Anda di halaman 1dari 24

Survey Konsumsi Pangan

“Pengukuran Konsumsi Pangan dengan


Metode Dietary History”

DISUSUN OLEH :
Nama : Nyayu Odja Khodidjah
Nim : PO.71.31.2.18.024
Prodi : DIV Gizi

Dosen Pembimbing :
1. Sartono, SKM, M.Kes
2. Terati, SKM, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI D-IV GIZI
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah SKP (Survey
Konsumsi Pangan) tentang Pengukuran Konsumsi Pangan dengan
Metode Dietary History. Sholawat serta salam tak lupa pula penulis
haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah
Survey Konsumsi Pangan, Bapak Sartono, SKM, M.Kes yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam proses belajar mengajar.
Makalah ini ditulis dengan bahasa yang sederhana bertujuan agar mudah
dipahami oleh pembaca. Dengan demikian, insya Allah makna dan tujuan
pembuatan makalah ini akan tersalurkan. Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, diharapkan baik bagi dosen pembimbing maupun
pembaca untuk memberi kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah selanjutnya.
Demikianlah, semoga makalah ini dapat menjadikan acuan dalam
kehidupan dan sebagai pembelajaran lebih baik ke depan serta
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Atas perhatian para pembaca,
penulis ucapkan terima kasih.
Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Palembang, 25 Juli 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 2
1.3. Tujuan Makalah ....................................................................... 2
1.4. Manfaat Makalah ..................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Metode Dietary History ......................................... 4
2.2. Prinsip Penggunaan Metode Dietary History .......................... 5
2.3. Langkah-langkah Penggunaan Metode Dietary History ......... 10
2.4. Kelebihan Metode Dietary History ........................................... 11
2.5. Kekurangan Metode Dietary History ....................................... 13
2.6. Komponen Pokok Metode Dietary History .............................. 14
2.7. Perbandingan Metode Dietary History dengan yang lain ...... 14
2.8. Contoh Formulir Metode Dietary History ................................. 17
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan .............................................................................. 20
3.2. Saran ....................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Survey Konsumsi Pangan merupakan serangkaian kegiatan
pengukuran konsumsi makanan pada individu, keluarga dan
kelompok masyarakat dengan menggunakan pengukuran yang
sistematis menilai asupan zat gizi dan mengevaluasi asupan zat gizi
sebagai cara penilaian status zat gizi secara tidak langsung
(Kemenkes RI, 2018).
Dietary history adalah aspek yang berhubungan dengan
kebiasaan dan kesukaan terhadap makanan tertentu. Kebiasaan
makan (food habit) lahir sejak individu diberi makanan atau bahkan
sejak saluran pencxernaan manusia pertama kali digunakan.
Dietary Histori atau riwayat makan, adalah bagian penting dalam
pendekatan epidemiologi. Penelitian epidemiologi dalam bidang
dietetika menggunakan metode DH, karena memiliki variabel telaah
yang rumit dan lengkap. Diet dalam multi dimensi dipandang sebagai
sebuah paparan yang komplek untuk memunculkan satu efek pada
subjek. Upaya awal untuk memahami korelasi diet dan
penyakitadalah fokus pada peran zat gizi spesifik pada makanan. Zat
gizi spesifik yang ditemukan pada makanan yang tercatat dalam data
riwayat makan hasil investigasi dari metode DH.
Metode dietary history adalah metode penilaian konsumsi
makanan yang didasarkan pada riwayat makan dalam bentuk
frekuensi makan dan porsi makan, mendeskripsikan diet subjek,
proses persiapan, cara pengolahan, dan makanan pantangan, prinsip
dietary history mendeskripsikan tentang waktu makan, nama
hidangan, porsi acuan, porsi konsumsi, hari konsumsi, catatan diet,
pantangan, deskripsi umum dietary history, dan interpretasi dietary
history.

1
Metode DH dapat dilakukan selama satu minggu untuk satu
phase pengamatan. Pengamatan berikutnya dapat dilakukan pada
bulan berikutnya juga dengan waktu satu minggu. Jumlah phase
pengamatan dalam setahun disesuaikan dengan tujuan dietary
history. Porsi yang ditulis dalam formulir dietary history adalah di
bedakan menjadi tiga tingkatan yaitu porsi kecil, porsi sedang dan
porsi besar.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas ada beberapa rumusan
masalah, diantaranya :
1.  Apa pengertian dari metode dietary history ?
2. Bagaimana prinsip penggunaan metode dietary history ?
3. Bagaimana langkah-langkah penggunaan metode dietary history
?
4. Apa saja kelebihan metode dietary history ?
5. Apa saja kekurangan metode dietary history?
6. Apa saja komponen pokok metode dietary history?
7. Bagaimana perbandingan antara metode dietary history dengan
yang lain ?
8. Berikan contoh formulir metode dietary history ?

