Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Wakaf merupakan salah satu ibadah kebendaan yang penting yang secara ekplisit
tidak memiliki rujukan dalam kitab suci Al-Quran. Oleh karena itu, ulama telah
melakukan identifikasi untuk mencari “induk kata” sebagai sandaran hukum. Hasil
identifikasi mereka juga akhirnya melahirkan ragam nomenklatur wakaf yang dijelaskan
pada bagian berikut.
Wakaf adalah institusi sosial Islami yang tidak memiliki rujukan yang eksplisit
dalam al-Quran dan sunah. Ulama berpendapat bahwa perintah wakaf merupakan bagian
dari perintah untuk melakukan al-khayr (secara harfiah berarti kebaikan).

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud Wakaf ?
b. Bagaimana dengan hukum Wakaf ?
c. Apa fungsi dan tujuan Wakaf ?
d. Apa sajakah dalil-dalil yang menjelaskan tentang Wakaf ?
e. Bagaimana tata cara dari pelaksanaan Wakaf ?

1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah dan Pengertian wakaf

a. Sejarah wakaf
b. Pengertian wakaf
c. Pendapat para ahli tentang wakaf

2.2 Jenis – jenis wakaf

a. Berdasarkan peruntukan
b. Berdasarkan jenis harta
c. Berdasarkan waktu
d. Berdasarkan penggunaan harta yang diwakafkan

2.3 Sasaran danTujuan Wakaf


2.4 Dasar – Dasar Syari’ah

a. Sumber hukum
b. Rukun dan ketentuan syari’ah
c. Unsur – unsur wakaf

2.5 Ketentuan bagi pengelola wakaf


2.6 Peraturan perundang undangan tentang pelaksanaan wakaf di Indonesia
2.7 Ketentuan pidana dan sanksi administrasi

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan dan saran
3.2 Lampiran
Pengertian Wakaf | Secara etimologis Wakaf berasal dari kata waqafa-yaqifu-waqfan yang
mempunyai arti menghentikan atau menahan. Secara terminologis para ulama telah
memberikan definisi wakaf, antara lain sebagai berikut :

Pengertian Wakaf Menurut Imam Nawawi adalah menahan harta yang dapat diambil


manfaatnya tetapi bukan untuk dirinyam sementara benda itu tetap ada padanya dan
digunakan manfaatnya untuk kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah.

Menurut Syaikh Umairah dan Ibnu Hajar al-Haitami, Pengertian Wakafialah menahan


harta yang bisa dimanfaatkan dengan menjaga keutuhan harta tersebut, dengan memutuskan
kepemilikan barang tersebut dari pemiliknya untuk hal yang dibolehkan.

Imam Syarkhasi mengemukakan pendapatnya mengenai Pengertian Wakaf yaitu menahan


harta dari jangkauan kepemilikan orang lain.

Pengertian Wakaf Menurut al-Mughni adalah menahan harta di bawah tanganpemiliknya,


disertai pemberian manfaat sebagai sedekah.
Menurut Ibnu Arafah, Pengertian Wakaf ialah memberikan manfaat sesuatu, pada batas
waktu keberadaannya, bersamaan tetapnya wakaf dalam kepemilikan si pemiliknya meski
hanya perkiraan.

Menurut Kompilasi Hukum Islam, Pengertian Wakaf merupakan perbuatan hukum


seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda
miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadah atau
keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran islam.

