Hadis Pada Periode keenam (dari awal abad IV H – 656 H) Ulama-ulama hadis yang muncul pada
abad II dan III H digelari mutaqaddimin. Mereka mengumpulkan hadis dengan usaha dan pemeriksaan
sendiri dengan menemui para penghafl hadis yang tersebar di seluruh pelosok negara Arab, Persia dan
lain-lain. Sedangkan ulama-ulama hadis yang muncul pada abad IV H dan seterusnya diberi gelar
Muta’akhkhirin. Kebanyakan hadis yang mereka kumpulkan adalah petikan atau nukilan dari kitab-kitab
Mutaqddimin. Pada periode ini muncul kitab shahih yang tidak terdapat dalam kitab shahih abad III H
diantaranya adalah ash Shahih susunan ibn Huzaimah, At taqsim wa al Anwa’ susunan ibn Hibban, Al
Mustadrak susunan Al hakim, Ash Shahih susunan Abu Awanah, Al Muntaqa susunan ibn Jarud dan Al
mukhtarah susunan Muhammad ibn Abd al wahid al Maqdisy.
Periode ini adalah masa memperbaiki susunan kitab – kitab hadits yang telah selesai penyusunannya
pada abad ke-4.
Pada masa ini muncul berbagai macam kitab – kitab, antara lain :
2. Kitab – kitab yang mengumpulkan isi kitab enam, Kitab – kitab Jami’ yang lengkap, Kitab–kitab
hadits hukum,Kitab – kitab hadits Targhib dan Tarhib
3. Kitab – kitab yang menerangkan derajat – derajat hadits yang terdapat dalam berbagai tafsir, fiqh,
yang dinamai takhrij.
5. Kitab Mustadrak, Kitab Mustakhraj, Kitab – kitab hadits adzkar, Kitab – kitab penunjuk hadits, Kitab
athraf.
A. Usaha-usaha yang dilakukan oleh ulama hadis pada abad ini adalah:
Pada periode ini muncul usaha-usaha istikhraj dan istidrak. Istikhraj adalah mengambil suatu hadis dari
Bukhari dan muslim misalnya, lalu meriwayatkan dengan sanad sendiri. Contoh kitabnya adalah
Mustakhraj shahih Al Bukhari oleh hafidh al Jurjany, Mustakhraj shahih Muslim oleh Al hafidh Abu
Awanah. Sedangkan istidrak yaitu mengumpulkan hadis-hadis yang memiliki syarat-syarat Bukhari dan
Muslim atau salah satunya yang kebetulan tidak diriwayatkan atau dishahihkan oleh Bukhari dan
Muslim. Contohnya kitab Al mustadrak oleh Abu Dzar al Harawy.
1. Al-Hakim
AL-Hakim, ialah: Abu Abdullah an-Naisabury, yang terkenal dengan nama Ibnul Baiyyi’, pengarang al-
Mustadrak.
Beliau mempunyai banyak karangan dalam ilmu hadis. Diantaranya, Al ‘Ilal wa Amali, Ma’rifatu Ulumil
Hadis dan lain-lain. Al-Hakim mejabat pekerjaan Qodli di Naisabur pada tahun 359 H.
2. Ad-Daraquthny
Ad-Daraquthny, ialah: Ali ibn Umar ibn Ahmad ibn Maddy, seorang hafidh yang besar dan salah seorang
dari amirul mukminin fil hadits.
Beliau banyak mendengar hadis, dan banyak mengarang kitab dalam bidang hadis. Beliau terkenal
sebagai seorang imam di masanya dalam bidang jarah dan ta’di. Beliau mempunyai sebuah kitab shahih
al- Bukhori dan shahih Muslim.
3. Ibnu Hibban
Ibnu Hibban, Ialah: Muhammad ibn Hibban ibn Ahmad Abu Hatim al-Bustiy at-Tamimy, seorang hafidh
yang terkemuka.
Beliau banyak mendengar hadis dari ualam-ulama hadis diberbagai kota. Beliau terkenal sebagai
pelawat dalam mencari hadis.
Al Hakim berkata: “Ibnu Hibban adalah salah satu dari wadah ahli hadis dan lughat, seorang fiqih yang
besar”.
Kitanya ini disusun dengan tertib yang terdiri, yaitu tidak berdasar bab dan tidak berdasar musnad. Isi
kitab ini di bagi 5 bagian, yaitu : Awamir, Nabawi, Akhbar, Ibadat dan Af’alun Nabi.
4. Ath-Thabarany
Ath-Thabarany, ialah: Abdul Qasim Sulaiman ibn Ahmad Ath Thabarany, seorang hafidh yang terkenal di
abad keempat hijrah.
Beliau menyusun 3 buah mu’jam, yaitu : al-Kabir, as-Sbagir dan al-Ausath. Ath-Thabarany wafat pada
tahun 360 H.[3]
Qosim ibn Ashbagh, ialah: Abu Muhammad Qasim ibn Ash-Bagh ibn Muhammad ibn Yusuf, dari
penduduk Bayanah sebuah kota di Andalus, sejauh kira-kira 30 mil dari Kordova.
6. Ibnu Sakan
Ibnu Sakan, ialah: Abu Ali Sa’id ibn Utsman ibn Sa’id ibn Sakan al-Baghdady, seorang hafidh yang besar.
Beliau telah menyusun sebuah kitab yang dinamakan ash-Shahib al Mutaqa dan dinamakan juga as-
Sunanus Shihab. Kitab ini disusun atas dasar bab dan dimasukkan pula kedalamnya hadis-hadis yang
dipandang shahih dengan tidak menyebut sanad.
7. Ath-Thahawy
Ath-Thahawy, ialah : Abu Ja’far Ahmad ibn Muhammad ath-Thahawy, seorang hafidh dan seorang ahli
fiqh.
Beliau mempunyai sebuah kitab yang dinamakan Ma’amil Atsar, sebuah kitab yang tertinggi nilainya.
Diterangkan ole hath-Thahawiy sendiri bahwa pada suatu ketika sebagian temannya meminta supaya
beliau menyusun sebuah kitab berisi hadis-hadis yang diterima dari rasul dalam bidang hokum, yang
disangka oleh sebagian orang, bahwa hadis-hadis itu berlawanan satu sama lainnya, lantaran mereka
tidak mengetahui tentang nasikh dan mansukh.
Hadis pada abad ke enam di mulai dari awal abad IV H – 656 H, disitu kita bisa lihat beberapa tokoh pada
abad keenam di antaranya ialah Al-Hakim, Ad-Daraquthny, Ibnu Hibban, Ath-Thabarany, Qosim ibn
Ashbagh, Ibnu Sakan, Ath-Thahawy dan masing mempunyai peran yang berbeda-beda.
Mungkin dari pembahasan penulis di atas masih banyak kekurangan, setidaknya bisa menambah
pengetahuan teman-teman mengani periode hadis pada abad ke enam, dan menambah pengetahuan
penulis sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
[4] Ibid.
[5] M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah Perkemnagan HADITS (PT. Bulan Bintang: Jakarta,1988),h. 200-203
M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah Perkemnagan HADITS (PT. Bulan Bintang: Jakarta,1988)
Lisanul Mizan 5