Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TIMBANG TERIMA

Dosen Pengampu : Tantri Arini.S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh

Kelompok 4

1. Elsa Lailatul Ramdani 201602016

2. Eva Viki Yuliana 201602055

3. Fatmawati 201602056

4. Hawa Mabruroh 201602021

5. Heni Ningtyas 201602060

6. Ika Restiana Monika 201602022

PRODI KEPERAWATAN

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi antar profesi di rumah sakit (RS) terjadi sepanjang waktu perawatan

pasien di RS, komunikasi bertujuan untuk menjaga kelangsungan proses perawatan pada

pasien. Salah satu komunikasi antar profesi di RS terjadi pada saat dilakukannya timbang

terima pasien. Timbang terima pasien merupakan bentuk transfer tanggung jawab medis

pasien dari satu tenaga kesehatan ke tenaga kesehatan lainnya. Hasil laporan JCI (Joint

Commission Internasional), komunikasi menjadi salah satu penyebab utama terjadinya

sentinel event yang terjadi di USA pada tahun 1992 sampai degan 2006. Di Australia,

sebanyak 25.000 sampai dengan 30.000 kejadian sentinel event yang seharusnya dapat

dicegah, 11% diantaranya desebabkan karena kegagalan komunikasi. Hanya 6% kejadian

sentinel event yang disebabkan karena keterampilan tenaga medis (Payne, 2012).

Pelaksanaan timbang terima seringkali menjadi permasalahan di setiap RS.

Operan shift penting untuk menjaga kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam.

Di RS Panti Waluyo Surakarta didapatkan beberapa temuan angka insiden keselamatan

pasien dalam bulan Juli sampai dengan Desember 2014, yang disebabkan oleh karena

proses timbang terima pasien yang tidak sesuai prosedur, diantaranya jadwal operasi yang

mundur (KTD) 5 kejadian, pemberian obat yang tidak sesuai intruksi dokter (KNC) 2

kejadian,pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi yang tertunda (KPC) 1

kejadian (Farida, 2015).

Perawat merupakan petugas kesehatan yang mempunyai peranan sangat penting

dalam proses pengobatan pasien. RS perlu meningkatkan mutu pelayanan untuk

memberikan kepercayaan masyarakat diantaranya melalui program keselamatan pasien

dimana World Health Organization (WHO) telah dimulai pada tahun 2004. Di indonesia
Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (GKPRS) dicanangkan Mentri Kesehatan

Republik Indonesia Llpada 21 agustus 2005. Setiap RS membentuk tim keselamatan

pasien RS. Gerakan Keselamatan Pasien RS adalah suatu sistem untuk mencegah

terjadinya cidera yang disebabkan kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan

(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission)

(Kemenkes, 2011).

Kinerja perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan merupakan masalah

yang sangat penting untuk dikaji dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan. Namun tidak jarang kita menemukan keluhan berkaitan dengan

kualitas pelayanan kesehatan yang muaranya berasal dari kinerja perawat. Data dari

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Wilayah Asia Tenggara pada tahun 2010

menunjukan bahwa sekitar 35% pengguna jasa pelayanan kesehatan merasa puas

terhadap pelayanan yang diberikan dan sekitar 55% menyatakan tidak puas (Khamidah,

2015).

Profesialisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan

mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat.

Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat,

maupun dengan tim kesehatan lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus

ditingkatkan efektivitasnya adalah saat pergantian shift (timbang terima) (Nursalam,

2009).

Timbang terima pasien merupakan salah satu bentuk komunikasi perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Timbang terima pasien dirancang

sebagai salah satu metode untuk memberikan informasi yang relevan pada tim perawat

setiap pergantian shift, sebagai petunjuk praktik memberikan informasi mengenai kondisi

terkini pasien,tujuan pengobatan, rencana perawatan serta menentukan prioritas

pelayanan. (Rushton, 2010).


Oleh karena itu dalam penyampaian timbang terima mulai pasien datang sampai

pasien pulang menggunakaan komunikasi efektif terhadap pasien maupun keluarga

pasien sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan klien

merasa puas dengan pelayanan yang diberikan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan timbang terima pasien yang baik bagi tenaga kesehatan?

