TINJAUAN PUSTAKA
Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil
Daging merupakan komponen utama karkas, dimana karkas juga tersusun dari
lemak jaringan adipose, tulang, tulang rawan, jaringan ikat, dan tendo.
karena kandungan asam amino esensialnya lengkap. Serat dagingnya juga pendek
dan lunak, sehingga mudah dicerna. Banyaknya kalori yang dihasilkan daging
unggas lebih rendah dibandingkan dengan nilai kalori daging sapi atau babi.
Karenanya daging unggas dapat digunakan untuk menjaga berat badan, orang
yang baru dalam tahap penyembuhan dan orang tua yang tidak aktif bekerja lagi
(Koswara, 2009).
Karkas ayam pedaging adalah bagian dari ayam hidup, setelah dipotong,
kepala dan leher serta kedua kakinya (ceker) (SNI 01-3924-1995). Berdasarkan
a) Karkas segar, yaitu karkas yang baru selesai diproses selama tidak lebih
c) Karkas beku, yaitu karkas yang telah mengalami proses pembekuan cepat
berdasarkan pembagiannya dibedakan menjadi : (a) ukuran kecil 0,8-1 kg, (b)
ukuran sedang 1-1,3 kg, dan (c) ukuran besar 1,2-1,5 kg (SNI 01-3924-1995).
Menurut Mc Nitt (1983), persentase bobot karkas ayam broiler yang normal
berkisar antara 65-75% dari bobot hidup. Persyaratan karkas yaitu: (1)
Menggunakan ayam hidup yang sehat, sesuai dengan ketentuan peraturan yang
berlaku. (2) Pemotongan dilakukan ditempat yang bersih, cukup air berasal dari
sumber berkualitas baik dan khusus. (3) Pengeluaran darah (bleeding) harus tuntas
sehingga ayam benar-benar mati. (4) Sebelum pencabutan bulu ayam diseduh
dilakukan pencabutan bulu, kemudian karkas ayam dicuci dengan air yang
kesehatan terhadap karkas dilakukan sebelum jeroan dipisahkan dari tubuh oleh
bahan pangan seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, air, mineral dan
pigmen. Kadar masing-masing komponen tersebut berbeda-beda besarnya
tergantung kepada jenis atau ras, umur dan jenis kelamin unggas yang
bersangkutan. Bahkan pada daging unggas yang sama setiap komponen kadarnya
berbeda-beda antara bagian yang satu dengan yang lainnya. Amrullah (2002)
menyatakan bahwa bila persentase lemak dalam karkas broiler meningkat maka
kandungan air tubuh berkurang. Bobot air tubuh dan lemak berkisar dari 76
hingga 79% dari bobot hidup dewasa. Pada suhu 32,2 °C, 12% akan berupa lemak
dan 66% adalah air. Coetzee dan Hoffman (2002) menyebutkan bahwa
penggunaan jenis asam lemak yang berbeda tidak mempengaruhi kadar protein
amino esensial dalam jumlah yang lengkap sehingga disebut protein dengan mutu
berbeda. Karkas ayam ras biasanya lebih seragam dalam ukuran dan memiliki
daging lebih banyak dibandingkan karkas ayam buras. Yang dimaksud dengan
karkas adalah bagian dari tubuh unggas tanpa darah, bulu, kepala, kaki dan organ
dalam (Soeparno, 2009). Komponen karkas adalah otot, tulang, lemak dan kulit.
Karkas ayam merupakan bentuk keseluruhan ayam potong tanpa bulu, kepala,
banyak dan umum diperdagangkan. Karkas ayam adalah produk keluaran proses
pemotongan, biasanya dihasilkan setelah melalui tahap pemeriksaan ayam hidup,
ayam. Hanya ayam yang benar-benar sehat yang dipilihara sebagai ayam
dengan berat 1,4 – 1,7 kg/ekor. Sebelum ayam disembelih sebaiknya ayam
pedaging tidak diberi makan selama lebih kurang 3 jam untuk memudahkan
b. Penyembelihan
Pemotongan ayam dilakukan dengan cara memotong Vena jugularis dan Arteri
otak diarahkan pada Medula ablongata dengan pisau kecil. Terdapat beberapa
cara penyembelihan mulai dari cara pemenggalan leher yang sederhana sampai
memotong pembuluh darah, jalan makanan dan jalan nafas. Sedangkan cara
unggas yang modern dilakukan dengan cara unggas yang disembelih digantung
badannya.
