Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Nn.

A DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN UTAMA PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI
ISOLASI SOSIAL, HARGA DIRI RENDAH DAN RESIKO BUNUH DIRI
DI RUANG INTENSIF WANITA RUMAH SAKIT JIWA
SAMBANG LIHUM KABUPATEN BANJAR

Tanggal pengkajian              :  Jumat, 15 Desember 2017  


Jam : 10.00 WITA
Sumber data : Keluarga, dan status rekam medis.

1. DATA DEMOGRAFI
1.1 Biodata
Nama : Nn.A
Usia / tanggal lahir : 21 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Kapten Piere Tendean Rt. 08/04
Kel Jambu hilir., Kandangan
Suku / bangsa : Banjar/Indonesia
Status pernikahan : Belum Kawin
Agama / keyakinan : Islam
Pekerjaan / sumber penghasilan : Tidak Bekerja
Diagnosa medis : F. 20. 0 (Skizofrenia Paranoid)
No. medical record : 02. 35. XX
Tanggal masuk : 14 Desember 2017

1.2 Penanggung Jawab


Nama : Ny. A
Umur : 43 tahun
Agama : Islam
Hubungan Keluarga : Bibi
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Jl. Kapten Pier Tendean Rt. 08/04 Kel
Jambu Hili, Kandangan
2. ALASAN MASUK DAN KELUHAN UTAMA
2.1 Alasan Masuk
Klien masuk Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum melalui IGD pada tanggal
14 Desember 2017. Menurut keluarga alasan klien masuk ke rumah sakit
jiwa untuk berobat karena susah tidur,tidak mau makan, banyak diam,
sering marah terutama pada ibunya. ± 6 bulan terakhir os berkata ingin
mati saja mau terjun ke sungai.

MASALAH KEPERAWATAN: Isolasi sosial, Harga diri rendah


Risiko perilaku kekerasan, Resiko Bunuh diri

2.2 Keluhan Utama


Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 15 Desember 2017, klien sudah
dilakukan perawatan hari kedua. Klien tidak menyahut saat di tanya.
Keadaan umum klien tampak sering menyendiri, selalu menunduk, kontak
mata tidak ada.

MASALAH KEPERAWATAN : Isolasi sosial dan harga diri rendah

3. Faktor Presipitasi dan Predisposisi


3.1 Presipitasi
Klien merupakan pasien rawat jalan dari dokter spesialis jiwa sejak awal
tahun 2015 karena klien sering menyendiri di dalam kamar dan marah-
marah terutama pada ibunya setelah kedua orang tuanya bercerai.
Kemudian klien putus obat ± 1 tahun terakhir karena ketidakmampuan
membeli obat.

3.2 Faktor predisposisi


3.2.1 Gangguan jiwa dimasa lalu
Klien sudah tidak pernah dirawat inap.Klien hanya berobat jalan ke
dokter spesialis jiwa sejak 2 tahun terakhir
3.2.2 Pengobatan sebelumnya
Keluarga mengatakan selalu dulu klien pernah berobat jalan di
dokter spesialis jiwa dengan status umum,Karena keterbatasan
biaya klien terhenti pengobatannya.

3.2.3 Riwayat trauma


3.2.3.1 Aniaya fisik
Klien tidak pernah mengalami aniaya fisik sebagai korban
ataupu saksi.
3.2.3.2 Aniaya seksual
Klien tidak pernah mengalami aniaya seksual, baik sebagai
pelaku, korban ataupun sebagai saksi.
3.2.3.3 Penolakan
Keluarga mengatakan klien tidak pernah mengalami
penolakan dari keluarga.
3.2.3.4 Kekerasan dalam keluarga
Klien pernah menjadi korban kekerasan secara verbal oleh
ibunya
3.2.3.5 Tindakan criminal
Klien tidak pernah mengalami tindakan kriminal, baik
sebagai pelaku, korban ataupun sebagai saksi.