1.3. Tujuan Makalah


Ada beberapa tujuan dalam penyusunan makalah ini,
diantaranya :
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari metode dietary history.
2. Untuk mengetahui bagaimana prinsip penggunaan metode
dietary history.
3. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah penggunaan
metode dietary history.
4. Untuk mengetahui apa saja kelebihan metode dietary history.

2
5. Untuk mengetahui apa saja kekurangan metode dietary history.
6. Untuk mengetahui apa saja komponen pokok metode dietary
history.
7. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan antara metode
dietary history dengan yang lain.
8. Untuk mengetahui contoh formulir dari metode duetary history.

1.4. Manfaat Makalah


Manfaat yang bisa didapatkan adalah untuk menambah
pengetahuan dan ilmu tentang metode dietary history dan mampu
memahami prinsip, langkah-langkah, dan kelebihan dan kelemahan
metode DH serta mampu untuk memilih metode yang tepat sesuai
dengan tujuan intervensi gizi pada tingkat individu, keluarga dan
kelompok masyarakat.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Metode Dietary History


Metode dietary history adalah metode penilaian konsumsi
makanan yang didasarkan pada riwayat makan dalam bentuk
frekuensi makan dan porsi makan, mendeskripsikan diet subjek,
proses persiapan, cara pengolahan, dan makanan pantangan, prinsip
dietary history mendeskripsikan tentang waktu makan, nama
hidangan, porsi acuan, porsi konsumsi, hari konsumsi, catatan diet,
pantangan, deskripsi umum dietary history, dan interpretasi dietary
history.
Metode DH adalah metode semi kualitatif sama dengan metode
FFQ ataupun semi FFQ. Informasi tentang bahan makanan diperoleh
dengan dua cara yaitu menanyakan langsung kepada subjek dengan
metode FFQ selama periode waktu satu bulan. Periode waktu satu
bulan adalah bahwa frekuensi konsumsi yang kita tanyankan adalah
frekuensi konsumsi selama sebulan terakhir, sama dengan metode
FFQ. Perbedaannya adalah jika pada metode FFQ tidak perlu diikuti
dengan verifikasi asupan actual, maka pada metode DH, perlu
dilakukan verifikasi data asupan dengan melakukan recall konsumsi
selama satu minggu.
Dietary Histori atau riwayat makan, adalah bagian penting dalam
pendekatan epidemiologi. Penelitian epidemiologi dalam bidang
dietetika menggunakan metode DH, karena memiliki variabel telaah
yang rumit dan lengkap. Diet dalam multi dimensi dipandang sebagai
sebuah paparan yang komplek untuk memunculkan satu efek pada
subjek. Upaya awal untuk memahami korelasi diet dan
penyakitadalah fokus pada peran zat gizi spesifik pada makanan. Zat
gizi spesifik yang ditemukan pada makanan yang tercatat dalam data
riwayat makan hasil investigasi dari metode DH.

4
Pada metode pengkuran konsumsi makanan individu sebagai
bagian dari riwayat makan dikenal dua pendekatan. Pendekatan
pertama adalah pencatatan sendiri oleh subjek dan kedua adalah
recall konsumsi dengan multi hari pengukuran. Pencatatan dilakukan
setiap kali subjek makan. Pencatatan model ini lebih cocok untuk
subjek yang partisipasinya baik dalam pengukuran konsumsi. Jika
subjek tidak mau berpartisipasi maka pencatatan ini tidak dapat
dilakukan. Pendekatan kedua adalah dengan metode recall konsumsi
seperti yang umum dilakukan (Naska et al. 2017).
Dietary Histori adalah dapat menelusuri riwayat makan secra
prospektif. Sifat inilah yang dapat menjadi kekuatan metode ini
sebagai salah satu cara untuk memahami perjalanan awal dari
sebuah kasus gizi salah berdasarkan makanan dan minuman yang
dikonsumsi. Komposisi zat gizi makanan adalah dapat diketahui dari
hari kehari. Titik dimana individu kelebihan dan kekurangan asupan
adalah dapat diketahui dengan tepat. Jika pada hari hari tertentu
asupan rendah atau sebaliknya adalah dapat dideteksi melalui
metode DH.

