Anda di halaman 1dari 7

21

AKUATIK-Jurnal Sumberdaya Perairan Volume 1 . April 2007 . Edisi 1 ISSN 1978 - 1652

ANALISA USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) dan LELE DUMBO (Clarias gariepinus) HASIL
SUBTITUSI PELET DENGAN USUS AYAM Di KOLONG BEKAS PENAMBANGAN TIMAH
Aquaculture analisys of Patin ( Pangasius pangasius) and Dumbo catfish (Clarias gariepinus) substitute result the formulated
meals (pellets) with chicken guts, in Kolong (the lakes of tin mining activity)

ENDANG BIDAYANI Abstract

Patin (Pangasius pangasius) and Dumbo catfish (Clarias gariepinus) is being semi intensively cultured on floating net; in the
lakes of tin mining activity called Kolong; by farmers in Bacang village, subdistrict of Bukit Intan, Pangkalpinang regency.
This spesies is best suited for culture in kolong because of their well adapted of environmental change; even in a size-limited
ponds; for growing normally. Kolong should be the decades in one age. Feeding Patin ( Pangasius pangasius) and Dumbo
catfish (Clarias gariepinus) cultured with this method should more profitable if we substitute the formulated meals (pellets)
with chicken guts, as the alternative feed. The main differences would be on their variabel cost, profit value, Break Event
Point (BEP), Return of Invesment (ROI) and Benefit Cost Ratio (B/C)

Keywords : Pangasius pangasius, Clarias gariepinus, pellets, kolong


Daerah
yang memiliki jumlah kolong paling banyak adalah
PENDAHULUAN Kecamatan Belinyu yakni sebanyak 125 kolong dengan
luas 202,05 ha. Sedangkan daerah yang memiliki kolong
Latar Belakang. Ikan patin (Pangasius pangasius) dan terluas adalah Kecamatan Koba yakni 1.453,48 ha, dengan
lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu jumlah kolong sebanyak 45 buah.
jenis ikan ekonomis yang cukup digemari masyarakat.
Untuk memenuhi tingginya permintaan pasar, saat ini ikan Tabel 1. Potensi Kolong Bekas Galian Tambang Timah di Pulau
patin telah dibudidayakan di kolam-kolam, karamba Bangka
No Kecamatan Jumlah Luas (ha) Wilayah Kuasa Penambangan
maupun jaring apung. 1 Sungailiat 83 134,11 PT Tambang Timah
Ikan patin dan lele termasuk jenis ikan liar yang 2 Belinyu 125 202,05 PT Tambang Timah
mudah beradaptasi terhadap perubahan lingkungan, dan 3 Mentok 31 59,45 PT Tambang Timah
4 Jebus 75 23,38 PT Tambang Timah
tumbuh normal dalam kolam terbatas. Ikan patin dan lele 5 Pangkalpinang 88 110,01 PT Tambang Timah
mudah menyesuaikan diri dengan perairan tenang maupun 6 Sungaiselan 69 407,48 PT Tambang Timah
mengalir. Ikan patin dan lele juga termasuk golongan ikan 7 Koba 45 1.453,4 PT Koba Tin
air tawar yang tidak banyak menuntut persyaratan air 8 Toboali 49 63,78 PT Tambang Timah
9 Tempilang 35,25 PT Tambang Timah
sebagai media hidupnya. Ikan ini mampu bertahan hidup Jumlah 2.488,91
pada perairan yang kondisinya sangat jelek. Selain itu, ikan
patin dan lele termasuk pemakan segala (omnivora). Sumber : PT Tambang Timah dan PT Koba Tin (2000)
Ikan patin dan lele yang dibudidayakan secara
intensif, mampu memakan semua pakan yang diberikan. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terletak pada
Ikan ini sangat lahap menelan pakan buatan berupa pelet 105o – 108o BT dan 03o30” LS, memiliki luas wilayah
atau pakan jenis lainnya seperti cincangan ikan rucah, 81.582 Km2 terdiri dari wilayah daratan 16.281 Km 2 yang
bekicot, bangkai ternak (unggas) atau sisa buangan/usus meliputi dua pulau besar dan 251 buah pulau-pulau kecil
ayam. (Djarijah AS, 2001) dengan panjang pantai 1.200 Km, dan perairan laut seluas
Berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki ikan patin dan 65.301 Km2.
lele tersebut, maka petani ikan di Desa Baciang Kecamatan Berdasarkan Profil Peluang Investasi dan Potensi
Bukit Intan Kota Pangkalpinang membudidayakan ikan Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Bangka
jenis ini di dalam jala apung di kolong – kolong (genangan Belitung tahun 2003, perkiraan potensi sumberdaya
air menyerupai danau kecil (situ) bekas galian tambang perikanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai
timah) yang sudah berumur puluhan tahun, dengan masa 1.850.000 ton/tahun dengan nilai ekonomis Rp 19,6
pemeliharaan berkisar dua hingga delapan bulan. trilyun/tahun, terdiri dari perikanan tangkap sebesar
Untuk menekan biaya pakan guna mendapatkan 499.100 ton/tahun dengan nilai ekonomis Rp 2.497,5
keuntungan yang lebih banyak dari usaha budidaya ini, milyar/tahun dan perikanan budidaya sebesar 1.316.000/th
maka petani di Desa Baciang, mengganti pakan ikan yang dengan nilai ekonomi mencapai Rp 17.160 milyar/tahun.
berupa pelet, dengan pakan jenis lainnya yakni cincangan Dari potensi yang ada, pemanfaatan untuk budidaya
usus ayam yang harganya jauh lebih murah. Usus ayam ini laut sekitar 6,2 ha atau 0,005 % dari luas potensi yang ada.
dikumpulkan dari para pedagang daging ayam di Pasar Untuk budidaya air payau/tambak baru mencapai 250 ha
Pembangunan Pangkalpinang. atau sekitar 0,103 % dan untuk budidaya air tawar yang
Dari data Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan termanfaatkan baru sekitar 33 ha atau 2,0 % dari luas
Perikanan Provinsi Bangka Belitung tahun 2002, Pulau potensial (Tabel 1.2). Produksi yang dicapai dari
Bangka memiliki sebanyak 589 buah kolong bekas galian pemanfaatan yang ada baru sebesar 120,5 ton dengan nilai
tambang dengan luas 2.488,91 ha (Tabel 1). ekonomi hanya sebesar Rp 5,11 milyar/tahun.
AKUATIK- ANALISA USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) dan LELE DUMBO (Clarias gariepinus) HASIL SUBTITUSI 22
PELET DENGAN USUS AYAM Di KOLONG BEKAS PENAMBANGAN TIMAH
Aquaculture analisys of Patin ( Pangasius pangasius) and Dumbo catfish (Clarias gariepinus) substitute result the formulated meals (pellets)
with chicken guts, in Kolong (the lakes of tin mining activity)

