Anda di halaman 1dari 17

TUGAS BAHASA INDONESIA

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh :

Andi Sultan Salim (1801321049)

M. Atqo Atmaja (1801321048)

Dosen Pengajar :

Linda Sari Wulandari, S.Hum., M.Hum.

PROGRAM STUDI KONSTRUKSI SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR........................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN............................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................................................3
1.5 Ruang Lingkup.............................................................................................................................3
1.6 Sistematika Penulisan...................................................................................................................3
BAB II..............................................................................................................................................3
LANDASAN TEORI........................................................................................................................3
2.1 Stabilisasi Tanah Gambut.............................................................................................................3
2.2 Pondasi di Tanah Gambut.............................................................................................................3
BAB III.............................................................................................................................................3
METODE PENELITIAN................................................................................................................3
3.1 Pengumpulan Data..................................................................................................................3
3.2 Pengolahan Data.....................................................................................................................3
BAB IV.............................................................................................................................................3
HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................................................3
4.1 Sifat Fisik Tanah Gambut Sebelum Distabilisasi..........................................................................3
4.2 Sifat Teknis Tanah Gambut Sebelum Distabilisasi.......................................................................3
4.3 Sifat Fisik Tanah Gambut Yang Telah Distabilisasi.....................................................................3
4.4 Sifat Teknis Tanah Gambut Yang Telah Distabilisasi..................................................................3
4.5 Kuat Geser....................................................................................................................................3
4.6 Pembebanan Pada Pondasi Kacapuri............................................................................................3
BAB V..............................................................................................................................................3
PENUTUP........................................................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4. 1 Kurva Pemampatan Tanah Gambut Setelah Stabilisasi : Vertical Strain vs Waktu...........3
Gambar 4. 2 Kurva Direct Shear Tanah Gambut Setelah Stabilisasi......................................................3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pondasi dalam suatu bangunan merupakan bagian paling bawah dan berhubungan langsung
dengan tanah. Pada struktur bangunan, pondasi berfungsi untuk memikul beban bangunan
yang ada diatasnya. Untuk menghasilkan bangunan yang kokoh, pondasi juga harus
direncanakan dan dikerjakan dengan sangat hati-hati. Pondasi harus diperhitungkan
sedemikian rupa baik dari segi dimensi maupun secara analitis mekanis.

Setiap pondasi bangunan perlu direncanakan berdasarkan jenis, kekuatan dan daya dukung
tanah tempat berdirinya. Bagi tanah yang stabil dan memiliki daya dukung baik, maka
pondasinya juga membutuhkan konstruksi yang sederhana. Jika tanahnya berlapis dan
memiliki daya dukung buruk, maka pondasinya juga harus lebih kompleks.

Pembangunan konstruksi di Tanah Gambut mempunyai banyak masalah, diantaranya Daya


Dukung tanah yang rendah dan penurunan yang besar. Perbaikan Tanah Gambut memerlukan
biaya yang mahal. Pemilihan metode perbaikan yang sesuai sangat diperlukan, untuk itu
dilakukan penelitian mengenai perbaikan Tanah Gambut dengan menggunakan kombinasi
anyaman bambu dan grid bambu pada konstruksi yang menggunakan Pondasi Dangkal. Untuk
mendapatkan nilai daya dukung tanah dilakukan penelitian dengan variasi jarak kedalaman
dan jumlah lapisan.

Pondasi Kacapuri adalah tipe pondasi dangkal yang mengapung di atas tanah gambut.
Pondasi Kacapuri menggunakan kayu ulin sebagai tiang dan kayu galam yang menerus
sebagai telapaknya. Terbatasnya kayu ulin sebagai bahan baku utama memaksa
mayarakat menggunakan beton dan pengurugan sebagai solusi pembangunan di tanah
gambut. Inovasi desain pondasi kacapuri serta stabilitas tanah gambutmerupakan alternatif
jawaban bagi pengurugan di lahan gambut.
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari artikel ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana cara membuat pondasi di atas tanah gambut?

2. Bagaimana cara menstabilkan tanah gambut untuk pembuatan pondasi bangunan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian pada artikel ini adalah sebagai berikut.

