Anda di halaman 1dari 7

Konsep Dasar dan Mekanisme

Perpindahan Panas

A. Hubungan Antara Perpindahan Panas dan Termodinamika


Bila suatu sistem terdapat gradien temperatur atau bila dua benda yang berbeda
temperaturnya disinggungkan, maka akan terjadi perpindahan energi. Proses perpindahan
energi ini terjadi akibat adanya perbedaan temperatur antara kedua benda tersebut. Proses
pindahnya energi dari suatu benda ke benda lain disebut dengan perpindahan panas. Panas
(heat) dalam istilah lain disebut juga dengan bahang atau kalor.
Panas pada hakekatnya bukanlah energi. Tetapi panas adalah nama dari energi yang
berpindah melintasi batas sistem, dari sistem yang bertemperatur tinggi ke sistem yang
bertemperatur rendah. Proses pindahnya panas tersebut disebut dengan perpindahan panas
(heat transfer). Panas dalam ilmu termodinamika dilambangkan dengan huruf Q, sedangkan
satuan panas adalah Joule (J) dalam sistem SI dan British Thermal Unit (BTU) dalam sistem
satuan British.
Panas yang berpindah melewati batas sistem tidak dapat diukur atau diamati secara
langsung. Tidak seperti halnya dengan kerja (W), kerja bisa diukur dan diamati sebagai
proses dari perubahan volume atau jarak dari suatu sistem. Dalam proses perpindahan energi
sebagai panas, yang berubah pada sistem tersebut adalah energi dalam (internal energy,U)
dari sistem. Turun naiknya nilai energi dalam (U) sistem dipengaruhi oleh turun atau naiknya
temperatur dari sistem tersebut.
Ilmu lain yang mempelajari hubungan antara panas dan bentuk-bentuk energi lainnya
disebut termodinamika. Dalam hukum pertama termodinamika dinyatakan bahwa energi tak
dapat diciptakan dan tak dapat pula dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari suatu bentuk ke
bentuk lainnya. Hukum ini mengatur semua perubahan bentuk energi secara kuantitatif, tetapi
tidak membatasi arah perubahan bentuk tersebut. Maksudnya seakan-akan dalam hukum
pertama termodinamika, arah proses perubahan energi tidak terbatas, dan bisa dibalik.
Padahal kenyataannya tidak demikian, contohnya apabila suatu benda dijatuhkan dari
ketinggian tertentu, benda akan panas. Dalam hal ini terjadi proses perubahan energi
potensial menjadi energi panas. Jika proses perubahan energi bisa dibalik, apakah apabila
tiba-tiba benda tersebut didinginkan, lalu benda tersebut bisa meloncat ke atas? Jawabannya
tentu tidak.
Dalam hukum termodinamika kedua, dijelaskan bahwa semua proses perubahan
energi sangat ditentukan oleh arah proses. Tidak mungkin energi dalam bentuk panas
berpindah dari sistem bertemperatur rendah ke sistem bertemperatur lebih tinggi. Jadi jelas
bahwa semua proses perpindahan panas menyangkut perpindahan dan pengubahan energi.
Semua proses-proses ini harus mengikuti hukum pertama maupun hukum kedua
termodinamika. Dari uraian di atas, kita dapat memandang bahwa hukum-hukum
perpindahan panas dapat diturunkan dari hukum-hukum dasar termodinamika.

B. Konsep Dasar Perpindahan Panas


Apabila dua sistem atau benda terdapat gradien (perbedaan) temperatur, lalu dua
sistem atau benda tersebut disinggungkan, maka antara dua sistem tersebut akan terjadi
perpindahan energi. Proses terjadinya perpindahan energi tersebut disebut sebagai
perpindahan panas. Sedangkan energi yang pindah melewati batas sistem tersebut disebut
dengan panas (heat) dilambangkan dengan huruf Q. Panas tidak dapat diukur atau diamati
tetapi pengaruhnya dapat diamati dan diukur, melalui alat ukur temperatur. Semakin tinggi
temperatur suatu benda maka benda itu semakin panas, sebaliknya jika temperaturnya rendah
benda tersebut disebut dingin.