MASALAH KEPERAWATAN : Isolasi sosial, risiko perilaku


kekerasan

3.2.4 Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


Menurut keluarga di anggota keluarga klien tidak terdapat keluarga
yang mengalami gagngguan jwa

3.2.5 Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Keluarga mengatakan semenjak orang tuanya bercerai klien putus
sekolah dan selalu menyendiri di dalam kamar

Berdasarkan data yang didapat ketika melakukan kunjungan rumah,


keluarga mengatakan sebelum klien mengalami gangguan jiwa,
klien mengalami kehilangan anak kedua karena meninggal dunia,
dan klien mengalami kebangkrutan karena usaha dagang yang
ditipu orang lain dan terlilit hutang dengan bank, sehingga semua
harta benda klien harus dijual untuk membayar hutang. Semenjak
kejadian itu klien mulai mengalami perubahan prilaku seperti
sering menyendiri, bicara dan tertawa sendiri, dan marah-marah
tidak jelas dengan keluarga terutama suami.

Saat klien mengalami gangguan jiwa, suami klien kemudian


menikah lagi dengan wanita lain, dan hal tersebut membuat kondisi
kejiwaan klien bertambah parah.

MASALAH KEPERAWATAN : Harga diri rendah dan Isolasi


sosial

4. FISIK
Keadaan umum klien tampak kusam, rambut tidak rapi, tatapan mata tajam, dan
tampak mengantuk.

Kesadaran : Composmentis, E4V5M6

Tanda vital : TD : 120/80 mmHg HR : 80x/m RR : 20x/m T : 36,6oC

Ukur : TB : 146 cm BB : 49 kg

IMT = BB/(TB2) = 49/ (1,462) = 23 (Normal)

Klasifikasi nilai IMT (Medkes, 2017)

IMT Klasifikasi
< 17 Sangat kurus
17,0 – 18,5 Kurus
18,5 – 24,9 Normal
25,0 - 29,9 Gemuk
30,0 – 34,9 Obesitas level 1
35,0 – 39,9 Obesitas level 2
>40 Obesitas level 3
Penjelasan: tanda-tanda vital klien dalam batas normal, kesadaran klien baik, dan
berat badan dalam batas normal.

5. PSIKOSOSIAL
5.1 Genogram

Keterangan:
= perempuan = laki-laki = Bercerai

= pasien = serumah

= laki-laki meninggal = perempuan meninggal

Penjelasan :
Klien adalah anak ke empat dari delapan bersaudara. Klien pernah
menikah kemudian bercerai. Klien mempunyai anak 3 orang dan anak
kedua meninggal dunia. Klien tinggal serumah dengan ayah, ibu, dan anak
ketiganya.

Menurut keluarga pola asuh yang diterapkan dalam keluarga adalah anak
diberi kebebasan dalam bertindak dan dapat bertanggung jawab atas
tindakannya tersebut akan tetapi masih dalam pengawasan orang tua atau
yang disebut dengan pola asuh demokratis.
Pola komunikasi dalam keluarga bersifat dua arah yaitu semua anggota
keluarga memiliki hak untuk menyampaikan pendapat dan saling
menanggapi satu sama lain.

Menurut keluarga yang mengambil keputusan dalam keluarga adalah Tn.


K yang merupakan kakak dari klien. Termasuk pengambilan keputusan
ketika membawa klien ke Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.

MASALAH KEPERAWATAN : Koping Keluarga Efektif

5.2 Konsep diri


5.2.1 Citra Tubuh
Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya.

5.2.2 Identitas Diri


Klien mengatakan namanya Ny. K, umur 38 tahun, bersekolah
sampai SMA, sebelumnya klien bekerja sebagai pedagang pakaian
di pasar, akan tetapi usaha dagangnya kemudian mengalami
kebangkrutan. Klien puas dengan jenis kelaminnya sebagai seorang
perempuan.

