Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Pentingnya Agama bagi Umat
Manusia” tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada
junjungan Nabi besar Muhamad SAW yang telah menunjukan jalan kebenaran di dunia dan
akhirat kepada umat manusia.

Penyusunan makalah ini sebaik mungkin kami upayakan dan didukung bantuan
berbagai sumber sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Namun tidak lepas
dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi
penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, kami selaku penulis menerima kritik
dan saran yang bertujuan untuk memperbaiki karya-karya kami selanjutnya di waktu yang
akan datang.

Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
dan inspirasi bagi pembaca.

Tangerang, 13 September 2017

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
LATAR BELAKANG.................................................................................................................3
RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................3
TUJUAN......................................................................................................................................3
BAB 2..............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
FITRAH MANUSIA....................................................................................................................4
HAKIKAT MANUSIA................................................................................................................4
KEISTIMEWAAN DAN KELEBIHAN MANUSIA.................................................................6
KELEMAHAN DAN KEKURANGAN MANUSIA..................................................................7
PERLUNYA MANUSIA TERHADAP AGAMA......................................................................7
DALIL AQLI DAN NAQLI KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA
(MANUSIA MENJAGA PADA AGAMANYA)........................................................................8
BAB 3............................................................................................................................................10
PENUTUP.....................................................................................................................................10
KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dibandingkan
dengan ciptaan Allah yang lainnya. Manusia memiliki akal, pikiran serta perasaan yang
merupakan pembeda antara makhuk-makhluk lain. Akal memiliki peran untuk mengambil
keputusan, mengendalikan diri, dan memilah antara hal baik atau buruk. Akal juga
menimbulkan rasa keingintahuan yang tinggi pada manusia. Walaupun begitu tetap saja
manusia memiliki kekurangan dan kelemahan.
Manusia dalam kehidupannya menghadapi berbagai tantangan baik yang datang dari
dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan
bisikan syetan. Sedangkan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa yang dilakukan
manusia yang secara sengaja berupaya ingin memalingkan manusia dari tuhan. Maka dari
itu manusia membutuhkan suatu pedoman atau pegangan yang dapat membawanya ke
jalan yang lurus. Agama dapat dijadikan pedoman bagi manusia dalam melaksanakan
sesuatu. Secara naluri, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar dirinya.
Hal ini dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan atau musibah. Manusia
mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha, yang dapat
menolong dan membebaskannya dari keadaan tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Mengapa manusia membutuhkan agama?
b. Apa saja keistimewaan dan kekurangan manusia?
c. Apakah pengertian dari fitrah?

C. TUJUAN
a. Mengetahui mengapa manusia membutuhkan agama
b. Mengetahui keistimewaan dan kekurangan manusia
c. Mengetahui pengertian fitrah

3
BAB 2

PEMBAHASAN

A. FITRAH MANUSIA

Kata fitrah merupakan derifasi dari kata fatara, artinya ciptaan, suci, dan seimbang.
Dalam kamus Al Munjud menyebutkan bahwa fitrah adalah sifat yang ada pada setiap awal
penciptaannya, sifat alami manusia, agama, dan sunnah1. Menurut Quraish Shihab fitrah
manusia adalah kejadiannya sejak semula atau bawaan sejak lahirnya.

Menurut Imam Al-Ghazali fitrah adalah kondisi dimana Allah SWT menciptakan
manusia yang menghadapkan dirinya kepada dirinya dan kesiapan untuk menggunakan
pikiran. Dengan demikan, fitrah dari segi Bahasa adalah kondisi awal suatu ciptaan atau
manusia yang memiiki potensi untuk mengetahui dan cenderung kepada kebenaran (hanif).

Menurut pandangan kaum materialis “manusia hanyalah sekepal tanah di bumi, dari bumi
mereka berasal, di bumi mereka hidup, makan dan minum, berjalan, beraktifitas, setelah mati
kembali menjadi tanah, tidak ada proses lagi, tidak ada keistimewaan manusia dibanding
mahluk lainnya.”

B. HAKIKAT MANUSIA

Manusia adalah mahluk ciptaan Allah SWT yang misterius dan unik. Dikatakan misterius
karena semakin dikaji semakin terungkap berbagai hal mengenai manusia yang belum
terungkap. Dikatakan unik karena manusia sebagai subjek sekaligus objek kajian yang tiada
henti-hentinya. Sejak dahulu, kini, dan kemudian hari manusia telah menjadi sasaran studi.