2.2. Prinsip Penggunaan Metode Dietary History


Prinsip umum dalam DH adalah pencatatan riwayat makan dari
aspek keteraturan waktu, komposisi gizi, kecukupan asupan gizi.
Kepatuhan diet, dan makanan pantangan. Riwayat ditelusuri dengan
dua pendekatan yaitu frekuensi konsumsi makanan dan porsi makan
setiap hari selama beberapa hari. Berdasarkan pertimbangan ini
maka beberapa prinsip DH adalah sebagai berikut:
1. Waktu Makan
2. Nama Hidangan
3. Bahan Hidangan
4. Porsi acuan
5. Porsi konsumsi

5
6. Hari konsumsi
7. Catatan Diet
8. Pantangan
9. Deskripsi DH
10. Interpretasi DH
1. Waktu Makan
Metode DH mencantumkan waktu makan sebagai bagian dari
pola makan. Waktu makan yang dimaksud adalah waktu makan
utama dan makanan selingan pada subjek. Berdasarkan cara ini
maka di Indoensia dikenal waktu makan pada pagi, siang dan malam
hari. Tiga waktu makan ini masih diselingi dengan makanan selingan
pada pagi menjelang siang dan sore hari. Makan selingan ini tidak
selalu ada pada setiap kelompok masyarakat. Ini disesuaikan dengan
kondisi masing masing wilayah dan satuan sosial tertentu. Deskripsi
waktu makan penting dalam kajian dietetik subjek. Salah satu
pertimbangannya adalah hormon leptin yang mengatur rasa lapar
dan rasa kenyang dipengaruhi oleh keteraturan waktu makan. Selain
itu waktu makan juga dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk
kesibukan dan pola penyediaan hidangan. Hal ini berarti bahwa
kebiasaan makan menurut kajian metode DH adalah mengkaji
berbagai determinan faktor konsumsi. Faktor konsumsi pangan dari
sisi kandungan gizi tetapi juga dari aspek penyediaan dan sistem
sosial lain yang memengaruhinya.
2. Nama Hidangan
Nama hidangan hendaknya ditulis lengkap, dan mengikuti nama
yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagaimana ia disebut
dalam kehidupan sehari hari. Tujuan penamaan yang sifatnya dikenal
oleh masyarakt umum adalah dalam rangka edukasi gizi dimasa
yang akan datang. Memudahkan kita berkomunikasi dan
menyampaikan pesan pesan gizi yang terkait dengan kontent
hidangan tersebut sesuai hasil kajian DH. Nama hidangan ini

6
kemungkinan berbeda untuk hidangan yang sama ditempat atau
etnis lain. Menghidari salah persepsi atas nama hidangan pada
kasus seperti diatas, maka akan dapat dihindari, karena pada setiap
nama hidangan selalu diikuti dengan rincian nama bahan atau
komponen penyusunnya.
3. Bahan hidangan
Bahan hidangan adalah seluruh bahan yang digunakan untuk
membuat hidangan. Bahan hidangan terdiri dari dari dua yaitu bahan
pokok dan bahan tambahan. Hidangan dari waktu ke waktu
mengalami modifikasi dengan cara memodifikasi dari resep aslinya.
Pada konteks ini seringkali satu jenis makanan atau minuman
dimodifikasi dengan memberikan bahan tambahan lain dengan
tujuan memperbaiki rasa atau penampilan. Pada metode DH semua
bahan yang digunakan untuk membuatnya adalah ditulis secara
lengkap. Komponen yang sedikit pemakaiannya adalah ditulis secara
lengkap, kandungan yang sedikit belum tentu pengaruhnya kecil
pada komposisi gizi seimbang. Contohnya adalah penggunaan
garam, pada setiap makanan olahan adalah sangat sedikit, akan
tetapi pengaruhnya secara fisiologi sangat besar jika kekerapan
konsumsinya sering.
4. Porsi acuan
Porsi acuan adalah porsi yang dijadikan acuan untuk
membandingkan porsi pada hari hari pengamatan selama DH
dilakukan. Jadi dengan demikian tujuan porsi acuan adalah untuk
mengetahui porsi yang paling sering digunakan oleh subjek dan
mengetahui konsistensi subjek pada porsi acuan dari hari kehari.
Porsi acuan ini jumlahnya sama dengan porsi rerata atau porsi yang
paling sering muncul atau sering digunakan oleh subjek jika
mengonsumsi satu jenis makanan. Porsi acuan berbeda untuk setiap
jenis makanan. Misalnya porsi makan sayuran berbeda dengan porsi
makan buah. Porsi makan lauk hewani berbeda dengan porsi makan

