Anda di halaman 1dari 4

2.5.

Perbedaan data SRTM & DEM


Digital Elevation Model (DEM) adalah salah satu bentuk metode atau model
yang digunakan untuk menggambarkan topografi permukaaan bumi.
Visualisasinya digambarkan dalam tampilan 3D (tiga dimensi). Data DEM dapat
diperoleh dengan menggunakan beberapa cara. Salah satunya adalah dengan SAR
(Synthetic Aperture Radar) dapat diperoleh dengan dari satelit atau pesawat. Cara
ini relatif salah satu cara baru (Prihanggo et al., 2017).
SRTM (Shuttle Radar Topographic Mission) adalah salah satu cara untuk
membuat data topografi (DEM) dengan menggunakan sistem radar dari antariksa.
Data DEM dapat diperoleh dengan menggunakan metode SRTM, hal ini akan
saling berhubungan. Peta dapat dibuat dengan data DEM SRTM dengan beberapa
perbedaan resolusi gambarnya. SRTM terdapat dalam SRTM 30 meter dan juga
SRTM 90 meter. Peta dengan SRTM 30 meter akan menghasilkan resolusi gambar
yang lebih detail dan sayatannya akan terlihat lebih halus daripada data SRTM 90
meter (Ikhwandito et al., 2018).
Menurut Sawungrana (2017), data DEM seringkali terdapat kesalah, sehingga
penggunaan dan pengolahannya harus sesuai dengan data lapangan. Penggunaan
metode SRTM untuk mengolah data DEM seringkali terkendala dengan kesalahan
baik data lapangan ataupun penggunaan aplikasi ArcGIS. Data SRTM pada
aplikasi ArcGIS tidak langsung ditampilakan dalam bentuk kontur. Tampilan
SRTM akan terlihat berwarna abu-abu semua. Perbedaan tidak akan nampak
antara satu tempat dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan belum diaturnya
symbology.

2.6. Jenis Kontur yang Dapat Diolah dengan Data DEM


Menurut Afani et al. (2019), DEM adalah suatu data yang berisi informasi
tentang nilai digital berupa suatu titik koordinat. Ketinggian suatu lokasi
merupakan salah satu bagian dari data dalam DEM. Data DEM dapat diperoleh
dengan berbagai metode sesuai dengan kebutuhan. Salah satunya dengan
menggunakan Citra satelit stereo, SRTM, atau Linier Array Image. Informasi olah
data mengenai ketinggian suatu lokasi dapat dijadikan gambaran lokasi tersebut.
Data DEM memiliki informasi mengenai ketinggian suatu lokasi. Hal ini
dapat dijadikan bentuk gambaran pada suatu lokasi tertentu dalam bentuk peta.
Bentukan peta ini akan dibentuk oleh garis kontur dengan ketinggian yang sama.
Kontur merupakan garis khayal yang membentuk garis-garis bagian dari peta paad
ketinggian yang sama. Kesalahan data yang terjadi dapat membuat perbedaan
penggambaran peta pada suatu wilayah pada permukaan bumi. Data yang valid
sangat diperlukan untuk kesinambungan bentuk dari peta (Tarigan dan Hani’ah,
2019).
Kontur pada data DEM menggunakan jenis kontur interva (Interval Kontur),
yaitu kontur yang terbentuk dari interval atau jarak terdekat antara satu titik ke
titik lainnya. Nilai titik yang dihubungkan harus sama ketinggiannya. Semakin
besar skalanya maka kontur pada peta akan semakin banyak dan detail. Selain itu
ada indeks kontur, yaitu kontur yang dibuat dengan kelipatan tertentu. Misalnya
satiap kelipatan 10 atau 15 meter akan digarikan indeks tersebut (Suntoko dan
Wicaksono, 2017).