1.3 Tujuan

Mahasiswa dapat mengetahui dan menguasai penerapan timbang terima pasien.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penerapan Timbang Terima Pasien

2.1.1. Pengertian Timbang Terima

Menurut Nursalam (2011) definisi timbang terima adalah suatu cara dalam

menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.

Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian dinas.

Selain laporan antar dinas, dapat disampaikan juga informasi yang berkaitan dengan

rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.

Timbang terima merupakan sistem kompleks yang didasarkan pada

perkembangan sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki perawat dalam

berkomunikasi. Timbang terima dinas berperan penting dalam menjaga kesinambungan

layanan keperawatan selama 24 jam (Kerr, 2002). Menurut Australian Medical

Association/AMA (2006), timbang terima merupakan pengalihan tanggung jawab

profesional dan akuntabilitas untuk beberapa atau semua aspek perawatan pasien, atau

kelompok pasien, kepada orang lain atau kelompok profesional secara sementara atau

permanen.

Timbang terima merupakan komunikasi yang terjadi pada saat perawat

melakukan pergantian dinas, dan memiliki tujuan yang spesifik yaitu

mengomunikasikan informasi tentang keadaan pasien pada asuhan keperawatan

sebelumnya.

2.1.2. Tujuan Timbang Terima

Menurut Australian Health Care and Hospitals Association/ AHHA (2009)

tujuan timbang terima adalah untuk mengidentifikasi, mengembangkan dan


meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai pengaturan kesehatan.

Menurut Nursalam (2011) tujuan dilaksanakan timbang terima adalah:

1. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum.

2. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.

3. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

2.1.3. Manfaat Timbang Terima

Manfaat timbang terima menurut AHHA (2009) adalah:

1. Peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan. Misalnya,

penyediaan informasi yang tidak akurat atau adanya kesalahan yang dapat

membahayakan kondisi pasien.

2. Selain mentransfer informasi pasien, timbang terima juga merupakan sebuah

kebudayaan atau kebiasaan yang dilakukan oleh perawat. Timbang terima

mengandung unsur-unsur kebudayaan, tradisi, dan kebiasaan. Selain itu, timbang

terima juga sebagai dukungan terhadap teman sejawat dalam melakukan

tindakan asuhan keperawatan selanjutnya.

3. Timbang terima juga memberikan “manfaat katarsis” (upaya untuk melepaskan

beban emosional yang terpendam), karena perawat yang mengalami kelelahan

emosional akibat asuhan keperawatan yang dilakukan bisa diberikan kepada

perawat berikutnya pada pergantian dinas dan tidak dibawa pulang. Dengan kata

lain, proses timbang terima dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada perawat.

4. Timbang terima memiliki dampak yang positif bagi perawat, yaitu memberikan

motivasi, menggunakan pengalaman dan informasi untuk membantu

perencanaan pada tahap asuhan keperawatan selanjutnya (pelaksanaan asuhan

keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan), meningkatkan

kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin suatu hubungan kerja sama dan

bertanggung jawab antar perawat, serta perawat dapat mengikuti perkembangan


pasien secara komprehensif.

5. Selain itu, timbang terima memiliki manfaat bagi pasien diantaranya, pasien

mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, dan dapat menyampaikan

masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap. Bagi rumah sakit,

timbang terima dapat meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien

secara komprehensif.

Menurut Nursalam (2011) timbang terima memberikan manfaat bagi perawat

dan bagi pasien. Bagi perawat manfaat timbang terima adalah meningkatkan

kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung

jawab antar perawat, pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang

berkesinambungan, perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.

Sedangkan bagi pasien, saat timbang terima pasien dapat menyampaikan masalah secara

langsung bila ada yang belum terungkap.