7
lauk nabati. Porsi acuan ini diperoleh dari beberapa cara yaitu
wawancara langsung dengan subjek atau penimbangan langsung
oleh subjek. Cara lain adalah menentukan sesuai dengan porsi pada
pesan gizi seimbang (PGS). Biasanya di Indonesia digunakan porsi
acuan pada buku PGS.
5. Porsi konsumsi
Porsi konsumsi adalah porsi yang dikonsumsi oleh subjek. Porsi
konsumsi dapat sama atau berbeda dengan porsi acuan. Perbedaan
ini diberikan simbol K=kecil, S=Sedang dan B=besar. Jika subjek
mengonsumsi lebih kecil dari porsi acuan maka diberi symbol K, Jika
subjek mengonsumsi sama dengan porsi acuan maka diberi simbol
S, dan jika subjek mengonsumsi lebih besar dari porsi acuan maka
diberi simbol B. Bobot ukuran besar, sedang dan kecil dapat
diketahui dengan cara penimbangan saat wawancara berlangsung.
Studi Diet Total (SDT) di Indonesia tahun 1994 pernah menggunakan
metode penimbangan makanan saat wawancara recall konsumsi 24
jam. Cara penimbangannya adalah subjek diminta untuk menentukan
jumlah makanan atau minuman yang biasa dikonsumsi melalui
bentuk (pangan) aslinya. Setelah subjek sudah menentukan takaran
makanan, lalu ditimbang oleh enumerator dan dicatat hasilnya
sebagai porsi konsumsi. Cara ini dipandang sebagai cara untuk
mengetahui porsi konsumsi aktual setiap subjek.
6. Catatan diet
Catatan diet adalah tanda yang diberikan pada setiap hari, untuk
kepatuhan subjek menjalankan diet yang digunakannya. Jika subjek
sedang menerapkan diet tertentu maka tanda ceklist dibubuhkan
pada kolom hari pengamatan, Jika subjek tidak menerapkan diet
pada hari pengamatan maka, kolom ini dikosongkan atau diberi
tanda silang, Tujuan catatan diet ini juga berguna untuk menilai
kepatuhan subjek pada diet. Diet dalam konteks ini adalah diet yang
beredar di masyarakat.

8
7. Pantangan
Makanan pantangan adalah makanan yang pada umumnya
orang konsumsi tetapi untuk subjek tertentu tidak dikonsumsi dengan
alasan subjektif diluar penilaian organoleptik. Makanan pantangan
ditolak untuk dikonsumsi karena alasan subjektif. Alasan subjektif
karena persepsi yang menyimpang dari kaidah ilmu pengetahuan gizi
dan makanan. Alasan seringkali berhubungan dengan mitos atau
legenda secara turun temurun. Jika subjek memiliki makanan
pantangan maka kolom ini diberi tanda ceklist. Tujuan kolom ini
adalah untuk memberikan deskripsi secara lengkap bahwa subjek
memiliki makanan pantangan. Pada wawancara mendalam dapat
ditelusuri tentang alasan memantangkan makanan tertentu dan
bagaimana efeknya pada keragaman konsumsi subjek.
8. Deskripsi dietary history
Deskripsi DH adalah penjelasan narasi yang mudah dipahami
atas fakta fakta riwayat makan subjek. Deskripsi DH adalah dirinci
terkait konsistensi waktu makan, sumber makanan pokok, lauk
hewani, lauk nabati, kelompok sayuran, dan kelompok buah buahan,
serta makanan bersama atau even sosial lainnya. Makanan
pantangan juga dijelaskan jika ada atau tidak ada. Deskripsi ini
adalah ringkasan tentang riwayat makan subjek.
9. Interpretasi dietary history
Interpretasi DH adalah simpulan atas riwayat makan subjek.
Simpulan ini diuraikan menurut dimensi keragaman konsumsi sesuai
dengan pilar gizi seimbang dan dilengkapi dengan asupan rerata
harian selama DH. Asupan terhadap gizi makro dan mikro. Jika
dilakukan penyederhanaan maka, disesuaikan dengan tujuan DH.
Jika tujuan DH adalah untuk menelusuri efek riwayat makan dengan
munculnya kasus malnutrisi gizi makro maka di interpretasi relasinya
dengan gizi makro saja.