Berdasarkan kondisi pemanfaatan dan potensi yang dan kelautan di Propinsi Bangka Belitung sangat besar.
ada, maka peluang dan peningkatan ekonomi perikanan Selengkapnya uraian di atas disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Ragam dan Perbandingan Kegiatan Pengamatan. Penelitian dilaksanakan di lokasi budidaya
Budidaya Berdasarkan Potensi Lahan serta Produksi ikan patin dan lele dengan sistem jaring apung di kolong
dan Nilai Desa Baciang Kecamatan Bukit Intan Kota
Produksinya tahun 2003 Provinsi Bangka Belitung
Pangkalpinang. Usaha budidaya ikan patin ini diusahakan
Budidaya Pemanfaatan Potensi Pemanfaatan Produksi Nilai
(ha) (ha) (%) (ton) (juta Rp.) di kolong berumur diatas 10 tahun seluas hampir dua
Laut 6,2 120.000 0,005 15,5 542,500 hektar. Penelitian dilakukan dengan cara observasi yang
Payau 258,0 250.000 0,130 90,0 4.500.000 meliputi kegiatan pengukuran dan wawancara.
Tawar 33,0 1.602 2,000 15,0 67.500 Jumlah Pengukuran ini dimaksudkan untuk memperoleh data
297,2 371.602 120,5 5.110.000
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bangka
dari fisik kolong meliputi, luas kolong, aksesibilitas, dan
Belitung, 2000 kedalaman kolong rata-rata. Pengukuran fisik kolong
dilakukan dengan pita ukur.
Semakin membaiknya pangsa pasar ikan patin dan Kegiatan wawancara dimaksudkan untuk mengetahui
lele belakangan ini, membuat para petani masih besarnya biaya selama kegiatan budidaya ikan patin dan
kewalahan memenuhi permintaan. Untuk itu, dengan lele, serta penyebab penurunan jumlah rumah tangga,
banyaknya kolong yang tersebar di Pulau Bangka, dan jumlah petani ikan dan penurunan luas usaha budidaya
belum dimanfaatkan secara optimal, memungkinkan dengan sistem jaring apung di Provinsi Kepulauan Bangka
usaha ini berkembang. Belitung, masa pemakaian jaring sebagai media budidaya
Rumusan Masalah. Pemeliharaan ikan patin dan lele ikan patin, perbedaan masa pemeliharaan patin bila
dumbo yang dilakukan dengan sistem jaring apung diberikan pakan berupa pelet dan cincangan usus ayam dan
dengan memanfaatkan kolong di Desa Baciang keuntungan adanya subtitusi pakan dari pelet dengan usus
Kecamatan Bukit Intan Kota Pangkalpinang, dan ayam.
memanfaatkan usus ayam sebagai makanan pokok bagi Beberapa hal yang perlu dikaji untuk mengetahui
ikan, saat ini sangat menguntungkan. Selain menghemat penyebab penurunan jumlah rumah tangga, jumlah petani
biaya pakan, ikan patin dan lele juga dapat tumbuh ikan dan penurunan luas usaha budidaya dengan sistem
dengan baik karena usus ayam mengandung zat-zat jarring apung ini meliputi, kondisi sosial ekonomi
penting yang dibutuhkan bagi perkembangan ikan, masyarakat di sekitar kolong, pemanfaatan kolong
terutama kandungan proteinnya yang sangat tinggi. berdasarkan keinginan masyarakat, kondisi sosial ekonomi
Penelitian ini akan mengkaji seberapa besar keuntungan masyarakat di sekitar kolong, manfaat kolong saat ini dan
adanya subtitusi pakan pelet dengan cincangan usus kepadatan penduduk disekitar kolong.
ayam, nilai break event point (BEP), Return of Invesment Analisa Data. Dengan mengetahui kondisi sosial ekonomi
(ROI) dan Benefit Cost Ratio (B/C). Tujuan dan masyarakat di sekitar kolong, maka akan diketahui kondisi
Kontribusi Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk dan kualitas sumberdaya manusia atau masyarakat di
menganalisa besarnya keuntungan hasil subtitusi pakan sekitar kolong. Data lain yang dibutuhkan adalah data
pelet dengan usus ayam, nilai break event point (BEP), sekunder hasil penelitian PT Timah dan berbagai instansi
Return of Investment (ROI) dan Benefit Cost Ratio (B/C), terkait.
pada usaha budidaya ikan patin dan lele dumbo di jaring Dari data fisik kolong dan kondisi sosial ekonomi
terapung pada kolong bekas galian tambang timah di masyarakat di sekitar kolong, kemudian dilakukan analisis
Pulau Bangka. Hasil penelitian ini diharapkan dapat untuk mengidentifikasi kelayakan kolong sebagai usaha
bermanfaat bagi kemajuan dunia perikanan di Provinsi budidaya ikan patin. Metode analisis yang digunakan
Kepulauan Bangka Belitung, khususnya dari sektor berupa analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.
perikanan budidaya air tawar dengan sistem jaring apung. Metode analisis kuantitatif akan disajikan berdasarkan
Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan bisa tabulasi, sedangkan metode analisis kualitatif dimaksudkan
membantu meningkatkan pendapatan masyarakat, dan untuk lebih menjelaskan hasil dari metode kuantitatif.
terpenuhinya kebutuhan gizi, khususnya protein hewani Metode analisis data yang digunakan adalah analisis usaha.
yang banyak terkandung dalam daging ikan. Analisis usaha yang digunakan untuk mengetahui
Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat menjadi kelayakan usaha budidaya adalah :
bahan masukan untuk mengembangkan usaha budidaya 1). Keuntungan
ikan dengan mengoptimalkan pemanfaatan kolong. Keuntungan merupakan pendapatan bersih setelah
Sedangkan bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi dikurangi biaya-biaya produksi. Keuntungan
dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut. didapatkan dari penerimaan dikurangi total biaya
produksi.
METODE Penentuan Lokasi Penelitian ¶ = TR-(FC + VC)
Keterangan :
dan Parameter
¶ = Keuntungan
TR = Total Penerimaan FC =
Fixed Cost (Biaya Tetap)
Volume 1 . April 2007 . Edisi 1
AKUATIK- ANALISA USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) dan LELE DUMBO (Clarias gariepinus) HASIL SUBTITUSI 23
PELET DENGAN USUS AYAM Di KOLONG BEKAS PENAMBANGAN TIMAH
Aquaculture analisys of Patin ( Pangasius pangasius) and Dumbo catfish (Clarias gariepinus) substitute result the formulated meals (pellets)
with chicken guts, in Kolong (the lakes of tin mining activity)