5.2.3 Peran
Di rumah:
Peran klien di rumah sebagai seorang anak dan seorang ibu dalam
keluarganya. Akan tetapi semenjak mengalami gangguan jiwa klien
sudah tidak bisa menjalankan perannya sebagai seorang ibu untuk
merawat anaknya, sehingga peran klien digantikan oleh ibu dan
ayahnya untuk merawat anak klien. Semenjak klien mengalami
kebangkrutan klien lebih sering berdiam diri di rumah dan jarang
berkumpul dengan lingkungan masyarakat.

Di rumah sakit:
Peran klien di rumah sakit yaitu sebagai seorang pasien dan
mengikuti semua kegiatan yang sudah terjadwal, akan tetapi masih
diarahkan.

5.2.4 Ideal diri


Klien mengatakan cita-citanya dulu ingin menjadi seorang
pengusaha yang sukses, akan tetapi usaha yang dijalankannya
mengalami kebangkrutan. Dan sekarang klien berharap agar dirinya
cepat sembuh dan bisa mengurus anaknya di rumah.

5.2.5 Harga diri


Klien mengatakan malu jika berhadapan langsung dengan orang
lain selain keluarga dan merasa tidak pantas jika berada diantara
orang lain, karena malu dirinya sudah bangkrut dan dianggap orang
lain mengalami gangguan jiwa. Ketika diajak bicara di rumah sakit,
klien lebih sering menunduk, suara pelan, dan kontak mata tidak
bisa bertahan lama.

MASALAH KEPERAWATAN : Harga diri rendah, koping individu


tidak efektif

5.3 Hubungan Sosial


5.3.1 Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang berarti bagi klien adalah ibu dan
anak-anaknya. Klien merasa sangat kehilangan ketika anak
keduanya meninggal dunia. Klien mengatakan bila ada masalah
lebih sering memendamnya sendiri dan jika sedang marah dia akan
melampiaskan kemarahannya dengan orang disekitarnya.

5.3.2 Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat


Di rumah:
Semenjak klien mengalami kebangkrutan klien lebih sering
berdiam diri di rumah dan jarang berinteraksi dan tidak pernah lagi
mengikuti kegiatan di lingkungan masyarakat.

Di rumah sakit:
Klien selalu mengikuti semua kegiatan yang ada di rumah sakit,
seperti makan bersama, shalat berjamaah, terapi aktivitas
kelompok, senam pagi, dan berkeliling rumah sakit, akan tetapi
dengan arahan.

5.3.3 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain


Klien mengatakan sering berdiam diri di rumah dan malas
berkumpul dengan orang lain karena merasa tidak pantas jika
berada diantara orang lain, karena malu dirinya sudah bangkrut dan
dianggap orang lain mengalami gangguan jiwa. Dan menurut klien
tidak ada hal yang perlu dibicarakan atau diceritakan kepada orang
lain. Klien merupakan orang yang intovert, banyak berdiam diri,
sering menghindari interaksi dengan orang lain, dan ketika diajak
berbicara respon klien lambat dan menolak intraksi yang terlalu
lama.

MASALAH KEPERAWATAN : Harga diri rendah, koping individu


tidak efektif
5.4 Spiritual
5.4.1 Nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam. Sebelumnya keluarga klien beranggapan
bahwa gangguan jiwa yang dialami oleh anaknya adalah karena
diguna-guna oleh pesaing bisnisnya, akan tetapi setelah dilakukan
pendidikan kesehatan kepada keluarga, keluarga mulai mengerti
bahwa yang dialami klien saat ini merupakan masalah gangguan
jiwa dan keluarga menyerahkan semuanya ke Allah SWT, dan
berharap klien cepat sembuh.

5.4.2 Kegiatan agama


Klien pernah pergi berhaji dan ketika di rumah klien tidak pernah
mengikuti kegiatan agama seperti shalat, yasinan dan pengajian.
Ketika di rumah sakit klien mau mengikuti kegiatan shalat
berjamaah akan tetapi dengan arahan.

MASALAH KEPERAWATAN : Koping keluarga efektif

6. STATUS MENTAL
6.1 Penampilan
Penampilan klien ketika awal masuk rumah sakit yaitu klien tampak
kusam, rambut tidak rapi dan berpakaian tidak rapi.

