Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Penelitian Perawat Profesional

Volume 1 Nomor 1, November 2019


p-ISSN 2714-9757
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU SWAMEDIKASI

Erina Efayanti, Tri Susilowati*, Ida Nur Imamah


Program Studi Sarjana Keperawatan, Stikes ‘Aisyiyah Surakarta, Jl. Ki Hajar Dewantara No.10, Jebres, Kec.
Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia 57126
*asaku_susi@yahoo.com (+6285647416651)

ABSTRAK
Swamedikasi adalah upaya pengobatan diri sendiri, biasanya dilakukan untuk mengatasi penyakit
ringan, seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, diare, penyakit kulit. Badan Pusat Statistik
mengatakan bahwa masyarakat Indonesia yang melakukan swamedikasi sebesar 72,44%. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi dengan perilaku swamedikasi di Apotek Suganda
Tangen Sragen. Penelitian analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Pengambilan
sampel menggunakan tekhnik quota sampling dengan jumlah 90 responden, dengan subjek
penelitian ini adalah pembeli yang membeli obat tanpa menggunakan resep dari dokter di Apotek
Suganda Tangen Sragen, sedangkan instrument penelitian ini menggunakan kuesioner, analisa
bivariate menggunakan uji Chi Square dengan taraf signifikasi (0,05). Hasil analisa univariate
sebagian besar responden memiliki motivasi yang tinggi sebanyak 42 responden(46,7%), perilaku
swamedikasi menunjukkan sebagian besar responden memiliki perilaku yang baik sebanyak 38
responden (42,2%). Hasil analisa bivariate menunjukkan nilai Exact Sig. (2-sided) (0,000) < 0,05.
Terdapat hubungan motivasi dengan perilaku swamedikasi di Apotek Suganda Tangen Sragen.

Kata kunci : motivasi, perilaku, swamedikasi

RELATIONSHIP OF MOTIVATION WITH THE BEHAVIOR OF SELF


MEDICATION

ABSTRACT
Self-medication is an attempt self-medication, usually done to cope with minor illnesses, such as
fever, pain, dizziness, cough, influenza, diarrhea, skin diseases.The Central Statistics Agency said
that the Indonesian people who self-medication were 72,44%. The purpose of relationship of
motivation with the behavior of self-medicationat theSugandaPharmacy Tangen Sragen. Analytical
research with cross sectional research design. Sampling using the dwarf quota sampling with a
population of 90 respondents, with the subject of the research is the buyer who bought drugs
without the use of a prescription from a Medical Doctor at theSuganda Pharmacy Tangen Sragen,
while this research instrument using bivariate analysis questionnaires, using test Chi Square with
the significance level (0.05). The results of the univariate analysis most respondents have a high
motivation as much as 42 respondents (46,7%), behavioural self-medication showed most
respondents have good behavior as much as 38 respondents (42.2%). Bivariate analysis results
show the Exact value of the Sig (2-sided) (0.000) < 0.05. There is a relationship of motivation with
the behavior of self-medicationat theSuganda Pharmacy Tangen Sragen.

Keywords: motivation, behavior, self-medication

21
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 21 - 32, November 2019
Global Health Science Group

PENDAHULUAN pengobatan modern sebesar 86,68% ;