VC = Variable Cost (Biaya Variabel) tiga bulan, September-November 2006. Penelitian ini
terbagi atas tiga tahap, yakni persiapan, pelaksanaan dan
Untuk memperoleh keuntungan yang besar, dapat penyusunan laporan. Pada tahap pertama dilakukan
dilakukan dengan cara menekan biaya produksi atau pembahasan proposal, survey lokasi penelitian dan seminar
menekan harga jual. Namun, yang biasa dipakai oleh pra penelitian untuk mendapatkan masukan dari civitas
perusahaan yaitu dengan cara menekan biaya produksi. akademika dan mahasiswa. Tahap kedua merupakan tahap
Biaya produksi merupakan biaya yang harus pelaksanaan penelitian yang meliputi pengukuran untuk
dikeluarkan untuk membudidayakan ikan, dari memperoleh data fisik kolong dan wawancara untuk
persiapan sampai panen. Sedangkan biaya tetap mengetahui kondisi sosial ekonomi petani. Pada tahap
merupakan biaya yang penggunaannya tidak habis terakhir dilakukan analisa data, penulisan laporan
dalam satu masa produksi. (Rahardi, F dkk, 2000). penelitian, dan seminar hasil penelitian.
2). Break Event Point (BEP)
Break Event Point merupakan suatu nilai dimana hasil HASIL
penjualan produksi sama dengan biaya produksi, atau
pengeluaran sama dengan pendapatan. Dengan Keadaan Umum Lokasi Penelitian. Kelurahan Bacang
demikian, pengusaha mengalami impas, tidak untung Kecamatan Bukit Intan Kota Pangkalpinang, di sebelah
dan tidak rugi. Perhitungan BEP ini digunakan untuk utara berbatasan dengan Desa Airanyir, di sebelah selatan
menentukan batas minimum volume penjualan agar Desa Dul, di sebelah Barat Kelurahan Semabung Lama
suatu perusahaan tidak rugi. Selain itu, BEP dapat dan sebelah timur Desa Airitam. Luas wilayah Kelurahan
dipakai untuk merencanakan tingkat keuntungan yang Bacang adalah 1.425 ha, dengan ketinggian tanah dari
dikehendaki dan sebagai pedoman dalam permukaan laut 17 meter.
mengendalikan operasi yang sedang berjalan. (Rahardi Berdasarkan data dari kantor Kelurahan Bacang tahun
F, dkk, 2000). 2005, jumlah penduduk di kelurahan ini sebanyak 5.534
BEP dapat dihitung dengan persamaan berikut : orang, terdiri dari laki-laki sebanyak 2.761 orang dan
BEP = Biaya tetap/ investasi perempuan 2.773 orang. Menurut tingkat pendidikan,
Biaya variable mayoritas penduduk Kelurahan Bacang tamat SMA, yakni
1 - Penjualan sebanyak 329 orang. Sisanya terdiri dari lulusan SMP
3). Return of Invesment (ROI) sebanyak 125 orang, D3 sebanyak 34 orang, S1 sebanyak
Return of Invesment merupakan nilai keuntungan 24 orang dan S2 sebanyak 7 orang.
yang diperoleh pengusaha dari setiap jumlah uang Mata pencaharian penduduk Bacang mayoritas buruh,
yang diinvestasikan dalam periode waktu tertentu. yakni sebanyak 303 orang. Selebihnya PNS, karyawan
Dengan analisis ROI, perusahaan dapat mengukur swasta, wiraswasta dan lain-lain. Data selengkapnya tersaji
sampai seberapa besar kemampuannya dalam pada Tabel 3 berikut.
mengembalikan modal yang telah ditanamnya. Pada
umumnya, besar kecilnya nilai ROI ditentukan oleh : Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
- Kemampuan pengusaha dalam mengasilkan laba. Jenis Pekerjaan Jumlah
(orang )
- Kemampuan pengusaha dalam mengembalikan PNS, ABRI, Polisi, BUMN, BUMD 101
modal, dan Karyawan swasta 275
- Penggunaan modal dari luar untuk memperbesar Wiraswasta 131
perusahaan. Pertukangan 20 Buruh(harian/pabrik/tani) 303 Petani
(peternakan/kebun/tambak/keramba/buah/sayur dll) 271
Besarnya ROI, dapat diperoleh dengan rumus berikut : Nelayan 8 Jasa (angkutan/bengkel/salon/penjahit dll) 48
ROI = Laba Usaha Pensiunan 20
Modal Usaha Sumber : Kelurahan Baciang Tahun 2005
4). Benefit Cost Ratio (B/C)
Perhitungan ini lebih ditekankan pada kriteria-kriteria Keadaan topografi Kelurahan Bacang terdiri dari
investasi yang pengukurannya diarahkan pada usaha rawa-rawa/kolong sebanyak 30 % atau seluas 399 ha,
untuk memperbandingkan, mengukur, selebihnya merupakan dataran-bukit dengan komposisi
serta menghitung tingkat keuntungan usaha bangunan 597 ha, perkebunan 153 ha, ladang/tanah huma
perikanan. Dengan B/C ini, bisa dilihat kelayakan 110 ha, lahan tidur 40 ha, tambak 10 ha, kolam 1 ha, tanah
suatu usaha. Bila nilainya 1, berarti gambut 62 ha, belukar 5 ha, hutan lindung 7 ha, lapangan
usaha tersebut belum mendapatkan keuntungan, olah raga 6 ha, jalur hijau 9 ha, kuburan 2 ha, sarana ibadah
sehingga perlu pembenahan. Semakin 2 ha dan lain-lain (tanah tandus/pasir) 2 ha.
kecil rasio ini, semakin besar kemungkinan perusahaan Di Kelurahan ini terdapat tujuh buah kolong yakni,
menderita kerugian. Rumus B/C sebagai berikut : B/C Kolong PDAM, Kolong Tambang Karya 3, tiga buah
= Hasil Penjualan Kolong Paritenam, Kolong Ijo dan Kolong Kenong.
Modal Produksi Penelitian ini mengambil tempat di salah satu kolong yang
ada, yakni Kolong Ijo. Luas kolong keseluruhan di lokasi
Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini memilih penelitian ini adalah 2,5 ha, namun yang dimanfaatkan,
tempat di Desa Baciang Kecamatan Bukit Intan Kota baru sekitar 75 x 60 m². Selebihnya, kolong masih
Pangkalpinang. Penelitian ini membutuhkan waktu selama
Volume 1 . April 2007 . Edisi 1
AKUATIK- ANALISA USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) dan LELE DUMBO (Clarias gariepinus) HASIL SUBTITUSI 24
PELET DENGAN USUS AYAM Di KOLONG BEKAS PENAMBANGAN TIMAH
Aquaculture analisys of Patin ( Pangasius pangasius) and Dumbo catfish (Clarias gariepinus) substitute result the formulated meals (pellets)
with chicken guts, in Kolong (the lakes of tin mining activity)

