Anda di halaman 1dari 13

Pengaruh Protokol New Normal Terhadap Stress pada Pekerjaan

Pengaruh Protokol New Normal Terhadap Stress pada


Pekerjaan

Airada Namira. S (2101639055)1, David Setiawan. L (2101637586)2, Gary Lyneker (2101661742)3, Kevin Wahyudi
(2101649516)4
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Binus University
Email: Airada_syah@yahoo.co.id dslianky22@gmail.com gary.lyneker98@gmail.com Kevinwahyudi18@gmail.com

ABSTRACT
Di tengah pandemi virus COVID-19, masyarakat harus tetap menjaga produktivitasnya dengan tatanan yang baru yaitu
era new normal. Tatanan baru ini menimbulkan stress dikarenakan adanya penolakan terhadap kebiasaan baru yang
membuat masyarakat harus mulai beradaptasi. Beradaptasi tidaklah semudah itu dikarenakan terdapatnya kebiasaan yang
berbeda untuk dijalani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh era new normal terhadap stres pekerja,
penyebab stres pekerja pada era new normal, dan cara mengatasi stres pada era new normal. Metode yang digunakan
dalam pengumpulan data adalah questionnairs dan studi pustaka. Instrumemen penelitian yang digunakan untuk
questionnaires adalah Well-Being Questionnaires yang berisikan 19 pertanyaan dan instrumen penelitian yang digunakan
untuk metode Studi Pustaka adalah kajian literatur. Teknik pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian
pengaruh protokol new normal terhadap tingkat stres adalah probability sampling, yaitu menggunakan random sample.
Hasil penelitian menunjukkan Nilai rata-rata keseluruhan responden menjawab Well-Being Questionnaires adalah
2,421053 dan proporsi pemilihan opsi jawaban paling banyak ada pada nomor 2 dengan persentase sebesar 57,8947%
yang artinya responden tergolong cukup stress terhadap pekerjaannya pada masa new normal. Penyebab stres pekerja
pada era new normal, yaitu pekerjaan yang sebelumnya tidak banyak sekarang menjadi menumpuk, deadline yang sempit,
adanya penurunan gaji, dan kurang nyamannya penggunaan masker. Selain itu, cara mengatasi stres perlu dilakukan oleh
diri sendiri, perusahaan, dan pemerintah.
Keywords: new normal, stres pada pekerjaan, covid-19, validitas, reliabilitas

Pendahuluan

Latar Belakang
New normal merupakan scenario untuk mempercepat penanganan COVID-19 dalam aspek Kesehatan dan sosial-ekonomi.
Mentri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) /Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas),
Suharso Monoarfa, menyampaikan beberapa indikator dari WHO dalam rangka skenario new normal di tengah pandemi
corona.
Agar dapat menerapkan new normal, WHO memberikan indikator yang diminta untuk dapat dipatuhi oleh seluruh
negara di dunia agar dapat menyesuaikan kehidupan normalnya. Pada saat ini pekerja dibebankan dengan adanya COVID-
19 dimana aktivitas untuk pencarian pendapatan tertunda. Dampak tersebut membuat banyak para pekerja terkena PHK
akibat COVID-19. Beberapa dari pekerja yang masih melanjutkan aktivitasnya dibebani dengan beberapa peraturan yang
mungkin memberikan dampak untuk Kesehatan mental pada para pekerja. Psikolog Klinis Dian Selaras Layanan Psikologi
Bali, Ida Ayu Saraswati Indraharsani mengatakan bahwa proses beradaptasi seseorang dalam penerapan "new normal" dapat
mempengaruhi kesehatan mental. "Dalam menghadapi era new normal itu, banyak tantangan yang harus dihadapi
masyarakat salah satunya adalah beradaptasi dengan kebiasaan baru. Ketika mereka tidak terbiasa dengan kondisi baru yang
harus dihadapi, itu dapat menimbulkan stress karena penolakan terhadap kondisi itu," kata Saraswati dikutip dari  Antara.
“Dalam proses penerimaan new normal itu memungkinkan seseorang untuk menolak beradaptasi, yang akhirnya akan jadi
stres," katanya. Untuk dapat beradaptasi pada era ini pasti tidaklah mudah karena terdapat perbedaan pada kebiasan yang
biasa di jalani.salah satunya yaitu munculnya ketidaksenangan untuk menjalankan kebiasaan-kebiasaan pada era new
normal, sampai akhirnya dapat untuk menerima perbedaan tersebut. Perlu disadari butuh beberapa proses agar setiap orang
Airada Namira. S, David Setiawan. L, Gary Lyneker , Kevin Wahyudi

dapat beradaptasi tergantung dari persepsi da kemampuan individu untuk menerima situasi tersebut. Dengan adanya new
normal ini dapat menjadi gaya hidup yang baru, seperti melakukan aktivitas diluar rumah menggunakan alat masker,
mencuci tangan setiap menyentug barang-barang di publik, dan mandi setelah kembali ke rumah. Dengan berbagai cara
mungkin dapat digunakan agar dapat menghindari dari stress pada era new normal, penulis tertarik untuk dapat mengetahui
penyebab stress pada para pekerja, penyebab terjadinya stress pada para pekerja, dan cara menagtasi permasalahan tersebut
agar era new normal ini dapat dilalui dengan lebih mudah.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, makan dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Seberapa besar pengaruh new normal terhadap stress pekerja?
2. Apa saja penyebab stress pada new normal?
3. Bagaimana cara mengatasi stress pada new normal?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, berikut merupakan tujuan dari penelitian ini:
1. Mengetahui pengaruh new normal terhadap sress pekerja.
2. Mengetahui penyebab stress pekerja pada era new normal.
3. Mengetahui cara mengatasi stress pada era new normal.

Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, berikut merupakan tujuan dari penelitian ini:
1. Mencegah terjadinya tress pada era new normal.
2. Dapat mengatasi stress akibat era new normal.

Tinjauan Pustaka

Stress merupakan masalah umum yang terjadi dalam kehidupan umat manusia. Kupriyanov dan Zhdanov (2014)
menyatakan bahwa stres yang ada saat ini adalah sebuah atribut kehidupan modren. Hal ini dikarenakan stres sudah menjadi
bagian hidup yang tidak bisa terelakkan. Baik di lingkungan sekolah, kerja, keluarga, atau dimanapun, stres bisa dialami
oleh seseorang. Stres juga bisa menimpa siapapun termasuk anak-anak, remaja, dewasa, atau yang sudah lanjut usia.
Dengan kata lain, stres pasti terjadi pada siapapun dan dimanapun. Yang menjadi masalah adalah apabila jumlah stres itu
begitu banyak dialami seseorang. Dampaknya adalah stress itu membahayakan kondisi fisik dan mentalnya. Lin dan Huang
(2014) menyatakan bahwa stres yang jumlahnya begitu banyak bisa membahayakan kepada setiap Orang.
Stres merupakan suatu keadaan yang menuntut pola respon individu karena hal tersebut mengganggu
keseimbangannya. Stres oleh Lazarus dan Folkman (1984) diartikan sebagai reaksi fisik dan psikologis terhadap tuntutan
hidup yang membebani kehidupan seseorang dan akan mengganggu kesejahteraan hidupnya Menurut kamus Webster
(1977), stress berasal dari bahasa latin, yaitu strictus yang berarti kesulitan, kesengsaraan, dan penderitaan. Konsep tentang
stress selanjutnya mengalami perkembangan di Perancis dan Inggris yang dikenal sebagai estresse, konsep stres digunakan
dalam ilmu fisiologi, kedokteran, psikologi, dan perilaku (Romas & Sharma, 2000).
Stres didasarkan pada asumsi bahwa yang disimpulkan dari gejala-gejala dan tanda – tanda faal, perilaku,
psikologikal dan somatik, adalah hasil dari tidak/kurang adanya kecocokan antara orang (dalam arti kepribadiannya,
bakatnya, dan kecakapannya) dan lingkungannya, yang mengakibatkan ketidakmampuannya untuk menghadapi berbagai
tuntutan terhadap dirinya secara efektif, (Fincham & Rhodes dalam Munandar, 2001: 374).
Stres kerja juga bisa diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi
fisiologis, psikologis, dan perilaku. Lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai stressor kerja. Stresor kerja merupakan segala
kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stress kerja (Waluyo, 2009:
161).
Sebagian besar stresor dalam kehidupan sehari-hari bersifat psikososial. Walaupun mobilisasi cepat sumber-sumber
daya tubuh memang tepat untuk menghadapi cedera fisik baik yang bersifat ancaman atau yang sudah terjadi. Stressor yang
sama dapat dipersepsi secara berbeda, yaitu dapat sebagai peristiwa yang positif dan tidak berbahaya, atau menjadi
peristiwa yang berbahaya dan mengancam. Penilaian kognitif individu atau karyawan akan sangat menentukan apakah
stresor itu berakibat positif atau negatif. Penilaian kognitif tersebut sangat berpengaruh terhadap respon yang akan muncul
Pengaruh Protokol New Normal Terhadap Stress pada Pekerjaan

(Selye dalam Waluyo, 2009: 160). Ada peristiwa tertentu menimbulkan stress bagi seseorang, namun bagi orang lainhal
tersebut merupakan sesuatu peristiwa yang biasa saja dan dapat dikendalikan dengan baik. Hal yang membedakan adalah
persepsi. Bagaimana setiap orang dapat memiliki persepsi yang berbeda atas suatu peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.
Stres kerja timbul karena adanya hubungan interaksi dan komunikasi antara individu dan lingkungannya. Selain itu,
stress muncul karena adanya jawaban individu yang berwujud emosi, fisiologis, dan pikiran terhadap kondisi, situasi, atau
peristiwa yang meminta tuntutan tertentu terhadap diri individu dalam pekerjaannya (Wijono, 2015: 168).
Handoko (2001: 201) mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah kondisi kerja yang sering menyebabkan stres bagi
karyawan, diantaranya adalah beban kerja yang berlebihan, tekanan atau desakan waktu, kualitas supervisi yang jelek, iklim
politis yang tidak aman, umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai, wewenang yang tidak mencukupi
untuk melaksanakan, tanggung-jawab, kemenduaan peranan (role ambiguity), frustrasi, konflik antar pribadi dan antar
kelompok, perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan, berbagai bentuk perubahan.