MASALAH KEPERAWATAN : Defisit perawatan diri

6.2 Pembicaraan
Komunikasi klien koheren, klien berbicara pelan, kontak mata tida bisa
bertahan lama, dan menolak jika pembicaraan yang terlalu lama. Klien
kadang bicara dan tertawa sendiri dan klien mampu mengungkapkan isi
halusinasinya.

6.3 Aktivitas motorik


Klien dapat melakukan ADL dengan arahan, klien mampu mengikuti
kegiatan senam pagi dan berkeliling rumah sakit. Klien melakukan
kebersihan diri seperti mandi, berpakaian, berdandan, makan dan minum,
BAB dan BAK dengan arahan.

6.4 Alam perasaan


Klien mengatakan perasaannya kadang merasa takut setiap kali mendengar
bisikan melihat bayangan.

MASALAH KEPERAWATAN : Perubahan Persepsi Sensori :


Halusinasi penglihatan dan pendengaran

6.5 Afek
Afek klien sesuai dengan stimulus
6.6 Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi dengan perawat klien kooperatif, duduk berhadapan
dengan perawat, kontak mata klien kurang dan tidak bertahan lama, dan
kadang menunduk maupun melihat kearah lain.

MASALAH KEPERAWATAN : Harga diri rendah

6.7 Persepsi
Saat dilakukan pengkajian klien mengeluh mendengar bisikan yang isinya
mengajak berbicara tentang banyak hal dan melihat bayangan laki-laki.
Bisikan dan bayangan tersebut muncul ketika sedang sendiri yaitu pada
siang dan malam hari dan respon klien terhadap bisikan dan bayangan
tersebut dengan marah-marah tidak jelas.

MASALAH KEPERAWATAN : Gangguan Persepsi Sensori :


Halusinasi penglihatan dan pendengaran

6.8 Isi pikir


Menurut klien isi yang ada dalam pikiran klien yaitu mendengar bisikan
yang isinya mengajak berbicara tentang banyak hal dan melihat bayangan
laki-laki. Bisikan dan bayangan tersebut muncul ketika sedang sendiri
yaitu pada siang dan malam hari dan respon klien terhadap bisikan dan
bayangan tersebut dengan marah-marah tidak jelas.

MASALAH KEPERAWATAN : Gangguan Persepsi Sensori :


Halusinasi penglihatan dan pendengaran

6.9 Tingkat kesadaran


Klien dalam keadaan sadar penuh, klien mampu menyebutkan namanya,
waktu, dan klien mengetahui bahwa saat ini dia sedang berada di rumah
sakit untuk berobat.

6.10 Memori
6.10.1 Memori jangka panjang
Klien mampu mengingat kejadian lebih dari satu bulan yang lalu,
dibuktikan dengan klien mampu menceritakan pengalaman masa
lalu klien dan sesuai dengan cerita keluarga.

6.10.2 Memori jangka pendek


Klien mampu mengingat kejadian satu minggu yang lalu
mapupun satu hari yang lalu, dibuktikan dengan klien mampu
mengingat dan menceritakan kembali bagaimana klien bisa di
bawa ke rumah sakit dan apa saja yang dilakukan klien sebelum
masuk rumah sakit dan sesuai dengan cerita keluarga

6.10.3 Memori saat ini


Klien mampu mengingat kejadian hari ini dibuktikan dengan klien
mampu menyebutkan kegiatan apa saja yang sudah dulakukan
hari ini tadi dan itu sesuai dengan cerita perawat yang
merawatnya.

6.11 Tingkat konsentrasi dan berhitung


Klien mampu berhitung, dengan perkalian dan pembagian sederhana. Saat
diajak berbicara konsentrasi klien mudah teralihkan, dengan sering melihat
kearah lain.