ditumbuhi semak belukar berupa pohon rumbia dan untuk bernaung saat mencacah usus ayam sebagai
rumput-rumput liar. pakan ikan, dan tempat menyimpan perlengkapan
Kedalaman kolong ini bervariasi. Jika musim budidaya lainnya. Selain itu, saung berukuran sekitar 4
penghujan, kedalaman kolong bisa mencapai 4 meter. x 4 m² ini juga dapat berfungsi sebagai tempat
Sedangkan pada musim kemarau, kedalaman kolong akan peristirahatan dan rumah jaga. Letaknya yang
menyusut sekitar 1 hingga 2 meter. Dari hasil wawancara berdekatan dengan jaring apung, juga memudahkan
dengan pemilik usaha budidaya ini, diketahui bahwa pendistribusian pakan ke kantong-kantong jaring
kolong yang terletak di pekarangan belakang rumah ini pemeliharaan ikan.
sudah berusia ratusan tahun. 3) Peralatan Lainnya
Berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi dan Peralatan lain, seperti gunting, meteran dan coban
Geofisika Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka (alat pengganti jarum), digunakan untuk merajut atau
Belitung beriklim tropis tipe A dengan variasi curah hujan menyambung jaring. Petani juga menyediakan scop
antara 63,9 hingga 592,9 mm setiap bulan. Bagian utara net yang berfungsi untuk mengambil sisa pakan yang
dipengaruhi angin muson barat, sedangkan di bagian mengambang, bangkai ikan yang mati maupun kotoran
selatan dipengaruhi angin muson tenggara yang datang dari lainnya.
Laut Jawa.
Suhu udara menunjukkan variasi antara 25,8 hingga Pemeliharaan Patin dan Lele. Pemeliharaan ikan patin
27,5 derajat Celcius. Intensitas penyinaran matahari dilakukan di kantong jaring terapung dengan ukuran 7 x 7
bervariasi, yakni berkisar 14,6 % hingga 55,9 %. Tekanan x 3 m³ sebanyak lima unit, dan ikan lele dipelihara dalam
udara sebesar 1008,7 MBS hingga 1010,8 MBS. kantong jaring berukuran 2 x 4 x 1,8 m³ yang berjumlah
Kelembapan udara cukup tinggi. Kelembapan udara sebanyak 23 unit, di kolong seluas 2,5 ha yang sudah
tertinggi terjadi pada bulan Desember dan Januari, yakni berusia ratusan tahun. Masa pemeliharaan patin berkisar
sebesar 88 %, dan terendah pada bulan Juli, yakni 79 %. antara 7 hingga 8 bulan. Sedangkan lele, dipelihara sekitar
Fasilitas Produksi. Fasilitas produksi merupakan salah 2,5 bulan.
satu faktor utama yang harus ada dalam usaha budidaya Padat penebaran ikan patin adalah 5.000 ekor/ jaring,
ikan patin. Fasilitas produksi digunakan untuk mendukung sedangkan padat penebaran lele adalah 800 ekor/ jaring.
proses produksi. Fasilitas utama yang digunakan dalam Pada bulan pertama, ikan diberikan pakan berupa pelet
usaha budidaya ikan patin lokal dan lele dumbo ini adalah nomor satu sebanyak tiga kali sehari. Selama satu bulan,
jaring apung sebagai tempat pemeliharaan ikan, saung patin membutuhkan sebanyak 30 kg pelet, dan lele
sebagai tempat mencacah usus ayam dan peralatan membutuhkan sebanyak 10 kg pelet. Dilanjutkan dengan
produksi lainnya. pemberian pakan berupa pelet nomor 2. Selama 1,5 bulan,
1) Jaring Apung patin membutuhkan 45 kg pelet. Sedangkan lele,