1. Menjelaskan cara membuat pondasi di atas tanah gambut yang efisien.

2. Mendeskripsikan cara menstabilkan tanah gambut terhadap pondasi suatu


bangunan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian pada artikel ini adalah sebagai berikut.

1. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai desain pondasi.


2. Dapat mengaplikasikan inovasi desain pondasi kacapuri yang ramah lingkungan.
3. Artikel ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan di mata kuliah
struktur dan mekanika tanah khususnya pada bidang pondasi.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penulisan pada artikel ini menggunakan data sekunder karena hanya
menggunakan kajian pustaka berdasarkan mata kuliah struktur dan mekanika tanah.

1.6 Sistematika Penulisan

Artikel ini mempunyai sistematika penulisan sebagai berikut.

BAB 1 : Pendahuluan
Berisi latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan mengenai desain pondasi kacapuri
yang aman bagi lingkungan serta menjaga stabilitas tanah gambut.

BAB 2 : Landasan Teori

Pada bab ini berisi teori-teori mengenai pondasi kacapura yang efektif digunakan pada
tanah gambut, sifat fisik dan mekanis tanah gambut, cara menstabilkan tanah gambut agar
kelestarian lingkungan tetap terjaga dan hal yang harus diperhatikan dalam metode
pemilihan tanah gambut.

BAB 3 : Metodologi Penulisan

Pada bab ini berisikan jenis penilitian tentang tipologi pondasi bangunan yang umumnya
berada di daerah tanah gambut yaitu pondasi kacapuri, bahan utama dalam pembuatan
pondasi kacapuri, dan metode perbaikan tanah gambut. Teknik yang digunakan oleh
penulis adalah metode kuantitatif untuk mendapatkan rekomendasi desain sebagai tujuan
penelitiannya dan teknik pengumpulan data serta data hasil penelitian yang digunakan
penulis berdasarkan studi pustaka.

BAB 4 : Hasil dan Pembahasan

Pada bab ini berisi mengenai hasil penelitian yang dilakukan tim penulis dalam
mengalisis kekuatan pondasi kacapura serta pembahasan mengenai sifat fisik dan
mekanis tanah gambut.

BAB 5 : Penutup

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran mengenai desain pondasi yang digunakan di
atas tanah gambut yang distabilisasi agar kekurangannya dapat diperbaiki kedepannya
dan dapat menghasilkan inovasi yang lebih baik.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Stabilisasi Tanah Gambut

Metode Perbaikan Tanah Gambut Karena sifat tanah gambut yang sangat tidak
menguntungkan bagi konstruksi bangunan sipil di atasnya, diperlukan suatu perbaikan tanah
gambut (peat soil improvement) untuk meningkatkan daya dukungnya (bearing capacity)
sebelum digunakan sebagai penopang bangunan sipil di atasnya. Beberapa hal yang menjadi
perhatian dalam memilih metode perbaikan tanah gambut adalah

1. Tebal lapisan tanah gambut


2. Jenis tanah gambut
3. Besarnya pemampatan yang harus ditanggulangi

Salah satu metode perbaikan tanah gambut adalah metode stabilisasi. Metode stabilisasi tanah
gambut metode perbaikan tanah gambut selain metode mekanis adalah metode stabilisasi.
Stabilisasi adalah mencampurkan bahan lain ke dalam tanah gambut untuk memperbaiki sifat
sifat tanah gambut tersebut. Pada tanah lempung stabilisasi yang dilakukan terutama dengan
bahan kapur memberikan hasil yang memuaskan, namun penggunaan kapur pada gambut
kurang berhasil dibanding metode perbaikan tanah secara mekanis yang teah dijelaskan
sebelumnya.

Hal ini kemungkinan disebabkan tanah gambut yang tidak memiliki kandungan silica yang
dibutuhkan kapur untuk membentuk CaSiO3 dalam bentuk gel yang nantinya perlahan akan
mengkristal membentuk Calcium Silicate Hydrates. Hal lain yang masih menjadi masalah
adalah lapisan yang distabilisasi umumnya hanya setebal 60 cm di permukaan tanah gambut
saja sehingga bagian bawah masih belum cukup kuat menerima beban yang ada di atasnya.
Penggunaan kombinasi abu sekam padi dan kapur telah banyak digunakan sebagai bahan
tambahan pada dunia ketekniksipilan.

