Toxoplasma gondii (T. gondii) adalah protozoa intraseluler yang biasa menetap
dan menyebabkan infeksi kronis seumur hidup di dalam tubuh inang. T. gondii
terdistribusi luas dengan variasi signifikan pada prevalensinya dalam regional
geografik yang berbeda. Peranan toxoplasmosis terhadap penyakit autoimun
belum mendapat banyak perhatian dibandingkan agen pathogen mikrobial
lainnya. Ini disebabkan oleh gejala asimtomatik pada toxoplasmosis akut, dan
kurangnya signifikansi gejala pada inang dengan kondisi immune-competent.
Meskipun begitu, beberapa studi selama tiga dekade terakhir menemukan ada
bukti tentang kemungkinan hubungan antara infeksi T. gondii dengan penyakit
autoimun.
Hubungan antara TLRs spesifik dan penyakit autoimun yang berbeda salah satu
contohnya yaitu sinyal TLR-2, TLR-3, dan TLR-4 yang terlalu reaktif dapat
menyebabkan munculnya inflamasi yang berkembang menjadi RA. Sehingga,
dapat ditarik hipotesis bahwa paparan terhadap infeksi T. gondii dapat
menyebabkan aktivasi dari TLRs, dengan potensi untuk memodulasi respon
imun menjadi autoimun. Infeksi Toxoplasma dapat juga menyebabkan
perubahan perpendulum imun yang akhirnya berubah menjadi inflamasi
autoimun pada pasien RA. Oleh karena itu, seroprevalensi ATXAb yang tinggi
dapat ditemukan pada populasi pasien RA.
Pada literature yang kami dapatkan, masih diperlukan penelitian yang lebih
lanjut untuk menentukan patogenesis lain yang mejelaskan hubungan antara T.
gondii dengan penyakit autoimun RA. Studi ini juga dapat menjadi pandangan
baru untuk pencegahan penyakit autoimun khususnya RA agar tidak terpapar
infeksi T. gondii.’