ASKEP SEMINAR KEJANG DEMAM Test 2
ASKEP SEMINAR KEJANG DEMAM Test 2
Disusun Oleh :
BAB 1
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Suhu tubuh relative konstan. Hal ini di perlukan untuk sel-sel tubuh agar dapat
berfungsi secara efektif. Normlny suhu tubuh berkisaran 36,5-37,5 0 C. suhu tubuh
dapatdiartikan sebagai keseimbangan antara panas yang di produki dengan panas
yang hilang dari tubuh. Kulit merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk
memelihara suhu tubuh agar tetap normal dengan mekanisme tertentu.
Panas di produksi tubuh melalu proses metabolism, aktivitas otot, dan skresi
kelenjar. Produksi panas meningkat atau menurun dipengaruhi oleh suatu sebab.
Misalnya karena penyakit ataupun stress. Suhu tubuh terlalu ekstrim, baik panas atau
dingin yang ekstrim depat menyebabkan kematian. Oleh karena itu perawat perlu
membantu klien apabila mekanisme homeostatis tubuh, untuk mengontrol suhu
tubuhnya, tidak mampu mennggulanginya peubahan suhu tubuh tersbut secara
efektif.
Secara fisiologi suhu tubuh merupakan perbedaan antara jumlah panas yang
dihasilkan tubuh dengan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Panas yang
dihasilkan – panas yang hilang = suhu tubu. Nilai suhu tubuh ditentukan oleh lokasi
pengukuran (oral, rectal, aksila, membrane timpani, arteri temporalis, esophagus,
arteri pulmonal, atau kandung kemih). Anda akan mempelajari kisaran suhu pada
klien individual di lahan praktik. Tidak ada satu nilai suhu tubuh tunggal yang
normal bagi semua orang. Pengaturan suhu tubuh bertujuan memperoleh nilai suhu
jaringan dalam pada tubuh. Lokasi yang mewakili suhu ini merupakan indictor yang
lebih terpercaya di bandingkan lokasi yang mewakili suhu permukaan.
b. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasin dengan
hipertermi
2. Tujuan Khuus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien
hipertermi
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
hipertermi
c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien
hiprtermi
d. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien
hipertermi
c. Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulisan dalam laporan studi kasus ini adalah metode
deskriptif melalui pendktan proses keperawatan engan cara teknik pengumpulan data
seperti wawancara, pemeriksan fisik, kolaborsi dengan tim keshatan yang lain serta
data dari catatan medic klien. Setelah itu data diolah dan dianalisa untuk selanjutnya
dirumuskan masalah sehingga bisa di intervensi dan di evaluasi.
d. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap isi dan maksud dari
laporan kasus ini, maka penulisannyadibuat secara sistematis dibagi menjadi 5 bab,
yaitu :
Bab I Pendahuluan
Bab IV Pembahasan
Untuk mendapat gambarab yang lebih jelas maka kesenjangan yang terjadi
akan diuraikan dalam setiap tahapan proses keperawatan sebagai berikut.
A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian hamper semua data pada konsep ditentukan pada
kasus. Sehingga semua diagnose keperawatan di teori hanya 1 diagnosa
keperawatan yang ditemukn dikasus antara lain hiprtermi.
Dalam melakukan pengkajian untuk menapatkan data-data yang maksimal
untuk kasus ini, perawat tidak mendapat hmbatan karena keluarga dan
pasien sangat koperatif dengan perawat sehingga pengambilan data
berjalan dengan lancar.
B. Perencanaan
Pada perencanaan diawali dengan memprioritaskan masalah keperawatan
berdasarkn 14 kebutuhan dasar manusia menurut Abraham maslow.
Dimana prioritas masalah konsep tori dan kasus sudah sesuai dalam kasus.
C. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah tahapan ketiga dlam proses keperawatan dimana dalam
pelaksanaan pada perencana tindakan seharusnya dapat dilaksanakan.
Memberikan kompres hangat .
Untuk rencana tindakan yang lain juga dapat dilaksanakan karena didukung
oleh situasi dan kondisi, respon pasien, respon pasien yang kooperatif serta
kerjasama yang baik dari tim ruangan, sehingga dalam pelakanaannya tidak
menmukan hambatan yang brarti.
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan akhir dari proseskeperawatan untuk memiliki
pencapaian tujuan. Evaluasi Ny. EI dengan hipertermi.
Bab V Penutup
A. Kesimpulan
Dari laporan yang kami buat dapat ditarik kesimpulan bahwa hipertermi
Hipertermi merupakan keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami kenaikan suhu tubuh <37,8°C (100°F) per oral atau 38,8°C
(101°F) per rektal yang sifatnya menetap karena faktor eksternal (Lynda
Juall, 2012).
B. Saran
Bagi pembaca diharapkan bisa bermanfaat dalam hal mengenai hipertermi.
