Anda di halaman 1dari 9

Petrologi Batuan Karbonat

TUGAS I

Oleh :

Wa Ode Emiria Srikandi Ndangi

471 417 015

Dosen pengampu :

Muhammad Kasim, S.T, M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2020
SOAL

1.Apa yang anda ketahui tentang batuan karbonat

JAWAB :

Batuan karbonat didefinisikan sebagai batuan dengan kandungan material lebih dari 50%
dan tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil
presipitasi langsung (Reijer, 1986). Sedangkan batugamping itu sendiri adalah batuan yang
mengandung kalsium karbonat hingga 95%, sehingga tidak semua batuan karbonat merupakan
batugamping. (Reijer dan Hsu, 1986).

Menurut Pettjohn (1975), batuan karbonat adalah batuan yang jumlah fraksi karbonatnya
lebih besar dari fraksi non karbonat atau dengan kata lain fraksi karbonatnya (>50%). Dalam
prakteknya batuan karbonat adalah batugamping dan dolomit.

Karakteristik Batuan Karbonat

b. Mineralogi dan Komposisi Kimia Batuan Karbonat

Tabel 1. Mineral-mineral penyusun batuan karbonat beserta sistem kristal, rumus kimia dan
keterdapatannya pada batuan (Reeder, 1983 dan Tucker & Wright, 1990; dalam Boggs, Jr., 2006).
c. Tekstur Batuan Karbonat

1) Skeletal Grains/Bioklasts

2) Non-skeletal Grains

a) Ooid : bulat-lonjong, berlapis, 0,25-2 mm

b) Pisoid : bulat, berlapis, 2-10 mm

c) Oncoid : bulat, lapisan alga, >2 mm

d) Intraclast : klastika dari dalam daerah pengendapan

e) Extraclast : klastika dari luar daerah pengendapan

f) Pellet : bola-bulat telur, 0,03-0,3 mm

g) Peloid :bulat/lonjong/runcing, tanpa struktur dalam, tidak jelas

3) Carbonate Matrix

4) Carbonate Cement

Morfologi Semen

a) Acicular : ratio P:L = 10:1, marine

b) Fibrous : ratio P:L = 6:1, marine

c) Botryoidal : berbentuk kipas, burial

d) Dog tooth : memanjang ke satu titik, marine

e) Bladed : ratio P:L = 1,5:1 – 6:1, marine

f) Meniscus : berbentuk kurva, meteoric

g) Drusy : anhedral-subhedral, >10 μm, bertambah ke pusat pori, meteoric & burial

h) Granular : kristal-kristal kecil, meteoric & burial

i) Blocky : kristal-kristal kasar (μm-mm), bentuk batas kristal berbeda, meteoric & burial
d. Tipe-tipe Porositas Batuan Karbonat

Gambar 1. Diagram klasifikasi utama dari tipe porositas fabric selective, not fabric selective,
dan fabric selective or not (Chorquette dan Pray, 1970; dalam Scholle dan Ulmer-Scholle, 2003).

Klasifikasi Batuan Karbonat

a. Klasifikasi Dunham (1962)

Gambar 2. Klasifikasi batuan karbonat berdasarkan pada kehadiran lumpur dan butiran (Dunham, 1962).

Mudstone, fasies ini memiliki karakteristik dari ukuran butir yang halus, keterdapatan fragmen
(<10%)
Wackstone, fasies ini memiliki karakteristik terdiri dari ukuran butir yang sangat halus (lumpur
atau kalsilutit), tetapi masih memiliki asosiasi dengan fragmen klastik yang lebih besar tetapi
tidak dominan
Packstone, fasies ini memiliki karakteristik mulai melimpahnya lumpur karbonat (>15%),
tetapi fasies ini masih tetap didominasi oleh butiran
Grainstone, merupakan fasies batugamping klastik yang penyusun utamanya merupakan
butiran yang ukurannya tidak lebih besar dari 2 mm, keterdapatan matrik di fasies ini tidak
ada.
Boundstone, merupakan fasies batugamping dengan komponen yang saling terikat satu sama
lainnya atau tersusun oleh organisme dengan fabrik yang mengindikasikan asal-usul
komponen yang direkatkan bersama selama proses deposisi.
Crystalline, fasies ini memiliki karakteristik yang tidak lagi memperlihatkan tekstur
pengendapannya.

b. Klasifikasi Embry & Klovan (1971)

Gambar 3. Klasifikasi batuan karbonat berdasarkan tekstur pengendapan, tipe butiran dan ukuran
butiran oleh Embry dan Klovan (1971).

