Gangguan Ginjal
Gangguan Ginjal
GANGGUAN GINJAL
GOLONGAN PRAKTIKUM X
DISUSUN OLEH :
1
DAFTAR ISI
JUDUL ……………………………………………………………………………….. 1
BAB I. PENDAHULUAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang memiliki fungsi utama untuk menyaring dan
membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari darah dan menjaga keseimbangan cairan serta
elektrolit (misalnya kalsium, natrium, dan kalium) dalam darah. Ginjal juga memproduksi
bentuk aktif dari vitamin D yang mengatur penyerapan kalsium dan fosfor dari makanan
sehingga membuat tulang menjadi kuat. Selain itu ginjal memproduksi hormon eritropoietin
yang merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah, serta renin yang
berfungsi mengatur volume darah dan tekanan darah.
Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan
fungsinya secara normal. Pada kondisi normal, pertama-tama darah akan masuk ke
glomerulus dan mengalami penyaringan melalui pembuluh darah halus yang disebut kapiler.
Di glomerulus, zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak terpakai dan beberapa yang masih
terpakai serta cairan akan melewati membran kapiler sedangkan sel darah merah, protein dan
zat-zat yang berukuran besar akan tetap tertahan di dalam darah. Filtrat (hasil penyaringan)
akan terkumpul di bagian ginjal yang disebut kapsula Bowman. Selanjutnya, filtrat akan
diproses di dalam tubulus ginjal. Di sini air dan zat-zat yang masih berguna yang terkandung
dalam filtrat akan diserap lagi dan akan terjadi penambahan zat-zat sampah metabolisme lain
ke dalam filtrat. Hasil akhir dari proses ini adalah urin (air seni).
Gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau
terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri . Penyakit gagal ginjal
lebih sering dialami mereka yang berusia dewasa , terlebih pada kaum lanjut usia. Secara
umum, gagal ginjal adalah penyakit akhir dari serangkaian penyakit yang menyerang traktus
urinarius. Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut (acute renal
failure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF). Pada gagal ginjal akut
terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau beberapa
minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan
kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis,
penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan.
3
Proses penurunan fungsi ginjal dapat berlangsung terus selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun sampai ginjal tidak dapat berfungsi sama sekali (end stage renal disease).
Gagal ginjal kronis dibagi menjadi lima stadium berdasarkan laju penyaringan (filtrasi)
glomerulus (Glomerular Filtration Rate = GFR) yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
GFR normal adalah 90 - 120 mL/min/1.73 m2.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
sejumlah besar renin , yang selanjutnya membentuk angiotensin II, dan seterusnya
terjadi vasokonstriksi dan hipertensi.
2.2. Mekanisme Gangguan Ginjal
Adanya cedera jaringan. Cedera sebagian jaringan ginjal tersebut menyebabkan
pengurangan massa ginjal, yang kemudian mengakibatkan terjadinya proses adaptasi
berupa hipertrofi pada jaringan ginjal normal yang masih tersisa dan hiperfiltrasi. Namun
proses adaptasi tersebut hanya berlangsung sementara, kemudian akan berubah menjadi
suatu proses maladaptasi berupa sclerosis nefron yang masih tersisa. Pada stadium dini
PGK, terjadi kehilangan daya cadang ginjal, pada keadaan dimana basal laju filtrasi
glomerulus (LFG) masih normal atau malah meningkat secara perlahan tapi pasti akan
terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif (Suwitra, 2014).
Pasien PGK dengan ureum darah kurang dari 150 mg/dL, biasanya tanpa
keluhan maupun gejala. Gambaran klinis akan terlihat nyata bila ureum darah lebih dari
200 mg/dL karena konsentrasi ureum darah merupakan indicator retensi sisa-sisa
metabolisme protein didalam tubuh. Uremia menyebabkan gangguan fungsi hampir
semua system organ seperti gangguan cairan dan elektrolit,metabolic-endokrin,
neuromuscular, Kardiovaskular dan paru, kulit, gastrointestinal, hematologi serta
imunologi. (Bargman JM dan Skorecki K, 2010).
Modifikasi faktor resiko PGK dilakukan pada hipertensi , obesitas morbid,
sindrom metabolik, hiperkolesterolemia, anemia dan rokok. Menurut KDIGO, PGK
tanda-tanda kegagalan ginjal ( serositis, gangguan keseimbangan asam basa atau
elektrolit) , kegagalan pengontrolan volume dan tekanan darah, gangguan status gizi yang
refrakterdan gangguan kognitif membutuhkan terapi hemodialisis. Pada penderita yang
sudah mencapai PGK derajat IV (eGFR < 30mL/menit/1,73 m 2) juga harus dimulai terapi
hemodialisis (KDIGO, 2012).
6
juga dapat membaik. Hemodialisis dapat mempengaruhi gambaran klinis penderita PGK,
berupa gejala mual muntah, anoreksia, anemia, pruritus, pigmentasi, kelainan psikis,
insomnia,hipertensi, maupun gejala lainnya (Sukandar, 2006).
7
BAB III
3.1. KESIMPULAN
3.1.1.
3.2.2.
3.3.3.
8
Daftar Pustaka
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Brunner& Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC
Suwitra K. Penyakit ginjal kronik. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata
M,Setiyohadi B, Syam AF (eds). Buku ajar Ilmu penyakit dalam jilid I. Edisi ke-6. Jakarta:
Interna Publishing,2014
Sukandar E. Nefrologi klinik edisi ke-3. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah bagian Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD/RS. Dr. Hasan Sadikin; 2006
Bargman JM, Skorecki K. Chronic kidney disease. Dalam: Jameson JL, Loscalzo J,
editor(penyunting). Harrison,s nephrology and acidbase disorders. Edisi ke-1. New York: The
MacGraw-Hill Companies; 2010