2.1.4. Prinsip timbang terima

Friesen, White dan Byers (2009) memperkenalkan enam standar prinsip timbang

terima pasien, yaitu :

1. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien

Semakin luas proses timbang terima (lebih banyak peserta dalam kegiatan

timbang terima), peran pemimpin menjadi sangat penting untuk mengelola timbang

terima pasien di klinis. Pemimpin harus memiliki pemahaman yang komprehensif dari

proses timbang terima pasien dan perannya sebagai pemimpin. Tindakan segera harus

dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi pasien yang memburuk.

2. Pemahaman tentang timbang terima pasien

Mengatur sedemikian rupa agar timbul suatu pemahaman bahwa timbang terima

pasien harus dilaksanakan dan merupakan bagian penting dari pekerjaan sehari-hari dari

perawat dalam merawat pasien. Memastikan bahwa staf bersedia untuk menghadiri
timbang terima pasien yang relevan untuk mereka. Meninjau jadwal dinas staf klinis

untuk memastikan mereka hadir dan mendukung kegiatan timbang terima pasien.

Membuat solusi-solusi inovatif yang diperlukan untuk memperkuat pentingnya

kehadiran staf pada saat timbang terima pasien.

3. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien

Mengidentifikasi dan mengorientasikan peserta, melibatkan mereka dalam

tinjauan berkala tentang proses timbang terima pasien. Mengidentifikasi staf yang harus

hadir, jika memungkinkan pasien dan keluarga harus dilibatkan dan dimasukkan sebagai

peserta dalam kegiatan timbang terima pasien. Dalam tim multidisiplin, timbang terima

pasien harus terstruktur dan memungkinkan anggota multiprofesi hadir untuk pasiennya

yang relevan.

4. Waktu timbang terima pasien

Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk timbang terima

pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, dimana strategi ini memungkinkan untuk

dapat memperkuat ketepatan waktu. Timbang terima pasien tidak hanya pada pergantian

jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan tanggung jawab misalnya ketika pasien

diantar dari bangsal ke tempat lain untuk suatu pemeriksaan. Ketepatan waktu timbang

terima sangat penting untuk memastikan proses perawatan yang berkelanjutan, aman

dan efektif.

5. Tempat timbang terima pasien

Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi secara tatap muka dan di sisi tempat

tidur pasien. Jika tidak dapat dilakukan, maka pilihan lain harus dipertimbangkan untuk

memastikan timbang terima pasien berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi

yang efektif, pastikan bahwa tempat timbang terima pasien bebas dari gangguan

misalnya kebisingan di bangsal secara umum atau bunyi alat telekomunikasi.


6. Proses timbang terima pasien

a. Standar protokol

Standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran peserta, kondisi klinis dari

pasien, daftar pengamatan/pencatatan terakhir yang paling penting, latar belakang yang

relevan tentang situasi klinis pasien, penilaian dan tindakan yang perlu dilakukan.

b. Kondisi pasien memburuk

Pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan pasien secara cepat dan tepat

pada penurunan kondisi yang terdeteksi.

c. Informasi kritis lainnya

Prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan yang luar biasa, rencana

pemindahan pasien, kesehatan kerja dan risiko keselamatan kerja atau tekanan yang

dialami oleh staf.

2.1.5. Jenis Timbang Terima

Menurut Hughes (2008) beberapa jenis timbang terima pasien yang berhubungan

dengan perawat, antara lain:

1. Timbang terima pasien antar dinas

Metode timbang terima pasien antar dinas dapat dilakukan dengan menggunakan

berbagai metode, antara lain secara lisan, catatan tulisan tangan, dilakukan di samping

tempat tidur pasien, melalui telepon atau rekaman, nonverbal, dapat menggunakan

laporan elektronik, cetakan computer atau memori.

2. Timbang terima pasien antar unit keperawatan

Pasien mungkin akan sering ditransfer antar unit keperawatan selama mereka

tinggal di rumah sakit.

3. Timbang terima pasien antara unit perawatan dengan unit pemeriksaan

diagnostik.
Pasien sering dikirim dari unit keperawatan untuk pemeriksaan diagnostik selama rawat

inap. Pengiriman unit keperawatan ke tempat pemeriksaan diagnostik telah dianggap sebagai

kontributor untuk terjadinya kesalahan.