d. Penyeduhan
Penyeduhan atau perendaham dalam air panas dilakukan dengan tujuan untuk
e. Pencabutan Bulu
Tahap pencabutan bulu meliputi penghilangan bulu besar, bulu halus dan bulu
seperti rambut. Pencabutan bulu besar dilakukan secara mekanis dari dua arah,
yaitu depan dan belakang. Sedangkan pencabutan bulu halus dan bulu rambut
umumnya dilakukan dengan metode wax picking, yaitu dengan pelapisan lilin.
penyeduhan dilapisi lilin dengan cara merendamnya dalam cairan lilin. Setelah
cukup terlapisi unggas diangkat dan dikeringkan sehingga lapisan lilin menjadi
mengeras padat. Dengan demikian bulu-bulu yang ada pada karkas akan ikut
Dengan membuat irisan lobang yang cukup besar dari bagian bawah anus,
seluruh isi perut ditarik keluar termasuk jaringan pengikat paru-paru, hati dan
dalam rongga perut dan menarik seluruh isi perut keluar. Pencucian bertujuan
Jaringan otot hewan pada saat masih hidup mempunyai pH pada kisaran 7,2
sampai 7,4 dan akan menurun setelah pemotongan (Foegeding et al. 1996), karena
(Lawrie, 2003). Hasil penelitian Duna et al. (1993) bahwa rata-rata pH awal otot
dada broiler 7,09 kemudian menurun menjadi 5,94 yaitu pada enam jam
postmortem.
otot yang cepat akan mengakibatkan rendahnya kapasitas mengikat air, karena
memeras cairan keluar dari dalam daging. Suhu tinggi juga dapat mempercepat
mengikat air ini dapat diketahui dengan mengukur eksudasi cairan pada daging
mentah atau kerut pada daging masak, sebaliknya pada pH akhir yang tinggi dapat
kering karena cairan daging terikat secara erat dengan protein (Foegeding et al.,
1996).
Menurut Boulianne dan King (1998) cekaman suhu dan kepadatan selama
ternak yang akan dipotong akan menurunkan jumlah kandungan glikogen dalam
otot. Akibat dari keadaan ini pembentukan asam piruvat dan kemudian asam
laktat tidak terjadi secara baik dan daging tetap mempunyai keasaman yang
rendah (pH tetap tinggi) (Suhardi dan Marsono, 1982). Soeparno (2009)
pemotongan.
tinggi, karena cadangan glikogen otot yang rendah. Young et al. (2004)
sebelum pemotongan mempunyai pH sekitar 6,31 dan akan menurun menjadi 5,96
Susut masak adalah berat yang hilang setelah perebusan, kadar air yang
hilang merupakan indikator nilai nutrisi daging yang berhubungan dengan jus
daging yang merupakan komponen dari stuktur daging (Soeparno, 2009). Daging
yang dimasak dalam waktu cepat akan memberikan nilai susut masak yang lebih
rendah daripada daging yang dimasak dalam waktu yang lama. Daging yang
berkualitas baik mempunyai nilai susut masak yang kecil daripada daging
berkualitas rendah, meski daging yang baik kehilangan lemak lebih banyak tetapi
Penurunan daya ikat air disebabkan oleh makin banyaknya asam laktat yang
Menurut Hamm (1981), bahwa perubahan daya ikat air daging selama
penyimpanan diduga karena terjadinya perubahan ion-ion yang diikat oleh protein
daging. Pada saat penyegaran kembali (thawing) daging beku, terjadi kegagalan
serabut otot menyerap kembali semua air yang mengalami translokasi atau keluar
pada saat penyimpanan beku (Bratzler et al., 1977 dan Lawrie, 2003). Proses
ikat air terhadap protein daging akan semakin lemah, yang akan menyebabkan
nilai daya ikat air (Bhattacharya et al., 1988). Hal ini juga akan terlihat pada
banyaknya cairan yang keluar (drip) pada saat daging beku tersebut di thawing.