Pada stabilisasi tanah lempung, penggunaan bahan kapur telah menunjukkan hasil yang cukup
memuaskan. Bowles (1997) menyatakan bahwa penambahan kapur sebesar 2% - 4% dari
volume lempung yang akan distabilisasi akan menurunkan indeks plastisitasnya. Namun
penggunaan kapur untuk tanah gambut tidak dapat dilakukan karena ketiadaan kandungan
silica pada gambut. Untuk memecahkan masalah ini maka ditambahkan abu sekam padi (rice
husk ash) yang memiliki kandungan silica yang besar dan jumlahnya melimpah di Indonesia
serta masih kurang memiliki nilai ekonomis di masyarakat. Dalam hal stabilisasi tanah
gambut, penggunaan kombinasi abu sekam padi dan kapur telah diteliti, Hasil penelitian
memberikan prosentase stabilisasi optimum campuran bahan stabilisasi 30% kapur dan 70%
abu sekam dengan kadar campuran bahan stabilisasi untuk tanah gambut sebesar 10%. Pada
umur stabilisasi 30 hari diperoleh total regangan yang terjadi berkurang sampai dengan 27%
dari total regangan tanah gambut sebelum distabilisasi (Mochtar 2009).

2.2 Pondasi di Tanah Gambut

Pondasi Kacapuri adalah tipe pondasi dangkal yang mengapung di atas tanah gambut. Pondasi
Kacapuri menggunakan kayu ulin sebagai tiang dan kayu galam yang menerus sebagai
telapaknya.  Inovasi desain pondasi Desain Pondasi Kacapuri serta stabilitas tanah gambut
merupakan alternatif jawaban bagi pengurugan di lahan gambut. Kondisi Geografis Kota
Banjarmasin Banjarmasin merupakan dataran rendah 2 Sungai Besar, 7 sungai sedang dan 31
anak sungai dan 32 sungai kecil (Heldiansyah, 2010). Kondisi geografis tersebut
mempengaruhi substansi dan kondisi fisik tanah di wilayah Banjarmasin. Di antaranya yaitu
substansi tanah rawa dan gambut. Oleh karena itu tipologi pondasi bangunan yang ada di
wilayah Banjarmasin cenderung bersifat adaptatif, salah satunya yaitu pondasi apung
(kacapuri) Pondasi Tradisional Kalimantan Selatan Pondasi kacapuri umumnya menggunakan
kombinasi kayu ulin dan kayu galam (Seman, 2000).

Kayu Ulin dalam bentuk balokan, sebagai bahan utama tiang dan tongkat yang bertumpu di
tanah sebagai pendukung bangunan rumah. Antara tiang dan tongkat dibedakan : Tiang adalah
balok yang pangkalnya bertumpu dalam tanah dengan ujungnya sampai pada dasar atap di
atas bubungan. Tongkat adalah balok yang pangkalnya bertumpu dalam tanah dengan
ujungnya sampai pada dasar lantai. Kayu galam yang digunakan dalam pondasi ini biasanya
berdiameter minimal 15 cm untuk tampuk ujung dan sekitar 20 cm untuk tampuk tengahnya.
Cara pemasangannya agak berbeda dengan cara batang besar yang hanya satu lapis. Untuk
pondasi batang kecil ada dua lapis, bagian bawah disebut Kacapuri dan lapisan atas disebut
kalang sunduk, yaitu untuk penahan sunduk tiang atau sunduk tongkat. Ujung tiang atau
tongkat tertancap hingga kedalaman dua meter dari permukaan tanah.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data didapatkan dari studi literatur dengan cara mengumpulkan
referesnsi yang menunjang penulisan tentang pelaksanaan pembangunan pondasi
Kacapuri di atas tanah gambut yang telah distabilisasi.

3.2 Pengolahan Data

Dari data-data yang sudah diperoleh, maka dibuat proses pengolahan data dengan
urutan sebagai berikut.