4. Timbang terima pasien antar fasilitas kesehatan

Pengiriman pasien dari satu fasilitas kesehatan ke fasilitas yang lain sering

terjadi antara pengaturan layanan yang berbeda. Pengiriman berlangsung antar rumah

sakit ketika pasien memerlukan tingkat perawatan yang berbeda.

5. Timbang terima pasien dan obat-obatan

Kesalahan pengobatan dianggap peristiwa yang dapat dicegah, masalah tentang

obat-obatan sering terjadi, misalnya saat mentransfer pasien, pergantian dinas, dan cara

pemberitahuan minum obat sebagai faktor yang berkontribusi terhadap kesalahan

pengobatan dalam organisasi perawatan kesehatan.

2.1.6. Macam-Macam Timbang Terima

Secara umum terdapat empat jenis timbang terima diantaranya:

1. Timbang terima secara verbal

Scovell (2010) mencatat bahwa perawat lebih cenderung untuk membahas aspek

psikososial keperawatan selama laporan lisan.

2. Rekaman timbang terima

Hopkinson (2002) mengungkapan bahwa rekaman timbang terima dapat

merusak pentingnya dukungan emosional. Hal ini diungkapkan pula oleh Kerr (2002)

bahwa rekaman timbang terima membuat rendahnya tingkat fungsi pendukung.

3. Bedside timbang terima

Menurut Rush (2012) tahapan bedside timbang terima diantaranya adalah:

a. Persiapan (pasien dan informasi).

b. Timbang terima berupa pelaporan, pengenalan staf masuk, pengamatan,

dan penjelasan kepada pasien.


c. Setelah timbang terima selesai maka tulis di buku catatan pasien.

4. Menurut Caldwell (2012) yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan bedside

timbang terima adalah:

a. Menghindari informasi yang hilang dan memungkinkan staf yang tidak

hadir pada timbang terima untuk mengakses informasi.

b. Perawat mengetahui tentang situasi pasien dan apa saja yang perlu

disampaikan, bagaimana melibatkan pasien, peran penjaga dan anggota

keluarga, bagaimana untuk berbagi informasi sensitif, apa yang tidak

dibahas di depan pasien, dan bagaimana melindungi privasi pasien.

5. Timbang terima secara tertulis

Scovell (2010) timbang terima tertulis diperkirakan dapat mendorong

pendekatan yang lebih formal. Namun, seperti rekaman timbang terima, ada potensi

akan kurangnya kesempatan untuk mengklarifikasi pertanyaan tertentu.

2.1.7. Langkah-Langkah Pelaksanaan Timbang Terima

Menurut Nursalam (2011) langkah-langkah dalam pelaksanaan timbang terima

adalah:

1. Kedua kelompok dinas dalam keadaan sudah siap.

2. Dinas yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal

apa yang akan disampaikan.

3. Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab dinas yang

selanjutnya meliputi:

a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum.

b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima timbang terima.

c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima timbang terima.

d. Penyampaian timbang terima harus dilakukan secara jelas dan tidak

terburu-buru.
e. Perawat primer dan anggota kedua dinas bersama-sama secara langsung

melihat keadaan pasien.

2.1.8. Pelaksanaan Timbang Terima Yang Baik Dan Benar

Menurut AMA (2006) pelaksanaan timbang terima yang baik dan benar

diantaranya:

1. Timbang terima dilakukan pada setiap pergantian dinas dengan waktu yang

cukup panjang agar tidak terburu-buru.

2. Pelaksanaan timbang terima harus dihadiri semua perawat, kecuali dalam

keadaan darurat yang mengancam kehidupan pasien.

3. Perawat yang terlibat dalam pergantian dinas harus diberitahukan untuk

mengetahui informasi dari dinas selanjutnya.

4. Timbang terima umumnya dilakukan di pagi hari, namun timbang terima juga

perlu dilakukan pada setiap pergantian dinas.