d. Hukum Wakaf
Secara asal menurut definisi wakaf yang telah lalu para ulama mengatakan
bahwa asal hukum wakaf adalah sunnah muakkad (dianjurkan), dengan dasar hadits-
hadits yang berkaitan dengan wakaf, seperti sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Apabila mati anak Adam, terputuslah amalannya kecuali tiga hal:
shadaqah jariyah, atau ilmu yang bisa dimanfaatkan (setelahnya), atau anak shalih
yang mendo’akan orang tuanya. (HR. Muslim kitab al-Wasiyat 3/1255, Tirmidzi dalam
bab fi al-Waqf, Abu Dawud 2/106, dan Ahmad dalam Musnad-nya 2/372)
Hadits di atas dalam lafazh “shadaqah jariyah” sifatnya umum mencakup segala
shadaqah yang manfaatnya terus berjalan seperti wakaf, wasiat, sedekah., dan
sebagainya. Adapun dalam masalah wakaf ada beberapa dalil yang berkaitan dengannya
secara khusus seperti hadits:
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata: Umar bin
Khaththab radhiyallahu ‘anhupernah mendapatkan (harta rampasan perang berupa) tanah
di negeri Khaibar kemudian Umar radhiyallahu ‘anhu, datang
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta pendapat beliau tentang harta
tersebut. Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya:
“Wahai Rasulullah sesungguhnya aku mendapatkan harta rampasan perang yang
belum pernah aku dapatkan yang lebih berharga daripada tanah di negeri Khaibar ini,
maka apa yang engkau perintahkan kepadaku dalam perkara ini?” Maka Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan: “Kalau engkau mau, engkau wakafkan tanah itu, dan
engkau sedekahkan (manfaat/kegunaan) tanah itu, sehingga tidak boleh dijual (tanah) itu,
tidak boleh dibeli (oleh orang lain), tidak boleh dihibahkan, dan tidak boleh diwariskan.”

Dengan dasar hadits-hadits di atas maka kita mengetahui bahwa hukum asal wakaf adalah
sunnah apabila dengan niat mencari pahala dari Alloh Ta’ala. Akan tetapi suatu ketika wakaf
hukumnya bisa berubah sesuai dengan niatnya, karena setiap amalan tergantung pada niatnya.

e. Syarat Wakaf

1. Syarat Wakaf harus ada Wakif

Dalam syarat wakaf harus ada wakif. Wakif adalah orang yang mewakafkan harta
benda miliknya. Wakif antara lain meliputi perseorangan, organisasi dan badan hukum.
Syarat perseorangan yaitu dewasa, berakal sehat dan juga tidak terhalang melakukan
perbuatan hukum dan pemilik sah harta benda wakaf.
Dalam syarat wakaf, wakif organisasi hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi
ketentuan organisasi untuk mewakafkan harta benda wakaf milik organisasi sesuai
dengan anggaran dasar organisasi yang bersangkutan.
Dalam syarat wakaf, wakif badan hukum hanya dapat melakukan wakaf apabila
memenuhi ketentuan badan hukum untuk mewakafkan harta benda wakaf milik badan
hukum sesuai dengan anggaran dasar badan hukum yang bersangkutan.
2. Syarat Wakaf harus ada Nadzir

Dalam syarat wakaf harus ada nadzir. Nadzir adalah orang yang diserahi tugas
pemiliharaan dan pengurusan benda wakaf. Nadzir meliputi perseorangan, organisasi dan
badan hukum.
Dalam syarat wakaf, perseorangan dapat menjadi nadzir apabila memenuhi
persyaratan :
- Warga negara Indonesia
- Beragama islam
- Dewasa
- Amanah
- Mampu secara jasmaniah dan rohani
- Tidak terhalang dalam melakukan perbuatan hukum.
Dalam syarat wakaf, Organisasi dapat menjadi nadzir apabila memenuhi
persyaratan :
- Pengurus organisasi yang bersangkutan dapat memenuhi persyaratan nadzir
perseorangan
- Organisasi yang bergerak di bidang sosial, kemasyarakatan, pendidikan dan keagamaan

Dalam syarat wakaf, Badan hukum hanya dapat menjadi nadzir apabila memenuhi
persyaratan :
- Pengurus badan hukum yang bersangkutan dapat memenuhi nadzir perseorangan.
- Badan hukum Indonesia yang dibentuk bedasarkan pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
- Badan hukum yang bersangkutan bergerak di dalam bidang sosial, pendidikan,
kemasyarakatan dan keagamaan.