Metode Penelitian

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Questionnaires dan Studi Pustaka. Questionnaires digunakan untuk
mengumpulkan data primer, sedangkan Studi Pustaka digunakan untuk mengumpulkan data sekunder. Instrumemen
penelitian yang digunakan untuk questionnaires adalah Well-Being Questionnaires yang berisi 19 pertanyaan yang
digunakan untuk mengukur tingkat stres dan indikasi gejala stres pada setiap pekerja yang menjadi responden. Kemudian,
instrumen penelitian yang digunakan untuk metode Studi Pustaka adalah kajian literatur yang terdapat pada buku, jurnal
internasional maupun nasional, artikel, dan website resmi mengenai tingkat stres dan indikasi atau gejala stres yang pekerja
di Indonesia rasakan sebelum diterapkannya protokol new normal sebagai upaya pemerintah meningkatkan kegiatan
ekonomi sambil meminimalkan penyebaran COVID-19.
Teknik pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian pengaruh protokol new normal terhadap tingkat stres
adalah probability sampling, yaitu menggunakan random sample. Jenis probability sampling yang digunakan adalah simple
random sampling. Sample yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian adalah 50 orang pekerja yang merupakan keluarga,
kerabat, dan teman dari peneliti dengan rentang usia 25 tahun hingga 45 tahun yang diminta untuk mengisi questionnaires
yang telah peneliti buat.
Variable yang terdapat pada penelitian pengaruh protokol new normal terhadap tingkat stres pekerja terdiri atas
variable bebas (independent) dan variable terikat (dependent). Variable bebas (independent) adalah variable yang hasilnya
tidak dipengaruhi oleh faktor lain dalam penelitian, namun akan mempengaruhi variable lainnya dalam penelitian. Variable
terikat (dependent) adalah variable yang hasilnya dipengaruhi oleh variable bebas (independent). Pada penelitian ini, yang
menjadi variable bebas adalah penerapan protokol new normal sebagai salah satu upaya pemerintah meningkatkan kegiatan
ekonomi dan menurunkan tingkat penyebaran COVID-19 di Indonesia, sedangkan variable terikatnya adalah tingkat stres
pekerja di Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan kausal komparatif. Metode penelitian kuantitatif
adalah metode penelitian yang menggunakan data numerik dan menekankan proses penelitian pada pengukuran hasil yang
objektif. Penggunaan metode penelitan kuantitatif adalah mecari hubungan atau korelasi antar variabel yang ada dalam
questionnaires terhadap sample. Kemudian, metode kausal komparatif, yaitu metode yang bertujuan untuk meyelidiki
hubungan sebab-akibat berdasarkan pengamatan langsung atau tak langsung terhadap akibat suatu peristiwa yang terjadi
dan kemudian mencari faktor-faktor yang menjadi penyebab dari akibat tersebut melalui data yang dikumpulkan. Metode
ini digunakan pada penelitian pengaruh protokol new normal terhadap tingkat stres karena peneliti ingin mencari dampak
yang disebabkan oleh penerapan protokol new normal akibat adanya pandemik virus COVID-19 terhadap tingkat stres
pekerja sebelum dan sesudah penerapan. Selain akibat, peneliti juga ingin mencari fakor-faktor apa saja dari penerapan new
normal yang memicu stres pada pekerja.
Parameter yang digunakan dalam peneilitan pengaruh protokol new normal terhadap tingkat stres pekerja di terdiri
atas 2 jenis, yaitu parameter data primer dan parameter data sekunder. Penulis membagi parameter penelitian tersebut
menjadi 2 jenis karena pada penelitian ini penulis melakukan 2 jenis metode pengumpulan data berbeda namun saling
menguatkan satu sama lain. Parameter data primer dalam penelitian ini adalah tingkat stres meningkat dengan indikator
lebih dari 50% responden memilih jawaban nomor 1 atau 2 pada questionnaires. Kemudian, parameter data sekunder dalam
penelitian ini adalah terjadinya perubahan faktor-faktor dari gejala stres yang dirasakan pekerja sebelum dan sesudah
diterapkannya protokol new normal dengan indikator terdapat minimal 3 perbedaan faktor dan gejala stres yang dirasakan
pekerja setelah penerapan protokol new normal.
Airada Namira. S, David Setiawan. L, Gary Lyneker , Kevin Wahyudi

Diagram Alir Penelitian

Berikut merupakan diagram alir dari penelitian pengaruh penerapan protokol new normal terhadap tingkat stres pada
pekerjaan di Indonesia:

Gambar 1 Diagram Alir Penelitian

Berikut merupakan penjelasan diagram alir dari penelitian pengaruh pandemik virus COVID-19 terhadap tingkat
konsumsi masker masyarakat Indonesia dan dampaknya pada Industri pembuatan masker dan pakaian:
1. Tinjauan Pustaka
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan informasi mengenai tingkat stres terhadap
pekerjaan di Indonesia dan faktor-faktor yang menyebabkan stres itu sendiri.
2. Pengumpulan Data
Kegiatan mengumpulkan data pada ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu pengumpulan data primer dan
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subjek atau objek penelitian. Instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data primer adalah Well-Being Questionnaires yang berisi 19 pertanyaan. Data
sekunder adalah data yang diperoleh peneliti melalui dokumen atau arsip milik orang lain ataupun lembaga tertentu
yang dijadikan subjek oleh peneiliti. Pada pengumpulan data sekunder, teknik yang digunakan adalah pengumpulan data
menggunakan studi pustaka atau menyelidiki jurnal, buku, artikel, dan website mengenai tingkat stres dan faktor
penyebab stres pada pekerjaan yang dirasakan pekerja di Indonesia.
3. Pengolahan Data
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka perlu dilakukan pengolahan data dari responden questionnaires.
Data yang diperoleh tersebut kemudian diolah menjadi pie chart, histogram, grafik, dll agar pembaca dan peniliti lebih
mudah dalam melihat dan menganalisis data. Selain itu, data yang diperoleh juga akan diuji dulu validitas dan
reliabilitasnya menggunakan software Minitab.
4. Analisis Data
Setelah data diolah, kemudian data dianalisis menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kausal komparatif.
Metode kuantitatif dilakukan untuk mengetahui korelasi, validitas, dan reliabilitas data yang diperoleh. Sedangkan,
metode kausal komparatif bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat berdasarkan pengumpulan dan
pengolahan data yang telah dilakukan terhadap akibat yang terjadi dan kemudian mencari faktor-faktor yang mungkin
menjadi penyebab peristiwa tersebut.
5. Result and Discussion
Setelah data dianalisis, kegiatan selanjutnya adalah menampilkan hasil analisis dan diskusi tersebut sehingga
pembaca dapat melihat hasil penelitian dengan seksama.
6. Kesimpulan