1. Studi Pustaka
2. Pengumpulan Data
3. Analisis dan Pengolahan Data
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel tanah gambut kondisi disturbed diuji di Laboratorium Mekanika Tanah untuk
mengetahui karakteristik sifat fisik dan teknis tanah gambut (Tabel 3).

4.1 Sifat Fisik Tanah Gambut Sebelum Distabilisasi

Pengujian di laboratorium untuk sifat fisik tanah gambut meliputi uji Specific Gravity (Gs),
kadar air, berat volume tanah, keasaman (pH), kadar serat, kadar organik dan kadar abu.
Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.1 Berdasarkan nilai kadar air 511,269%, kadar serat
50,913 dan pH 4, maka tanah gambut tersebut dapat diklasifikasikan sebagai gambut hemic
dengan high acidity. Nilai spesific gravity (Gs) sebesar 1,51 (lebih kecil dari 2,0)
menunjukkan bahwa tanah gambut memiliki kadar organik yang tinggi yaitu sebesar 99,140.
Berat volume basah tanah gambut sebesar 0,981 dimana hal ini sesuai dengan nilai angka pori
yang besar yaitu 7,512, sehingga air yang berada dalam pori tanah juga cukup besar.
Berdasarkan pembagian ukuran serat, tanah yang distudi didominasi oleh serat kasar
(53,015%). Serat – serat kasar tersebut akan sangat mempengaruhi perilaku teknis dari tanah
seperti kemampumampatan tanah dan kekuatan gesernya.

4.2 Sifat Teknis Tanah Gambut Sebelum Distabilisasi

Kuat geser pada tanah gambut berserat sangat ditentukan oleh kadar serat yang dikandungnya.
Nilai kuat geser tanah gambut sebelum distabilisasi adalah sebesar 0,243 kg/cm2 atau 24,383
kPa. Kemampumampatan tanah gambut vertical strain yang terjadi adalah sebesar 0,29
dengan total pemampatan yang terjadi sebesar 5,80 mm.

4.3 Sifat Fisik Tanah Gambut Yang Telah Distabilisasi

Setelah distabilisasi diketahui bahwa sifat fisik tanah gambut secara umum mengalami
perbaikan. Nilai Gs menjadi 1,584, kadar air menurun menjadi 221,393 % sedang berat
volume tanah naik menjadi 1,158 t/m3. Hal ini menunjukkan kalau tanah gambut menjadi
lebih padat setelah dilakukan proses stabilisasi. Hal ini juga terlihat dari nilai angka pori yang
menurun menjadi 3,386 dikarenakan pori tanah mengecil akibat memadatnya tanah gambut.
Nilai pH naik menjadi 5,2.

4.4 Sifat Teknis Tanah Gambut Yang Telah Distabilisasi

Uji sifat teknis pada tanah gambut yang telah distabilisasi adalah pemampatan dengan uji
konsolidasi dan kuat geser dengan uji direct shear.

Gambar 4. 1 Kurva Pemampatan Tanah Gambut Setelah Stabilisasi : Vertical Strain vs


Waktu

Dari uji konsolidasi diperoleh nilai total pemampatan serta vertical strain yang terjadi. Total
pemampatan secara umum semakin kecil Pemampatan yang terjadi berkurang menjadi 0,18
mm. Secara umum pemampatan primer untuk tanah gambut sebelum stabilisasi berlangsung
lebih lama daripada kondisi setelah distabilisasi, dimana untuk tanah gambut yang telah
distabilisasi, waktu yang diperlukan untuk pemampatan primer semakin pendek seiring
dengan bertambahnya porsentase admixture. Hal ini karena dengan semakin bertambahnya
prosentase admixture, maka kadar air semakin kecil sehingga jumlah air pori yang
dikeluarkan saat pemampatan primer semakin sedikit dan waktu yang diperlukan semakin
pendek.

Dari Gambar 9 juga terlihat bahwa pemampatan sekunder untuk tanah gambut sebelum
distabilisasi memakan waktu lebih pendek dibandingkan pemampatan sekunder tanah gambut
setelah distabilisasi. Pada kondisi setelah distabilisasi, pemampatan sekunder berlangsung
semakin lama seiring dengan bertambahnya prosentase admixture. Hal ini dikarenakan proses
keluarnya air pori dari mikro pori ke makro pori memerlukan waktu yang lebih lama dengan
semakin banyaknya waterinsoluble gel yang terbentuk seiring penambahan prosentase
admixture.