Pembesaran ikan patin jenis lokal dilakukan membutuhkan 30 kg selama 0,5 bulan.
dalam kantong jaring apung di kolong bekas galian Memanfaatkan sifat patin dan lele yang pemakan
tambang timah, dengan luas masing-masing kantong segala, maka setelah ikan cukup dewasa, pakan pelet
yakni 7 x 7 m² dengan kedalaman tiga meter. Jaring digantikan dengan cincangan usus ayam yang diberikan
yang digunakan adalah jaring polietilen nomor 240 D/ satu kali sehari, hingga menunggu masa panen. Masa
12 dengan mata jaring 1 inci atau 2,5 cm. Di lokasi pemeliharaan selama tujuh bulan, maka dibutuhkan usus
penelitian ini terdapat sebanyak lima unit jaring apung ayam sebanyak 450 kg. Sedangkan lele, membutuhkan
berukuran 7 x 7 m² sebagai tempat pembesaran ikan usus ayam sebanyak 115 kg.
patin. Dukungan akses pasar dan sarana dan prasarana
Sedangkan pembesaran ikan lele, dilakukan dalam transportasi yang memadai, membuat petani ikan tidak
kantong jaring berukuran 2 x 4 m² dengan kedalaman kesulitan memasarkan komoditas ini. Pembeli biasanya
1,8 meter. Jumlah kantong jaring berukuran 2 x 4 m² datang ke lokasi. Bahkan tak jarang, pada hari-hari libur,
sebanyak 23 unit. tempat ini banyak dikunjungi orang untuk sekadar
Bahan pelampung untuk rakit adalah drum plastik menyalurkan hobi memancing. Sehingga, selain berfungsi
berkapasitas 200 liter yang dipasang pada setiap sudut sebagai tempat usaha budidaya ikan, lokasi ini juga cocok
rakit. Dibutuhkan sebanyak 14 drum untuk membuat sebagai tempat rekreasi yang murah meriah.
lima kantong jarring pembesaran patin dan 48 drum Analisa Usaha. Analisa usaha dalam bidang perikanan
untuk pembuatan kantong pemeliharaan lele. merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui
Pemilihan drum plastik ini, karena lebih awet tingkat keberhasilan yang telah dicapai selama usaha
dibandingkan drum kaleng. Sedangkan untuk menahan perikanan itu berlangsung. Dengan analisis usaha ini,
rakit agar tidak hanyut, maka digunakan kayu cerucuk pengusaha dapat membuat perhitungan dan menentukan
yang ditancapkan ke dasar perairan. Dibutuhkan tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan
sebanyak 35 cerucuk untuk masingmasing kantong keuntungan dalam perusahaannya.
jaring.. 1) Biaya Investasi
2) Saung (Rumah Panggung dari Papan di Areal Biaya investasi merupakan modal yang harus
Budidaya) dikeluarkan untuk budidaya ikan patin dan lele di
Di tengah areal budidaya terdapat saung yang jaring terapung. Biaya investasi pada usaha budidaya
terbuat dari papan beratap daun rumbia sebagai tempat ikan patin dan lele di jaring terapung di Kelurahan
Volume 1 . April 2007 . Edisi 1
AKUATIK- ANALISA USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) dan LELE DUMBO (Clarias gariepinus) HASIL SUBTITUSI 25
PELET DENGAN USUS AYAM Di KOLONG BEKAS PENAMBANGAN TIMAH
Aquaculture analisys of Patin ( Pangasius pangasius) and Dumbo catfish (Clarias gariepinus) substitute result the formulated meals (pellets)
with chicken guts, in Kolong (the lakes of tin mining activity)