2.7. Topografi
Topografi adalah arti luas untuk menggambarkan tentang studi yang
membahas permukaan bumi. Permukaan bumi yang dimaksud termasuk adanya
perubahan pada permukaan bumi tersebut, seperti lembah, jalan dan lain-lain.
Topografi juga tidak hanya membahas permukaan bumi saja, tetapi dapat
mencakup permukaan planet lain, bulan ataupun meteor. Topografi erat dengan
kaitannya pendataan atau survei. Data tersebut berisi adanya posisi titik-titik
dalam hubungan satu sama dengan lainnya (Wandy et al., 2015).
Menurut Brahmatio dan Salim (2018), topografi merupakan salah satu ilmu
yang dapat menggambarkan ciri-ciri fisik dari bumi. Gambaran dari bentuk ciri-
cciri permukaan bumi ini disebut dengan peta topografi. Peta topografi mencakup
informasi yang terdapat dialam seperti sungai, lembah dan gunung, maupun
lainnya. Topografi juga dapat mencatat ketinggian suatu daerah. Fitur buatan
manusia seperti jalan dan bendungan dapat dimasukkan dalam pembuatan
topografi tersebut.
Peta topografi adalah salah satu peta yang dapat menggambarkan dan
menunjukkan ciri-ciri fisik dari permukaan bumi. Bentangan alam juga dapat
dimasukkan dalam peta topografi tersebut, seperti sungai, lembah, gunung, dan
lain-lain. Hubungannya akan ditampilkan menggunakan garis kontur. Setiap titik
pada peta harus menyentuh garis elevasi yang sama. Garis kontur yang
bersebelahan akan mewakili berbagai ketinggian yang berbeda. Semakin dekat
garis konturnya, menandakan bahwa semakin curam kemiringan pada tanah
tersebut (Setiawan et al., 2018)

DAFTAR PUSTAKA
Prihanggo, M., Y.I. Astuty dan D.C. Kusuma. 2017. Evaluasi Ketelitian
Horizontal dari Citra TEGAK Satelit Resolusi Sangat Tinggi
Menggunakan SRTM dan Terrasar- X untuk Pemetaan Skala Besar.
Seminar Nasional Geomatika., 1(1) : 535-540.
Ikhwandito, A., Y.Prasetya dan A.L. Nugraha. 2018. Analisis Perbandingan
Model Genangan Tsunami Menggunakan Data DEM ASTER,
SRTM dan Terrasar. Jurnal Godesi Undip., 7 (1) : 131-141.
Sawungrana, A. Dan T.H. Purwanto.2017. Pemanfaatan Data Aster GDEM dan
SRTM untuk Pemodelan Aliran Lahar Gunung Kelud Pasca Erupsi
2014. Jurnal Geologi., 1(1) :1-9.
Afani, I. Y. N., B.D. Yuwonodan N. Bashit. 2019. Optimalisasi Pembuatan Peta
Kontur Skala Besar Menggunakan Kombinasi Data Pengukuran
Terestris dan Foto Udara Format Kecil. Jurnal Geodesi Undip., 8
(1) : 180-189.
Tarigan, V. A., B.Sasmito dan Hani’ah. 2019. Kajian Akurasi Penentuan Garis
Pantai Menggunakan Citra Landsat 8. Jurnal Geodesi Undip., 8 (1) :
328-337.
Sustoko, H. dan A.B. Wicaksono. 2017. Identifikasi Patahan pada Batuan
Sedimen Menggunakan Metode Geolistrik Kofigurasi Dipole-Dipole
di Tapak RDE Serpong, Banten. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir.,
19(2) : 81-88.
Wandy, M., U. Saismana., R.N. Hakim dan Gusfrimanuel. 2015. Perhitungan
Cadangan Batu Bara dan Perencanaan PIT PT Anugrah Karya Raya,
Desa Penain, Kec. Teweh Tengah Kabupateng Barito Utara,
Kalimantan Tengah. Jurnal GEOSAPTA., 1(1) :15-18.
Brahmantio, B dan D. Salim. 2018. Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Landform)
untuk Pemetaan Geomorfologi pada Skala 1: 25.000 dan Aplikasinya
untuk Penataan Ruang. Jurnal Geoaplika., 1(2) : 71-78.

Anda mungkin juga menyukai