Bagi penulis diharapkan bisa mencari sumber yang lebih luas dan mudah
dimengerti.
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan
fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga
mengakibatkan renjatan berupa kejang.
B. ETIOLOGI
Menurut Mansjoer, dkk (2000: 434) Lumban Tobing (1995: 18-19) dan Whaley
and Wong (1995: 1929)
Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul
pada suhu yang tinggi.
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau
enselofati toksik sepintas.
Menurut staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1985: 50), faktor presipitasi
kejang demam: cenderung timbul 24 jam pertama pada waktu sakit demam atau
dimana demam mendadak tinggi karena infeksi pernafasan bagian atas. Demam
lebih sering disebabkan oleh virus daripada bakterial.
C. PATOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel/organ otak diperlukan energi
yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yaitu glukosa
sifat proses ini adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke
otak melalui sestem kardiovaskuler.
Dari uraian di atas, diketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang
melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel yang dikelilingi oleh
membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu
ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh
ion kalium (K+) dan sangat sulit oleh natrium (Na+) dan elektrolit lainnya kecuali ion
klorida (Cl-). Akibatnya konentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan ion Na+ rendah,
sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena keadaan tersebut,
maka terjadi perbedaan potensial membran yang disebut potesial membran dari
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan
bantuan enzim Na - K Atp – ase yang terdapat pada permukaan sel.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh
tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan
suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam
waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik. Ini
demikian besarnya sehingga meluas dengan seluruh sel dan membran sel sekitarnya
dengan bantuan bahan yang tersebut ”neurotransmitter” dan terjadi kejang.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu
38o C dan anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40o C
atau lebih, kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai apnea.
Meningkatnya kebutuhan O2 dan untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung yang tidak teratur dan makin meningkatnya
suhu tubuh karena tingginya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme
otek meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul
oedema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak (Hasan dan Alatas,
1985: 847 dan Ngastiyah, 1997: 229)
D. PATHWAY ANAK KEJANG
di ruang ekstraseluler
Proses demam
ATP ASE
Pengobatan perawatan
Prognosis/pengobatan 15 menit
Inefektif
E. MANIFESTASI KLINIK
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
a) Tanda-tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh;
umumnya gerakan setiap kejang sama.
b) Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi
pupil.
a. Kejang absens
c) Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi
penuh
b. Kejang mioklonik
b) Sering terlihat pada orang sehat selama tidur tetapi bila patologik
berupa kedutan kedutan sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
c) Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
a) Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada
otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari
1 menit
d. Kejang atonik
F. KOMPLIKASI
1. Aspirasi
2. Asfiksia
3. Retardasi mental
5. Uji laboratorium
c. Panel elektrolit
e. AGD
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang,
ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua
dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2
masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui
intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat
diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
2. Pengobatan penunjang
c.Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila
perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
3. Pengobatan rumat
a.Profilaksis intermiten
I. KLASIFIKASI
yaitu kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum. Adapun pedoman
untuk mendiagnosa kejang demam sederhana dapat diketahui melalui criteria
Livingstone, yaitu :
2. Kejang kompleks
Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari ketujuh criteria
Livingstone. Menurut Mansyur ( 2000: 434) biasanya dari kejang kompleks
diandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal atau multiple (
lebih dari 1 kali dalam 24jam). Di sini anak sebelumnya dapat mempunyai
kelainan neurology atau riwayat kejang dalam atau tanpa kejang dalam riwayat
keluarga.
J. PENCEGAHAN
1. Pencegahan berulang
b. Penkes tentang
3) Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya pada saat
mulai demam dan jangan menunggu sampai meningkat
A. PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kejang demam menurut Greenberg
(1980 : 122 – 128)
1. Riwayat Keperawatan
2. Pengkajian fisik
a. Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba hangat
d. Adanya kejang
4. Pengetahuan keluarga
Pengkajian neurologik :
b. Pernapasan
c.Denyut jantung
d. Tekanan darah
e.Tekanan nadi
c.Bentuk Umum
3. Reaksi pupil
a.Ukuran
c.Kesamaan respon
4. Tingkat kesadaran
b. Iritabilitas
5. Afek
a.Alam perasaan
b. Labilitas
6. Aktivitas kejang
a.Jenis
b. Lamanya
7. Fungsi sensoris
8. Refleks
b. Reflek patologi
9. Kemampuan intelektual
b. Kemampuan membaca
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Doengoes, dkk (1999 : 876), Angram (1999 : 629 – 630) dan carpenito
(2000 : 132), diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan kejang demam
4 = adekuat
5 = sangat adekuat
DX 2 : Hipertermi b.d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
b. monit
or tingkat orientasi
d. monit
or GCS
D. EVALUASI
1. Betz, Cecily L & Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Jakarta: EGC.
4. Arjatmo T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : Gaya Baru
BAB III
ASKEP KASUS
A. Pengkajian.
1. Biodata.
a. Identitas klien : An. A
Pendidikan :-
Agama : Hindu
No register : 1964XX
b. Identitas orang tua
1. ayah
Nama : Tn.P
Umur : -
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan klien : Ayah kandung
2. ibu
Nama : Ny.I
Umur : -
Pendidikan :-
Pekerjaan : -
Agama : Hindu
Hubungan dengan klien : Ibu kandung
Alasan dirawat.
a. Keluhan Utama.
b. Riwayat Penyakit Sekarang.