Gambar 9 menunjukkan bahwa untuk sampel yang distabilisasi, pemampatan segera,


pemampatan primer dan pemampatan sekunder yang terjadi secara umum semakin kecil
seiring dengan bertambahnya umur stabilisasi. Hal ini karena reaksi bahan stabilisasi terus
berlangsung seiring dengan bertambahnya umur stabilisasi dan gel bertambah padat sehingga
pemampatan pun berkurang.

Secara umum terlihat bahwa pemampatan primer untuk tanah gambut sebelum stabilisasi
berlangsung lebih lambat daripada kondisi setelah distabilisasi, dimana hal ini dikarenakan
tanah gambut sebelum stabilisasi memiliki angka pori yang lebih besar, sehingga tanah
gambut sebelum stabilisasi bersifat lebih kompresibel, selain itu kadar air tanah gambut
sebelum stabilisasi lebih besar sehingga proses keluarnya air dari makro pori yang merupakan
proses pemampatan primer memerlukan waktu yang lebih lama daripada kondisi setelah
distabilisasi.

4.5 Kuat Geser

Parameter kuat geser tanah gambut terkait erat dengan kondisi serat dari gambut dan
parameter berat volume tanah. Hal ini dikarenakan tanah gambut termasuk dalam frictional
material / non kohesive material dimana kuat gesernya tergantung dari lekatan antar butiran
padat (serat) tanah gambut. Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa nilai kuat geser tanah gambut
meningkat seiring dengan bertambahnya prosentase bahan stabilisasi. Hal ini karena dengan
semakin banyak bahan stabilisasi yang diberikan, maka water-insoluble gel yang dihasilkan
untuk melapisi serat gambut dan menutup pori juga semakin besar sehingga gambut semakin
padat dengan bertambahnya bahan stabilisasi yang melapisi serat gambut, sehingga kuat
gesernya meningkat, hal ini sesuai dengan kecenderungan yang terlihat pada parameter berat
volume tanah. Terlihat bahwa kuat geser tanah gambut mengalami kenaikan dengan nilai
kohesi 0,1 dan sudut geser 30,646o.
Gambar 4. 2 Kurva Direct Shear Tanah Gambut Setelah Stabilisasi

Penambahan umur stabilisasi juga membuat nilai kuat geser tanah gambut semakin bertambah
seperti pada Gambar 10. Hal ini karena dengan bertambahnya umur stabilisasi, maka reaksi
pembentukan water-insoluble gel dari bahan stabilisasi terus berlangsung dan gel bertambah
padat sehingga kuat gesernya pun meningkat.

4.6 Pembebanan Pada Pondasi Kacapuri

Desain asli pondasi kacapuri memanfaatkan gaya apung dari kayu galam sebagai pelampung
untuk menahan beban pondasi dan mentransfernya ke tanah dasar. Oleh karena itu dalam
desain alternatif, kayu galam tidak digantikan namun ditambah untuk menahan beban lebih
sebagai akibat pergantian bahan tiang pancang dari kayu ulin menjadi beton. Dengan berat
jenis kayu galam sekitar 0,75 t/m3 yang lebih kecil dari berat jenis air yaitu 1 t/m3, maka
dapat diasumsikan jika satu kayu galam memiliki daya apung sekitar 0,25 t/m3 . Rata-rata
desain pondasi asli kacapuri mampu menahan beban sebesar 2 ton dengan berat jenis kayu
ulin 0,88 t/m3 sampai 1,2 t/m3.

Jika dibandingkan dengan berat jenis beton sebesar 1,9t/m3 sampai 2,4 t/m3 (sekitar 2 kali
berat jenis kayu ulin), maka beban sendiri pondasi kacapuri menjadi lebih besar, sehingga
perlu ditambahkan kayu galam sebagai pengapung, dimana dalam desain alternatif penelitian
ini ditambahkan hingga tiga kali lipat jumlah kayu galam dari desain asli, dimana diharapkan
hal tersebut bisa membantu menahan beban sendiri pondasi sebelum nantinya menahan beban
struktur rumah panggung.

