Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM

ISOLASI SENYAWA FLAVONOID DARI DAUN


SINGKONG
(Manihot esculenta Crantz)

Oleh
NAMA : Lathifah Hanum Fajri
NO. BP : 1611012037
SHIFT : Kamis Siang
KELOMPOK : 4 (empat)
REKAN : 1. Wafi Nisrin R 1611011012
2. Rahma Aprilian 1611011030
3. Rifo Ranofan 1611011039
4. Rahmita Bimasari 1611011052
5. Dela Puspita 1611011059
6. Siti Nurhasanah 1611012042
7. M. Taqwim 1611013014

LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN

1. Mengetahui dan mempraktekkan cara mengisolasi flavonoid


2. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa flavonoid

1.2 MANFAAT

1. Praktikan dapat mengetahui serta mempraktekan cara mengisolasi


senyawa flavonoid dari Manihot esculenta Crantz.
2. Praktikan dapat mengetahui cara mengidentifikasi senyawa flavonoid dari
Manihot esculenta Crantz.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Botani

2.1.1 Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta Crantz.1

2.1.2 Nama Daerah

Ubi kayee (Aceh), Gadung kayu (Gayo), Gadung hau (Batak


toba), Gowi, farasi, gowi rio (nias), Ubi kayu, ubi parancih (minang),
Huwi dangdeur, huwi jendral, kasapen, singkong (sunda), Kasawe,
kaspa, katela budin, katela jendral, katela menyog (jawa), Lua ai (flores),
Kasubi (gorontalo), Batata kayu (manado), Lame aju (bugis), Benggala,
kasebi, kasbi (maluku), Nota, peka reta (papua) 2
2.1.3 Morfologi

Gambar 2. Morfologi Ubi Kayu.3

Perdu yang tidak bercabang atau bercabang sedikit, tinggi 2-7m. Batang
dengan tanda berkas daun yang bertonjolan. Umbi akar besar,
memanjang, dengan kulit berwarna coklat suram. Tangkai daun 6-35 cm;
helaian daun sampai dekat pangkal berbagi menjadi 3-9 (daun yang
tertinggi kerap kali bertepi rata ), dengan tajuk yang bentuknya berbeda.
Daun penumpu kecil, ronto. Bunga dalam tandan yang tidak rapat, 3-5
tandan terkumpul pada ujung batang, pada pangkal dengan bunga betina,
lebih atas dengan bunga jantan. Tenda bunga tunggal, panjang 1 cm.
Bunga jantan tenda bunga berbentuk lonceng, bertaju 5, benang sari 10,
berseling panjan dan pendek, tertancap sekitar penebalan dasar bunga
yang kuning dan berlekuk. Bunga betina dengan tenda buna terbai 5
bakal buah, dikelilingi oleh tonjolan penebalan dasar bunga yang kuning,
berbentuk cincin, tangkai putik bersatu, sangat pendek, dengan kepala
putik yang lebar berwarna mentega, dan berlekuk banyak. Buah bentuk
bola telur, dengan 6 papan yan membujur; biji dengan alat tambahan
berlekuk pada pangkalnya.2

2.1.4 Habitat Dan Distribusi


Tanaman ubi kayu dapat beradaptasi luas di daerah beriklim panas
(tropis). Daerah penyebaran tanaman ubi kayu di dunia berada pada
kisaran 300 lintang utara, 300 lintang selatan di dataran rendah sampai di
dataran tinggi 2.500 meter di atas permukaan laut. Yang bercurah hujan
antara 500 mm – 2.500 mm/tahun.4
Di Indonesia tanaman ubi kayu tumbuh dan berproduksi di dataran
rendah sampai dataran tinggi, yakni antara 10 m – 1.500 di atas
permukaan laut (dpl). Daerah yang paling ideal untuk mendapatkan
produksi yang optimal adalah daerah dataran rendah yang berketinggian
antara 10m – 700 dpl. Makin tinggi daerah penanaman dari permukaan
laut, akan semakin lambat pertumbuhan tanaman ubi kayu sehingga
umur panennya makin lama (panjang).4
Tanaman ubi kayu membutuhkan kondisi iklim panas dan lembab.
Kondisi iklim yang ideal adalah daerah yang bersuhu minimum 100 c,
kelembaban udara (rH) 60% - 65% dengan curah hujan 700 mm – 1.500
mm/tahun, tempatnya terbuka dan mendapat penyinaran sinar matahari
10 jam/hari. Daerah yang beriklim kering atau yang bercurah hujan
rendah berpengaruh kurang baik terhadap produksi ubi kayu, yakni
ubinya berserat, berkayu, dan produksinya rendah. Di damping itu
tanaman ubi kayu di daerah beriklim kering mudah di serang hama
tungau merah. Sebaliknya, daerah beriklim basah atau bercurah hujan
tinggi, pertumbuhan tanaman ubi kayu cenderung kearah vegetatif terus,
dan mudah di serang penyakit yang di sebabkan cendawan.4

