Anda di halaman 1dari 4

SOP

MELEPAS HELM

POLITEKNIK No. Halaman Ditetapkan Oleh Direktur


KESEHATAN Dokumen 1/4 Poltekkes Kemenkes Kaltim
KEMENKES
KALTIM
1 Tujuan Mencegah bertambahnya kerusakan tulang serviks dan spinal cord
Indikasi :
Untuk melepaskan pelindung kepala (seperti helm pengendara sepeda motor atau
helm pemain football) pada pasien yang kemungkinan mengalami cedera cervical-
spinal (Proehl, 1999, p 378).
Kontraindikasi :

Ruang 1. Melepas helm mungkin dapat ditunda pada pasien yang tidak mengalami
2 gangguan jalan napas ketika diduga mengalami cedera servikal-spinal. Pada
Lingkup
situasi ini, maka gergaji dapat digunakan untuk memotong dan membuka helm
(Koenig, 1997 dalam Proehl, 1999). Ketika membiarkan helm ditempatnya
kita membutuhkan bantalan/ganjal untuk mengelevasikan badan pasien dari
kemungkinan turunnya bahu. Sedangkan pada anak dapat terjadi fleksi.
2. JANGAN mencoba melepaskan helm jika anda tidak cukup terlatih.

Proehl, J.A. (1999). Emergency nursing procedures. (2nd ed.). Philadelphia: W.B.


Saunder Company.
3 Acuan
Azzam, Rohman. 2008. Kegawatdaruratan Prosedur Melepaskan Helm. Fakultas
Kedokteran Universitas Muhamadiyah Jakarta

4 Definisi Melepaskan helm dengan tetap mempertahankan immobilisasi tulang leher


5 Prosedur KOMPONEN Ya Tdk
Fase Orientasi
a. Salam terapetiuk
b. Evaluasi/ validasi kondisi pasien
c. Kontrak : topik, waktu/tempat

Fase kerja
Persiapan Alat
1. Neckcollar sesuai ukuran
2. Spine board

3. Handscoon
Persiapan pasien
1. Stabilkan secara manual kepala pasien
2. Instruksikan pasien untuk tetap tenang/diam sedapat
mungkin dan biarkan penolong melakukan pekerjaannya
melepaskan helm
3. Instruksikan pasien untuk segera mengingatkan penolong jira
ada manuver yang meningkatkan rasa nyeri di leher atau
kebas dan kesemutan di extremitas.
4. Jika mungkin, lepaskan kaca mata pasien dan anting yang
ada di telinga

Cara Kerja
1. Penolong pertama mempertahankan “in-line
immobilisation  leher” dengan mempertahankan helm, kepala
dan leher menjadi satu kesatuan. Kedua ibu jari memegang
helm pada sisi kanan dan kiri, sedangkan jari-jari lainnya
memegeng kedua sudut dagu.
2. Penolong kedua melepas tali pengikat helm, jika perlu
dapat dipotong untuk mempercepat upaya pertolongan.
3. Penolong kedua mengambil alih fungsi penolong pertama
untuk mempertahankan leher dalam “in-line
immobilisation”.  Caranya dengan menyangga dagu dengan
jari-jari tangan kanan, ibu jari disudut kanan sedangkan jari-
jari lainnya pada sudut kiri dagu. Tangan kiri
mempertahankan kepala dengan menyangga kuat daerah
belakang kepala diatas leher(daerah Occipital). Dengan cara
ini diupayakan kepala dan terutama leher tidak bergerak
waktu helm dilepas.
4. Penolong pertama sekarang leluasa melepas helm setelah 
penolong kedua mengambil alih fungsinya. Harus diingat
kalau helm berbentuk seperti telur, sehingga cara yang aman
untuk melepas helm adalah dengan melepaskannya ke arah
samping sehingga daun telinga terbebas dan tidak tersangkut.
5. Selama proses melepaskan helm, penolong kedua tetap
mempertahankan leher dalam “in-line immobilisation”, dan
mencegah gerakan leher yang tidak perlu.
6. Setelah helm terlepas, penolong pertama diatas kepala korban
menggantikan peran penolong kedua, menerima kepala
penderita dan mempertahankan posisinya dengan
menggenggam kepala mencengkeram kedua telinga korban.
7. Posisi ini dipertahankan sampai “spine board” dan “collar
Neck” dipasang.
Fase terminasi
1. Evaluasi respon klien :
a. Evaluasi subjektif
b. Evaluai subjektif
2. Tindak lanjut klien
3. Kontrak : topik/ waktu/ tempat

Sikap :
1. Bekerja dengan Hati-hati
2. Sabar dan tidak tergesa-gesa
3. Bersikap sopan dan ramah

Catatan :

Anda mungkin juga menyukai