9
2.3. Langkah-langkah Penggunaan Metode Dietary History
Setelah disediakan formulir DH, maka dapat digunakan untuk
pengumpulan data konsumsi pangan. Langkah langkah penggunaan
DH adalah:
1. Baca seluruh isi formulir DH yang terdiri dari tiga belas kolom
masing masing (1) waktu makan (2) jenis makanan dan bahan (3)
Porsi Aktual (4) Porsi Konsumsi sedang (5) Porsi konsumsi sedang
(6) Porsi konsumsi besar (7) pengamatan hari I (8)pengamatan hari II
(9) pengamatan hari III (10)pengamatan hari IV (11) pengamatan hari
V (12) pengamatan hari VI (13) pengamatan hari VII.
2. Waktu makan diisi waktu makan subjek ditulis pagi, siang
dan malam. Dapat juga mengisi jam makan selingan jam 10 atau jam
16 sore.
3. Jenis makanan adalah tuliskan nama makanan yang
dikonsumsi.
4. Porsi acuan adalah tuliskan porsi yang sering dikonsumsi
atau ambil dari buku Pedoman Gizi Seimbang (PGS) tentang standar
porsi.
5. Porsi yang dikonsumsi adalah tulis konsumsi aktual subjek
apakah porsi kecil, sedang atau besar dibandingkan dengan porsi
aktual. Misalnya diketahui porsi aktualnya satu piring nasi. Tetapi
subjek selalu konsumsi nasi lebih satu piring maka ditulis porsi
aktualnya adalah porsi besar.
6. Hari pengamatan adalah ditulis apakah pada hari pertama
dan seterunya konsumsinya dalam porsi sedang, kecil, besar atau
bahkan tidak konsumsi makanan tersebut. Tulis dengan simbol K, S,
dan B atau kosongkan jika tidak ada konsumsi pada hari
pengamatan.
7. Tulis apa ada riwayat diet dengan memberi tanda ceklist.
Jika subjek mengaku menjalankan diet tertentu dapat ditulis jenis
dietnya.

10
8. Kondisi saat makan, apakah makan bersama, sendirian atau
makan disaat acara sosial lainnya.
Secara keseluruhan DH dapat dilakukan satu minggu, satu
bulan dan juga satu tahun. Akan tetapi hari pengataman intensifnya
adalah satu minggu. Metode DH berbeda beda pelaksanaannya
diberbagai tempat terutama yang berhubungan dengan lama hari
pengamatan. Hal ini disesuiakan dengan manajemen pengumpulan
data dan sumberdaya yang tersedia. Pengamatan berselang atau
ada jeda hari kosong juga dapat dilakukan. Misalnya dalam
seminggu 3 kali kunjungan rumah sedangkan 3 hari lainnya cukup
dengan telepon interview atau dengan menggunakan metode
pengiriman gambar visual melalui media online. Prinsipnya tidak ada
ada satu metode yang lebih baik dibanding dengan metode lain. Satu
metode saling melengkapi untuk menghasilkan data yang tepat.
2.4. Kelebihan Metode Dietary History
Salah satu pertimbangan dalam memilih metode survei konsumsi
pangan adalah memertimbangkan kelebihannya. Kelebihan metode
DH sesuai dengan tujuannya adalah untuk mengidentifikasi riwayat
makan pada subjek. Status gizi tidak lain adalah luaran dari riwayat
makan subjek. Malnutrisi adalah disebabkan asupan makanan
berlebihan atau kekurangan makanan dalam jangka panjang. Aspek
durasi waktu yang panjang berkorelasi dengan kekhususan dalam
assosiasi hubungan sebab akibat yang signifikan. Hal ini berarti
bahwa kekerapan konsumsi signifikan berefek pada kondisi fisiologis
subjek. Kondisi fisiologis akan menyesuaikan diri dengan fakta
asupan zat gizi dimasa yang telah berlalu.
Kelebihan metode DH dari aspek sasaran adalah dapat
digunakan pada kelompok literasi rendah sama halnya dengan
metode FFQ. Kemudahan ini disebabkan pada proses pengumpulan
datanya adalah menggunakan metode wawancara langsung (direct
interview), bukan wawancara tidak langsung (indirect interview).

11
Wawancara tidak langsung contohnya adalah wawancara
menggunakan telepon (telephon interview). Sasaran dengan
kemampuan baca tulis dan pemahaman yang rendah dapat
diinvestigasi konsumsi pangannya dengan baik. Salah satu syaratnya
adalah dilakukan oleh interviewer yang terlatih.
Kelebihan metode DH adalah ketepatan dalam membuat daftar
bahan makanan atau minuman pada formulir DH dan akurasi porsi.
Metode ini sangat sistematis karena semua bahan makanan dan
minuman adalah yang nyata dikonsumsi sesuai bukti catatan harian.
Bentuk pertanyaan terbuka dan terus bertambah setiap ada item
makanan atau hidangan baru untuk setiap subjek. Cara ini dapat
mengurangi over plat syndrome atau menaksir konsumsi terlalu tinggi
dari fakta yang sesungguhnya. Daftar ini berbeda dengan daftar pada
FFQ, karena pada FFQ daftar dapat saja tidak ada yang memilihnya
saat sudah dilakukan survei, tetapi DH adalah selalu ada yang
memilih item setiap makan, karena ia dibuat berdasarkan daftar
makanan aktual subjek.
Kelebihan lain adalah metode DH tidak merepotkan subjek
dengan persiapan yang rumit, karena dapat dilakukan pada waktu
yang disepakati antar keduanya. Subjek tidak memiliki beban yang
rumit seperti pada metode pencatatan dimana subjek diminta untuk
aktif mencatat makanan dan minuman yang dikonsumsinya setiap
hari (Cheng et al. 2012).
Kelebihan metode DH dibanding dengan metode SKP yang lain
adalah mewakili riwayat makan aktual subjek sedangkan metode
yang lain seperti pada metode recall konsumsi 24 jam (Food Recall
24 Jam), penimbangan makanan (Food Weighing), adalah
mendeskripsikan asupan aktual sehari. Jika metode SKP tingkat
individu yang lain akan digunakan untuk menderskripsikan konsumsi
mingguan atau bulanan dan bermaksud melihat variasi antar hari
maka pengumpulannya harus berulang.