6.12 Kemampuan penilaian


Klien tidak mengalami gangguan penilaian, kemampuan penilaian klien
baik. Dibuktikan dengan klien mampu memilih tindakanya sendiri seperti
saat klien mau makan klien mampu menyiapkan makananya sendiri dan
saat dijelaskan bahwa harus lebih banyak berfikir positif agar klien cepat
sembuh dan sering-sering latihan menghardik klien mengatakan ia akan
melakukanya agar ia dapat cepat sembuh dan bisa pulang.

6.13 Daya tilik diri


Klien menyadari dirinya saat ini berada di rumah sakit untuk mendapatkan
pengobatan dan kesembuhan dari penyakitnya.

7. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


7.1 Makan
Klien mampu menyiapkan makan dan sebelum makan klien mencuci
tangan terlebih dahulu dan berdoa dengan arahan. Klien juga mampu
merapikan bekas makanan dengan arahan.

7.2 BAB/BAK
Klien mampu mengontrol BAB/BAK di WC, setelah BAB/BAK klien
dapat membersihkan bekas kotoran yang ada dikloset dan pada tubuhnya,
serta mampu menggunakan celana kembali tanpa bantuan.

7.3 Mandi
Klien mengatakan mandi sendiri yaitu 2 kali sehari tapi tidak menggosok
gigi dan tidak menggunakan sabun.

7.4 Berpakaian/berhias
Klien mengatakan malas berdandan. Klien akan mau menyisir rambut dan
berdandan sendiri jika arahan oleh perawat.

7.5 Istirahat dan tidur


Klien tampak sering mengantuk, klien tidur malam dari jam 9 malam
setelah minum obat sampai jam 5 pagi. Sedangkan pada siang hari klien
tidur dari jam 2 siang sampai jam 4 sore.
7.6 Penggunaan obat
Klien masih diawasi dalam mengonsumsi obat. Terapi obat yang
didapatkan adalah : Trifluoperazine (TFP) 5 mg diminum 2 kali sehari jam
7 pagi dan jam 7 malam, Trihexyphenidyl (THP) 2 mg 2 kali sehari jam 7
pagi dan jam 7 malam, Clozapine (CZP) 25 mg, 2 kali sehari 7 pagi dan
jam 7 malam, Amitriptyline (AMT) 25 mg 1 kali sehari jam 9 malam.

7.7 Pemeliharaan kesehatan


Klien mengatakan jika sakit seperti batuk dan flu, klien membeli obat di
warung. Saat ini klien memerlukan perawatan lanjutan saat klien berada di
rumah dengan melakukan kontrol sebelum habis obat, baik ke puskesmas
atau ke poli jiwa. Perawatan pendukung lainnya yang perlu diberikan saat
klien pulang adalah support system yang diberikan oleh keluarga dan
lingkungan.

7.8 Aktivitas di dalam rumah


Menurut keluarga saat di rumah klien hanya berdiam diri di rumah dan
tidak melakukan aktivitas.

7.9 Aktivitas di luar rumah


Klien jarang keluar rumah dan klien masih perlu pengawasan dari keluarga
dan orang-orang di lingkungan sekitar dalam melakukan aktivitas di luar
rumah seperti belanja dan jalan-jalan, menggunakan alat transportasi.

MASALAH KEPERAWATAN : Defisit Perawatan Diri

8. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladpatif

Klien cukup kooperatif Klien tidak mampu memulai pembicaraan


Klien mulai mau menceritakan masalah
yang dihadapi Klien kontak mata ( < )
Klien mampu melakukan salah satu
kegiatan Klien suara pelan
Klien banyak menghabiskan waktu di
 Klien mulai mau berkenalan dengan tempat tidur dan tidak mau berteman
pasien dan perawat dengan teman diruangan
Klien mau melakukan arahan perawat Klien bicara dan tertawa sendiri

MASALAH KEPERAWATAN : koping individu tidak efektif


9. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
9.1 Masalah dengan dukungan kelompok
Klien jarang berinteraksi dengan teman di ruangan, klien lebih suka
menyendiri dan berdiam diri.

9.2 Masalah berhubungan dengan lingkungan


Lingkungan belum dapat menerima dan memberikan dukungan terhadap
gangguan jiwa yang dialami klien, sehingga lingkungan memperberat
koping klien.