Benda A

T1=100oC Q Benda B

T=50 oC

Gambar 1. Dua benda A dan B yang berbeda temperatur disinggungkan,


makapanas pindah dari benda A ke benda B.

Ilmu perpindahan panas tidak hanya mampu menjelaskan bagaimana panas tersebut
bisa berpindah, tetapi juga meramalkan laju perpindahan panas dalam kondisi-kondisi
tertentu. Dalam ilmu perpindahan panas yang lebih ditekankan adalah bagaimana menghitung
laju perpindahan panas dari suatu benda ke benda lain dalam berbagai bentuk mekanisme
perpindahannya.

C. Mekanisme Perpindahan Panas


Suatu analisa teknik yang penuh arti akan menuntut jawaban kuantitatif. Untuk
melaksanakan analisa yang demikian itu terhadap persoalan perpindahan panas kita harus
menganalisis hukum-hukum fisik dan hubungan-hubungan yang mengatur berbagai
mekanisme perpindahan panas. Beberapa mekanisme perpindahan panas dalam modul ini
akan dijelaskan pada uraian berikut.
Mekanisme perpindahan panas secara umum dibedakan atas 3 cara yaitu: konduksi,
konveksi dan radiasi.

1. Perpindahan Panas Konduksi


Perpindahan panas konduksi adalah proses perpindahan panas yang terjadi dari
benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang bertemperatur rendah, melalui medium
benda padat atau zat cair yang diam. Dalam perpindahan panas konduksi ini, panas
dihantarkan oleh molekul-molekul zat padat atau zat cair yang diam. Dalam ilmu fisika,
yang berfungsi sebagai penghantar panas pada benda padat adalah ion-ion dari benda
padat yang bergerak bebas. Semakin banyak ionnya yang bergerak bebas, maka semakin
tinggi daya hantar panas dari benda tersebut. Hampir semua benda padat mempunyai
daya hantar panas yang berbeda. Gambar 1, memperlihatkan mekanisme perpindahan
panas secara konduksi. Dari gambar 1, terlihat bahwa panas tidak dibawa oleh molekul
dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi dihantarkan dari satu molekul ke molekul lain
hingga sampai ke suatu tujuan tertentu.
Dalam gambar 2, panas digambarkan sebagai bola hitam yang dihantarkan dari
satu molekul ke molekul lain hingga sampai ke tujuan. Hubungan dasar untuk
perpindahan panas dengan cara konduksi diusulkan oleh ilmuwan Perancis, J.B.J.Fourier
pada tahun 1882.

Gambar 2. Mekanisme perpindahan panas secara konduksi.


Besarnya laju perpindahan panas secara konduksi dalam kondisi stedi pada suatu
bahan dapat dihitung dengan persamaan:
(1)

Hubungan ini menyatakan bahwa Qk , laju aliran panas dengan cara konduksi
dalam suatu bahan, sama dengan hasil kali dari tiga buah besaran berikut:

*. k, kondukstivitas termal bahan


*. A, luas penampang dimana panas mengalir dengan cara konduksi, yang harus diukur
tegak lurus terhadap arah aliran perpindahan panas
*. dT/dx, gradien temperatur pada penampang tersebut, yaitu laju perubahan temperatur
T terhadap jarak dalam arah aliran panas x

Besarnya laju aliran panas secara konduksi dihitung dalam Joule per detik (J/dt)
atau Watt.
Untuk menuliskan persamaan konduksi panas dalam bentuk matematika, kita harus
membuat suatu perjanjian tentang tanda. Ditetapkan bahwa arah sumbu x positif,
merupakan arah aliran panas positif. Tanda (-) pada persamaan (1) di atas menunjukan
gradien temperatur negatif, berarti laju aliran panas akan bernilai positif.
Dalam sistem SI (Systeme Internasional d’Unites), satuan konduktivitas termal
bahan adalah watt per meter per satuan gradien temperatur dalam derajat celsius (Kelvin)
permeter (Watt/m.o C). Konduktivitas bahan teknik pada tekanan atmosfir begerak dari
sekitar 4x10-3 untuk gas, sekitar 1x10-1 untuk cairan dan 2,4 x 102 Btu/h.ft.F untuk
tembaga.