12
Kelebihan lain metode DH dibanding metode metode ingatan
makanan (Food Recall 24 Jam) adalah tidak memaksa konsumen
untuk mengingat seluruh makanan dan minuman yang sudah
dikonsumsinya dalam 24 jam terakhir. Ingatan dalam metode DH
adalah selalu dikoreksi setiap hari. Ingatan hanya difokuskan pada
jenis hidangan saja, diawal pelaksanaan, dan jumlah yang
dikonsumsi seperti pada metode Food Recall 24 Jam (Charlebois
2011).
2.5. Kekurangan Metode Dietary History
Kelamahan metode DH dibanding dengan banyak metode survei
konsumsi pangan yang lain adalah:
1. Pelaksanaan memerlukan waktu lama
Pelaksanaan metode DH adalah pelaksanaan metode yang
paling lama diantara semua jenis metode penilaian konsumsi
makanan. Hal ini disebabkan karena metode ini salah satu cirinya
adalah mendeskripsikan secara multidimensi riwayat makan subjek.
Analisis dan telaahan yang multi dimensi inilah menjadi salah satu
kendala terutama jika survei dilakukan pada populasi yang besar
atau pada penelitian dengan jumlah sampel yang besar.
2. Memerlukan enumerator yang banyak, jika survei pada
populasi
Jika metode ini digunakan, pada jumlah subjek yang banyak,
maka dipastikan tenaga pengumpul data harus berjumlah banyak.
Jumlah yang banyak pada satu sisi akan mempercepat periode
pengumpulan data, akan tetapi di sisi lain kemampuan pengumpul
data hendaknyna homogen dan sudah mendapatkan pelatihan yang
cocok dengan survei konsumsi metode DH. Standarisasi petugas
pengumpul data sangat diperlukan sehingga biaya pelaksanaannya
lebih mahal dibanding dengan metode lain.
3. Memerlukan tenaga pengumpul data yang sangat terlatih

13
Menggali riwayat makan, tidak semata mata fokus pada
instrumen DH semata mata. Tenaga terlatih yang memahami dengan
baik budaya makan setempat dan memahami proses penyiapan,
pengolahan dan distribusi makanan. Pemahaman ini bukan saja
mencakup aspek individu tetapi sistem sosial masyarakat setempat
yang berhubungan dengan budaya makan.
2.6. Komponen Pokok Metode Dietary History
1. Pola makan (jumlah dan frekuensi)
Ingatan 24 jam dari asupan yang biasa dikonsumsi dan
pengumpulan informasi umum akan pola makan menyeluruh, baik
pada saat waktu makan maupun pada saat selingan. Informasi yang
diperoleh termasuk deskripsi lengkap makanan, frekuensi konsumsi,
dan porsi yang lazim dalam rumah tangga.
2. Jenis hidangan yang bisa dikonsumsi
Sebagai ’cek silang’ bagi kebiasaan asupan. Metode ini terdiri
atas kuesioner frekuensi konsumsi untuk jenis pangan khusus yang
digunakan untuk memverifikasi atau mengklarifikasi informasi atas
jenis dan jumlah pangan yang diperoleh pada komponen pertama.
3. Ukuran porsi makan
Pencatatan konsumsi pangan selama tiga hari dengan
menggunakan ukuran rumah tangga.
2.7. Perbandingan Metode Dietary History dengan Metode yang lain
Metode DH jelas berbeda dengan metode lainnya termasuk
dengan metode FFQ, pada metode ini menanyakan riwayat makan
subjek. Riwayat makan subjek ditelaah dalam multi dimensi, jumlah,
dan jenis, frekuensi, asal makanan dan kebiasaan makan sehari hari.
Kekhususannya dalam aspek multi dimensi, disebabkan metode ini
mengompilasi dua metode lainnya yaitu metode FFQ dan metode
recall 24 Jam. Kesesuain data antara hasil FFQ dengan hasil metode
recall 24 jam, dirumuskan menjadi sebuah catatan kebiasaan makan