2.2 Kandungan Kimia


Daun singkong (Manihot esculenta) memiliki kandungan gizi yang tinggi,
diantaranya flavonoid dan saponin dikenal sebagai senyawa di dalam dunia
tumbuhan yang memiliki peran sebagai antiinflamasi dan antibakteri. Kedua
zat tersebut berperan dalam menghambat siklus aradang yaitu siklooksigenase
dan lipoksigenase. Vitamin C yang terkandung dalam daun singkong sebesar
275 mg setiap 100 gr daun singkong. Vitamin C dikenal sebagai nutrisi yang
berguna untuk mengobati dan mencegah terjadinya penyakit sariawan atau
kelainan mulut yang lainnya.5

Sesquiterpene eremophilane baru, sporogen AO-2 (1), dan diterpene


beyeran baru, thecacorin C (2), dengan diketahui senyawa keduanya,
longifoamide-B (3) and methylcholestane-3b,5a,6b-triol (4), diisolasi dari
stems of M. Esculenta.6

Dua glikosida sianogenik yang terkandung dalam manihot esculanta,


yaitu linamarin and lotaustralin. Linamarin terkandung lebih dari 80% pada
cassava dengan glikosida sianogenik. Yaitu ß-glucoside dari acetone
cyanohydrin and ethyl-methyl-ketone-cyanohydrin. Linamarin ß-linkage
hanya dapat hancur dibawah suhu yang tinggi, dan digunakan sebagai mineral
acids, ketika enzymatic dengan mudah hancur. Linamarase, merupakan enzin
endogen cassava, yang dapat menghancurkan ß-linkage. Linamarin terdapat
pada hampir seluruh bagian dari cassava, terlebih pada daun dan akar.7

Daun cassava juga merupakan sumber utama dari senyawa rutin.


Flavonoid rutin merupakan glikosida flavonol yang ditemukan pada tumbuhan
obat, dan diketahui dengan baik digunakan sebagai antioksidan pada
pengobatan haemorrhoids.(quercetion–3-O-Rutinoside).8

OH
OH

HO O

Glc
O
OH O
Gambar quarcetin8

2.3 Kegunaan Tanaman

Di Indonesia, ketela pohon menjadi pangan pokok setelah beras dan


jagung. Di beberapa tempat, tanaman ubi kayu dianggap sebagai cadangan
pangan atau lumbung hidup. Daun ketela pohon berguna sebagai bahan
sayuran atau untuk keperluan yang lain, seperti bahan obat-obatan. Kayunya
bisa digunakan sebagai pagar kebun atau di desa sering digunakan sebagai
kayu bakar untuk memasak. Dengan perkembangan teknologi, ketela pohon
dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku pembuatan gula
dan etanol dengan produktivitas 2.000-7.000 liter etanol per ha.9

Singkong juga berkhasiat sebagai obat rematik, demam, sakit kepala,


diare, cacingan, mata kabur, nafsu makan berkurang, luka bernanah, dan luka
baru kena panas (Utami, 2008). Rutin merupakan senyawa golongan
flavonoid. Studi epidemiologis memperlihatkan bahwa konsumsi flavonoid
berhubungan secara berlawanan dengan kematian akibat penyakit jantung
koroner dan serangan jantung.Hal ini berkaitan dengan aktivitas antioksidan
dari flavonoid.10

