Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

ISOLASI SOSIAL

Oleh :
Annisa Hafizah S.Kep
1914901210098

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS B
BANJARMASIN, 2020
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA
ISOLASI SOSIAL

1. Pengertian
Perilaku isolasi sosial/menarik diri merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang
terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000).
Sedangkan menurut Keliat isolasi sosial adalah percobaan menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Yosep, 2011)

Isolasi sosial adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan
orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan. Ia mempunyai
kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan
dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan
dengan orang lain (Balitbang, 2007).

2. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Menarik diri

Otonomi Depedensi Ketergantungan

Bekerjasama Curiga Manipulasi

Interdependen Curiga

2.1 Respon Adaptif


Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma, sosial, dan
kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat.
2.1.1 Menyendiri: respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah terjadi di lingkungan sosialnya.
2.1.2 Otonomi: kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pemikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
2.1.3 Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain.
2.1.4 Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal.
2.2 Respon Maladaptif
Respon maladaptive adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan
disuatu tempat.
2.2.1 Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan
secara terbuka dengan orang lain.
2.2.2 Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga
tergantung dengan orang lain.
2.2.3 Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
2.2.4 Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.

3. Faktor Predisposisi
3.1 Faktor Tumbuh Kembang
Faktor perkembangan kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari
pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh kembang memilki
tugas yang harus dilalui indifidu dengan sukses, karna apabila tugas perkembangan
ini tidak terpenuhi akan menghambat perkembangan selanjutnya, kurang stimulasi
kasih sayang,perhatian dan kehangatan dari ibu (pengasuh)pada bayi akan membari
rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.
3.2 Faktor Biologi
Genetik adalah salah satu factor pendukung ganguan jiwa, fakor genetic dapat
menunjang terhadap respon sosial maladaptif ada bukri terdahulu tentang terlibatnya
neurotransmitter dalam perkembangan ganguan ini namun tahap masih diperlukan
penelitian lebih lanjut.
3.3 Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya ganguan dalm
membina hubungan dengan orang lain, misalnya angota keluarga, yang tidak
produktif, diasingkan dari orang lain.
3.4 Faktor Komunikasi dalam Keluarga
Pola komunikasai dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang kedalam ganguan
berhubungan bila keluarga hanya mengkounikasikan hal-hal yang negatif akan
mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.

4. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress seperti
kehilangan yang mempengaruhi kemampuan indifidu untuk brhubungan dengan orang lain
dan menyebabkan ansietas.
4.1 Stressor sosial kultur
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya
penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai,
kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dan dirawat di
rumah sakit atau di penjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
4.2 Stressor biokimia
Stressor biokimia berupa teori dopamin yaitu kelebihan dopamin pada mesokortikal
dan mesolimbik serta traktus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
4.3 Stresor biologik dan lingkungan sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat
interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
4.4 Stressor psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan ekstrim dan memanjang
disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan
menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.

5. Pohon masalah
Resiko tinggi mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

Defisit perawatan diri Perubahan persepsi sensori:halusinasi

Malas beraktivitas Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis

Inefektif Koping Individu Inefektif Koping Keluarga

6. Tanda dan Gejala


Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial.
6.1 Kurang spontan
6.2 Apatis (acuh terhadap lingkungan)
6.3 Ekspresi wajah kurang berseri
6.4 Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan diri
6.5 Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
6.6 Mengisolasi diri
6.7 Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
6.8 Asupan makanan dan minuman terganggu
6.9 Retensi urine dan feces
6.10 Aktivitas menurun
6.11 Kurang energi (tenaga)
6.12 Rendah diri
6.13 Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur).

7. Proses keperawatan
7.1 Pengkajian
Data Subyektif:
 Klien mengatakan: Saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri,
mengatakan malas bergaul dengan orang lain, mengatakan tidak mau berbicara
dengan orang lain.
Data Obyektif:
 Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri atau ingin mengakhiri hidup.

7.2 Diagnosa Keperawatan


Gangguan konsep diri : harga diri rendah

7.3 Rencana Tindakan Keperawatan


Untuk Klien
Tujuan umum: Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Klien dapat menilai kemampun yang dimiliki
d. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya.
Untuk Keluarga
a. Mendiskusikan faktor – faktor yang melatar belakangi terjadinya isolasi sosial
b. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
c. Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
d. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap.

8. Strategi Pelaksanaan
SP pada Pasien SP pada Keluarga
SP I SP I
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi pasien : 1. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga
siapa yang serumah, siapa orang terdekat, dalam merawat pasien
yang tidak dekat, dan apa sebabnya. 2. Jelaskan pengertian isolasi social, tanda dan
2. Mendiskusikan dengan pasien tentang gejala serta proses terjadinya isolasi social
keuntungan punya teman dan bercakap – 3. Jelaskan cara merawat pasien dengan isolasi
cakap social
3. Mendiskusikan dengan pasien tentang 4. Latih dua cara merawat : cara berkenalan,
kerugian tidak punya teman dan tidak berbicara saat melakukan kegiatan harian
bercakap – cakap 5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan memberikan pujiaan saat besuk
berkenalan
SP 2 SP 2
1. Evaluasi kegiatan berkenalan (berapa orang, 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
serta beri pujian) merawat/melatih pasien berkenalan dan
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan berbicara saat melakukan kegiatan harian, beri
harian (latih 2 kegiatan) pujian
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan 2. Jelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat
berkenalan 2-3 orang pasien, perawat dan melibatkan pasien berbicara (makan, sholat
tamu, berbicara saat melakukan kegiatan harian bersama) di rumah
3. Latih cara membimbing pasien berbicara dan
memberi pujian
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal saat
besuk
SP 3 SP 3
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (berapa 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
orang) dan bicara saat melakukan kegiatan merawat/melatih pasien berkenalan dan
harian. Beri pujian berbicara saat melakukan kegiatan harian, beri
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan pujian
harian (2 kegiatan baru) 2. Jelaskan cara melatih melakukan termasuk
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan minum obat (discharge planning)
berkenalan 4-5 orang, berbicara saat 3. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
melakukan kegiatan harian
SP 4 SP 4
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicara 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
saat melakukan kegiatan harian, beri pujian merawat/melatih pasien berkenalan dan
2. Latih cara bicara social : meminta sesuatu, berbicara saat melakukan kegiatan harian/ RT,
menjawab pertanyaan berbelanja, beri pujian
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan 2. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh
berkenalan >5 orang, orang baru, berbicara saat dan rujukan.
melakukan kegiatan harian dan sosialisasi 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
kegiatan dan memberikan pujian
SP 5 - 12 SP 5 – 12
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicara 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
saat melakukan kegiatan harian dan sosialisasi. merawat/melatih pasien berkenalan, berbicara
Beri pujian saat melakukan kegiatan harian/ RT, berbelanja
2. Latih kegiatan harian dan kegiatan lain serta follow up, beri pujian
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri 2. Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
4. Nilai apakah isolasi sosial teratasi 3. Nilai kemampuan keluarga melakukan control ke
RSJ/PKM
Daftar Pustaka

Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor


Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa : Teori Dan Tindakan Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Depkes RI.
Iyus Yosep,2011. Keperawatan jiwa. PT Refika Adimata bandung

Banjarmasin, September 2020

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

( M. Anwari, Ns., M. Kep ) (Abdul Habib, S. Kep., Ns)

Anda mungkin juga menyukai