Bacang, terdiri dari pembukaan kolong, pembelian biaya variable Rp 9.577.500,00.


kantong jaring, drum plastik, bambu, kayu cerucuk, Sedangkan untuk total biaya budidaya
tali, upah tenaga kerja, pembuatan saung dan patin adalah Rp 23.113.488,00. Jadi total
penyediaan peralatan pendukung lainnya, seperti biaya produksi pada usaha ini adalah : Rp
ember dan pisau. Total biaya investasi pada usaha ini 33.949.988,00.
adalah Rp 32.751.000,00. 5) Penerimaan
2) Biaya Tetap Penerimaan pada usaha budidaya ikan
Biaya tetap merupakan biaya patin dan lele di jaring terapung ini didapat
yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa dari hasil penjualan hasil panen ikan patin
produksi. Biaya tetap pada usaha budidaya ikan di dan lele dengan cara pembeli datang
jaring terapung ini terdiri dari biaya penyusutan langsung kepada pengusaha ikan. Selama
investasi kantong jaring, drum plastik, bambu, kayu 2,5 bulan masa pemeliharaan lele,
cerucuk, tali, saung, ember dan pisau, yakni sebesar 20 diperoleh hasil Return of Investment
% per tahun. Total biaya tetap pada usaha ini adalah (ROI)
Rp 6.043.200,00/tahun atau sebesar Dari data analisis usaha budidaya ikan, diperoleh nilai
Rp 1.259.000,00/siklus usaha budidaya lele, dan ROI sebesar 0,83, yang berarti bahwa dari Rp