Rutin ini telah diteliti mampu menurunkan resiko terkena penyakit


jantung koroner melalui penurunan konsentrasi trigliserida serum dan
penghambatan agregasi platelet. Rutin juga mampu meningkatkan sistem
imun pada dosis 100 mg untuk kuersetin dan 50 mg untuk rutin, ini artinya
untuk senyawa kuersetin yang efektifnya pada dosis 100 mg atau 0,1 gramdan
untuk senyawa rutin yang efektifnya pada dosis 50 mg atau 0,05 g.6
Singkong juga berfungsi sebagai antioksidan, membantu mencegah
infeksi dalam pencernaan, saluran kencing, dan paru-paru. Dalam sebuah studi
yang digelar oleh Kansas State University pada tahun 2003, dan
dipublikasikan di The American Society for Nutritional Sciences, ditemukan
hubungan antara kekurangan vitamin A dan emphysema (infeksi paru-paru
yang menyebabkan kesulitan bernafas). Singkong juga merupakan sumber
terbaik vitamin C (sepotong singkong memenuhi 66 persen kebutuhan vitamin
C dalam sehari), tembaga, vitamin B6, zat besi, kalsium, potasium, dan
mangaan. Singkong juga kaya serat.6
Kandungan patinya yang tinggi membuatnya kurang bekerja untuk sistem
pencernaan, yang menghilangkan penyebab sakit perut. Seratnya yang tinggi
mampu mencegah sembelit (dan penyebab penyakit perut lainnya). Vitamin
A, B, C, kalsium, dan potasiumnya membantu meringankan radang perut, dan
masalah sejenis karena manfaat anti peradangannya.6

2.4 Bioaktivitas

1. Antikonvulsan. Rutin dapat digunakan sebagai antikonvulsan dan aman


diberikan pada pasien epilepsi, karena tifak mempengaruhi obat antiepilepsi.11

2. Antidepresan. Rutin sebagai antidepresan dapat meningkatkan


ketersediaan serotonin dan noradrenalin pada celah sinaps.12

3. Antifungi. Rutin menunjukkan aktivitas antijamur terhadap strain


Candida gattii dengan konsentrasi hambat minimum 60 lg / ml. Penggunaan
rutin dalam pengobatan artritis septik yang disebabkan oleh C. albicans juga
telah dsarankan.13

4. Perlindungan terhadap jaringan paru-paru. Cedera paru akut adalah


penyakit berat yang diobservasi dengan 'angka kematian tinggi. Rutin
menunjukkan efek perlindungan pada perubahan histopatologis pada jaringan
paru bersamaan dengan pencegahan 'Infiltrasi granulosit polimorfonuklear
pada bronchoalveolar Cairan lavage '. Ada juga pengurangan sekresi
Peroksidasi lipid dan sitokin proinflamasi. Aktivitas enzim antioksidan seperti
katalase, glutathione, peroksidase, superoksida dismutase, dan heme
oxygenase-1 yang disebabkan oleh lipopolisakarida dibalik secara rutin. 14
2.5 Cara Ekstraksi

Berikut metode yang digunakan untuk mengekstraksi dan mengisolasi rutin


dari dari beberapa tumbuhan :

1. Rutin dari Rauwolfia serpentina.


Sebanyak 50 gr serbuk daun diekstraksi dengan 500 ml metanol 80%
menggunakan soxhlet extractor selama 24 jam. Kemudian ekstrak diuapkan
dengan rotary evaprator hingga volue tersisa 50-60 ml. Kristal yang terbentuk
di uji dengan KLT silica gel dengan eluen MeOH : asam asetat glasial : air (90
: 5 : 5) dan benzen : asam asetat : air (60 : 35 : 5). diperoleh nilai R f 0.45 dan
0.31 dengan pita kuning.15
2. Rutin dari Acacia nilotica
Bubuk daun kering Acacia nilotica sebanyak 500 gr dimaserasi dengan etil
alkohol 95%. Ekstrak alkohol di uapkan secara vakum pada suhu 50 oC hingga
52 gr ekstrak kental. Ekstrak kental di larutkan dengan air dan di partisi
dengan pelarut organik n-hexan (3x300ml), DCM (3x300 ml),etil asetat dan
butanol (3x300 ml).16
3. Rutin dari kulit batang Ginko biloba L.

Duapuluh gr bubuk kulit batang dan daun Ginko biloba L. diekstraksi dengan
soxhlet apparatus dengan 250 ml etanol 80%. ekstrak diuapkan secara vakum
hingga volume 10 ml ekstrak kental. Ekstrak kental ditambah dengan 25 ml
air dan diektraksi dengan petroleum ether (3x50 ml) kemudian dengan
chloroform (3x50 ml). lapisan air disimpan selama 72 jam dan muncul endpan
kuning. Endapan dicuci dengan cloroform : EtOAc : EtOH (50 :25 : 25). dan
bagian yang tidak larut, dilarutkan dengan metanol. Ambil filtrat dan diuapkan
hingga kering dan diperoleh 100 mg serbuk kuning (rutin).17

