Anda di halaman 1dari 2

PATOFISIOLOGI

Penyakit ulkus peptikum adalah penyebab yang paling utama dari perdarahan
gastrointestinal bagian atas. Ulkus ini ditandai oleh rusaknya mukosa sampai mencapai mukosa
muskularis. Ulkus ini biasanya dikelilingi oleh sel-sel yang meradang yang akan menjadi
granulasi dan akhirnya jaringan parut.
Sekresi asam yang berlebihan adalah penting untuk pathogenesis penyakit ulkus.
Kerusakan kemampuan mukosa untuk mensekresi mucus sebagai pelindung juga telah diduga
sebagai penyebab terjadinya ulkus. Faktor-faktor risiko untuk terjadinya penyakit ulkus
peptikum yang telah dikenal, termasuk aspirin dan obat anti-inflamasi nonsteroid, keduanya
dapat mengakibatkan kerusakan mukosa. Merokok kretek juga berkaitan dengan penyakit ini dan
selain itu, sangat merusak penyembuhan luka. Riwayat keluarga yang berhubungan dengan ulkus
juga diketahui sebagai salah satu faktor risiko.
Ulkus akibat stress ditemukan pada pasien yang mengalami sakit kritis dan ditandai
dengan erosi mukosa. Lesi yang berkaitan dengan pasien yang mengalami trauma hebat secara
terus-menerus, pasien yang mengalami sepsis, luka bakar yang parah, penyakit pada system saraf
pusat dan kranial, dan pasien yang menggunakan dukungan ventilator untuk jangka lama.
Rentang abnormalitas adalah hemoragic pada permukaan yang kecil sampai ulserasi dalam
dengan hemoragic massif. Hipoperfusi mukosa lambung diduga sebagai mekanisme utama.
Penurunan perfusi diperkirakan memiliki andil dalam merusak sekresi mucus, penurunan pH
mukosa dan penurunan tingkat regenerasi sel mukosa. Semua faktor ini turut andil dalam
terjadinya ulkus.
Dalam gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan peningkatan
tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam submukosa esophagus
dan rectum serta pada dinding abdominal anterior untuk mengalihkan darah dari sirkulasi
splanknik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena tersebut
menjadi mengembang oleh darah dan membesar. Pembuluh yang berdilatasi ini disebut varises
dan dapat dipecah, mengakibatkan hemoragic gastrointestinal massif.
Hemoragic gastrointestinal bagian atas mengakibatkan kehilangan volume darah tiba-
tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan penurunan curah jantung. Jika perdarahan
menjadi berlebihan, maka akan mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespons
terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba
mempertahankan perfusi. Mekanisme ini menerangkan tanda-tanda dan gejala-gejala utama yang
terlihat pada pasien saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan, penurunan perfusi
jaringan mengakibatkan disfungsi selular. Sel-sel akan berubah menjadi metabolisme anaerobik,
dan terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh system
tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi system tersebut akan mengalami kegagalan
(Hudak, 2010).

Daftar Pustaka

https://id.scribd.com/doc/150466338/Askep-Perdarahan-Saluran-Pencernaan

Anda mungkin juga menyukai