Pada tahap ini, ditarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan diskusi yang telah disajikan.
Pengaruh Protokol New Normal Terhadap Stress pada Pekerjaan

Nilai Rata-Rata Well-Being Questionnaire

Berikut adalah hasil dari rata-rata perhitungan setiap pertanyaan pada Well-Being Questionnarie:
Tabel 1 Hasil Rata-Rata Well-Being Questionnaire
Question 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Mean 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2

Tabel 1 Hasil Rata-Rata Well-Being Questionnaire (Lanjutan)


Question 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Total
Mean 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2,421053

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan software Minitab untuk memeroleh nilai Cronbach’s Alpha dimana jika
nilainya kurang dari 0,6 maka bisa dikatakan data yang diperoleh memiliki reliabilitas yang buruk, jika 0,7 berarti dapat
diterima, dan bila lebih dari 0,8 berarti data memiliki reliabilitas yang baik. Berdasarkan hasil pengolahan data
menggunakan software Minitab, nilai Cronbach’s Alpha total yang diperoleh adalah sebesar 0,7528. Sedangkan nilai
Cronbach’s Alpha masing-masing data dari pertanyaan 1 sampai 19 secara berturut-turut yang bisa dilihat tabel Omitted
Item Statistic di bagian lampiran adalah 0,7452; 0,7419; 0,7429; 0,7375; 0,7368; 0,7462; 0,7401; 0,7402; 0,7412; 0,7416;
0,7429; 0,7424; 0,7408; 0,7403; 0,7401; 0,7383; 0,7386; 0,7405; dan 0,7379.

Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan software Minitab untuk memeroleh nilai korelasi matriks dari setiap
pertanyaan dimana jika Jika nilai Rhitung lebih besar daripada nilai Rtabel, maka data tersebut dapat dikatakan valid.
Berdasarkan jumlah data dimana terdapat 50 data, maka nilai Rtabel yang digunakan adalah nilai Rtabel dengan degree of
freedom 48, yaitu pada taraf signifikansi 5% nilainya adalah 0,2353 dan pada taraf signifikansi 1% nilainya adalah 0,3281.
Jadi, apabila nilai total korelasi melebihi 0,2353 maka data yang dikumpulkan dari pertanyaan tersebut bisa dikatakn valid
dan apabila melebihi 0,3281 maka data tersebut dapat dikatakan sangat valid. Berdasarkan hasil pengolahan data
menggunakan software Minitab, maka nilai total korelasi untuk pertanyaan 1 sampai 19 pada Well-Being Questionnaires
adalah 0,449; 0,629; 0,539; 0,646; 0,654; 0,398; 0,630; 0,645; 0,631; 0,593; 0,546; 0,618; 0,667; 0,616; 0,675; 0,692; 0,735;
0,661; dan 0,753.

Analisis Data

Berdasarkan tabel 1 tentang hasil rata-rata Well-Being Questionnaire, kebanyakan responden memilih opsi nomor 2 dan 3
dengan proporsi pemilihan nomor 2 sebanyak 57,8947% dari total responden dan opsi nomor 3 sebanyak 42,1053% dari
total responden. Berdasarkan proporsi tersebut, apabila opsi nomor 1 lebih banyak dipilih maka stres terhadap pekerjaan
sample dapat dikatakan tinggi hingga sangat tinggi, sedangkan apabila nomor 2 lebih banyak dipilih maka dapat dikatakan
sample memiliki stres terhadap pekerjaan yang cukup tinggi, jika nomor 3 yang lebih banyak dipilih maka dapat dikatakan
stres terhadap pekerjaan yang sample rasakan pada masa penerapan protokol new normal ini tergolong sedang, namun
apabila nomor 4 yang lebih banyak dipilih maka dapat dikatakan pada saat masa penerapan protokol new normal ini
sample sama sekali tidak merasa stres pada pekerjaannya. Berdasarkan hasil rata-rata keseluruhan yang diperoleh, yaitu
2,421053 atau dibulatkan menjadi 2 maka dapat dikatakan bahwa tingkat stres terhadap pekerjaan setelah diberlakukannya
protokol new normal cukup tinggi. Selain itu, berdasarkan parameter yang telah ditetapkan sebelumnya dimana apabila
lebih dari 50% responden memilih opsi jawaban nomor 1 atau 2 maka dapat dikatakan tingkat stres terhadap pekerjaan telah
meningkat pada masa penerapan protokol new normal. Pada penelitian ini, berdasarkan rata-rata data masing-masing
jawaban pertanyaan kuesioner sekitar 57,8947% responden memilih jawaban nomor 2 maka berdasarkan perentase tersebut
dapat disimpulkan bahwa tingkat stres pekerja di Indonesia meningkat setelah diberlakukannya protokol new normal
meskipun tidak signifikan. Kemudian, berdasarkan data sekunder yang berasal dari data jurnal yang dimiliki sebelum
Airada Namira. S, David Setiawan. L, Gary Lyneker , Kevin Wahyudi

