga


sukarelawan (voluter) seperti BNPB, Basarnas, dan lainnya untuk mendampingi masyarakat
yang mengalami keresahan akibat wabah korona. Pendampingan tersebut bisa berupa
pendampingan pendidikan mengenai apa dan bagaimana langkah prefentif mencegah virus
korona, maupun pencegahan medis seperti pemberian masker, hand sanitizer  dan keperluan
medis lainnya.

Masalah fundamental dalam upaya pencegahan terhadap persoalan bencana ialah


bagaimana pemerintah memperkuat kelembagaan relawan nasional. Tugasnya seperti juga
yang dikembangkan di negara-negara maju, tak hanya pada masalah-masalah praktis, seperti
evakuasi atau restrukturasi bangunan. Namun diperluas dalam bentuk memberi bantuan
bidang pendidikan, masalah medis, informasi, keterampilan, dan sebagainya.

Pentingnya Kerjasama

Memang jauh dari memadai jika persoalan kemanusiaan ditimpakan hanya kepada
pemerintah saja, atau hanya pada pihak-pihak non-pemerintah. Semestinya, pemerintah pusat,
pemerintah daerah, maupun LSM-LSM yang beroperasi baik di pusat maupun di daerah,
bergerak dalam satu visi kemanusiaan demi kesejahteraan dan kecintaan. Dalam hal itu,
sudah saatnya Indonesia sebagai negara-bangsa memiliki sistem yang mapan dalam soal
relawan, sebagaimana di negara-negara seperti Thailand, India, Pakistan, Australia, Jepang,
Amerika, dan di negara-negara Eropa.
Dunia relawan merupakan perimbangan atas terjadinya bencana dan disparitas sosial di
dalam masyarakat kurang beruntung dan daerah-daerah terpencil. Bagaimanapun dunia kita
masih memiliki hampir semua problematik kemanusiaan, tak hanya bencana alam, maupun
wabah penyakit seperti korona, tapi juga masih rentan konflik, problem sosial dari mulai
anak-anak dan keluarga terlantar, mewabahnya penyakit menular HIV/AIDS. Semua itu
menuntut upaya perbaikan lewat sebuah sistem yang terlembagakan dan diartikulasi oleh
relawan-relawan kemanusiaan secara profesional, baik oleh pemerintah maupun non-
pemerintah.

Dengan jaringan relawan ketika kita melihat tragedi kemanusiaan, kita tidak lagi berpikir
mengapa dan apa yang harus diperbuat, dengan sebuah tanda tanya yang membingungkan.
Melainkan kita sudah selalu siap atas kemungkinan-kemungkinan terburuk akan semua
fenomena baik yang sudah, sedang dan belum terjadi.

Selain pemerintah dan relawan.masyarakat juga perlu berpartisipasi dalam pencegahan


corona seperti dengan melakukan upaya-upaya ;Rajin cuci tangan,.jaga jarak dengan orang
lain,.menjaga imun tubuh agar senantiasa kuat,melakukan isolasi di
rumah,Olahragarutin,gunakan masker ,waktu istirahat cukup,.dan segera ke dokter jika
muncul gejala.

Itulah diantara upaya mitigasi bencana Covid 19 yang harus kita lakukan untuk melakukan
pencegahan penyebaran Covid 19.Karena dari itu mencegah lebih baik dari pada mengobati.

Anda mungkin juga menyukai