Dengan adanya penambahan berat sendiri pondasi tersebut, maka beban struktur yang dapat
ditahan secara otomatis berkurang, dimana dengan kenaikan berat pondasi sebesar dua kali
lipat diiringi dengan penambahan daya apung kayu galam menjadi tiga kali lipat, maka
diperkirakan beban yang mampu ditahan oleh pondasi kacapuri alternatif menjadi sebesar
sekitar 1,25 ton, yang lebih kecil dari daya dukung desain asli pondasi kacapuri, namun secara
umum masih mampu menopang beban struktur lantai rumah tinggal yaitu sebesar 150 kg/m2
– 250 kg/m2.
BAB V

PENUTUP
Inovasi dan rekayasa lahan gambut tidak hanya terfokus pada desain pondasi saja, namun
tanah gambut perlu juga direkayasa agar dapat mendukung tekanan pondasi bangunan
rawa/gambut. Tanah gambut yang distabilisasi dengan metode pencampura tanah gambut
dengan kapur dan sekam padi membuat daya dukung tanah gambut secara umum mengalami
perbaikandimana kadar air menurun sedang berat volume tanah naik Hal ini menunjukkan
bahwatanah gambut menjadi lebih padat setelah dilakukan proses stabilisasi. Hal ini juga
terlihat dari nilai angka pori yang menurun dikarenakan pori tanah mengecil
akibat memadatnya tanah gambut. Adanya kombinasi antara stabilisasi dan inovasi
kacapuri tentunya akan meningkatkan daya dukung konstruksi pondasi bangunan
lahan rawa. Inovasi pondasi ini tidak tertutup pada pondasi kacapuri saja, namun
dapat dikembangkan terhadap jenis-jenis pondasi lokal lainnya seperti pondasi
Pancang galam, Pondasi Kapur Nagamaupunpondasi yang tersebar di tanah gambut di
Nusantara.
DAFTAR PUSTAKA

_____.2009. Perda Kota Banjarmasin Tahun 2009. Banjarmasin: Pemerintah Kota


Banjarmasin.

Bowles, J. E., (1997), Sifat –Sifat Fisis Dan Geoteknis, Jakarta : Erlangga.

Handayani, I.P. (2003). “Studi Pemanfaatan Gambut Asal Sumatra”. Lokakarya


Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan-Wetlands International-
Indonesia Programe.

Heldiansyah, J.C.(2010).Kajian Peningkatan Kualitas Lingkungan Binaan Tepian


Sungai Kota Banjarmasin. Thesis. Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada.

Iskandar (2000). Tinjauan Kapasitas Dukung Teoritis Pondasi Kacapuri. Banjarbaru


Info-Teknik Unlam.

Ma’ruf, M.A., (2012). Pengaruh Air Disekitar Area Lahan Gambut Yang
Distabilisasi Terhadap Sifat Fisik DanSifat Teknis Tanah Gambut. Surabaya:
Magister Thesis Institut Sepuluh Nopember.

Mochtar, Noor E., Lily Pudjiastuti, Musta’in Arif (2009). Pemakaian Campuran
Bahan Pozzolan Dan Kapur Sebagai Bahan Stabilisasi Tanah Gambut Yang
Ramah Lingkungan Untuk Konstruksi Jalan.Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai
Prioritas Nasional No: 342/SP2H/PP/DP2M/VI/2009.

Seman,Syamsiar., Irhamna. (2000). Arsitektur Tradisional Banjar Kalimantan


Selatan.Banjarmasin: Ikatan Arsitek Indonesia Daerah Kalimantan
Selatan.Terzaghi, K. (1925). Principles of Soil Mechanics.
Engr.News Record, Vol. 95.

Referensi :

https://docplayer.info/55412006-Inovasi-desain-pondasi-kacapuri-di-atas-tanah-gambut-yang-
distabilisasi.html

http://eprints.ums.ac.id/49092/4/BAB%20I.pdf
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jtsl/article/view/979

Anda mungkin juga menyukai