A DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN UTAMA PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI
ISOLASI SOSIAL, HARGA DIRI RENDAH DAN RESIKO BUNUH DIRI
DI RUANG INTENSIF WANITA RUMAH SAKIT JIWA
SAMBANG LIHUM KABUPATEN BANJAR
1. DATA DEMOGRAFI
1.1 Biodata
Nama : Nn.A
Usia / tanggal lahir : 21 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Kapten Piere Tendean Rt. 08/04
Kel Jambu hilir., Kandangan
Suku / bangsa : Banjar/Indonesia
Status pernikahan : Belum Kawin
Agama / keyakinan : Islam
Pekerjaan / sumber penghasilan : Tidak Bekerja
Diagnosa medis : F. 20. 0 (Skizofrenia Paranoid)
No. medical record : 02. 35. XX
Tanggal masuk : 14 Desember 2017
4. FISIK
Keadaan umum klien tampak kusam, rambut tidak rapi, tatapan mata tajam, dan
tampak mengantuk.
Ukur : TB : 146 cm BB : 49 kg
IMT Klasifikasi
< 17 Sangat kurus
17,0 – 18,5 Kurus
18,5 – 24,9 Normal
25,0 - 29,9 Gemuk
30,0 – 34,9 Obesitas level 1
35,0 – 39,9 Obesitas level 2
>40 Obesitas level 3
Penjelasan: tanda-tanda vital klien dalam batas normal, kesadaran klien baik, dan
berat badan dalam batas normal.
5. PSIKOSOSIAL
5.1 Genogram
Keterangan:
= perempuan = laki-laki = Bercerai
= pasien = serumah
Penjelasan :
Klien adalah anak ke empat dari delapan bersaudara. Klien pernah
menikah kemudian bercerai. Klien mempunyai anak 3 orang dan anak
kedua meninggal dunia. Klien tinggal serumah dengan ayah, ibu, dan anak
ketiganya.
Menurut keluarga pola asuh yang diterapkan dalam keluarga adalah anak
diberi kebebasan dalam bertindak dan dapat bertanggung jawab atas
tindakannya tersebut akan tetapi masih dalam pengawasan orang tua atau
yang disebut dengan pola asuh demokratis.
Pola komunikasi dalam keluarga bersifat dua arah yaitu semua anggota
keluarga memiliki hak untuk menyampaikan pendapat dan saling
menanggapi satu sama lain.
5.2.3 Peran
Di rumah:
Peran klien di rumah sebagai seorang anak dan seorang ibu dalam
keluarganya. Akan tetapi semenjak mengalami gangguan jiwa klien
sudah tidak bisa menjalankan perannya sebagai seorang ibu untuk
merawat anaknya, sehingga peran klien digantikan oleh ibu dan
ayahnya untuk merawat anak klien. Semenjak klien mengalami
kebangkrutan klien lebih sering berdiam diri di rumah dan jarang
berkumpul dengan lingkungan masyarakat.
Di rumah sakit:
Peran klien di rumah sakit yaitu sebagai seorang pasien dan
mengikuti semua kegiatan yang sudah terjadwal, akan tetapi masih
diarahkan.
Di rumah sakit:
Klien selalu mengikuti semua kegiatan yang ada di rumah sakit,
seperti makan bersama, shalat berjamaah, terapi aktivitas
kelompok, senam pagi, dan berkeliling rumah sakit, akan tetapi
dengan arahan.
6. STATUS MENTAL
6.1 Penampilan
Penampilan klien ketika awal masuk rumah sakit yaitu klien tampak
kusam, rambut tidak rapi dan berpakaian tidak rapi.
6.2 Pembicaraan
Komunikasi klien koheren, klien berbicara pelan, kontak mata tida bisa
bertahan lama, dan menolak jika pembicaraan yang terlalu lama. Klien
kadang bicara dan tertawa sendiri dan klien mampu mengungkapkan isi
halusinasinya.
6.5 Afek
Afek klien sesuai dengan stimulus
6.6 Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi dengan perawat klien kooperatif, duduk berhadapan
dengan perawat, kontak mata klien kurang dan tidak bertahan lama, dan
kadang menunduk maupun melihat kearah lain.
6.7 Persepsi
Saat dilakukan pengkajian klien mengeluh mendengar bisikan yang isinya
mengajak berbicara tentang banyak hal dan melihat bayangan laki-laki.
Bisikan dan bayangan tersebut muncul ketika sedang sendiri yaitu pada
siang dan malam hari dan respon klien terhadap bisikan dan bayangan
tersebut dengan marah-marah tidak jelas.
6.10 Memori
6.10.1 Memori jangka panjang
Klien mampu mengingat kejadian lebih dari satu bulan yang lalu,
dibuktikan dengan klien mampu menceritakan pengalaman masa
lalu klien dan sesuai dengan cerita keluarga.
7.2 BAB/BAK
Klien mampu mengontrol BAB/BAK di WC, setelah BAB/BAK klien
dapat membersihkan bekas kotoran yang ada dikloset dan pada tubuhnya,
serta mampu menggunakan celana kembali tanpa bantuan.
7.3 Mandi
Klien mengatakan mandi sendiri yaitu 2 kali sehari tapi tidak menggosok
gigi dan tidak menggunakan sabun.
7.4 Berpakaian/berhias
Klien mengatakan malas berdandan. Klien akan mau menyisir rambut dan
berdandan sendiri jika arahan oleh perawat.
8. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladpatif
10.3 Koping
Koping klien cenderung ke maladaptive, terkadang klien mengamuk dan
melampiaskannya kepada orang disekitarnya.
10.6 Obat-obatan
Klien belum mengetahui obat-obatan yang dikonsumsinya, frekuensi,
jumlah dan kegunaannya.
11.2 Medikasi
DO:
- Klien tampak sering menyendiri
- Klien tampak sering bicara dan tertawa
sendiri
- Klien tampak sering memandang ke arah lain
DO :
- Klien tampak sering menyendiri
- Kontak mata klien tidak bisa bertahan lama
4. DS: Defisit perawatan diri
- Klien mengatakan “mandi sendiri yaitu 2 kali
sehari tapi tidak menggosok gigi dan tidak
menggunakan sabun”
- Klien mengatakan “malas berdandan”
DO :
- Penampilan klien tampak kusam
- Rambut tampak tidak rapi
- Berpakaian klien tampak tidak rapi.
5. DS: Koping individu tidak
- Klien mengatakan “bila ada masalah lebih efektif
sering memendamnya sendiri”
- Klien mengatakan “bila sedang marah dia
akan melampiaskan kemarahannya dengan
orang disekitarnya.
DO :
- Ketika diajak bicara klien tampak klien lebih
sering menunduk
- Suara pelan
- Kontak mata tidak bisa bertahan lama
DO :
- Tatapan mata klien tampak tajam
14. POHON MASALAH
Effect Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan
(……………………………………...) (……………………………………...)