Klien datang dengan keluhan demam tinggi dan disertai kejang sebanyak 6 kali, diikuti
suhu tubuh yang tinggi kurang lebih 1,5 jam, setelah kejang klien minta BAB, BAB cair
berampas, dibawa ke rumah sakit RSUD Curup ke UGD dalam keadaan lemah.
- IVFD D5 ¼ NS 24 tpm
- Paracetamol 3x ½
- Diazepam 3x1 mg
Menurut keterangan keluarga klien belum pernah menderita penyakit
obat turun panas dari Puskesmas atau dokter praktek terdekat.
Riwayat anak
-Riwayat Alergi.
Anak tidak punya riwayat alergi.
-Riwayat Tumbuh Kembang.
Klien hanya bisa miring kanan dan kri pada umur 4 bualn
-Riwayat Kehamilan dan Persalinan.
1) Prenatal.
Selama hamil ibu tak pernah menderita penyakit yang berarti
selama hamil ibu memeriksakan kehamilan ke bidan terdekat danselama mendapa
t suntikan TT
2) Natal.
Klien dilahirkan di rumah sakit dengan SC pada umur kehamilan 9 bulan dengan
berat badan lahir 330 gr, panjang 48 cm.
3) Pos natal.
Pada waktu lahir keadaan tubuh normal, tidak ada kelainan.
4) Riwayat imunisasi.
Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah mendapatkan imunisasi
antara lain: BCG, DPT, I, II , Hepatitis, B, I ,II,
dan Polio I,II,III
Riwayat Penyakit Keluarga.
Riwayat
3. Pola Kebiasaan
a. Bernafas :
Ibu Pasien mengatakan sebelum pegkajian dan saat penkajian pasien tidak
mengalami masalah saat bernafas, tidak ada batuk dan dada berdebar
c. eliminasi.
e. Istirahat dan tidur.
Sebelum dirawat di Rumah Sakit ibu klien mengatakan biasa tidur siang dan
malam,Selama dirawat di Rumah Sakit ibu klien mengatakanfrekuensi tidur pasi-
en tidak mengalami perubahan
f. Kebersihan diri
h. Rasa Nyaman
Sebelum dan saat pengkajian, ibu pasien mengatakan merasa aman karena ia
selalu menemani anaknya di bantu dengan suaminya, ibu pasien mengatakan
bed sudah aman dan terpasang pengaman
i. Data sosial
Hubungan dengan keluarga, perawat, maupun orang lain tidak ada masalah baik
selama dirawat dirumah sakit, orang yang paling dekat adalah ibunya
e. Pola persepsi sensasi dan kognitif.
Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan, pendengaran
f. Pola hubungan dengan orang lain.
Hubungan dengan keluarga, perawat, maupun orang lain tidak ada masalah baik
selama dirawat dirumah sakit, orang yang paling dekat adalah ibunya
g. Pola mekanisme koping.
h. Pola nilai keperawatan dan keyakinan.
i. Pola Persepsi.
Harapan klien dan ibu klien semoga anaknya cepat sembuh agar cepat
pulang ke rumah
4. Pemeriksaan Fisik.
Keluhan Utama : Lemah
Kesadaran : Composmetis
TTV :N : 116 kali/menit
:RR : 37x/menit
:Suhu : 380C
:BB : 8 kg
:TB : 60 cm.
Kepala : Mesochepal.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
Hidung : Tidak ada polip, tidak ada napas cuping hidung
Telinga : Telinga tidak kotor, tidak ada serumen
pendengaran baik.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
nyeri tekan.
Dada : Simetris, sterin fremitus kanan : kiri, konfigurasi
normal, bunyi tidak ada gallop.
Abdomen : Datar, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada pembesaran hepar.
Kulit : Sawo matang, kulit bersih, kuku pendek,
Genetalia : Tidak terkaji
5. Data Penunjang.
Gula darah
- BS Sewaktu : 97 mg/dl
DL
- WBC : 8,70
- RBC : 5,08
- HGB : 12,3
- HCT : 36
B. ANALISA DATA
DO:
DO:
C. DIAGNOSA KEPEREWATAN
1 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi atau infl
amasi.