diterapkannya protokol new normal, dimana tingkat stres karyawan pada PT. Astra Zeneca Indonesia tergolong
sedang[ CITATION And12 \l 1057 ] maka dibandingkan tingkat stres terhadap pekerjaan saat ini yang tergolong
cukup tinggi maka dapat diperkuat lagi fakta bahwa tingkat stres terhadap pekerjaan saat ini atau setelah diberlakukannya
protokol new normal di Indonesia menjadi meningkat walaupun tidak signifikan.
Berdasarkan nilai Cronbach’s Alpha yang diperoleh menggunakan software Minitab, yaitu sebesar 0,7528 maka
dapat dikatakan bahwa data dari kuesioner Well-Being tersebut sudah cukup reliable (sufficient reliability) karena nilainya
sudah melebihi 0,7. Selain dengan metode ini, reliabilitas data juga bisa diuji kereabilitasannya dengan membandingkan
nilai Cronbach’s Alpha dari setiap variable dan Cronbach’s Alpha total. Jika Cronbach’s Alpha suatu variable lebih kecil
dari Cronbach’s Alpha total, maka variable tersebut dapat dikatakan reliable. Pada tabel Omitted Item Statistic hasil
pengolahan data menggunakan software Minitab yang terlampir pada bagian akhir artikel ini, maka dapat dilihat bahwa nilai
Cronbach’s Alpha dari pertanyaan 1 sampai 19 adalah 0,7452; 0,7419; 0,7429; 0,7375; 0,7368; 0,7462; 0,7401; 0,7402;
0,7412; 0,7416; 0,7429; 0,7424; 0,7408; 0,7403; 0,7401; 0,7383; 0,7386; 0,7405; 0,7379. Jadi, berdasarkan data tersebut
maka semua data yang diperoleh dari setiap pertanyaan dapat dipercaya atau reliable karena nilai Cronbach’s Alpha-nya
lebih kecil dari Cronbach’s Alpha total.
Kemudian, setiap jawaban dari Well-Being Questionnaire dapat diuji validitasnya dengan membandingkan nilai
Rhitung dengan Rtabel. Jika nilai Rhitung lebih besar daripada nilai Rtabel, maka data tersebut dapat dikatakan valid.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh menggunakan software Minitab pada bagian corellation matrix yang
terlampir pada bagian lampiran artikel ini, maka dapat dilihat bahwa semua data yang diperoleh dari pertanyaan kuesioner
ini sangat valid karena nilai Rhitung-nya lebih besar daripada Rtabel, baik pada taraf signifikansi 5% (0,2353) maupun 1%
(0,3281).

Result and Discussion

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terdapat sekitar 57,8947% responden memilih jawaban nomor 2, maka
dapat dilihat bahwa tingkat stres masyarakat Indonesia terhadap pekerjaan pada masa diberlakukannya protokol new normal
ini cukup tinggi. Berdasarkan analisis data tersebut, maka dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan tingkat stres terhadap
pekerjaan masyarakat saat ini dimana tingkatnya meningkat namun tidak secara signifikan dari level sedang menjadi cukup
tinggi.
Nilai rata-rata pertanyaan pertama adalah 2, berarti rata-rata responden merasa cepat lelah setiap dua hari sekali.
Nilai rata-rata pertanyaan kedua adalah 3, berarti rata-rata responden kadang-kadang mengalami sakit kepala saat beban
pekerjaan begitu menumpuk dan menuntut untuk segera diselesaikan. Nilai rata-rata pertanyaan ketiga adalah 3, berarti rata-
rata responden merasakan gelisah setiap dua kali sebulan. Nilai rata-rata pertanyaan keempat adalah 2, berarti rata-rata
responden merasa berat untuk pulang ke rumah karena memikirkan pekerjaan setiap dua hari sekali. Nilai rata-rata
pertanyaan kelima adalah 2, berarti rata-rata responden merasa sulit untuk tidak memikirkan pekerjaan setiap dua hari
sekali.
Nilai rata-rata pertanyaan keenam adalah 3, berarti rata-rata responden kadang memberikan respons tidak bersahabat
kepada orang yang menyapanya. Nilai rata-rata pertanyaan ketujuh adalah 2, berarti rata-rata responden sering memikirkan
pekerjaan saat berlibur. Nilai rata-rata pertanyaan kedelapan adalah 2, berarti rata-rata responden sering merasa dirinya
cepat marah. Nilai rata-rata pertanyaan kesembilan adalah 3, berarti rata-rata responden kadang merasa cepat tersinggung
meskipun sama sekali tidak menginginkannya. Nilai rata-rata pertanyaan kesepuluh adalah 2, berarti rata-rata responden
sering berpikir bahwa pekerjaannya sekarang bukan pekerjaan yang ideal.
Nilai rata-rata pertanyaan kesebelas adalah 2, berarti rata-rata responden kadang berpikir mencari pekerjaan lain jika
terjadi hal-hal buruk dalam pekerjaannya. Nilai rata-rata pertanyaan kedua belas adalah 3, berarti rata-rata responden
kadang berpikir untuk tetap bertahan pada pekerjaannya saat ini karena berpikir kalau mengundurkan diri akan lebih
merugikan dirinya. Nilai rata-rata pertanyaan ketiga belas adalah 2, berarti rata-rata responden sering merasa sangat letih
karena tenaga atau energinya terkuras oleh persoalan pekerjaan. Nilai rata-rata pertanyaan keempat belas adalah 3, berarti
rata-rata responden kadang merasa begitu letih sehingga tidak dapat berbuat apa-apa lagi sepulang dari pekerjaan. Nilai rata-
rata pertanyaan kelima belas adalah 3, berarti rata-rata responden kadang merasa begitu letih sehingga membutuhkan
istirahat untuk bekerja kembali secara optimal. Nilai rata-rata pertanyaan keenam belas adalah 2, berarti rata-rata responden
sering tidak ceria sepulang bekerja. Nilai rata-rata pertanyaan ketujuh belas adalah 2, berarti rata-rata responden sering
kehilangan semangat melakukan kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan pada waktu senggang. Nilai rata-rata pertanyaan
delapan belas adalah 3, berarti rata-rata responden kadang merasa tertekan sepulang dari tempat kerja sehingga tidak dapat
Pengaruh Protokol New Normal Terhadap Stress pada Pekerjaan