Kesehatan adalah salah satu hal yang pengobatan tradisional 32,90%. Hasil ini
sangat penting dalam kehidupan, jika juga didukung oleh indikator kesehatan
seseorang sakit maka seseorang akan dari BPS yang menyatakan presentase
berusaha untuk sehat kembali. Hal yang masyarakat yang melakukan pengobatan
biasa dilakukan seseorang untuk sembuh, sendiri sebesar 72,44%, sedangkan yang
yaitu berobat ke dokter atau mengobati melakukan pengobatan ke dokter sebesar
diri sendiri. Pengobatan sendiri atau yang 38,21% (BPS,2016). Data tersebut
biasa disebut swamedikasi adalah hal menunjukkan bahwa masyarakat lebih
yang paling sering di lakukan masyarakat memilih melakukan pengobatan sendiri
sebelum ke tenaga kesehatan (Adawiyah atau swamedikasi dibanding dengan
et al., 2017:110). periksa ke dokter (Syafitri et al.,
2017:20). Badan Pusat Statistik (BPS)
Swamedikasi adalah upaya pengobatan pada tahun 2014 mengatakan bahwa data
diri sendiri, biasanya dilakukan untuk yang diperoleh tentang swamedikasi di
mengatasi penyakit ringan, seperti Jawa Tengah pada tahun 2014 untuk
demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, pengobatan modern sebesar 90,55%,
diare, penyakit kulit. Swamedikasi pengobatan tradisional sebesar 17%. Data
menjadi pilihan masyarakat untuk tersebut menunjukkan bahwa masyarakat
meningkatkan keterjangkauan di Jawa Tengah lebih banyak
pengobatan. Masyarakat memerlukan menggunakan obat modern dibandingkan
pedoman yang terpadu agar tidak terjadi dengan obat tradisional.
kesalahan pengobatan saat melakukan
swamedikasi (Restiyono, 2016:15). Swamedikasi bila dilakukan secara
rasional dapat bermanfaat baik bagi
Pengobatan sendiri yang sesuai aturan pasien, tenaga kesehatan, maupun
adalah apabila cara menggunakan obat pemerintah. Manfaat yang pertama, dapat
sesuai dengan aturan yang tercantum membantu pasien untuk mencegah dan
dalam kemasan. Obat yang aman mengobati gejala ringan secara mandiri.
digunakan untuk pengobatan sendiri yaitu Kedua, dapat menurunkan beban kerja
golongan obat bebas dan bebas terbatas tenaga kesehatan terkait penanganan
relatif. Obat-obatan yang biasa digunakan keluhan ringan. Ketiga, dapat
untuk swamedikasi disebut dengan obat menurunkan biaya pengobatan pasien
tanpa resep atau obat bebas. Obat-obat terutama pada era Badan Penyelenggara
bebas tersebut dapat diperoleh di warung, Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
apotek, dan supermarket. Sebaliknya, Swamedikasi akan menimbulkan masalah
obat yang diperoleh dengan resep dokter baru jika dilakukan secara tidak benar
biasa disebut obat resep (Manan, yaitu tidak sembuhnya penyakit karena
2014:12). adanya resistensi bakteri dan
ketergantungan (Halim et al., 2018:87).
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun
2014 mengatakan bahwa data yang Hasil penelitian yang dilakukan oleh
diperoleh tentang swamedikasi oleh Pratiwi et al (2014:40) yaitu pengaruh
masyarakat Indonesia dari tahun 2002 pengetahuan terhadap perilaku
sampai dengan tahun 2014 untuk swamedikasi obat anti-inflamasi non

22
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 21 - 32, November 2019
Global Health Science Group