Ditandai dengan:
DS:
DO:
2 Resiko terjadi kerusakan sel otak berhubungan dengan k
ejang.
Ditandai dengan:
DS:
DO:
Ditandai dengan:
DS:
DO:
D. INTRVENSI KEPERAWATAN
D
ia
g
n
o
s
a
pada ibu klien untukmemberi kompres Mengetahui
sebagai penanganan ketidak
pertama bila suhu seimbangan
tubuh anaknya tubuh.
tidak normal. 5.Untuk menurunkan su
hu tubuh.
6.Untuk menurunkan su
hu tubuh
3.Untuk fasilitasi usaha
bernafas
atau ekspansi
dada
4.Mencatat
Keadaan
posiktal dan
waktu
penyembuhan
pada keadaan
normal.
5..Dapat
Menurunkan
Hipoksia
Serebral
sebagai akibat dari
sirkulasi yang menuru
n atau oksigen
sekunder
terhadap pasmevaskule
r
dipertahankan daAnak diistirahatkan. Mengkaji
lambatas normal,
5.Kolaborasi dengan kesadaran klien.
tidak
pemerian cairan 3.Menetukan
terjadi mencret d
alamkonsistensi kehiangan dan
parenteral.
normal.
Pemberian obat anti kebutuhan
Dengan kriteria
hasil: Diare. 4.Meningkatkan
-membran sirkulasi.
mukosa lembab
5.Meningkatkan
-turgor elastis
konsumsi yang
-berat badan
lebih.
tidak
menunjukkan 6.Mencegah diare
penurunan berlanjut
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tangg N IMPLEMENTASI PA
al/jam O RA
D F
X
02/06/ 1 1.mengkaji tanda dan gejala adanya peningkatan
2014
Suhu Tubuh dan penyebabnya.
Jam
20.00 R/suhu tubuh 38,2C
1 2.meonitor TTV, suhu tiap 6 jam sekali
5.menganjurkan untuk memakai pakaian tipis
1 dan menyerap keringat
Jam
06.00 R/anak tampak nyaman
6. menyaran kan tindakan keperawatan kom
pres air hangat dan
Jam 1
20.10 pada ibu klien untuk memberi kompres
sebagai penanganan pertama bila suhu tubuhanaknya tidak normal.
Jam 7.mengatur kepala dan beri bantal yang empuk, beri
20.15
posisi yang nyaman
2
R/anak tampak nyaman
melonggarkan pakaian pada daerah leher atau
2dada dan abdomen.
2 kesadaran
2 11.mengkolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Jam R/
20.00 2 12.Mengkaji frekuensi defekasi, karakteristik
Jumlah dan factor pencetus.
3 R/
13.Mengkaji TTV.
Jam R/temp:38,2C, rr:37x/mnt, n:116x/mnt
21.00
3 14.Mengkaji status hidrasi, mata, turgor kulit dan
membran mukosa.
Jam
04.00 3 R/ mata agak cekung, membran mukosa kering
15.Anak diistirahatkan.
3 parenteral.
R/
Jam
17.Pemberian obat anti diare.
02.00 3 R/lacto B
Jam
20.30
3
Jam
21.30
Jam
20.35
Jam
21.00
05/06/ 1 1.mengkaji tanda dan gejala adanya peningkatan
2014
Suhu Tubuh.
Jam
14.00 R/suhu tubuh 36,0C
2.meonitor TTV, suhu tiap 6 jam sekali
Jam dan menyerap keringat
18.00
R/anak tampak nyaman
Jam
14.40
F. EVALUASI
Tanggal/jam No dx evaluasi paraf
03/06/2014 1
S: Ibu klien mengatakan anak masih panas.
O: Suhu 370C, klien sudah tampak tenang.
A: masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
2 S: Ibu klien mengatakan anaknya tidak
Mengalami kejang lagi.
O: Tidak ada tanda-tanda kejang suplai
Oksigen mencukupi, peredaran darah
lancar.
A: Masalah teratasi sebagian.
3 S: Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak
BAB terus dan sudah tidak muntah.
O: BAB 2x sehari dengan konsistensi lembek
Tidak berampas, turgor kulit elastis,
Membran mukosa lembab, minum banyak.
A: Masalah teratasi.
P: intervensi dihentikan
04/06/2014 1 S: Ibu klien mengatakan anak masih panas.
O: Suhu 36,80C, klien sudah tampak tenang.
A: masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
2 S: Ibu klien mengatakan anaknya tidak
Mengalami kejang lagi.
O: Tidak ada tanda-tanda kejang suplai
Oksigen mencukupi, peredaran darah
lancar.
A: Masalah teratasi.
P: intervensi dihentikan.
05/06/2014 1 S: Ibu klien mengatakan anak tidak panas lagi
O: Suhu 360C, klien sudah tampak tenang.
A: masalah teratasi.
P: intervensi dihentikan