sebanyak 800 ekor atau 100 kg lele/ jaring, dengan = 2,52


harga jual sebesar Rp 16.000/ kg, atau senilai 10) Analisa Usaha Budidaya Ikan dengan Pakan Pelet Rp
1.600.000,00/ panen/ jaring. Jika terdapat 23 Jika budidaya ikan lele dan patin tersebut jaring, maka total penerimaan dari
panen lele adalah menggunakan pakan berupa pelet nomor dua seharga
Rp 36.800.000,00/ siklus produksi.
Rp 4.000/ kg hingga masa panen, bukan usus ayam,
Sedangkan patin, selama masa pemeliharaan 7 maka analisa usaha pada usaha tersebut adalah bulan, diperoleh hasil
sekitar 750 kg/ jaring, dengan sebagai berikut : harga jual Rp 13.000/ kg, atau senilai Rp 9.750.000/ a). Biaya variable
panen/ jaring. Jika terdapat 5 jaring, maka total Biaya variable pada usaha budidaya patin adalah penerimaan dari
panen patin adalah Rp 27.475.000,00 dan budidaya lele sebesar
Rp 3.513.488,00/siklus usaha budidaya patin. 100,00 modal yang diinvestasikan, akan
3) Biaya Variabel menghasilkan keuntungan sebesar Rp 83 %. Berikut data
Biaya variable adalah biaya yang habis dalam satu penghitungan ROI.
kali produksi, terdiri dari pembelian benih ikan patin
dan lele yang berukuran 2 inch, pakan berupa pelet ROI = Laba
nomor satu yang diberikan selama satu bulan, pelet Modal Usaha
nomor dua yang diberikan selama satu bulan, dan usus ROI = Rp 51.600.012,00
ayam hingga masa panen. Untuk patin, masa 8) Rp 32.751.000,00 + Rp 29.177.500,00
pemeliharan berkisar antara 7 bulan, sedangkan lele = 0,83
selama 2,5 bulan. Biaya variabel pada usaha budidaya
ikan di jaring terapung di Kelurahan Bacang selama
satu kali proses produksi adalah Rp 29.177.500,00, B/C Ratio
yakni terdiri dari biaya variable budidaya patin sebesar Nilai B/C ratio pada usaha budidaya ikan di jaring
Rp 19.600.000,00 dan biaya variable budidaya lele terapung dengan pakan usus ayam adalah 2,52. Nilai
sebesar Rp 9.577.500,00 . tersebut berarti dengan modal Rp 33.949.988,00 diperoleh
hasil penjualan sebesar 2,52 kali.
4) Total Biaya
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat sebagai
Total biaya adalah semua biaya yang dikeluarkan
berikut:
pada saat produksi, terdiri dari biaya tetap dan biaya
variable. Total biaya pada usaha budidaya ikan lele di
jaring terapung dengan pakan usus ayam ini sebesar 9) B/C = Hasil penjualan patin dan lele
Rp 10.836.500,00, terdiri dari biaya tetap Total biaya produksi patin + lele
sebesar Rp 1.259.000,00 dan = Rp 48.750.000,00 + Rp 36.800.000,00
(Rp 23.113.488,00 + Rp 10.836.500,00)
Rp 48.750.000,00/ siklus produksi. adalah Rp 25.963.500,00/ siklus. Total keuntungan/laba
6) Keuntungan dari usaha budidaya tersebut adalah Rp 51.600.012,00.
Keuntungan pada usaha budidaya ikan di 7) Break Event Point (BEP)
jaring terapung dengan pakan usus ayam selama BEP merupakan analisis yang menunjukkan
satu siklus produksi, diperoleh dari total hubungan antara investasi dan volume produksi atau
penerimaan dikurangi dengan total biaya. Pada penjualan untuk mendapatkan suatu tingkat
usaha budidaya patin, didapatkan keuntungan provitabilitas. (Muslich, 1997). Pada usaha budidaya
sebesar Rp 25.636.512,00/ siklus produksi. Rp 9.980.000,00.
Sedangkan keuntungan dari hasil budidaya lele
Volume 1 . April 2007 . Edisi 1
AKUATIK- ANALISA USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) dan LELE DUMBO (Clarias gariepinus) HASIL SUBTITUSI 26
PELET DENGAN USUS AYAM Di KOLONG BEKAS PENAMBANGAN TIMAH
Aquaculture analisys of Patin ( Pangasius pangasius) and Dumbo catfish (Clarias gariepinus) substitute result the formulated meals (pellets)
with chicken guts, in Kolong (the lakes of tin mining activity)

b). Total biaya Berdasarkan data diatas, maka dapat dijelaskan bahwa
Total biaya pada usaha budidaya patin terdiri dari terdapat perbedaan jumlah biaya, keuntungan, nilai ROI,
biaya tetap sebesar Rp 19.600.000,00 ditambah BEP dan B/C ratio yang cukup besar. Usaha budidaya ikan
biaya variable Rp 27.475.000,00, atau sebesar lele dan patin di kantong jaring apung ini lebih
Rp 47.075.000,00. Sedangkan total biaya budidaya menguntungkan bila pakan diberikan secara subtitusi dari
lele sebesar Rp 11.239.000,00. pelet ke usus ayam. Perbedaan utama terletak pada biaya
c). Keuntungan variabel, nilai keuntungan, BEP, ROI dan B/C ratio.
Keuntungan pada usaha budidaya patin adalah DAFTAR PUSTAKA
penerimaan sebesar Rp 48.750.000,00 dikurangi
total biaya Rp 47.075.000,00, atau sebesar Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Bangka
Rp 1.675.000,00. Sedangkan keuntungan dari Belitung. 2006. Buku Tahunan Statistik Perikanan
usaha budidaya lele adalah Rp 25.561.000,00. Budidaya Tingkat Provinsi Bangka Belitung Tahun