Semakin tinggi cairan yang keluar dari daging menunjukkan bahwa nilai daya ikat
yang terdapat dalam otot, jika kadar air turun maka susut masak akan menurun,
susut masak yang rendah akan memberikan rendemen tinggi yang dibutuhkan
dalam pengolahan daging (Nurwantoro et al., 2012). Hal ini mendukung pendapat
Soeparno (2009) bahwa kualitas karkas yang berhubungan dangan umur dan
lemak intramuskuler mempunyai pengaruh terhadap kadar air daging. Otot yang
2.3.5 Protein
2013). Komponen dasar dari senyawa protein adalah asam amino. Berbagai jenis
asam 11 amino membentuk rantai panjang melalui ikatan peptida. Ikatan peptida
adalah ikatan antara gugus karboksilat satu asam amino dengan gugus amin asam
amino lain yang ada di sampingnya. Menurut Jaya (2011), asam amino yang
dibedakan menjadi tiga golongan yaitu asam amino esensial, semiesensial, dan
nonesensial. Asam amino esensial adalah asam amino yang diperoleh dari luar
tubuh karena sel-sel tubuh tidak dapat mensintesisnya. Asam amino semiesensial
adalah asam amino yang dapat menghemat pemakaian asam amino lainnya. Asam
amino nonesensial adalah asam amino yang dapat disintesis di dalam tubuh
manusia dengan bahan baku asam amino lainnya. Lebih lanjut, Jaya (2011)
pepsin aktif pada pH 2–3 (suasana asam). Enzim pepsin mampu mencerna semua
jenis protein yang berada dalam makanan meliputi 10–30% dari pencernaan
protein total. Di dalam lambung, protein masih dalam bentuk proteosa, pepton,
dan polipeptida. Setelah memasuki usus halus, protein akan dicerna oleh enzim
tripsin, kimotripsin, dan peptidase. Enzim tripsin dan kimotripsin dapat memecah
peptida menjadi asam-asam amino. Asam amino tersebut akan diabsorpsi oleh
dinding usus halus dan masuk ke pembuluh darah. Sebagian asam amino langsung
digunakan oleh jaringan dan sebagian lain mengalami proses pelepasan gugus
amin di hati.
2.3.6 Lemak
Lemak tersusun dari unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan
kadang-kadang fosfor (P) serta nitrogen (N) (Asti dan Sukesi, 2013). Lemak
menghasilkan tiga molekul asam lemak dan satu molekul gliserol. Oleh karena
campuran, dan derivat lemak. Lebih lanjut, Asti dan Sukesi (2013) menyatakan
bahwa pencernaan lemak terjadi di dalam usus halus dengan bantuan enzim
untuk mengemulsikan lemak atau memecah lemak menjadi butiran lemak yang
lemak dan monogliserida akan diabsorpsi darah melalui sel-sel mukosa pada
dinding usus halus. Keduanya diubah kembali menjadi lemak (trigliserida) dengan
standar batasan cemaran mikroba. Standar mutu pangan tersebut yang dikeluarkan
oleh SNI dapat membantu konsumen untuk menentukan mutu produk pangan
yang akan dibelinya. Standar mutu bahan pangan merupakan pedoman yang dapat
standar mutu, yaitu standar yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional
kandungan TPC yaitu 1x106 cfu/g., Escherichia coli 1 x 101 cfu/g, dan Salmonella
Sp. negatif/25gram.
1. Escherichia coli
karbondioksida.
Domain : Bakteri
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Species : Escherichia coli (Anonim, 2008).
manusia dan atau hewan, karena bakteri-bakteri tersebut lazim terdapat dan
satu atau lebih tahap pengolahan pangan tersebut pernah mengalami kontak
dengan kotoran yang berasal dari usus manusia dan hewan. Sampai saat ini
2. Salmonella sp.
Syarat mutu karkas dan daging ayam dalam SNI 7388:2009 maupun
tertelan dan masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan gejala yang disebut
dalam jumlah tinggi tetapi tidak selalu menimbulkan perubahan dalam hal
warna, bau, maupun rasa dari makanan tersebut. Semakin tinggi jumlah
infeksi pada orang yang menelan makanan tersebut dan semakin cepat
menyebabkan demam enterik bersifat parasit primer pada hewan (Lay dan
Hastowo, 1992).
bakteri ini tumbuh pada suhu antara 4-45°C dan pada pH antara 4,0-9,0
bakteri genus lainnya dalam tribus Eschericiae dan bakteri asam laktat. Oleh
Sukamto, 1999).