Dalam Al-Quran ada tiga kata yang digunakan untuk merujuk kepada manusia, yaitu al-
insan, basyar, dan bani adam.

1. Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun, dan sin. Semacam insan, ins, nas,
atau unas
Kata al-insan dipakai untuk menyebut manusia dalam konteks kedudukan
manusia sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan-kelebihan. Pertama, manusia
sebagai makhluk berpikir. Kedua, makhluk pembawa amanat. Ketiga, manusia
sebagai makhluk yang bertaggung jawab pada semua yang diperbuat.
1
Wawan Kardiyanto, Buku Ajar Pendidikan Agama Islam (Surakarta: UPT MPK, 2006), p. 23.

4
.
2. Menggunakan kata basyar
Kata basyar digunakan untuk menyebut semua makhluk baik laki-laki ataupun
perempuan, baik satu ataupun banyak. Kata basyar adalah jamak dari kata basyarah
yang berarti kulit. “manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas dan berbeda
dengan kulit binatang lain”.
3. Kata al-nas
Kata al-nas mengacu pada manusia sebagai makhluk sosial. Manusia disebut
makhluk sosial karena seorang manusia tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan
orang lain dalam hidupnya.

Zuhairini dkk menyebutkan bahwa hakikat manusia dijabarkan menurut aliran serba zat,
aliran serba ruh, aliran dualisme dan aliran eksistensialisme.

1. Aliran serba zat


Aliran serba zat mengemukakan bahwa yang benar-benar ada itu adalah zat
atau materi. Zat atau materi itulah yang merupakan hakikat dari sesuatu. Alam ini
adalah zat atau materi, dan manusia adalah unsur dari alam. Dengan demikian,
hakikat manusia menurut aliran ini adalah zat atau materi.
2. Aliran serba ruh
Aliran serba ruh mengatakan bahwa hakikat segala sesuatu adalah ruh.
Hakikat manusia adalah ruh. Adapun zat merupakan manifestasi ruh.
3. Aliran Dualisme
Aliran Dualisme mengatakan bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari 2
substansi yaitu jasmani (badan) dan ruhani (ruh), kedua substansi ini merupakan unsur
asal yang adanya tidak tergantung satu sama lain.
4. Aliran Eksistensialisme
Aliran Eksistensialisme memiliki art sesuatu yang mampu melampaui dirinya
sendiri. Hanya manusia yang bereksistensi, hanya manusia yang sanggup keluar dari
dirinya sendiri, melampaui keterbatasan biologis dan lingkungan.

5
C. KEISTIMEWAAN DAN KELEBIHAN MANUSIA

1. Ciptaan tuhan yang paling sempurna dibanding makhluk yang lain


Keunikan manusia dapat dilihat dari struktur tubuhnya, gejala-gejala yang
ditimbulkan jiwanya, mekanisme yang terjadi pada setiap organ tubuhnya, proses
pertumbuhannya melalui tahap-tahap tertentu.
2. Manusia memiliki potensi beriman kepada Allah SWT
Sejak awal dari tempat asalnya manusia telah mengakui Tuhan, telah ber-
Tuhan, dan berke-Tuhanan. Sebelum ruh ditiupkan kedalam jasad yang ada pada
Rahim wanita, run tersebut telah mengakui Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa.
(Q.S. Al-A’raf : 172).
3. Manusia diciptakan untuk mengabdi kepada Allah
Mengabdi dengan cara menjalankan semua perintah-Nya seperti menjalankan
shalat, puasa, dan mengeluarkan zakat. Serta menjauhi segala larangannya seperti
berzina, minum khamar, dan lain sebagainya.
4. Mempunyai peran sebagai khalifah
Di dunia, sesungguhnya manusia diuji, apakah ia akan melaksanakan tugasnya
dengan baik ataupun buruk. Manusia diberi akal dan kalbu tidak seperti mahluk yang
lain. Dengan akal pikirannya manusia dapat mengkritisi alam semesta,
mengembangkan dan menghasilkan ilmu pegetahuan yang telah “ditebar” Allah SWT.
Dengan akal dan pemikiran manusia mampu mengemban amanah sebagai khalifah
Allah SWT.
5. Manusia memiliki perasaan dan kemauan
Manusia akan tunduk dan patuh kepada Allah SWT untuk menjadi muslim dengan
akal dan kehendaknya tersebut. Begitu juga sebaliknya, manusia dapat menjadi kafir
apabila tidak dapat percaya,tunduk dan tidak patuh kepada kehendak Allah SWT.
6. Manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya
7. Berakhlaq