Floatstone, fasies ini memiliki karakteristik butiran yang terdiri dari fragmen kerangka organik
(<10%) yang tertanam dalam matrik karbonat.
Rudstone, fasies ini merupakan batugamping klastik yang memiliki ukuran butir paling kasar
dimana merupakan hasil rombakan dari batugamping terumbu yang mengalami transportasi
dan terakumulasi di tempat tertentu. Fasies ini tidak dimasukkan pada fasies batugamping
terumbu tetapi berasosiasi dengan terumbu.
Bafflestone, fasies ini memiliki karakteristik butiran terdiri dari kerangka organik seperti koral
yang sedang dalam posisi tumbuh berdiri (growth position) dan diselimuti oleh lumpur
karbonat yang mengisi rongga-rongga pada koral. Koral tersebut berperan sebagai (baffle)
yang menjebak lumpur karbonat.
Bindstone, fasies ini memiliki karakteristik butiran yang terdiri dari kerangka ataupun pecahan
yang telah mengalami pengikatan oleh kerak-kerak lapisan gamping (encrusting) yang
dikeluarkan oleh ganggang merah dan lainnya.
Framestone, fasies ini memiliki karakteristik hampir seluruhnya terdiri dari kerangka organik
seperti koral, alga dan lainnya. Sedangkan komposisi matriknya (<10%), antara kerangka
tersebut biasanya terisi oleh sparry calcite.
Diagenesis Batuan Karbonat

a. Proses Diagenesis Batuan Karbonat

Bioturbasi

Aktivitas organisme terjadi pada awal proses diagenesis seperti setelah material sedimen
mengalami pengendapan. Organisme yang menyebabkan proses ini dapat merupakan organisme
yang sangat kecil (mikroba) dimana aktivitas jasad renik sangat berhubungan dengan proses
dekomposisi material organik.

Pelarutan

Proses meningkatnya porositas dan penipisan lapisan batuan sedimen terutama pada batuan yang
mudah larut seperti batuan karbonat dan evaporit. Pelarutan akan terbantu oleh adanya mineral
karbonat yang tidak stabil seperti aragonit dan Mg-kalsit. Fluida air pori yang ada dalam ruang
antar butiran pada batuan karbonat biasanya akan sangat melarutkan karbonat jika terkandung
konsentrasi gas CO2 yang diberikan oleh lingkungan sekitar. Pelarutan yang paling intensif batuan
karbonat terangkat kepermukaan, karena konsentrasi CO2 yang banyak di permukaan.

Neomorfisme

Proses perubahan suatu mineral menjadi mineral lain dengan rumus (senyawa kimia) yang sama,
namun struktur kristalnya berbeda (polimorf) dari mineral tersebut. Inversi dapat terjadi pada
kondisi kering atau tidak ada air sekalipun, karena murni hasil proses pertukaran ion saja. Ketika
transformasi aragonit menjadi kalsit terjadi pada lingkungan yang berair, misalnya air di dalam
pori, maka ketika aragonit terlarutkan secara simultan kalsit akan terpresipitasi menggantikan
aragonit.

Sementasi Merupakan proses presipitasi kimia yang membentuk mineral baru. Ketika mineral-
mineral baru yang terpresipitasi ini mengisi pori dan sudah menjadi keras, maka layak disebut
sebagai batu. Semen karbonat yang paling umum di laut modern adalah aragonit, sedikit sisa
lainnya adalah magnesian calcite

Penggantian

Merupakan proses dimana suatu mineral baru mengganti fase mineral lama yang sudah ada
sebelumnya. Replacement ini dapat bersifat neomorfik, yaitu butiran mineral baru yang mengganti
mineral yang sudah ada dengan jenisnya sama. Jenis ini biasanya dinamakan sebagai polimorf,
dimana mineral baru akan memiliki bentuk dan struktur kristal yang berbeda dari mineral
sebelumnya, tetapi memiliki rumus kimia yang sama, misalnya aragonit tergantikan oleh kalsit.
Namun, bisa juga bersifat allomorfik, misalnya replacement fase baru dengan berbagai bentuk dari
kristalnya juga berubah semua, salah satu contohnya adalah dolomit yang menggantikan kalsit.

Kompaksi

Kompaksi merupakan proses berkurangnya volume ruang antar butiran akibat pembebanan oleh
batuan diatasnya. Kompaksi menyebabkan berkurangnya porositas batuan karena adanya
penyusunan ulang dari butiran-butiran yang tidak bersentuhan menjadi saling bersentuhan atau
semakin rapat.

Autigenesasi

Proses dimana fase mineral baru terkristalisasi dalam sedimen atau batuan selama atau setelah
proses diagenesis berlangsung. Mineral baru ini dapat dihasilkan melalui reaksi di dalam batuan
sedimen yang sudah ada sebelumnya. Mineral autigenik meskipun banyak, tetapi sifatnya tidak
merekatkan atau bahkan bisa terlihat seperti butiran ketika mengisi ruang antar butir yang besar.

Rekristalisasi

Rekristalisasi dapat terjadi bila terdapat larutan atau mineral yang terlarut dan represipitasi dari
fase mineral terlarut ini. Fluida yang melewati sedimen atau batuan yang mengandung mineral-
mineral tidak stabil dan mudah larut jika suatu waktu fluida dapat melarutkan mineral-mineral ini.