4. Rutin dari daun Manihot esculenta C.


Serbuk daun kering Manihot esculenta C. sebanyak 250 mg diekstraksi
dengan MeOH 20 ml menggunakan metode sonikasi selama 30 menit. Ekstrak
ditambahkan metanol 25 ml. Filtrat ekstrak diuji dengan menggunakan kertas
Whatman filter no 1 dengan fasa gerak EtOAc : acetone : air (40: 50 : 10),
EtOAc : asam format : asam asetat glasial : air (100 : 10: 10: 12), dan EtOAc :
asam format : air (60 : 10 :10).18

5. Rutin dari Phyllanthus amarus


Sampel kering Phyllanthus amarus 100 gr diekstraksi dengan dua suksesif
kuantitas dari metanol 80% v/v. hasil ekstraksi disaring dan ektrak di rotari
evaporator vakum. Kemudian dicampur dengan eter dan lapisan eter
dipisahkan. Lapisan hidroalkohol diekstraksi kembali dengan eter, dan lapisan
eter dipisahkan. Lapisan hidroalkohol di uapkan. Simpan dalam pendingin
pada suhu 0-5oC. Setelah satu malam kristal akan terbentuk. Kristal di KLT
dengan fase gerak metanol :asam asetat glasial : air (90 : 5 : 5) dengan fase
diam silika gel G. nilai Rf adalah 0.46.19

2.6 Cara Pemurnian

Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau
pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah
dilarutkan dalam pelarut yang cocok. Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan
kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur
atau pencemarnya. Larutan yang terjadi dipisahkan satu sama lain, kemudian
larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya.20
Untuk merekristalisasi suatu senyawa kita harus memilih pelarut yang
cocok dengan senyawa tersebut. Setelah senyawa tersebut dilarutkan
kedalam pelarut yang sesuai kemudian dipanaskan sampai semua senyawanya
larut sempurna. Apabila pada temperatur kamar, senyawa tersebut telah larut
sempurna di dalam pelarut, maka tidak perlu lagi dilakukan pemanasan.
Pemanasan hanya dilakukan apabila senyawa tersebut belum atau tidak larut
sempurna pada keadaan suhu kamar. Salah satu faktor penentu keberhasilan
proses kristalisasi dan rekristalisasi adalah pemilihan zat pelarut.20

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih pelarut yang sesuai
adalah sebagai berikut:

1. Pelarut tidak hanya bereaksi dengan zat yang akan dilarutkan.


2. Pelarut hanya dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan dan tidak
melarutkan zat pencemarnya.
3. Titik didh pelarut harus rendah, hal ini akan mempermudah pengeringan
kristal yang terbentuk.
4. Titik didih harus lebih rendah dari titik leleh zat yang akan dimurnikan
agar zat tersebut tidak terurai.20

Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung pada dua


faktor penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan
kristal. Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal akan terbentuk,
tetapi tak satupun dari ini akan tumbuh menjadi terlalu besar, jadi terbentuk
endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan inti
tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat lewat
jenuh, makin besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin
besarlah laju pembentukan inti. Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor
lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan
berlangsung. Jika laju ini tinggi, kristal-kristal yang besar akan terbentuk yang
dipengaruhi oleh derajat lewat jenuh.20

Tahap – Tahap rekristalisasi adalah :


1. Pelarut: melarutkan zat pengotor pada kristal.
2. Penyaringan: memisahkan zat pengotor dari larutan kristal yang murni.
3. Pemanasan: menguapkan dan menghilangkan pelarut dari kristal.
4.Pendinginan: mengkristalkan kembali kristal yang lebih murni.20

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat Dan Bahan

3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam isolasi rutin ini antara lain: Ember;
Alat pemanas Pengempa; Kain merekan; Botol infus 100 ml; Rotary
evaporator; Lumpang + Stamfer; Timbangan Analitik; dan Corong.

3.1.2 Bahan

Sedangkan bahan-bahannya, antara lain: 10 kg daun singkong; Air


suling; Etanol; KLT atau KKt (kertas saring); dan Kain kasa atau kain
merekan, Asam asetat 15 %.