steroid-oral pada etnis thionghoa di proses, arah dan usaha seseorang untuk
Surabaya, mendapatkan hasil 41% mencapai sebuah tujuan. Motivasi
responden memiliki pengetahuan yang merupakan kondisi atau kekuatan yang
cukup dan 99% responden melakukan mendorong seseorang untuk bergerak ke
perilaku swamedikasi yang benar. Halim arah yang diharapkan untuk mencapai
et al (2018) menyatakan bahwa dari tujuan (Gultom, 2014:180).
penelitian menunjukkan salah satu obat
yang paling banyak digunakan secara Berdasarkan fenomena yang ada di
swamedikasi adalah analgetik. Non- Sragen, bahwa masyarakat lebih memilih
Steroidal Anti Inflammatory Drugs membeli obat di warung maupun di
(NSAIDs) merupakan jenis yang paling apotek karena dianggap lebih murah dan
populer di masyarakat. Keluhan yang cepat. Studi pendahuluan yang sudah
sering dialami masyarakat sehingga dilakukan peneliti di Apotek Suganda
masyarakat terdorong untuk Kecamatan Tangen Kabupaten Sragen,
menggunakan analgesik secara diperoleh data bahwa Tangen merupakan
swamedikasi antara lain : sakit kepala, salah satu kecamatan yang jauh dari
nyeri sendi, dan sakit gigi. perkotaan dan pelayanan kesehatan.
Apotek Suganda Tangen merupakan satu-
Obat analgetik merupakan senyawa yang satunya Apotek yang ada di Tangen. Data
dapat meringankan atau menekan rasa yang diperoleh dari Apotek Suganda
sakit, tanpa memiliki kerja anastesi umum Tangen, diperoleh data 9 dari 10 pembeli
sehingga dapat meringankan rasa nyeri ternyata membeli obat tanpa
dan memberikan rasa nyaman. menggunakan resep. Obat yang paling
Penggunaan obat analgetik yang sesuai sering dibeli tanpa menggunakan resep
dengan resep dokter sangat membantu yaitu obat analgetik dan obat gatal.
untuk mengatasi nyeri. Penggunaan obat Alasan pembeli membeli obat tersebut
yang tidak tepat dapat memberikan efek yaitu karena pembeli pernah
samping seperti mual, maag, resiko mengkonsumsi obat yang sama dan obat
perdarahan, telinga berdengung, dan lain- tersebut dapat mengurangi gejala
lain (Trilia et al., 2017:304). penyakitnya. Sebagian besar penduduk
lebih mengkonsumsi obat tanpa
Seseorang dalam melakukan tindakan menggunakan resep dokter dimana
biasanya mendapat keinginan atau mereka tidak mengetahui efek samping
dorongan, baik dari dalam diri sendiri dari penggunaan obat tanpa resep dalam
maupun dari orang lain. Hal ini disebut jangka waktu yang lama dan masih
sebagai motivasi. Motivasi merupakan mempunyai pemikiran yang sederhana
akibat dari suatu hasil yang ingin dicapai dalam pengobatan yaitu asal murah dan
oleh seseorang dan perkiraan bahwa cepat. Berdasarkan hasil uraian tersebut,
tindakannya akan mengarah ke hasil yang peneliti tertarik untuk mengetahui
diinginkan. Hal tersebut terjadi apabila motivasi masyarakat dalam melakukan
seseorang menginginkan kesembuhan dan swamedikasi, mengetahui perilaku
jalannya tampak terbuka untuk swamedikasi masyarakat dan
memperolehnya, maka seseorang akan menganalisis hubungan motivasi dengan
berupaya untuk mendapatkannya perilaku swamedikasi.
(Ermawati, 2018:93). Motivasi sebagai

23
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 21 - 32, November 2019
Global Health Science Group

METODE pernyataan) dan formulir-formulir lain


Penelitian ini menggunakan rancangan yang berkaitan dengan pencatatan data
cross sectional.Populasi pada penelitian dan sebagainya.Metode pengumpulan
ini yaitu semua pembeli obat di Apotek data adalah angket atau kuesioner untuk
Suganda Tangen Sragen sebanyak 868 mengetahui motivasi dan perilaku
orang.Sampel dalam penelitian ini swamedikasi pada responden.Variabel
diambil dengan menggunakan quota yang dianalisis secara univariat dalam
sampling yaitu 90 responden.Kriteria penelitian ini adalah motivasi dan
inklusi pada penelitian ini adalah : perilaku swamedikasi. Uji yang
responden yang melakukan swamedikasi, digunakan pada analisa bivariate ini
laki – laki dan perempuan, sedangkan adalah Chi square atau kai-kuadrat (x2).
kriteria eksklusinya adalah responden
yang membawa resep dokter. Lokasi HASIL
Penelitian Dilaksanakan Di Apotek 1. Umur Responden
Suganda Tangen Sragen.Instrument yang Karakteristik responden berdasarkan umur
digunakan dalam pengumpulan data dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
berupa kuesioner (daftar pertanyaan atau

Tabel 1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur yang Melakukan Swamedikasi (n=90)
Kategori Umur f %
Remaja (12-25 tahun) 43 47,8
Dewasa (26-45 tahun) 38 42,2
Lansia (46-65 tahun) 9 10
Distribusi responden berdasarkan umur laki-laki atau perempuan memiliki
menunjukkan sebagian besar responden kesempatan yang sama untuk menjadi
berumur remaja sebanyak 43 responden sampel penelitian. Berdasarkan hasil
(47,8%).
analisis univariat, berikut data jenis
2. Jenis Kelamin kelamin responden yang disajikan dalam
Penelitian ini bukan penelitian untuk jenis table berikut ini.
kelamin tertentu. Semua responden baik

Tabel 2
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin yang melakukan swamedikasi (n=90)
Jenis Kelamin f %
Laki-laki 38 42.2
Perempuan 52 57.8
Sebagaimana dalam table di atas, 3. Tingkat Pendidikan
diketahui, jenis kelamin paling banyak Pendidikan responden yang diteliti juga
adalah perempuan yaitu 52 atau 57,8%. berbeda-beda. Berdasarkan hasil analisis
univariat diketahui masing-masing
pendidikan responden disajikan dalam
table berikut