3. Coliform
tangan penjual, pemotongan yang tidak higienis sehingga bakteri dari alat
pemotong dapat berpindah ke daging, dari kemasan yang kurang steril, dari
air yang digunakan untuk membersihkan, daging atau alat pemotong yang
kemungkinan sudah tercemar dan dari daging itu sendiri karena habitat dari
bakteri Coliform ini adalah di usus hewan, serta banyak penyebab lainnya
setiap koloni yang tumbuh berasal dari satu sel, maka dengan menghitung
jumlah koloni dapat diketahui penyebaran bakteri yang ada pada bahan.
Jumlah mikroba pada suatu bahan dapat dihitung dengan berbagai macam
cara, tergantung pada bahan dan jenis mikrobanya. Metode penghitungan sel
mikroba dibagi menjadi 2 yaitu : (a) Secara tidak langsung yaitu jumlah
mikroba dihitung secara keseluruhan baik yang mati atau yang hidup atau
menggunakan Total Plate Count. (b) Secara langsung yaitu jumlah mikroba
dihitung secara keseluruhan, baik yang mati atau yang hidup dengan alat
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah bila sel mikroba yang masih
biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung, dan kemudian
sensitif untuk menentukan jumlah jasad renik, dengan alasan: (a) Hanya sel
mikroba yang hidup yang dapat dihitung (b) Beberapa jasad renik dapat
mikroba karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari mikroba yang
Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan
membentuk koloni yang kompak, jelas dan tidak menyebar. (d) Memerlukan
persiapan dan waktu inkubasi relatif lama sehingga pertumbuhan koloni
Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah
daging antara lain adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin,
umur, pakan termasuk bahan aditif dan stres. Faktor setelah pemotongan yang
daging, macam otot daging dan lokasi pada suatu otot daging (Soeparno, 2009).
Salah satu cara untuk mendapatkan daging yang empuk dilakukan dengan
(2009), dapat dihubungkan dengan tiga katagori protein otot yaitu protein. Laju
termasuk bangsa, spesies dan fisiologi, faktor umur, managemen, jenis kelamin
3. Tekstur
Secara teknis pengukuran tekstur dapat dilakukan dengan uji penekanan atau
pembuatan lubang kecil. Alat yang digunakan adalah instrumen uji mekanis
instron yang mengukur kekerasan dan saya kunyah (Purnomo, 1995). Bahan
yang ditekan dengan jarum hard teksturometer adalah pada bagian tengah, kiri
dan kanan. Rataan dari ketiga pengukuran tersebut merupakan tekstur bahan
(Slamet et al., 1984). Ada beberapa hal yang mempengaruhi tekstur bahan
pangan antara lain rasio kandungan lemak, protein, jenis protein, suhu
pengolahan, kadar air dan aktivitas air (Purnomo, 1995). Lawrie (2003)
terlihat kasar daripada yang tidak aktif. Faktor lainnya yang mempengaruhi
4. Warna
berserat lebih besar dan lebar, sedikit mioglobin, mitokondria dan enzim
glikogen yang tinggi. Daging ayam mempunyai kadar protein dan air yang
lebih tinggi dibanding daging sapi namun daging sapi memiliki kadar lemak
jenuh dan kolesterol lebih tinggi dibanding daging putih (Usmiati, 2010).
5. Residu obat-obatan
yang menyebabkan residu (Purwadaria et al., 2003). Kalaupun ada residu obat,
maka harus dalam batas toleransi yang diperbolehkan. Residu antibiotik dalam
penyakit yang dilaporkan di Inggris dan Wales, 10% di New South Wales dan
Sumber lain menunjukan bahwa sekitar 90% penyakit yang terjadi pada
penyakit melalui makanan diakibatkan oleh pekerja yang menderita infeksi dan
pengolahan makanan yang aman dan sehat. Penjamah makanan harus mengikuti
prosedur yang penting bagi pekerja pengolah makanan yaitu pencucian tangan,
menjaga kebersihan tangan seperti masih adanya pedagang yang mengaku tidak
memakai sabun ketika mencuci tangan sebanyak 50% atau 15 pedagang, dan kuku
tangan secara menyeluruh pada bagian meliputi punggung tangan, telapak tangan,
sela-sela jari dan bagian dibawah kuku, pembilasan dengan air mengalir dan
virus patogen dari tubuh, feses atau sumber lain ke makanan (Fathonah, 2005).