2. Kondukstivitas Thermal Bahan


Hampir semua benda yang dijumpai pemakaianya di dunia teknik, mempunyai daya
hantar panas (konduktivitas termal) yang berbeda. Apakah itu benda padat, cair dan gas
mempunyai daya hantar panas berbeda. Besarnya konduktivitas termal beberapa jenis bahan
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Nilai konduktivitas termal beberapa jenis bahan, k

Bahan Btu/h.ft.F W/m.K


Gas pada tekanan atmosfir 0,004 – 0,1 0,0069 – 0,17
Bahan isolasi 0,02 – 0,12 0,034 – 0,21
Cairan bukan logam 0,05 – 0,4 0,086 – 0,69
Zat padat bukan logam (batu, bata, 0,02 – 1,5 0,034 – 2,6
semen)
Logam cair 5,0 – 45 8,6 – 76
Paduan 8,0 – 70 14 – 120
Logam murni 30 – 240 52 – 410

Nilai konduktivitas termal bahan juga sangat dipengaruhi oleh temperatur. Gambar 3
memperlihatkan beberapa variasi hubungan kondukstivitas termal bahan yang dipengaruhi
oleh temperatur.

Gambar 3. Pengaruh temperatur terhadap konduktivitas termal bahan.

Perpindahan panas dilambangkan dengan q. Simbol q, merupakan laju perpindahan


panas persatuan luas penampang aliran panas. Satuan q adalah watt per satuan luas
penampang persegi (W/m2 ).
Thot

Tcool

dx

Sb X

Gambar 4. Sketsa mekanisme perpindahan panas konduksi pada sebuah pelat

a). Contoh Soal. A=5m2


1. Sebuah dinding bata dengan tebal 25
cm mempunyai konduktivitas termal
bahan 0,69 W/m.o C. Temperatur T1=20oC
dinding yang satu dijaga 20o C dan
Brick wall
yang lain 10o C. Hitunglah laju
k=0,69 W/m. oC
perindahan panas melalui dinding
tersebut. T2=10oC

Jawab:
Sebagai ilustrasi pada gambar disamping
X
soal, pada awal koordinat sumbu X
X1 =0 X2 =L=0,25m
ditempatkan permukaan panas di T1, 20o C.

Kemudian permukaan dingin pada T2 , 10o C di titik X2 =L=0,25m. Jika konduktivitas


thermal bahan pelat diketahui, kbh 0,69 W/m.o C dan luas permukaan dinding perpindahan
panas adalah 5 m2 maka laju perpindahan panas pada dinding arah sumbu x, adalah:

Qx = k.A. (T1 -T2 )/(X2 -X1 )


= 0,69 W/(m.o C) . 5 m2 . (20-10)o C/0,25m
= 138 Watt
= 0,138 kW
b). Soal-soal latihan:
1. Permukaan bagian dalam dari sebuah kaca jendela bertemperatur 20 o C dan bagian
terluar adalah -5o C. Ukuran kaca adalah 100 cm dan 50 cm dan tebal 1,5 cm. Jika
diketahui bahwa konduktivitas termal bahan adalah 0,78 W/(m. o C), maka hitunglah
panas yang hilang melalui kaca selama periode 2 jam.
2. Sebuah dapur panas terbuat dari bata tahan api. Temperatur permukaan dinding bagian
dalam, adalah 1500o C dan permukaan bagian luar 100o C. Tebal dinding adalah 15 cm,
dan konduktivitas termal bahan, kbrick = 1,0 W/m.o C. Hitunglah laju panas yang hilang
dari dapur panas tersebut ke udara lingkungan.
3. Sebuah dinding dari dapur pembakaran sebuah industri terbuat dari bata tahan api
setebal 0,15 m, dengan konduktivitas termal bahan 1,7 W/m.K. Temperatur dalam dan
luar dinding dapur panas adalah 1400 dan 1150 K. Hitunglah laju perpindahan panas
dinding jika diketahui lebar dinding, 3 m dan tinggi dinding, 0,5 m.

Anda mungkin juga menyukai