Dolomitisasi

Merupakan proses penggantian mineral kalsit menjadi dolomit. Pembentukannya bisa setelah
sedimen terendapkan, contohnya saat penggantian dolomit menjadi kalsit, bisa juga selama proses
pengendapan sampai pengendapannya benar-benar selesai.

b. Lingkungan Diagenesis Batuan Karbonat


Gambar 4. Diagram skematik yang menggambarkan lingkungan diagenesis (Chorquette dan Pray,
1970).

Mikrofasies Batuan Karbonat

a. Pengertian Mikrofasies

Istilah mikrofasies sendiri pertama kali didefinisikan oleh Brown (1943) dan kemudian
dikemukakan kembali oleh Cuvillier (1952) yang menerangkan bahwa istilah mikrofasies hanya
diperuntukan untuk kriteria pembelajaran (pemerian) pada batuan sedimen berdasarkan pada
pengamatan petrografi (microphoto), tetapi istilah ini lebih banyak digunakan khususnya pada
batuan karbonat, yaitu batugamping dan dolomit untuk menentukan proses diagenesis serta
lingkungan pengendapan.

Studi mikrofasies dianggap sebagai titik berat dan bagian penting dalam analisis dan interpretasi
pada batuan karbonat serta merupakan bagian dari studi sedimentologi dengan tujuan utamanya
adalah untuk mengetahui karakteristik batuan karbonat berupa material penyusunnya yang
berhubungan dengan penamaan genetik dari fasies batuan karbonat yang sesuai dengan standar
jenis mikrofasies (SMF) dan asosiasinya dalam lingkungan pengendapan (FZ) yang telah
dikembangkan oleh Wilson (1975) serta proses diagenesis yang mempengaruhi batuan karbonat
itu sendiri.

b. Facies Zones (FZ) Menurut Wilson (1975)

Menurut Wilson (1975) Fasies model yang paling sering digunakan oleh para ahli adalah
yang mengacu pada model paparan tertutup (rimmed). Paparan karbonat adalah sistem dinamis
yang berubah melalui ruang dan waktu. Paparan dapat tumbuh ke luar untuk memperluas
tepiannya dan tumbuh ke atas sementara tepinya tetap tidak berubah, atau mundur ke tepi belakang
(Jansa, 1981 dan Blendinger, 1986).

Variabel utama yang mempengaruhi evolusi paparan adalah tektonik setting dan subsidence,
fluktuasi muka air laut, produktivitas karbonat dan transportasi sedimen, sifat sedimentasi di tepi
paparan, evolusi organisme terumbu sepanjang waktu, dan variasi dalam proses diagenesis.
Pembagian jalur fasies pada paparan karbonat tertutup (rimmed) di daerah tropis digunakan oleh
Wilson (1975) untuk mendirikan sebuah model standar dari fasies karbonat yang digambarkan
sebagai penampang melintang mulai dari cekungan sampai pantai (FZ 1 – FZ 10) dan terdiri dari
asosiasi fasies berdasarkan zona standar fasies.
FZ 1:Adanya foram bentik dan plangton, silika, karbonat ooze, lumpur hemipelagik.

FZ 2: Salinitas normal, bioturbasi, matrik mikrit.

FZ 3: Lereng >1,5o, material pelagis dan klastika halus bercampur.

FZ 4: Lereng 5o, material rework dari paparan bercampur pelagis.

FZ 5: Bentukan dari komplek terumbu.

FZ 6: Berada di dalam zona eufotik, di pengaruhi pasang-surut air laut.

FZ 7: Masih terhubung laut terbuka, material pasir berlumpur.

FZ 8: Kurang terhubung laut terbuka, material pasir berlumpur.

FZ 9: Jarang terhubung dengan laut terbuka, kondisi kering/evaporit, kadang air payau.

FZ 10 : Lingkungan meteorik, karst.

c. Standard Microfacies Types (SMF) Menurut Flugel (1972)

Fasies batuan karbonat dipelajari pada skala yang berbeda. Hubungan stratigrafi dari tubuh
batuan, struktur sedimen, lithofacies dan biofacies adalah target utama dari studi singkapan.
Mikrofasies berdasarkan studi sayatan tipis membagi fasies ke satuan aspek komposisi serupa yang
mencerminkan kontrol lingkungan pengendapan tertentu. Hal ini dapat dilakukan apabila
memenuhi kriteria tekstur, komposisi dan fosil dari batugamping yang sering disebut sebagai
standard microfacies types (SMF).

Standar jenis mikrofasies merupakan kategori virtual yang meringkas mikrofasies dengan
kriteria yang identik. Kriteria ini sederhana, non atau semi-kuantitatif, dan mudah untuk dikenali.
Kebanyakan Jenis SMF didasarkan hanya pada beberapa karakteristik yang dominan terdiri dari
jenis butiran, biota atau tekstur pengendapan. Konsep SMF muncul dari pengenalan pada
kesamaan komposisi dan tekstur dari batugamping yang memiliki usia berbeda dibentuk pada
lingkungan yang sama. Awalnya dikembangkan untuk mengkategorikan secara umum paparan
Trias Akhir dan terumbu karbonat, dan berdasarkan kombinasi tekstur dan kriteria paleontologi
(Flugel, 1982).

Anda mungkin juga menyukai