ISOLASI SOSIAL
I. Definisi
Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi
dengan orang lain (Keliat, BA, 1998 dalam Trimelia, 2011).
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes
RI, 2000 dalam Trimelia, 2011).
1
Interdependen
Respons adaptif adalah respons individu dalam penyelesaian masalah yang
masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungannya yang
umum berlaku dan lazim dilakukan oleh semua orang, jadi individu tersebut
masih dalam batas normal dalam menyelesaikan masalahnya. Respons ini
meliputi:
- Kesepian adalah individu sulit merasa intim, merasa takut dan cemas.
- Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina
hubungan dengan orang lain.
- Ketergantungan akan terjadi apabila individu gagal mengembangkan rasa
percaya diri akan kemampuannnya.
- Manipulasi adalah individu memperlakukan orang lain sebagai objek,
hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri.
- Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu
belajar dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.
2
- Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu
berusaha untuk mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus menerus,
sikapnya egosentris, pencemburu dan marah jika orang lain tidak
mendukungnya.
3
4) Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung yang
menyebabkan terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ
tubuh yang jelas mempengaruhi adalah otak. Klien skizoprenia yang
mengalami masalah dalam hubungan sosial terdapat struktur yang
abnormal pada otak, seperti atropi otak, perubahan ukuran dan bentuk
sel-sel dalam limbik dan kortikal.
Pohon masalah
4
Gangguan Persepsi Sensori: halusinasi
pendengaran/penglihatan/penciuman/perabaan/pengecapan.
Ketidakberdayaan
V. Jenis/Tanda Gejala
Tanda gejala menurut Trimelia (2011):
5
a. Gejala subjektif
- Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
- Klien merasa tidak man berada dengan orang lain.
- Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
- Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
- Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
- Klien merasa tidak berguna.
b. Gejala objektif
- Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan
pelan.
- Respons verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada.
- Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai.
- Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri.
- Menyendiri dalm ruangan, sering melamun.
- Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan secara
berulang-ulang.
- Kurang bergairah atau spontan, apatis, aktifitas menurun.
- Ekspresi wajah tidak berseri
- Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
- Retensi urin dan feses.
- Kurang energi.
- Posisi tidur seperti janin.
- Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk.
- Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
- Rendah diri.
6
Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan isolasi sosial menurut
Fitria (2014):
- Data Subjektif
o Pasien mengatakan malas bergaul dengan orang lain.
o Pasien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan minta
untuk sendirian.
o Pasien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain.
o Tidak mau berkomunikasi
o Data tentang pasien biasanya didapat dari keluarga yang
mengetahui keterbatasan pasien (suami, istri, anak, ibu, ayah, atau
teman dekat.
- Data Objektif
o Kurang spontan
o Apatis (acuh terhadap lingkungan)
o Ekspresi wajah kurang berseri
o Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
o Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
o Mengisolasi diri
o Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
o Asupan makanan dan minuman terganggu.
o Retensi urin dan feses
o Aktivitas menurun.
o Kurang berenergi atau bertenaga
o Rendah diri
o Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus atau janin (khususnya
pada posisi tidur).
7
VI.3 Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan menurut Fitria (2014):
8
dengan orang lain
SP 1: Setelah...x Diskusikan bersama klien tentang kerugian Dengan
Berdiskusi dengan interaksi, klien berinteraksi dengan orang lain berinteraksi
klien dapat menyebutkan mengetahui
tentangkerugian kerugian kerugian
tidak berinteraksi berinteraksi dengan berinteraksi
dengan orang lain orang lain dengan orang lain,
maka klien akan
termotivasi untuk
berinteraksi
dengan orang lain
SP1: Setelah.. interaksi, Ajarkan klien cara berkenalan dengan satu Melibatkan klien
Klien diajarkan oleh klien mengetahui orang. dalam interaksi
perawat tentang cara berkenalan sosial akan
cara berkenalan dngan satu orang mendorong klien
dengan satu orang untuk melihat dan
merasaan secara
langsung
keuntungan dari
berinteraksi sosial
serta
meningkatkan
konsep diri klien.
SP 1: Setelah ... Masukan kegiatan berbincang-bincang Memasukan
Klien dapat interakaksi, klien dengan orang lain dalam kegiatan harian. kegiatan
memasukan memasukan berbincang-
kegiatan kegiatan bincang dengan
berbincang-bincang berbincang-bincang orang lain ke
dengan orang lain dengan orang lain dalam kegiatan
dalam kegiatan dalam kegiatan harian akan
harian harian. membantu klien
9
mencapai interaksi
sosial secara
bertahap.
10
bincang dengan berbincang-bincang orang lain kedalam
orang lain sebagai dengan orang lain kegiatan harian
salah kegiatan sebagai salah satu akan membantu
harian kegiatan harian klien mencapai
intraksi sosial
secara bertahap.
SP 3: Setelah... interaksi Evaluasi jadwal kegiatan harian klien. evaluasi sebagi
Klien dapat klien dapat upaya untuk
mengevaluasi mengevaluasi merencanakan
jadwal kegiatan jadwal kegiatan kegiatan
harian klien harian klien selanjutnya apakah
klien bisa
melakukan
interaksi sosial
dengan dua orang
atau lebih.
SP 3: Setelah,, interaksi Dorong klien untuk dapat berkenalan dengan Melibatkan klien
Klien dapat klien dapat dua orang atau lebih dalam interaksi
berkenalan dengan berkenalan dengan sosial akan
dua orang atau lebih dua orang ata lebih mendorong klien
untuk melihat dan
merasakan secara
langsung
keuntungan dari
berinteraksi sosial
serta
meningkatkan
konsep diri klen.
SP iatan jarian3: Setelah,, interaksi Masukkan kegiatan berbincang-bincang Memasukkan
Klien dapat klien dapat denga dua orang atau lebih ke dalam jadwal kegiatan
memasukkan memasukkan kegiatan harian. berbincang-
11
kegatan berbincang- kegiatan bincang dengan
bincang dengan dua berbincang-bincang orang lain ke
orang atau lebih ke dengan dua orang dalam kegiatan
dalam jadwal keg atau lebih ke dalam harian akan
jadwal kegiatan membantu klien
harian mencapai interaksi
sosial secara
bertahap.
12
VII. Strategi Pelaksanaan Tindakan
a. SP Klien
1) SP I
a) Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial klien
b) Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan
orang lain
c) Berdiskusi dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain
d) Mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang
e) Menganjurkan klien memasukkan kegiatan latihan berbincang-
bincangdengan orang lain dalam kegiatan harian.
2) SP II
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b) Memberikan kesempatan kepada klien mempraktikkan cara
berkenalan dengan satu orang (perawat).
c) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
3) SP III
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b) Memberikan kesempatan kepada klien mempraktikkan cara
berkenalan dengan satu orang (klien lain).
c) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
4) SP IV
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b) Memberikan kesempatan kepada klien untuk mempraktikkan cara
berkenalan dengan dua orang atau lebih (kelompok).
c) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
5) SP V
13
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b) Menjelaskan cara patuh minum obat.
c) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
b. SP Keluarga
1) SP I
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien.
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya
isolasi sosial.
c) Menjelaskan cara merawat klien dengan isolasi sosial.
2) SP II
a) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien dengan isolasi
sosial.
b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien.
3) SP III
a) Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning).
b) Menjelaskan follow up klien setelah pulang.
14
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan stretegi pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi program S1 keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
15
Banjarmasin, 5 Desember 2016
Nurse Muda
Myka Selvia,S.Kep
16