Kebiasaan tangan (hand habites) dari pekerja pengelola pangan mempunyai andil
makanan. Kebiasaan tangan ini dikaitkan dengan pergerakan tangan yang tidak
disadari seperti menggaruk kulit, menggosok hidung, merapikan rambut,
menyentuh atau meraba pakaian dan hal lain yang serupa (BPOM, 2003). Oleh
karena itu sebaiknya pedagang mencuci tangan dengan sabun dan air bersih atau
air mengalir baik setelah buang air kecil (BAK) maupun buang air besar (BAB),
dan menggunakan tisue kering atau lap bersih untuk mengeringkannya sehingga
penyebab adanya Salmonella seperti sanitasi air dan sanitasi peralatan. Meliputi
penyediaan air bersih untuk seluruh kegiatan, penggantian air bilasan yang sudah
seluruh proses kegiatan, 40% atau 12 pedagang tidak mengganti air bilasan jika
sudah kotor. Air yang kontak langsung dengan produk pangan dalam industri
lingkungan akibat limbah dari hewan atau manusia pada saluran air dapat menjadi
memasukan berbagai jenis bakteri patogen, virus, protozoa, dan cacing yang
ditularkan kepada manusia jika air digunakan untuk minum dan penyiapan
makanan (Fathonah, 2005). Menurut Suardana dan Swacita (2009), peralatan yang
digunakan dalam proses pengolahan makanan apabila tidak dijaga kebersihannya
diambil dan dibawa ke tempat pembuangan sampah. Hal ini dapat menimbulkan
penyakit bawaan vektor yang berkembang biak di dalam sampah. Sampah bila
ditimbun sembarangan dapat dipakai sebagai sarang lalat dan tikus (Slamet,
2002). Bahan makanan baik nabati maupun hewani akan membawa mikroflora
yang akan bertahan di dalam produk makanan. Mikroflora bersifat patogen pada
(Fathonah, 2005).
sekitarnya seperti udara, debu, air, tanah, kotoran maupun bahan organik yang
telah busuk (Suardana dan Swacita, 2009). Hal ini sesuai dengan penelitian
udara, debu dan serangga. Terdapat 30% pedagang dalam penyediaan air untuk
proses sanitasi belum memenuhi syarat, yaitu air masih berbau dan berwarna
keruh. Menurut Haryadi dan Ratih (2009), bahwa apabila dideteksi adanya warna,
bau dan rasa yang menyimpang pada air, maka perlu dicurigai bahwa air tersebut
dalam berjualan, khususnya penyediaan air bersih yang memadai untuk seluruh
proses kegiatan. Karena air merupakan unsur yang penting dalam proses sanitasi
digunakan untuk keperluan pembersih dan diperlukan selama penanganan dan
pemerintah, pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik negara dan badan
usaha milik daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha
berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil,
menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal
kecil, dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar
sampah yang kurang terpelihara, kurangnya lahan parkir, dan buruknya sirkulasi
udara. Kebanyakan pembeli tidak perlu masuk ke dalam pasar untuk berbelanja
karena mereka bisa membeli dari pedagang kaki lima (PKL) di luar pasar. Selain
yakni strategi perencanaan yang kurang baik, terbatasnya akses permodalan yang
ekonomi (economis of scale), tidak ada jalinan kerja sama dengan pemasok besar,
Amin, 2011 ).
Menurut Kuncoro (2008) permasalahan umum yang dihadapi pasar
tradisional antara lain : (a) Banyaknya pedagang yang tidak tertampung. (b) Pasar
tradisional mempunyai kesan kumuh. (c) Dagangan yang bersifat makanan siap
saji mempunyai kesan kurang higeienis. (d) Pasar modern yang banyak tumbuh
dasaran yang sudah ditentukan. (f) Masih rendahnya kesadaran pedagang untuk
membayar retribusi. (g) Masih adanya pasar yang kegiatannya hanya pada hari
pasaran.