5. Timbang terima pada dinas pagi memungkinkan tim untuk membahas

penerimaan pasien rawat inap dan merencanakan apa yang akan dikerjakan.

6. Timbang terima antar dinas, harus dilakukan secara menyeluruh, agar peralihan

ini menjamin perawatan pasien sehingga dapat dipertahankan jika perawat absen

untuk waktu yang lama, misalnya selama akhir pekan atau saat mereka pergi

berlibur.

2.1.9. Pemilihan tempat untuk pelaksanaan timbang terima

AMA (2006) menyatakan bahwa tempat yang tepat pada saat akan dilakukan

pelaksanaan timbang terima adalah:

1. Idealnya dilakukan di ruang perawat atau nurse station.

2. Tempatnya luas dan besar sehingga memberikan kenyamanan dan

memungkinkan semua staf menghadiri dalam pelaksanaan timbang terima.

3. Bebas dari gangguan sehingga berkontribusi dalam meningkatkan kesulitan


untuk mendengar laporan dan dapat mengakibatkan penerimaan informasi yang

tidak tepat.

4. Terdapat hasil lab, X-ray, informasi klinis lainnya.

2.1.10. Prosedur Timbang Terima

Nursalam (2011) menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam prosedur timbang terima pasien, yaitu:

1. Persiapan

a. Kedua kelompok dinas sudah siap (shift jaga)

b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan

c. Kepala ruang membuka acara overan

d. Perawat yang melakukan overan dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab,

dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah dioverankan dan berhak

menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.

e. Kepala ruang atau PP menanyakan kebutuhan dasar pasien

f. Penyampaian yang jelas, singkat dan padat

g. Perawat yang melaksanakan overan mengkaji secara penuh terhadap

masalah keperawatan, kebutuhan dan tindakan yang telah atau yang belum

dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya selama masa perawatan.

2. Pelaksanaan

a. Timbang terima dilaksanakan pada setiap pergantian dinas.

b. Di nurse station (ruang perawat) hendaknya perawat berdiskusi untuk

melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif hal- hal

yang berkaitan tentang masalah keperawatan pasien, rencana tindakan yang

sudah ada namun belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang

perlu dibicarakan.

c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap


sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diberikan kepada perawat

jaga berikutnya.

d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah:

Situasion : Menyebutkan identitas pasien dan nomor kamar

pasien, Menyebutkan masalah pasien

Background :Menyebutkan diagnosis dan data klinis pasien

sesuai dengan kebutuhan;

 Status kardiovaskuler ( nyeri dada, tekanan darah,

EKG, dll)

 Status respirasi ( Frekuensi pernapasan, SpO2, analisis

gas darah)

 Status gastrointestinal ( nyeri perut, muntah,

perdarahan)

 Neurologis ( GCS, pupil, kesadaran)

Acessment :Menyebutkan problem pasien terserbut ;

 Problem kardiologi ( syok kardiogenik, aritmia,

maligna)

 Problem gastrointestinal ( perdarahan masif, dan

syok )

Rekomendasi : Rekomendasikan sesuai dengan kebutuhan

 Saya meminta dokter untuk :

- memindahkan pasien ke ICU

- segera datang melihat pasien

 Pemeriksaan atau terapi apa yang diperlukan

- foto rongent

- pemeriksaan analisis gas darah


- pemeriksaan ekg

- pemberian oksigenasi dan nebulizer

e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi,

tanya jawab mengenai hal-hal yang kurang jelas

f. Perawat dan karu melakukan validasi ke ruangan pasien terhadap hal-hal

yang disampaikan pada saat timbang terima.

g. Perawat dan karu kembali ke nurse station ( ruang perawat ) untuk

membahas hal-hal yang akan direkomendasikan untuk pasien pada

perawatan selanjutnya.

h. Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas.

i. Lamanya waktu timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5

menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang

lengkap dan terperinci.

j. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku

laporan ruangan oleh perawat primer.

2.1.11. Tahapan Dan Bentuk Pelaksanaan Timbang Terima

Lardner (1996) proses timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:

1. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggung jawab

meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.