menikmati waktu istirahat. Nilai rata-rata pertanyaan kesembilan belas adalah 2, berarti rata-rata responden sering merasa
murung sepulang dari bekerja.
Pertanyaan yang terdapat dalam Well-Being Questionnaire juga dapat menjadi acuan yang cukup akurat untuk
mengetahui indikasi atau tanda-tanda stres pada seorang pekerja. Pada pertanyaan nomor 1 tentang cepat lelahnya seorang
pekerja dapat mengindikasikan bahwa pekerja tersebut merasa tertekan baik secara mental maupun fisik di tempat kerjanya
karena tugas atau tuntutan pekerjaan yang dilakukannya sangat banyak atau terlalu banyak sehingga melebihi kapasitasnya.
Selain itu, kelelahan atau exhausted juga merupakan salah satu gejala (symptom) dari stres, jadi pertanyaan nomor 1 dapat
dengan akurat mengindikasikan terjadinya stres. Pada pertanyaan nomor 2 tentang frekuensi sakit kepala pekerja saat beban
pekerja begitu menumpuk dan menuntut segera diselesaikan dapat mengindikasikan distres pada pekerja karena terjadinya
penurunan performa dan kesehatan, yaitu sakit kepala. Sakit kepala saat mendapatkan tekanan dapat digolongkan sebagai
pyschosomatic complaints yang merupakan salah satu symptom atau gejala dari stres. Pada pertanyaan nomor 3 tentang rasa
gelisah yang dirasakan oleh pekerja secara akurat dapat mengindikasikan bahwa pekerja mengalami tekanan atau stres
secara mental akibat terlalu banyak memikirkan tugas dan takut kalau tugas tersebut tidak selesai pada waktu yang telah
ditentukan. Rasa gelisah ini erat kaitannya dengan symptom atau gejala stres yang ketujuh, yaitu bad mood.
Pertanyaan nomor 4 dan nomor 5 membahas tentang merasa sulit untuk tidak memikirkan pekerjaan sehingga sulit
untuk pulang ke rumah karena memikirkan pekerjaan. Kedua pertanyaan ini dapat mengindikasikan bahwa seseorang
mengalami stres secara mental karena time pressure dan banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan oleh pekerja tersebut.
Merasa sulit untuk tidak memikirkan pekerjaan akan menunjukkan gejala atau symptom stres berupa tidak bisa istirahat,
kelelahan, dan mood yang buruk. Pertanyaan nomor 6 tentang pernahkan pekerja tersebut memberikan respons yang tidak
bersahabat kepada orang yang menyapa dapat mengindikasikan stres dengan symptom atau gejala berupa bad mood dan
irritated atau kesal jika diganggu. Pada pertanyaan nomor 7 tentang memikirkan masalah pekerjaan pada saat berlibur juga
dapat mengindikasikan stres secara mental, sama seperti pertanyaan nomor 4 dan 5 karena waktu berlibur yang harusnya
menjadi waktu untuk beristirahat tidak digunakan dengan baik oleh pekerja tersebut akibat terus memikirkan deadline dan
jumlah pekerjaannya. Pada pertanyaan nomor 8 dan 9 tentang merasa cepat marah dan tersinggung sangat mirip dengan
pertanyaan nomor 6 karena sama-sama dapat mengindikasikan stres mental dengan gejala atau symptom berupa bad mood
dan irritated atau kesal jika diganggu.
Pada pertanyaan nomor 10 dan 11 tentang mempertimbangkan untuk mencari pekerjaan lain karena pekerjaan yang
saat ini tidak ideal dapat mengindikasikan stres mental dengan gejala atau symptom berupa ketidakpuasan terhadap
pekerjaannya saat ini atau job dissatisfaction. Pada pertanyaan nomor 12 tentang pekerja yang memilih bertahan pada
perusahaannya saat ini dengan terpaksa juga dapat mengindikasikan bahwa pekerja mengalami stres secara mental dengan
gejala berupa job dissatisfaction. Pada pertanyaan nomor 13, 14, dan 15 tentang perasaan letih yang dialami pekerja setelah
melakukan persoalan pekerjaan sehingga tidak dapat berbuat apa-apa setelah pulang kerja dan membutuhkan istirahat untuk
bekerja kembali dapat mengindikasikan gejala atau symptom dari stres berupa pasrah dan kelelahan atau exhausted. Ketiga
pertanyaan tersebut juga dapat mengindikasikan bahwa pekerja tersebut tertekan baik secara fisik maupun mental karena
beban pekerjaan yang terlalu banyak dan ada kemungkinan juga ruang kerja yang tidak nyaman dan kondusif, seperti terlalu
panas, bising, atau dingin. Pada pertanyaan nomor 16 tentang tidak ceria sepulang kerja dapat mengindikasikan bahwa
pekerja mengalami stres akibat beban pekerjaan yang terlalu banyak, tubuh yang sakit akibat workstation yang tidak
ergonomis, deadline tugas yang sudah dekat, dan hinaan dari atasan. Pertanyaan nomor 16 ini dapat mengindikasikan gejala
stres berupa kelelahan, baad mood, dan job dissatisfaction.
Pada pertanyaan nomor 17 tentang kehilangan semangat untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan di
waktu senggang dapat mengindikasikan bahwa pekerja tersebut mengalami distres dengan gejala yang ditunjukkan berupa
kelelahan dan bad mood. Hal ini biasanya disebabkan oleh beban pekerjaan yang terlalu berat dan banyak sehingga
mengakibatkan kelelahan jangka panjang. Pada pertanyaan nomor 18 tentang perasaan tertekan sepulang bekerja sehingga
tidak dapat menikmati waktu istrirahat dapat mengindikasikan gejala stres berupa kelelahan, irritated, bad mood, dan tidak
bisa istirahat. Kemudian, pada pertanyaan nomor 19 atau yang terakhir tentang perasaan murung sepulang bekerja dapat
menjadi indikasi bahwa pekerja mengalami stres akibat hinaan dari atasan, beban pekerjaan yang menguras otot atau otak,
dan poor communication skill dengan teman sekantor. Pertanyaan ini secara tidak langsung mengindikasikan gejala stres
berupa job dissatisfaction, pasrah, kelelahan, dan bad mood.
Jadi, setiap pertanyaan yang ada dalam Well-Being Questionnaire dapat dijadikan acuan untuk mengukur tingkat
stres seseorang, karena setiap pertanyaannya secara tidak langsung sudah menilai gejala dari stres itu sendiri (asses the
symptoms of stress). Semakin kecil nilai total dari Well-Being Questionnaire maka semakin tinggi tingkat stres orang
tersebut, begitu pula sebaliknya semakin besar nilai total Well-Being Questionnaire maka semakin rendah pula tingkat stres
orang tersebut. Kemudian, untuk perubahan faktor-faktor penyebab gejala stres pada masa penerapan protokol new normal
Airada Namira. S, David Setiawan. L, Gary Lyneker , Kevin Wahyudi