Manusia adalah mahluk yang diberikan Allah SWT kemampuan untuk membedakan yang
baik dan buruk. Akhlaq menjadi komponen utama dalam islam sehingga kedudukan akhlaq
sangat penting.

6
D. KELEMAHAN DAN KEKURANGAN MANUSIA

Kekurangan dan kelemahan manusia merupakan salah satu faktor yang melatarbelakangi
manusia memerlukan agama. Hal ini antara lain diungkapkan oleh kata al-nafs. Menurut
quraish shihab, dalam pandangan al-quran nafs diciptakan Allah swt dalam keadaan
sempurna yang berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan
keburukan. Sedangkan dalam pengertian sufi, nafs adalah sesuatu yang melahirkan sifat
tercela dan perilaku buruk.

Sifat-sifat yang cenderung kepada keburukan yang ada pada manusia antara lain
berlaku dzalim (aniaya), dalam keadaan susah payah (fikabad), suka melampaui batas (anid),
sombong (kubbar), ingkar, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, manusia dituntut agar
memelihara kesuciaan nafs dan tidak mengotorinya. Dengan bimbingan agama manusia
selalu mendekatkan diri pada Allah swt untuk menjaga kesucian nafs.

Dalam literatur teologi islam kita jumpai pandangan kaum mu’tazilah yang rasionalis,
karena banyak mendahulukan pendapat akal dalam memperkuat argumentasinya daripada
pendapat wahyu. Namun demikian, mereka sepakat bahwa akal manusia pun punya
kelemahan. Akal memang dapat mengetahui yang baik dan yang buruk, tetapi tidak semua
yang baik dan buruk dapat diketahui akal. Berdasarkan itulah, kaum mu’fazilah secara tidak
langsung memandang bahwa manusia memerlukan wahyu

E. PERLUNYA MANUSIA TERHADAP AGAMA

Manusia membutuhkan agama karena agama merupakan hal penting yang menyangkut
kehidupan di dunia dan akhirat.

Pertama, agama sebagai sumber moral karena agama mengajarkan iman kepada tuhan dan
kehidupan akhirat. Kedua, agama sebagai petunjuk kebenaran yang berarti kebenaran yang
gagal dicari-cari oleh manusia sejak dulu ternyata yang dicarinya itu terdapat dalam agama.
Bahkan agama itulah kebenaran, yaitu kebenaran yang mutlak dan universal. Ketiga, agama
sebagai sumber informasi metafisika karena manusia tidak sanggup mengungkap rahasia
metafisika yang hanya terdapat pada agama. Keempat, agama sebagai pembimbing rohani
bagi manusia sehingga manusia memiliki akhlak yang baik dan terus bersyukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

7
F. DALIL AQLI DAN NAQLI

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

َ ‫ت ْال ِج َّن َواإْل ِ ْن‬


‫س إِاَّل لِيَ ْعبُدُو ِن‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.
[Adz-Dzâriyat/51: 56]

Demikian tujuan hakiki dari penciptaan makhluk. Untuk mencapai tujuan inilah, maka
para rasul diutus dan kitab-kitab diturunkan. Sebagaimana firman-Nya.

‫اس َعلَى هَّللا ِ ُح َّجةٌ بَ ْع َد الرُّ س ُِل‬


ِ َّ‫ُر ُساًل ُمبَ ِّش ِرينَ َو ُم ْن ِذ ِرينَ لِئَاَّل يَ ُكونَ لِلن‬
“(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan
agar supaya tidak alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu”.
[An-Nisâ/4: 165].