9.3 Masalah dengan pendidikan


Pendidikan terakhir klien adalah SMA. Klien tidak mempunyai masalah
dengan pendidikannya.

9.4 Masalah dengan perumahan


Klien tinggal serumah dengan ibu, ayah, dan anak ketiganya. Lingkungan
rumah klien berada diseberang sungai.

9.5 Masalah dengan ekonomi


Sebelum klien mengalami gangguan jiwa klien mempunyai pekerjaan
sebagai pedagang pakaian di pasar, akan tetapi mengalami kebangkrutan,
sehingga saat kebutuhan ekonomi klien dan anaknya dibantu oleh orang
tua.

9.6 Masalah dengan pelayanan kesehatan


Klien tidak mengalami masalah dengan pelayanan kesehatan, jarak rumah
dengan pelayanan kesehatan (puskesmas) cukup jauh karena rumah klien
yang berada diseberang sungai. Keluarga secara rutin mengambil obat
klien ke rumah sakit jiwa.

MASALAH KEPERAWATAN : Harga diri rendah, Isolasi sosial


10. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
10.1 Gangguan jiwa
Klien kurang mengetahui penyakit jiwa yang dideritanya, klien hanya
tahu jika dirawat akan tidak mengamuk dan mendengar bisikan lagi.

10.2 Faktor presipitasi


Klien tidak mengetahui faktor presipitasi yang menyebabkan klien
mengalami gangguan jiwa seperti saat ini.

10.3 Koping
Koping klien cenderung ke maladaptive, terkadang klien mengamuk dan
melampiaskannya kepada orang disekitarnya.

10.4 Sistem pendukung


Keluarga klien pernah berkunjung ke rumah sakit untuk menemui klien.

10.5 Penyakit fisik


Klien tidak mempunyai penyakit fisik.

10.6 Obat-obatan
Klien belum mengetahui obat-obatan yang dikonsumsinya, frekuensi,
jumlah dan kegunaannya.

11. ASPEK MEDIK


11.1 Diagnosa medis
Klien didiagnosa medis mengalami skizoprenia paranoid (F.20.0) yaitu di
mana penderitanya mengalami delusi bahwa orang lain sedang
bersekongkol melawan dirinya atau anggota keluarganya.

11.2 Medikasi

Indikasi, Kontraindikasi & Efek


Nama Obat Dosis
Samping
Trihexyphenidil 2 x 2 mg Fungsi :
(THP) Mengobati gejala penyakit
Parkinson atau gerakan lainya yang
tidak bisa dikendalikan, yang
disebabkan oleh efek samping obat
psikiatri tertentu seperti
chlorpromazine atau haloperidol.
Indikasi :
Parkinson, pasien jiwa dengan
gangguan eksrapiramidal yang
disebabkan oleh SSP.
Kontraindikasi :
Hipersensitivitas terhadap THP
atau komponen dalam sediaan,
glukoma sudut tertutup, obstruksi
deudenal atau pyloria, peptic ulcer,
obstruksi saluran urin, ochalasia,
myastebia gravis.
Efek samping :
Mulut kering, penglihatan kabur,
pusing, cemas, konstipasi, retensi
urin, takikardi, sakit kepala.
Trifluoperazine 2x5 mg Fungsi :
Digunakan untuk mengobati
gangguan mental/mood (seperti
skizofrenia, gangguan psikotik).
Trifluoperazine membantu Anda
berpikir lebih jernih, lebih tidak
gugup, dan terlibat dalam kegiatan
sehari-hari. Obat ini dapat
mengurangi perilaku agresif dan
keinginan untuk melukai diri
sendiri/orang lain. Obat ini juga
membantu mengurangi halusinasi
(mendengar/melihat benda yang
sebenarnya tidak ada).
Indikasi :
Kegilaan, skizofrenia, halusinasi
dan delusi negara afektif, agitasi
psikomotor, mual dan muntah asal
sentral.
Kontraindikasi :
Hipersensitivitas, koma atau berat
ditandai depresi CNS (termasuk.
disebabkan deprimiruyuschie PM),
penyakit jantung melanggar
konduktivitas dan menjadi
dekompensasi, Penyakit darah akut,
penyakit hati inflamasi akut,
penyakit ginjal parah, kehamilan,
laktasi
Efek samping :
Gatal-gatal, kesulitan bernapas,
pembengkakan wajah, bibir, lidah,
atau tenggorokan.