Menurut Pasal 219, tata cara wakaf yaitu nadzir harus didaftar pada kantor Urusan
Agama Kecamatan setelah mendengar saran dari Camat dan Majelis Ulama Kecamatan
untuk mendapatkan pengesahan. Nadzir sebelum melaksanakan tugasnya, diharuskan
mengucapkan sumpah dihadapan kepada kantor Urusan Agama Kecamatan disaksikan
sekurang-kurangnya dua orang saksi dengan isi sumpah wakaf sebagai berikut : "Demi
Allah, Saya bersumpah diangkat untuk menjadi nadzir langsung atau tidak langsung
dengan nama atau dalih apa pun tidak memberikan atau menjanjikan ataupun
memberikan sesuatu kepada siapa pun juga. Saya bersumpah, untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatan ini tidak sekali-kali akan menerima langsung dari
siapapun juga suatu pemberian atau janji. Saya bersumpah, bahwa saya senantiasa
menjunjung tinggi tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepada saya selaku nadzir
dalam pengurusan harta wakaf sesuai maksud dan tujuannya."

3. Syarat Wakaf harus ada Harta Benda Wakaf

Syarat wakaf harus ada harta benda yang diwakafkan. Harta benda wakaf adalah
benda baik bergerak maupun tidak bergerak yang memiliki daya tahan yang tidak hanya
sekali pakai atau bernilai menurut ajaran islam. Harta benda wakaf diwakafkan apabila
dimiliki dan dikuasai oleh wakif secara sah. Harta benda wakaf terdiri atas benda
bergerak dan benda tidak bergerak.

4. Syarat Wakaf harus ada Ikrar Wakaf


Syarat wakaf harus ada ikrar wakaf. Ikrar wakaf adalah pernyataan kehendak dari
wakif untuk mewakafkan benda miliknya. Ikrar wakaf dilaksanakan oleh wakil kepada
nadzir di hadapan PPAIW (Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf) dengan disaksikan oelha
2 orang saksi, ikrar tersebut dinyatakan secara lisan dan atau tulisan serta diuangkan
dalam akta ikrar wakaf oleh PPAIW. Dalam hal wakif tidak dapat menyatakan ikrar
wakaf secara lisan atau tidak dapat hadir dalam pelaksanaan ikrar wakaf karena alasan
yang tidak dibenarkan oleh hukum, wakif dapat menunjuk kuasanya dengan surat kuasa
yang diperkuat oleh dua orang saksi.

5. Syarat Wakaf harus ada Peruntukan Harta Benda Wakaf

Syarat wakaf harus ada peruntukan harta benda wakaf. Dalam rangka mencapai fungsi
wakaf dan tujuan wakaf, harta benda wakaf hanya dapat diperuntukan bagi :
- Sarana ibadah
- Kegiatan dan prasarana pendidikan serta kesehatan
- Bantuan kepada anak terlantar, fakir miskin, yatim piatu dan beasiswa
- Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat
- Kemajuan dan juga kesejahteraan umum lainnya yang tidak
bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-undangan.

6. Syarat Wakaf harus ada Jangka Waktu Wakaf

wakaf harus ada jangka waktu wakaf. Pada umumnya para ulama berpendapat yang
diwakafkan zatnya harus kekal. Namun Imam Malik dan golongan syi'ah Imamiyah
menyatakan bahwa wakaf itu boleh dibatasi waktunya.