14
atau sering disebut riwayat makan. Inilah yang disebut dengan
Dietary Histori (DH)(Sirajuddin 2015).
Perbedaan degan metode FFQ ataupun semi FFQ adalah
dimana informasi tentang bahan makanan yang dimasukkan dalam
daftar DH. Pada metode FFQ atau Semi FFQ makanan dan
minuman yang dimasukkan dalam daftar adalah makanan yang
dinyatakan berkorelasi langsung dengan risiko salah gizi
(malnutrition) yang sedang dikaji. Misalnya kita sedang
mengivestigasi besarnya risiko konsumsi bahan makanan sumber
goetrogenik terhadap rendahnya kadar ekresi yodium dalam urin
siswa sekolah dasar di daerah pegununan. Maka semua bahan
makanan dalam daftar FFQ atau semi FFQ adalah bahan makanan
yang memang merupakan sumber goitrogenik. Pada metode DH
daftar makanan dibuat dalam format FFQ tetapi isinya bukan hanya
makanan yang diduga sebagai sumber goitrogenik melainkan semua
bahan makanan yang berpeluang dikonsumsi oleh subjek yang
diinvestigasi. Perhatikan pada contoh ini, jelas bahwa ada perbedaan
antara tujuan FFQ, semi FFQ dengan DH, meskipun keduanya
menggunakan bentuk formulir yang sama.
Tujuan pembeda dari metode DH adalah menggali riwayat
makan, sedangkan metode FFQ dan Semi FFQ adalah menganalisis
faktor risiko kekerapan konsumsi terhadap timbulnya kasus gizi salah
(malnutrition). Jika seseorang terpapar zat tertentu pada makanan,
maka seberapa besar risikonya menjadi gizi salah (malnutrition).
Hipotesis ini dapat dijawab dengan metode FFQ. Jika seseorang
memiliki riwayat makan tertentu maka, apa jenis gizi salah yang
dialaminya saat ini.
Pada penjelasan sebelumnya sudah dibahas bahwa metode
FFQ dan metode recall konsumsi 24 jam, adalah saling melengkapi
satu sama lain (Shahar et al. 2003). Konsep yang sama juga berlaku
pada metode DH. Informasi kekerapan konsumsi pada hasil FFQ

15
divalidasi dengan recall selama 1 minggu. Recall konsumsi idealnya
dilakukan secara berselang seling antara hari recall pertama dan
kedua, sedangkan recall konsumsi pada DH tidak demikian. Recall
konsumsi yang tujuannya adalah validasi data frekuensi makan,
maka ia dilakukan setiap hari selama satu minggu. Disinilah letak
perbedaan pokok recall konsumsi pada metode DH dengan recall
konsumsi metode biasa.
Metode DH menanyakan kekerapan konsumsi bukan dari daftar
yang terbatas seperti pada metode FFQ dan semi FFQ. Pendekatan
ini juga tidak mengabaikan jumlah dan porsi. Kesamaan dalam hal
validasi adalah sama seperti pada metode FFQ dan semi FFQ.
Biasanya harus divalidasi dengan metode food recall 24 jam.
Informasi hasil validasi instrumen DH adalah berguna untuk
mengurangi bias informasi terkait riwayat makan. Salah satu alasan
sehingga metode food recall 24 jam dapat digunakan untuk
melengkapi DH adalah untuk mendapatkan informasi tambahan
kuantitas asupan gizi pada subjek. Metode DH juga dapat
memberikan informasi asupan gizi secara kuantitas untuk kondisi
aktual rerata selama satu minggu. Informasi ini lebih
menggambarkan asupan dari hari ke hari (day to day) dibanding
asupan pada metode recall konsumsi 2x24 jam.
Perbedaan yang nyata soal penggolongan makanan pada
metode DH dengan metode FFQ adalah bahwa pada metode
FFQ,pengelompokan makanan untuk mengklasifikasikan makanan
menurut skor konsumsi pada subjek. Penggolongan makanan pada
metode DH adalah untuk menentukan target makanan potensial
sebagai basis intervensi pada kasus gizi salah (malnutrition). Contoh
sebuah project intervensi pola makan dalam rangka menurunkan
prevalensi total glukosa terganggu (TGT) disebuah komunitas. Pada
kasus ini intervensinya adalah menurunkan kandungan bahan
makanan yang mengandung gula tinggi. Wajib diketahui bahan

16
makanan atau hidangan apa yang potensial diatur kadar gulanya
agar asupan gula aktual masyarakat signifikan menurun. Pada kasus
ini metode DH akan mampu menghasilkan rekomendasi jenis
makanan yang potensial dan berapa kadar penggunaan gula yang
tepat, agar hasilnya signifikan asupan gula menurun.
2.8. Contoh Formulir Metode Dietary History