Clozapine 25 mg 2x25 mg Fungsi :


Mengobati gangguan mental atau
mood tertentu (schizophernia,
schizoaffective). Clozapine
merupakan obat psikiatrik (anti
psikotik) yang bekerja
menyeimbangkan zat alami tertentu
dalam otak (neurotransmitter).
Indikasi :
Pasien sikizofrenia yang tidak
responsif atau intoleransi dengan
neuroleptik klasik
Kontraindikasi :
Riwayat granulositopenia &
agranulositosis; gangguan fungsi
sumsum tulang, epilepsi tak
terkontrol, psikosis alkoholik &
toksik lainnya, intoksikasi obat,
kondisi koma, kolaps pada sirkulasi
darah, depresi SSP, gangguan
fungsi hati berat, gagal ginjal, atau
gagal jantung
Efek samping :
Granulositopenia, agranulositosis,
eosinofilia &ampul;/atau
leukositosis. Lelah, mengantuk,
pusing, sakit kepala, perubahan
EEG; hipersalivasi, mulut kering,
penglihatan kabur, gangguan
berkeringat & gangguan pengaturan
suhu tubuh; takikardi, hipotensi
postural, hipertensi, kolaps, aritmia
jantung, perikarditis, miokarditis,
kolaps sirkulasi, depresi pernapasan
atau henti napas; mual, muntah,
konstipasi, inkontinensia atau
retensi urin, priapismus, nefritis
interstisial akut, hipertermia jinak,
hiperglikemia, peningkatan BB.
Amitriptyline 1x25 mg Fungsi :
Amitriptyline adalah obat yang
digunakan untuk mengobati depresi.
Indikasi :
Mengobati depresi, nyeri saraf, dan
mencegah migrain.
Kontraindikasi :
Amitiptilin dikontraindikasikan
pada pasienYang pemah mengalami
reaksi hipersensitivitas terhadap
obat ini. Obat ini jangan diberikan
secara bersama-sama dengan
penghambat monoamin-oksidase.
Krisis hiperpirelaia, kejang-kejang
berat dan kematian telah terjadi
pada pasien yang mendapat
antidepresi trisiklik dan obat
penghambat monoaminoksidase
secara bersama-sama.
Efek samping :
Gatal-gatal, kesulitan bernapas,
pembengkakan wajah, bibir, lidah,
atau tenggorokan.

12. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tanggal: 07 Maret 2017
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 14,2 gr% Lk : 13,5 – 16,5
Pr : 11,5 – 14,0
Leukosit 7.700 /mm 4.000-10.000
Eritrosit 5.0 /mm Lk : 4,5 – 6,5 juta
Pr : 4,0 – 6,0 juta
Trombosit 308.000 /mm 150.000 – 450.000
Hitung Jenis
Limposit 31 % 25 – 40
Mid 4% 3–8
Granulosit 65 % 40 – 75
Hematokrit 44 % Lk : 38 – 48
Pr : 35 – 45
MCH 28 pg 27 – 34
MCV 89 fl 80 – 95
MCHC 32 gr/dl 30 – 35

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Imunologi
HBS Ag - Negatif
HIV Card Negatif

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Kimia Darah
Gula Darah Sewaktu 137 mg/dl < 150
AST / GOT 34 U/L Lk : 15 – 40
Pr : 13 – 35
ALT / GPT 40 U/L Lk : 10 – 40
Pr : 7 – 35
Urea 24 mg/dl 6 – 20
Kreatinin 0,8 mg/dl Lk : 0,9 – 1,3
Pr : 0,6 – 1,1