Golongan Hanafiyah mensyaratkan bahwa harta yang diwakafkan itu zatnya harus kekal
yang memungkinkan dapat dimanfaatkan terus-menerus.

f. Rukun Wakaf
Rukun Wakaf Ada empat rukun yang mesti dipenuhi dalam berwakaf:
• Pertama, orang yang berwakaf (al-waqif)
• Kedua, benda yang diwakafkan (al-mauquf).
• Ketiga, orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf ‘alaihi).
• Keempat, lafadz atau ikrar wakaf (sighah).:

Syarat Al-Waqif

Syarat-syarat orang yang berwakaf (al-waqif) Syarat-syarat al-waqif ada empat,


1. Pertama, orang yang berwakaf ini mestilah memiliki secara penuh harta itu, artinya dia
merdeka untuk mewakafkan harta itu kepada sesiapa yang ia kehendaki.
2. Kedua, dia mestilah orang yang berakal, tak sah wakaf orang bodoh, orang gila, atau orang
yang sedang mabuk.
3. Ketiga, dia mestilah baligh.
4. Keempat, dia mestilah orang yang mampu bertindak secara hukum (rasyid). Implikasinya
orang bodoh, orang yang sedang muflis dan orang lemah ingatan tidak sah mewakafkan
hartanya.

Syarat Al-Mauquf

Syarat-syarat harta yang diwakafkan (al-mauquf)


1. Pertama, Harta yang diwakafkan itu tidak sah dipindahmilikkan, kecuali apabila ia
memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan oleh ah; pertama barang yang diwakafkan
itu mestilah barang yang berharga
2. Kedua, harta yang diwakafkan itu mestilah diketahui kadarnya. Jadi apabila harta itu tidak
diketahui jumlahnya (majhul), maka pengalihan milik pada ketika itu tidak sah.
3. Ketiga, harta yang diwakafkan itu pasti dimiliki oleh orang yang berwakaf (wakif).
4. Keempat, harta itu mestilah berdiri sendiri, tidak melekat kepada harta lain (mufarrazan)
atau disebut juga dengan istilah (ghaira shai’).

Syarat Al-Mauquf Alaih

Syarat-syarat orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf alaih) Dari segi klasifikasinya
orang yang menerima wakaf ini ada dua macam,
Pertama, tertentu (mu’ayyan) dan tidak tertentu (ghaira mu’ayyan). Yang dimasudkan
dengan tertentu ialah, jelas orang yang menerima wakaf itu, apakah seorang, dua orang atau
satu kumpulan yang semuanya tertentu dan tidak boleh dirubah. Sedangkan yang tidak tentu
maksudnya tempat berwakaf itu tidak ditentukan secara terperinci, umpamanya seseorang
sesorang untuk orang fakir, miskin, tempat ibadah, dll.
Persyaratan bagi orang yang menerima wakaf tertentu ini (al-mawquf mu’ayyan) bahwa ia
mestilah orang yang boleh untuk memiliki harta (ahlan li al-tamlik), Maka orang muslim,
merdeka dan kafir zimmi yang memenuhi syarat ini boleh memiliki harta wakaf. Adapun
orang bodoh, hamba sahaya, dan orang gila tidak sah menerima wakaf. Syarat-syarat yang
berkaitan dengan ghaira mu’ayyan; pertama ialah bahwa yang akan menerima wakaf itu
mestilah dapat menjadikan wakaf itu untuk kebaikan yang dengannya dapat mendekatkan
diri kepada Allah. Dan wakaf ini hanya ditujukan untuk kepentingan Islam saja.

Syarat Shigah

Syarat-syarat Shigah Berkaitan dengan isi ucapan (sighah) perlu ada beberapa syarat.
1. Pertama, ucapan itu mestilah mengandungi kata-kata yang menunjukKan kekalnya
(ta’bid). Tidak sah wakaf kalau ucapan dengan batas waktu tertentu.
2. Kedua, ucapan itu dapat direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan atau
digantungkan kepada syarat tertentu.
3. Ketiga, ucapan itu bersifat pasti.
4. Keempat, ucapan itu tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan. Apabila semua
persyaratan diatas dapat terpenuhi maka penguasaan atas tanah wakaf bagi penerima wakaf
adalah sah. Pewakaf tidak dapat lagi menarik balik pemilikan harta itu telah berpindah
kepada Allah dan penguasaan harta tersebut adalah orang yang menerima wakaf secara
umum ia dianggap pemiliknya tapi bersifat ghaira tammah.
g. Tujuan dan Fungsi Wakaf