ada pada nomor 1 dimana faktor penyebabnya biasanya berupa tuntutan dan beban kerja yang tinggi saat ini lebih tinggi lagi
akibat banyaknya pekerjaan menumpuk dan harus memakai masker ketika bekerja yang memungkinkan pengap dan sulit
konsentrasi. Kemudian pada nomor 4, 5, 7, dan 8 faktor penyebabnya sepertinya bergeser karena setelah banyaknya
pekerjaan, dan deadline yang sempit akibat sudah lama dirumahkan ditambah terbatasnya area berlibur dan kecemasan
untuk pergi keluar pada masa new normal ini. Pada nomor 10 dan 11 faktor penyebabnya juga bergeser dari berpikir untuk
mencari pekerjaan lain karena tidak puas dengan gaji dan kurangnya penghargaan dari perusahaan serta terbuka luasnya
lapangan pekerjaan menjadi kecemasan atau takut terkena pemecatan ataupun tidak puas akan adanya pemotongan gaji
karena menurunnya produksi perusahaan. Pada nomor 13, faktor penyebabnya berubah dari lingkungan kerja yang tidak
nyaman menjadi harus memakai masker ataupun faceshield setiap saat yang menyebabkan kepanasan terutama bagi pekerja
dibidang medis. Terakhir, faktor penyebab gejala stres yang berubah adalah nomor 19 dimana tadinya hanya bagi orang
dengan poor communication skill saja menjadi hampir setiap pekerja karena pada masa penerapan protokol new normal ini
setiap orang tidak bebas berkomunikasi setiap saat karena masih harus melakukan pembatasan sosial. Berdasarkan analisis
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa parameter kedua penelitian sudah berhasil terpenuhi karena terjadi perubahan pada
lebih dari 3 faktor penyebab gejala stres pada masa penerapan protokol new normal saat ini.
Oleh sebab itu, baik pekerja, perusahaan, dan pemerintah perlu bekerjasama dalam mengurangi dan mengatasi stres
terhadap pekerjaan yang dialami pekerja pada saat ini. Peran pemerintah dalam era new normal saat ini diantaranya telah
dilakukan melalui ABK (Analisis Beban Kerja) dan penyusunan kebutuhan pekerja di era new normal yang perlu dipatuhi
perusahaan agar tidak membuat pekerjanya melebihi kapasitas kerja seharusnya. Kemudian, peran perusahaan dalam era
new normal ini untuk mengurangi stres terhadap pekerjaan yang dialami pekerjanya adalah mengikuti anjuran kapasitas
kerja yang diberikan pemerintah agar pekerja tidak merasa kelelahan dan stres, menyediakan fasilitas-fasilitas yang
diperlukan selama new normal untuk mengurangi pengeluaran dan meningkatkan kenyamanan pekerja selama era new
normal agar produktivitas pekerja tetap baik, seperti menyediakan hand sanitizer, masker untuk pulang, melakukan
penyemprotan desinfektan sebelum atau sesudah aktivitas kerja, air atau hangat dengan campuran rempah seperti jahe dan
pengecekan suhu tubuh sebelum memasuki kantor seperti yang dianjurkan pemerintah supaya pekerja yang sehat tidak
merasa gelisah ketika sedang bekerja dan mengakibatkan distres serta turunya produktivitas. Terakhir, hal yang bisa
dilakukan masing-masing pekerja dalam era new normal ini dalam mengelola stres adalah melakukan manajemen stres,
seperti mendengarkan musik, mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa, tidak membawa permasalahan kantor ketika tidur,
berolahraga di rumah, mengenali gejala stres dan penanganannya, memanfaatkan waktu dengan optimal supaya tidak ada
celah untuk merasa stres seperti melakukan hobi atau mencari kegiatan baru yang bisa dilakukan pada masa new normal ini
tanpa melanggar aturan atau membahayakan kesehatan, beristirahat cukup, dan belajar bersyukur, serta mendekatkan diri
dengan keluarga termasuk curhat untuk mengurangi beban stres.
Kemudian, untuk uji reliabilitas dan validitas data yang diperoleh setiap pertanyaan yang diajukan dalam
questionnaires mengenai pengaruh protokol new normal terhadap stres pada pekerjaan dapat dikatakan sangat valid dan
cukup dapat dipercaya (reliable). Hal ini disebabkan karena nilai Cronbach’s Alpha total dari perhitungan menghasilkan
nilai lebih dari 0,7 yaitu 0,7528 yang artinya kuesioner cukup reliable. Selain itu, setiap data yang diperoleh dari setiap
pertanyaan kuesioner juga dapat dipercaya atau reliable karena nilainya lebih kecil dari pada 0,7528 (Cronbach’s Alpha
total). Pada uji validitas, setiap data yang diperoleh dari setiap pertanyaan kuesioner juga dikatakan sangat valid karena nilai
Rhitung masing-masing yang terdapat pada tabel Correlation Matrix hasil pengolahan data menggunakan software Minitab
yang terlampir pada bagian akhir artikel ini lebih besar daripada Rtabel, baik pada taraf signifikansi 5% (0,2353) maupun
1% (0,3281). Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil data yang diperoleh pada kuesioner ini dapat mempresentasikan
keadaan nyata atau sebenarnya tingkat stres terhadap pekerjaan masyarakat Indonesia pada saat penerapan protokol new
normal saat ini.