Begitu juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

َ‫َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِي ُكلِّ أُ َّم ٍة َر ُسواًل أَ ِن ا ْعبُدُوا هَّللا َ َواجْ تَنِبُوا~ الطَّا ُغوت‬

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiaptiap umat (untuk menyerukan):
“Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”. [An-Nahl/16 : 36]

Agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menjaga din (agama) dari kerusakan, karena din
merupakan dharuriyat yang paling besar dan terpenting, maka syari’at juga mengharamkan
riddah (murtad), memberi sanksi kepada orang yang murtad dan dibunuh. Sebagaimana sabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

ُ‫َم ْن بَ َّد َل ِدينَهُ فَا ْقتُلُوه‬

“Barangsiapa yang mengganti agamanya, maka bunuhlah dia” [HR Bukhari]

Juga sebagaimana sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain.

‫ك لِ ْل َج َما َع ِة‬ ِ َّ‫ق لِ ِدينِ ِه الت‬


ُ ‫ار‬ ِ َ‫س َوالثَّيِّبُ ال َّزانِي َو ْال ُمف‬
ُ ‫ار‬ ِ ‫ث النَّ ْفسُ بِالنَّ ْف‬
ٍ ‫ئ ُم ْسلِ ٍم إِاَّل بِإِحْ دَى ثَاَل‬
ٍ ‫اَل يَ ِحلُّ َد ُم ا ْم ِر‬

“Tidak halal darah seorang muslim (tidak boleh dibunuh, Red.), kecuali dengan salah satu di
antara tiga sebab yaitu jiwa dengan jiwa, orang tua yang berzina (dibunuh dengan dirajam,
Red.), orang yang murtad meninggalkan agamanya dan jama’ahnya” [HR Bukhari]
8
Ini semua untuk menjaga din. Realisasinya dapat dilakukan dengan beberapa cara, di
antaranya dengan :

1. Beriman kepada Allah Azza wa Jalla, mencintai-Nya, mengagungkan-Nya,


mengetahui Asma dan Sifat Allah.
2. Berpegang teguh dengan agama, mempelajarinya, lalu mendakwahkannya.
3. Menjauhi dan memperingatkan dari perbuatan syirik dan riya’.
4. Memerangi orang-orang yang murtad.
5. Mengingatkan dari perbuatan bid’ah dan melawan ahlul bid’ah.

9
BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN

Pada dasarnya setiap manusia itu dilahirkan dalam keadaan fitrah atau suci. Kata
fitrah berarti ciptaan, suci, dan seimbang. Hakikat manusia hidup didunia ini tidak lain dan
tidak bukan hanyalah untuk menyembah tuhan yang maha esa.

Manusia memiliki keutamaan (kelebihan) dan mempunyai kelemahan (kekurangan).


Kelebihan manusia antara lain: ciptaan tuhan yang paling sempurna dibanding makhluk yang
lain, memiliki potensi beriman kepada Allah SWT, diciptakan untuk mengabdi kepada Allah
Mempunyai peran sebagai khalifah dan lain-lain. Dan kekurangan seperti: berlaku dzalim
(aniaya), dalam keadaan susah payah (firabad), suka melampaui batas (anid), sombong
(kubbar), ingkar, dan lain sebagainya.

Agama sangat berguna dan mempunyai fungsi yang penting bagi kehidupan manusia,
yaitu agama adalah sumber moral, agama merupakan kebenaran yang mutlak dan universal,
agama juga sebagai sumber informasi metafisika karena manusia tidak sanggup mengungkap
rahasia metafisika yang hanya terdapat pada agama, dan agama merupakan pembimbing
rohani bagi manusia sehingga manusia memiliki akhlak.

10
DAFTAR PUSTAKA

Syihab, Quraish. 1996. Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan.

Mujid, Abdul. 1999. Fitrah dan Kepribadian Islam. Jakarta: Darul Falah.
Suryadi, Rudi Ahmad. 2015. Kenali Dirimu: Upaya Memahami Manusia Dalam Al-Qur’an.
Yogyakarta: Deepublish.
Anonim. 2016. Manusia dalam Prespektif Islam. Diakses dari

http://s_waluyo.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/2459/bab2-
manusia_dalam_perspektif_islam.pdf pada 15 September 2017.

Kardiyanto, Wawan. 2006. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Surakarta: UPT MPK.

11

Anda mungkin juga menyukai