3.2 Cara Kerja

1. Daun singkong segar (10 kg) dikutil dan dirajang


2. Direbus selama 1 jam
3. Kempa, tampung air hasil kempa, diamkan selama 3 hari
4. Saring, ambil endapan
5. Endapan dimaserasi dengan metanol 500 ml, jika perlu dipanaskan dan
saring selagi panas
6. Uapkan filtrat endapan daun singkong dengan rotary evaporator sampai
kering
7. Ambil endapan yang terbentuk
8. KLT senyawa hasil isolasi menggunakan fase diam silika gel 60 F254,
fase gerak butanol: asam asetat: air (4:1:5). Lihat di bawah sinau UV λ 365
dan gunakan penampak noda sitroborat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sobandi., Ujang Ahmad. Pengelolaan Bahan Baku Bioetanol, Bandung;


ETC. 2013.
2. Arbain D., Bakhtiar A., Putra Dedi P., Nurainas. Review Tumbuhan Obat
Sumatera, Padang ; UPT Sumber Daya Hayati Sumatera Universitas
Andalas. 2014.
3. Caniago,Murtiana.,Roslim,Dewi Indriyani.,Herman. Deskripsi Karakter
Morfologi Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz) Juray Dari
Kabupaten Rokan Hulu. JOM FMIPA. 2014; 1(2).
4. Thamrin., Muhammad.,Mardhiyah., Ainul., Marpaung SE. Analisis
Usahatani Ubi Kayu (Manihot utilissima). Agrium. 2013;18(1).

5. Rosiana., Dewi N. Efek Ekstrak Daun Singkong (Manihot esculenta)


Terhadap Ketebalan Regenerasi Epitel Lesi Traumatik Pada Mencit
BALB/C Jantan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa. 2013;1(1).

6. Zeng, Y., Li, S., Mei, W., & Dong, W. Two new terpenoids from the stems
of Manihot esculenta. Journal of Asian Natural Product. 2015;17(3):280-
284.

7. Yu, Y. P., & Wang, Z. X. Chemical Constituents from the Stems of


Manihot esculenta. 2015; 55–59.
8. Prawat H., Mahidol C., Ruchirawat S., Prawat U., Tuntiwachwuttikul P.,
Tooptakong U, et al. Cyanogenic and non-cyanogenic glycosides from
Manihot esculenta. Phytochemistry. 1995;40(4):1167-73.
9. Purwono. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta: Penebar
Swadaya. 2007.

10. Ibrahim, et al. Development of Validated HPTLC Method for Simultaneous


Quantification of Rutin and Quercetin from Bark of Anogeissus latifolia.
Int Journal Pharmacy. 2012;2(1):33-38.

11. Nieoczym, D., Socała, K., Raszewski, G., Wlaz´ , P. Effect of quercetin and
rutin in some acute seizure models in mice. Prog. Neuropsychopharmacol.
Biol. Psychiatry. ;2014; 54:50–58.
12. Machado, D.G., Bettio, L.E., Cunha, M.P., Santos, A.R., Pizzolatti, M.G.,
Brighente, I.M., Rodrigues, A.L. Antidepressant-like effect of rutin isolated
from the ethanolic extract from Schinus molle L. in mice: evidence for the
involvement of the serotonergic and noradrenergic systems. Eur. J.
Pharmacol. 2008; 587:163–168
13. Johann, S., Mendes, B.G., Missau, F.C., Rezende, M.A., Pizzollati, M.G.
Antifungal activity of five species of Polygala. Braz. J. Microbiol.
2011;42:1065–1075.
14. Yeh, C.H., Yang, J.J., Yang, M.L., Li, Y.C., Kuan, Y.H., 2014. Rutin
decreases lipopolysaccharide-induced acute lung injury via inhibition of
oxidative stress and the MAPK-NF-jB pathway. Free Radic. Biol. Med.
2014.

15. Gupta, J., & Gupta, A. Isolation and identification of flavonoid rutin from
Rauwolfia serpentine. International journal of chemical studies.
2015;3(2):113–115.

16. Mohammed, H. S. Isolation and Identification of Two Flavonoids from


Acacia Nilotica ( Leguminosae ) Leaves. Journal of forest products &
industries. 2014;(5):211–215.
17. Ashok, P. K., & Saini, B. HPLC Analysis and Isolation of Rutin from Stem
Bark of Ginkgo biloba L . journal of pharmacognosy and phytochemistry.
2013; 2(4):68–71.
18. Intarakasem, P., Nualkaew, S., & Padumanonda, T. Validation of Rutin
Analysis in Cassava ( Manihot esculenta ) Leaves Using. The international

conferenceon herbal and traditional medicine . 2015.

19. Shukla et al. Isolation Of Rutin From Phyllanthus Amarus. International


journal of pharmaceutical sicience and research. 2012; 3(4), 1198–1201.
20. Underwood, A.L., Day, R.A. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
1981.

Anda mungkin juga menyukai