Perhatikan bahwa formulir diatas, lebih banyak itemnya, formulir


ini dapat dikembangkan informasinya sesuai dengan tujuan penilaian
konsumsi pangan yang dilakukan. Misalnya jika DH ini ditujukan
untuk mengetahui riwayat makan penderita DM maka informasi yang

17
berhubungan dengan pembatasan kalori atau konsumsi berbagai
jenis herbal dapat dimasukkan dalam catatan dibagian riwayat diet.
Jika digunakan formulir DH ini pada pasien di rumah sakit,
biasanya ditujukan untuk menelusuri kebiasaan makan pasien.
Mengapa metode DH ini digunakan pada situasi seperti ini.
Alasannya adalah bahwa pasien yang sakit itu ada dua type yaitu
sakit karena berhubungan dengan riwayat makan. Sakit karena
riwayat makan adalah biasanya penyakit degeneratif. Penyakit ini
kuat sekali korelasinya dengan riwayat makan pasien. Jika riwayat
makan pasien dietahui maka, edukasi dietetik akan mudah dilakukan.
Inilah alasan penggunaan metode DH pada pasien di RS.
Penyakit yang tidak berhubungan dengan riwayat makan seperti
kecelakaan kerja. Penyakit ini tidak ada hubungannya dengan
riwayat makan , akan tetapi untuk memberikan makanan yang
berkesesuaian dengan preferensinya maka perlu ditelurusi dengan
metode DH. Salah satu contoh penggunaan formulir ini adalah
dengan melihat dokumen isian DH berikut ini:

18
19
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Metode dietary history adalah metode penilaian konsumsi
makanan yang didasarkan pada riwayat makan dalam bentuk
frekuensi makan dan porsi makan, mendeskripsikan diet subjek,
proses persiapan, cara pengolahan, dan makanan pantangan, prinsip
dietary history mendeskripsikan tentang waktu makan, nama
hidangan, porsi acuan, porsi konsumsi, hari konsumsi, catatan diet,
pantangan, deskripsi umum dietary history, dan interpretasi dietary
history.
Metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya
yaitu dapat mengukur usual nutrient intake pada periode yang
panjang secara kualitatif dan kuantitatif, dapat digunakan di klinik gizi
untuk memgatasi masalah diet pasien, data pada semua gizi dapat
diperoleh, dapat menunjukkan korelasi yang baik dengan penilaian
biokimia, dapat mendeteksi seasonal changes. Kekurangannya yaitu
pelaksanaan memerlukan waktu yang lama, memerlukan enumerator
yang banyak, memerllukan tenaga pengumpul data yang sangat
terlatih.

3.2 SARAN
Dari penyususnan makalah Metode Dietary History ini, masih
banyak kekurangan yang ada maka penulis mengharapkan saran
dan kritikan dari pembaca (Dosen dan Kawan-Kawan) sangat di
harapkan untuk penulis dari penyempurnaan makalah berikutnya
atau masa yang akan datang.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://gizi.unida.gontor.ac.id/2019/08/04/praktikum-perdana-survey-
konsumsipangan/#:~:text=Survey%20konsumsi%20pangan
%20merupakan%20serangkaian,(Kemenkes%20RI%2C%202018).
https://www.slideshare.net/mobile/dhilaf/pert-6-ffq-dan-dietary-history
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2018/09/Sur
vey-Konsumsi-Pangan_SC.pdf
https://text-id.123dok.com/document/eqokvp6my-metode-riwayat-
makanan-dietary-history-method-metode-frekuensi-konsumsi-pangan-
food-frecuency-questionnaire.html
Aang Sutrisna, Marieke Vossenaar, Dody Izwardy, A.T., 2017. Sensory
Evaluation of Foods with Added Micronutrient Powder (MNP) “Taburia”
to Assess Acceptability among Children Aged 6–24 Monthsand Their
Caregivers in Indonesia. Nutrien, 9(979), pp.2–17.
Androniiki, 2009. Food balance sheet and household budget survey
diatary data and mortality patterns in Europe.
Appannah, G. et al., 2014. The reliability of an adolescent dietary pattern
identified using reduced-rank regression: comparison of a FFQ and 3 d
food record. The British journal of nutrition, 112(4), pp.609–15.
Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov /pubmed/25091285
Bakker, I. et al., 2003. Computerization of a dietary history interview in a
running cohort ; evaluation within the Amsterdam Growth and Health
Longitudinal Study. , pp.394–404.
Benítez-Arciniega, A. a et al., 2011. Concurrent and construct validity of
Mediterranean diet scores as assessed by an FFQ. Public health
nutrition, 14(11), pp.2015–21. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21740628..

21

Anda mungkin juga menyukai