2. Pertukaran dinas jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang

melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya timbang terima itu sendiri

yang berupa pertukaran informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua

arah antara perawat yang dinas sebelumnya kepada perawat yang datang.

3. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung jawab
dan tugas yang dilimpahkan merupakan aktivitas dari perawat yang menerima

timbang terima untuk melakukan pengecekan dan informasi pada medical

record dan pada pasien langsung.

2.1.12. Hambatan Dalam Pelaksanaan Timbang Terima

Engesmo dan Tjora (2006); Scovell (2010) dan Sexton, et al., (2004)

menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menghambat dalam pelaksanaan

timbang terima, diantaranya adalah:

1. Perawat tidak hadir pada saat timbang terima

2. Perawat tidak peduli dengan timbang terima, misalnya perawat yang keluar

masuk pada saat pelaksanaan timbang terima

3. Perawat yang tidak mengikuti timbang terima maka mereka tidak dapat

memenuhi kebutuhan pasien mereka saat ini

2.1.13. Efek Timbang Terima

Timbang terima memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi diri seorang

perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari timbang terima menurut

Yasir (2009) adalah sebagai berikut:

1. Efek Fisiologis

Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan

dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama

kerja malam. Menurutnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan

mengantuk dan lelah menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.

2. Efek Psikososial

Efek ini berpengaruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis

hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan

mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat.

3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja dinas malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis

dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan

mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan

seperti kualitas rendah dan pemantauan.

4. Efek Terhadap Kesehatan

Dinas kerja menyebabkan gangguan gastro intestinal, masalah ini cenderung

terjadi pada usia 40-50 tahun, dinas kerja juga dapat menjadi masalah terhadap

keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.

5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja

Survei pengaruh dinas kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang

dilakukan Smith et al dalam Wardana (1989), melaporkan bahwa frekuensi

kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi dinas kerja (malam) dengan

rata- rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua

penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada

dinas malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak

terjadi selama dinas pagi dan lebih banyak terjadi pada dinas malam.
DIALOG SKENARIO TIMBANG TERIMA

Karu : Eva
Pasien : Hawa
Perawat katim pagi : Ika
Perawat katim malam : Elsa
PA pagi : Heni
PA malam : Fatma

Pada tanggal 24 Agustus 2020 diruang melati RS Sumber Waras perawat sedang
melalukan proses timbang terima dari perawat shift malam ke perawat shift pagi.

Karu : Assalamualaikum Wr. Wb marilah kita awali pagi ini dengan


membaca al-fatihah semoga kegiatan hari ini berjalan dengan lancar.
All perawat : Waalaikumsalam Wr. Wb.... Al-Fatihah....
Karu : Silahkan perawat shift malam untuk melakukan operan kepada
perawat yang berdinas pagi.
Katim Malam : baik terima kasih atas waktunya. Hari ini ada 2 pasien diruang 1 dan 2.
Diruang 1 ada pasien atas nama ibu hartuti usia 45 tahun dengan
diagnosa DM + Ulkus diabetik. Tadi pagi pasien mengeluh mual,
muntah dan tidak nafsu makan. TD: 120/80 mmHg, N: 73x/mnt, S:
37,6C, RR: 23x/mnt, KU : lemah, Kesadaran : CM, GDP: 215 mg/dL.
Dari semalam pasien sudah muntah sebanyak 3x. Konsultasi ke dokter
mengenai pemasangan NGT.
Diruang 2 ada pasien atas nama bapak surat usia 50 tahun dengan
diganosa TBC. Pasien mengeluh sesak napas, demam pada malam
hari, batuk berdarah. TD: 130/90 mmHG, RR: 15/mnt, KU: lemah,
Kesadaran: CM, N:38,7C, batuk berdarah. Dari semalam pasien batuk
berdahak sudah konsul dokter dilakukan nebul 2x sehari mulai pagi
ini. Hari ini dijadwalkan rotgen.
Karu : terimakasih utuk tim malam telah menyampaikan semuanya, untuk tim
pagi apakah ada yang mau ditanyakan ke tim malam?
Katim Pagi : untuk pasien dengan bapak surat, setelah di rongent hasilnya segera
dikonsulkan atau tidak?
Katim malam : oiya mbak langsung dikonsulkan.
Karu : oke mari kita validasi ke ruangan pasien.
PA Pagi : selamat pagi bu, bagaimana keadaannya sekarang? Sudah mendingan
belum?
Pasien : masih mual mbak, lemes
PA pagi : baik ibu, setelah ini akan diberikan obat
Pasien : baik mbak
PA Pagi :selamat pagi bapak, bagaimana keadaannya sekarang? Sudah
mendingan belum?
Pasien : batuknya sudah mendingan mbak tapi dahaknya belum bisa keluar.
PA pagi : baik bapak nanti akan diberikan terapi uap untuk mengencerkan
dahaknya bapak.
Pasien : terimakasih ,bapak.