a. Tujuan Wakaf
Ada beberapa tujuan wakaf yang bermanfaat untuk kaum muslim dan agama Islam
yaitu :
- Memperbanyak harta untuk kemaslahatan umum dan khusus sehingga
menjadikan pebuatan manusia tidak terpotong pahalanya hingga
kematian datang.
- Pemberian wakaf itu merupakan sumber dari bersihnya hati yang tidak
dicampuri oleh keraguan-keraguan, karena hal itu merupakan bukti
danya kebaikan dan kedemawanan seseorang dengan rasa tulus dan
ikhlas.
- Memperluas semua jalan yang bersumber pada kecintaan orang yang
memberikan harta.

b. Fungsi Wakaf

Wakaf berfungsi untuk mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk
kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.

h. Dalil tentang Wakaf

(QS: Ali Imran Ayat: 92)

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan,
maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” Qs.3:92

(QS: Al-Hajj Ayat: 77)


“Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan
perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.”

Rasulullah saw bersabda :

"Sesungguhnya Umar r.a. mendapat sebidang tanah di Khaibar, lalu Umar bertanya
kepada Rasulullah : "Apakah yang dapat aku lakukan dengan tanah ini ya Rasul? jawab
beliay : "jika engkau suka, tahanlah tanah ini dan sedekahkan hasilnya. dengan petunjuk
beliau, Umar r.a. menyedekahkan manfaatnya dengan janji tidak akan menjual tanahnya,
tidak akan di hibahkan dan tidak di wariskan" (HR. Bukhari dan Muslim)
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Wakaf adalah menahan Sesuatu benda yang kekal zat nya, dan memungkinkan untuk diambil
manfaatnya guna diberikan dijalan kebaikan.

      Menurut Ulama Thohir bin Asyura, fungsi disyariatkannya Wakaf mengandung arti sebagai
berikut:

1. Pemberian harta wakaf itu merupakan sumber dari bersihnya hati yang tidak dicampuri
dengan keraguan-keraguan, karena hal itu merupakan bukti adanya kebaikan dan kedermawanan
yang dikeluarkan karena adanya rasa cinta tanpa adanya ganti sedikitpun. Dan berpengaruh pada
pemberian kemanfaatan dan pahala yang berlimpah-limpah.

2. Wakaf menjadikan harta tidak sia-sia kembali dan dapat memberikan arti pada hak-hak
ahli waris sebagaimana kebiasaan adat Jahiliyyah dan akan memberikan dampak sosial yang
lebih untuk perbaikan masyarakat. 

3. Harta benda yang diwakafkan dapat tetap terpelihara dan terjamin kelangsungannya.
Tidak perlu khawatir barangnya hilang atau pindah tangan, karena secara prinsip barang wakaf
tidak boleh ditassarufkan, apakah itu dalam bentuk menjual, dihibahkan atau diwariskan. 
Daftar Pustaka

http://www.ajiersa.com/2015/03/makalah-tentang-masalah-wakaf.html

http://www.rijalhabibulloh.com/2015/04/makalah-tentang-wakaf-fiqih.html

http://www.pengertianpakar.com/2015/01/pengertian-syarat-macam-macam-tujuan.html

http://badanwakafsirojulmunir.org/pengertian-wakaf/

http://genggaminternet.com/pengertian-wakaf-syarat-wakaf-tujuan-wakaf-dan-fungsi-wakaf/

http://www.harafimulki.com/2015/02/pengertian-wakaf-dan-ketentuan-ketentuannya.html

Anda mungkin juga menyukai