Kesimpulan

Berikut merupakan kesimpulan dari penelitian:


1. Nilai rata-rata keseluruhan responden menjawab Well-Being Questionnaires adalah 2,421053 dan proporsi pemilihan
opsi jawaban paling banyak ada pada nomor 2 dengan persentase sebesar 57,8947% yang artinya responden tergolong
cukup stres terhadap pekerjaannya pada masa penerapan protokol new normal saat ini dan mengindikasikan peningkatan
tingkat stres dari sedang (sebelum adanaya pandemik COVID-19 dan protokol new normal) menjadi cukup tinggi
(setelah dijalankannya protokol new normal).
2. Terjadi perubahan faktor penyebab gejala stres pada masa pemberlakuan protokol new normal saat ini, yaitu pekerjaan
yang tadinya tidak terlalu banyak sekarang menjadi menumpuk, adanya pengurangan gaji, ancaman PHK (Pemutusan
Pengaruh Protokol New Normal Terhadap Stress pada Pekerjaan

Hubungan Kerja), lingkungan kerja menjadi terlalu panas dan pengap akibat harus selalu memakai masker dan
faceshield terutama bagi pekerja yang bergerak dibidang medis, serta sulitnya untuk berkomunikasi saat ini akibat tetap
harus melakukan pembatasan sosial pada masa new normal yang menyebabkan tidak hanya orang yang memiliki poor
communication skill saja yang kemungkinan murung setelah pulang kerja namun juga orang yang memiliki
communication skill baik.
3. Berdasarkan perbandingan dari nilai Cronbach’s Alpha total dengan Cronbach’s Alpha masing-masing data jawaban
pertanyaan kuesioner, maka dapat disimpulkan bahwa semua data yang diperoleh cukup data dipercaya (sufficient
reliability) karena semua nilainya melebihi 0,7 dan ketika dibandingkan dengan Cronbach’s Alpha total, Cronbach’s
Alpha masing-masing data lebih kecil daripada Cronbach’s Alpha total. Kemudian, berdasarkan uji validitas yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa semua data yang diperoleh sangat valid karena nilai Rhitung masing-masing
data > Rtabel baik pada taraf signifikansi 5% (0,2353) maupun 1% (0,3281).
4. Pada masa new normal, cara mengatasi stres perlu dilakukan oleh diri sendiri, perusahaan, dan pemerintah. Peran
pemerintah dalam era new normal adalah membuat kebijakan yang menjaga kesehatan masyarakat dan melakukan
analisis beban kerja serta menetapkan beban kerja maksimum yang harus perusahaan terapkan agar perusahaan tidak
mengeksploitasi pekerjanya pada masa ini. Kemudian, peran perusahaan sendiri dalam mengatasi stres pekerja adalah
mengikuti arahan pemerintah, penyediaan fasilitas cuci tangan, hand sanitizer, pengecekan suhu tubuh, penyemprotan
desinfektan sebelum atau sesudah aktivitas kerja untuk mengurangi kecemasan pekerja akan kesehatan mereka saat
berada di kantor. Terakhir, diri sendiri juga perlu melakukan manajemen stres, seperti beristirahat cukup, belajar
bersyukur, mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa, mendekatkan diri ke keluarga termasuk curhat untuk
mengurangi beban stres, dll.

References

[1] F. Andriani, "Analisis Tingkat Stres Kerja Karyawan Non Managerial


Pada PT Astrazeneca Indonesia," 2012. [Online]. Available: https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://lib.
ui.ac.id/file%3Ffile%3Ddigital/20318873-S-PDF Fitrizah
%2520Andriani.pdf&ved=2ahUKEwip6cnJu7_qAhUTbn0KHc
q5CfsQFjAGegQIBBAB&usg=AOvVaw1rVj-tFy4DsgU9pmTmEfWY. [Accessed 9 Juli 2020].
[2] S.Psi, M.Si., Gusti Yuli Asih; MM, Psikolog, Prof. Hardani Widhiastuti; S.Psi, M.Si, Psikolog, Rusmalia Dewi;,
"STRES KERJA", Semarang: Semarang University Press, 2018.
[3] F. ARYANI, STRES BELAJAR SUATU PENDEKATAN DAN INTERVENSI KONSELING, Semarang: Edukasi
Mitra Grafika, 2016.
[4] C. Putranto, "FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRES KERJA : STUDI INDIGENOUS PADA
GURU BERSUKU JAWA," Journal of Social and Industrial Psychology, vol. II, no. 2, pp. 12-17, 2013.

Lampiran

Berikut merupakan hasil pengumpulan dan pengolahan data hasil respon yang diperoleh dari 50 orang responden:
Airada Namira. S, David Setiawan. L, Gary Lyneker , Kevin Wahyudi
Pengaruh Protokol New Normal Terhadap Stress pada Pekerjaan
Airada Namira. S, David Setiawan. L, Gary Lyneker , Kevin Wahyudi

Berikut merupakan hasil pengolahan data menggunakan software Minitab:


Pengaruh Protokol New Normal Terhadap Stress pada Pekerjaan

Anda mungkin juga menyukai