Setelah validasi ke pasien semua perawat kembali ke nurse station dan melakukan aktivitas
masing- masing.
Karu : baik kita sudah selesai melakukan validasi ke ruang pasien,
terimakasih
atas kerja samanya semoga hari ini diberi kelancaran yang dinas pagi
selamat berdinas.

Pergantian shift pagi ke shift siang.


Karu : Assalamualaikum Wr. Wb marilah kita awali siang ini dengan
membaca al-fatihah semoga kegiatan hari ini berjalan dengan lancar.
All perawat : Waalaikumsalam Wr. Wb.... Al-Fatihah....
Karu : Silahkan perawat shift pagi untuk melakukan operan kepada perawat
yang berdinas siang.
Katim pagi : baik terima kasih atas waktunya. Hari ini pasiennya masih sama
dengan sebelumnya. Diruang 1 ada pasien atas nama ibu hartuti usia
45 tahun dengan diagnosa DM + Ulkus diabetik. Tadi pagi pasien
mengeluh mual, muntah dan tidak nafsu makan serta sudah dipasang
NGT.
TD: 120/80 mmHg, N: 65x/mnt, S: 36,6C, RR: 20x/mnt, KU : lemah,
Kesadaran : CM, GDP 2jamPP: 200 mg/dL. Sudah tidak muntah lagi.
Konsultasi ke dokter mengenai perkembangan kondisi pasien.
Diruang 2 ada pasien atas nama bapak surat usia 50 tahun dengan
diganosa TBC. Pasien mengeluh sesak napas, dahak masih sulit
keluar, demam sudah menurun. TD: 130/90 mmHG, RR: 15/mnt, KU:
lemah, Kesadaran: CM, N:36,0C. Dari hasil rongent yang telah
dikonsulkan terdapat bercak-bercak putih dibagian paru-paru lobus
kanan.
Karu : terimakasih untuk tim teah menyampaikan semua, untuk tim siang apa
ada yang belum jelas bisa ditanyakan?
Katim siang : tidak bu, sudah jelas
Karu : baik, mari kita bisa langsung melakukan validasi ke ruang pasien
PA siang : selamat siang bu, bagaimana keadaannya sekarang ini?
Pasien : sudah mendingan mbak
PA siang : Alhamdulillah, nanti kalau ada yang diperlukan bisa menghubungi ke
ruang perawat ya bu
Pasien : iya mbak
PA pasien :selamat siang bapak, bagaimana keadaannya sekarang?
Pasien : masih sama mbak, dahaknya masih belum bisa keluar.
PA pagi : baik bapak nanti akan diberikan terapi uap lagi untuk mengencerkan
dahaknya bapak.
Pasien : terimakasih mbak.
Setelah validasi ke pasien semua perawat kembali ke nurse station dan melakukan aktivitas
masing- masing.
Karu : baik kita sudah selesai melakukan validasi ke ruang pasien,
terimakasih
atas kerja samanya semoga hari ini diberi kelancaran yang dinas siang
selamat berdinas.

Anda mungkin juga menyukai