1. Terdapat selisih keuntungan cukup besar dari hasil Aksara. Jakarta.


budidaya ikan patin dan lele dengan pakan pelet yang Najiyati Sri, 1999, Memelihara Lele Dumbo di Kolam digantikan
ikan ususlele,
ayam,didapatkan
yakni sebesar nilai BEP sebesarTaman, Penebar Swadaya, Jakarta.
Rp 1.701.351,35. Dari perhitungan tersebut, berarti BEP = Rp 19.600.000,00 bahwa
dengan pendapatan dari penjualan ikan lele 1- Rp 27.475.000,00 Rp
1.701.351,35, petani tidak akan mendapatkan laba Rp 48.750.000,00 dan
tidak menderita kerugian. Sedangkan pada usaha = Rp ,00 budidaya
patin, diperoleh nilai BEP sebesar
Rp. 5.855.813,33, yang berarti dengan pendapatan Sedangkan nilai budidaya lele adalah
tersebut, petani tidak mendapatkan keuntungan dan Rp 1.724.657,00, yang didapat dari : menderita kerugian.
BEP = Rp 19.600.000,00
1 - Rp 9.980.000,00
Rp 36.800.000,00
= Rp 1.724.657,00
d). Break Event Point (BEP) 2005.
Nilai BEP untuk usaha budidaya patin adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Bangka
Rp 7.985.200,00, yang didapat dari : Belitung. 2003. Profil Peluang Investasi dan Potensi
e). Return of Invesment (ROI) Sumberdaya Perikanan Provinsi Bangka Belitung
Nilai ROI untuk usaha budidaya patin sebesar Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Bangka
0,03. Sedangkan nilai ROI usaha budidaya Belitung. 2002. Laporan Akhir Studi Identifikasi
lele adalah 0,6. Potensi dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
ROI = Rp 1.675.000,00 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Rp 60.226.000,00 Djarijah AS. 2001. Budidaya Ikan Patin. Kanisius.
= 0,6 Yogyakarta
ROI = Rp 25.561.000,00 DKP Kabupaten Bangka. 2001. Laporan Akhir Profil
Rp 42.731.000,00 Perikanan dan Kelautan. IPB.
= 0,03 Khairuman, dkk. 2002. Budidaya Patin Secara Intensif.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
PEMBAHASAN Muslich. 1997. Manajemen Kuangan Modern. PT Bumi

Rp 16.474.500,00. Patin Lele Patin Lele


2. Selisih biaya variabel sebesar Rp 8.277.500,00.
Biaya investasi (Rp) 32.751.000 32.751.000
3. Selisih nilai BEP sebesar Rp 2.308.483,34. Biaya variabel (Rp) 19.600.000 9.577.500 27.475.000 9.980.000
4. Selisih nilai ROI sebesar 0,27 5. Selisih nilai B/C Biaya tetap (Rp) 2.096.700 4.321.500 2.096.700 4.321.500
Ratio sebesar 0,5 kali. Keuntungan (Rp) BEP (Rp) 3.494.500
27.053.300 22.901.0005.612.337,66
19.178.300 5.241.750
14.301.500
6. 6.173.571
ROI 0,81 0,54
Data perbandingan biaya, keuntungan, BEP, ROI dan B/C ratio 2,23 1,73
B/C Ratio pada usaha budidaya ikan patin dan lele
selengkapnya, dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:
UCAPAN TERIMA KASIH
Tabel 4. Perbandingan Nilai Biaya, Keuntungan, BEP, ROI dan
B/C Ratio pada usaha budidaya ikan patin dan lele hasil Puji syukur kepada Allah SWT penulis haturkan atas
subtitusi pelet dengan usus ayam nikmat dan karunia-Nya, sehingga laporan penelitian ini
Jenis Usus ayam Pelet dapat terselesaikan dengan baik. Penulis

Volume 1 . April 2007 . Edisi 1


AKUATIK- ANALISA USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) dan LELE DUMBO (Clarias gariepinus) HASIL SUBTITUSI 27
PELET DENGAN USUS AYAM Di KOLONG BEKAS PENAMBANGAN TIMAH
Aquaculture analisys of Patin ( Pangasius pangasius) and Dumbo catfish (Clarias gariepinus) substitute result the formulated meals (pellets)
with chicken guts, in Kolong (the lakes of tin mining activity)

juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang


telah membantu terselesaikannya penelitian ini :
1. Ibunda Masrotin dan ayahanda Ahmad Sukoto
tercinta, serta suamiku dan adindaku tersayang Ervina
atas support dan doa-doanya.
2. Pak Kadir dan Pak Zakaria sekeluarga, atas data-data
dan kesediaanya membantu penulis selama di
lapangan.
3. Serta pihak-pihak lain, atas kritik dan sarannya

PT Timah tbk. 1997. Laporan Akhir Studi Kemanfaatan


Lahan Kolong Pasca Penambangan Timah Dalam
Kerangka Pembangunan Masyarakat di Pulau
Bangka.
PT Timah tbk. 2000. Laporan Akhir Identifikasi Kolong
Pasca Penambangan Timah di Wilayah Bangka
Belitung.
Rochdianto A, 2002, Budidaya Ikan di Jaring Terapung,
Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutanto dan Amri. 1999. Budidaya Ikan Patin. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Suyanto R, 1999, Pembenihan dan Pembesaran Lele.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Wiharja H. 2002. Aspek Pemasaran Benih Ikan Nila
Merah di BBI Sentral. Bogor. Fakultas Perikanan
dan Kelautan. IPB.

Volume 1 . April 2007 . Edisi 1

Anda mungkin juga menyukai