13. ANALISA DATA


No. DATA MASALAH
1. DS: Perubahan Persepsi
- Klien mengatakan “mendengar bisikan yang Sensori: Halusinasi
isinya mengajak berbicara tentang banyak Penglihatan dan
hal” Pendengaran
- Klien mengatakan “melihat bayangan laki-
laki”.
- Klien mengatakan “bisikan dan bayangan
muncul ketika sedang sendiri”
- Klien mengatakan “bisikan dan bayangan
muncul pada siang dan malam”
- Klien mengatakan “bisikan dan bayangan
muncul sering yaitu ± 6 kali/ perhari”
- Klien mengatakan “ketika mendengar bisikan
dan bayangan klien merasa takut”.

DO:
- Klien tampak sering menyendiri
- Klien tampak sering bicara dan tertawa
sendiri
- Klien tampak sering memandang ke arah lain

2. DS: Harga Diri Rendah


- Klien mengatakan “malu berhadapan
langsung dengan orang lain selain keluarga”
- Klien mengatakan “merasa tidak pantas jika
berada diantara orang lain, karena malu
dirinya sudah bangkrut dan dianggap orang
lain mengalami gangguan jiwa”.
DO :
- Ketika diajak bicara klien tampak klien lebih
sering menunduk
- Suara pelan
- Kontak mata tidak bisa bertahan lama
3. DS: Isolasi Sosial
- Klien mengatakan “sering berdiam diri di
rumah”
- Klien mengatakan “malas berkumpul dengan
orang lain karena menurut klien tidak ada hal
yang perlu dibicarakan atau diceritakan
kepada orang lain”.

DO :
- Klien tampak sering menyendiri
- Kontak mata klien tidak bisa bertahan lama
4. DS: Defisit perawatan diri
- Klien mengatakan “mandi sendiri yaitu 2 kali
sehari tapi tidak menggosok gigi dan tidak
menggunakan sabun”
- Klien mengatakan “malas berdandan”

DO :
- Penampilan klien tampak kusam
- Rambut tampak tidak rapi
- Berpakaian klien tampak tidak rapi.
5. DS: Koping individu tidak
- Klien mengatakan “bila ada masalah lebih efektif
sering memendamnya sendiri”
- Klien mengatakan “bila sedang marah dia
akan melampiaskan kemarahannya dengan
orang disekitarnya.

DO :
- Ketika diajak bicara klien tampak klien lebih
sering menunduk
- Suara pelan
- Kontak mata tidak bisa bertahan lama

6. DS: Risiko perilaku


- Klien mengatakan “marah dan mengamuk kekerasan
kepada keluarga jika dipaksa minum obat”
- Keluarga mengatakan “klien juga pernah
akan menendang ibunya, ketika ibunya
bermaksud memberikan obat kepada klien”
- Keluarga mengatakan “sejak ± 2 bulan yang
lalu klien sering menyimpan senjata tajam
(pisau) dan ketika akan diambil pasien
mengamuk dan ingin memukul orang yang
akan mengambilnya”
- Keluarga mengatakan “klien pernah
melakukan aniaya fisik sebagai pelaku
kepada suami ketika klien berusia 32 tahun
yaitu dengan menyiram kopi panas, akan
tetapi hal tersebut dapat dicegah oleh ibu
klien”.

DO :
- Tatapan mata klien tampak tajam
14. POHON MASALAH
Effect Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan
 

Core Problem Perubahan persepsi sensori: Defisit perawatan diri


halusinasi

Causa Isolasi Sosial

Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif


15. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
15.1 Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi penglihatan dan pendengaran
15.2 Harga diri rendah
15.3 Isolasi Sosial
15.4 Defisit perawatan diri
15.5 Koping individu tidak efektif
15.6 Risiko perilaku kekerasan
Gambut, 25 Maret 2017

Preseptor akademik, Preseptor Klinik,

(……………………………………...) (……………………………………...)

Anda mungkin juga menyukai