24
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 21 - 32, November 2019
Global Health Science Group

Tabel 3.
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan yang melakukan swamedikasi
(n=90)
Pendidikan f %
SD 18 20.0
SLTP 16 17.8
SLTA 44 48.9
D3 12 13.3
Sebagaimana dalam tabel di atas, 4. Pekerjaan
diketahui, pendidikan responden paling Pekerjaan responden berbeda-beda.
banyak adalah SLTA yaitu 44 atau Berdasarkan hasil analisis univariat
48,9%. diketahui masing-masing pekerjaan
responden disajikan dalam table berikut

Tabel 4.
Distribusi responden berdasarkan pekerjaan yang melakukan swamedikasi (n=90)
Pekerjaan f %
Buruh 13 14.4
lain-lain 25 27.8
Pedagang 9 10.0
Petani 16 17.8
Tidak Bekerja 27 30.0
Sebagaimana dalam tabel 4, diketahui, 5. Jenis Obat
pekerjaan responden paling banyak Jenis obat yang dibeli masyarakat
adalah tidak bekerja yaitu 27 atau 30%. dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini.

Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Obat yang Dibeli oleh Masyarakat (n=90)
Jenis Obat f %
Obat Analgetik 43 47,8
Obat Antiinflamasi 2 2,2
Obat Antipiretik 10 11,1
Obat Antihistamin 35 38,9
Sebagaimana dalam tabel 6, diketahui, 6. Motivasi
jenis obat yang paling banyak dibeli Variabel yang diteliti dalam penelitian ini
responden adalah obat analgetik yaitu 43 adalah motivasi.Hasil penelitian motivasi
atau 47,8%. diklasifikasi menjadi 3
kelompok.Berdasarkan hasil analisis
univariat diketahui.

25
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 21 - 32, November 2019
Global Health Science Group

Tabel 6
Distribusi responden berdasarkan motivasi yang melakukan swamedikasi (n=90)
Kategori Motivasi f %
Motivasi Rendah 25 27.8
Motivasi Sedang 23 25.6
Motivasi Tinggi 42 46.7
Berdasarkan hasil analisis, diketahui 7. Perilaku Swamedikasi
tingkat motivasi yang paling banyak Penelitian ini hendak mengetahui perilaku
adalah motivasi tinggi, yaitu 42 swamedikasi responden. Adapun hasil
responden atau 46,7%. analisis univariat diketahui.

Tabel 7
Distribusi responden berdasarkan perilaku swamedikasi yang melakukan swamedikasi
(n=90)
Perilaku Swamedikasi f %
Perilaku Kurang 21 23.3
Perilaku Cukup 31 34.4
Perilaku Baik 38 42.2
Tabel 7, diketahui perilaku swamedikasi 8. Hubungan Antara Motivasi Dengan
responden yang paling dominan adalah Perilaku Swamedikasi.
perilaku swamedikasi baik, yaitu Berikut tabulasi silang hubungan motivasi
sebanyak 38 responden atau 42,2% dengan perilaku swamedikasi :

Tabel 8
Distribusi frekuensi hubungan motivasi dengan perilaku swamedikasi (n=90)
Perilaku Swamedikasi
Kurang Cukup Baik Total
f % f % f % f %
Motivasi Rendah 12 13,3 11 12,2 2 2,2 25 27,8
Sedang 7 7,8 13 14,4 3 3,3 23 25,6
Tinggi 2 2,2 7 7,8 33 36,7 42 46,7
Berdasarkan tabel 8 didapatkan hasil memiliki motivasi tinggi dan berperilaku
pengolah data bahwa responden yang baik sebanyak 33 responden (36,7%).

Tabel 9
Hasil analisis Hubungan Motivasi Dengan Perilaku Swamedikasi (n=90)
Variabel χ2 ρ value
Motivasi dengan perilaku swamedikasi 45,711 0,000
Setelah dilakukan analisi data dengan uji hubungan yang signifikan antara motivasi
Chi Square dengan nilai χ2 sebesar dengan perilaku swamedikasi.
45.711 dengan ρ value sebesar 0,000,
karena nilai ρ = 0,000 < 0,05; maka Ha
diterima dan Ho ditolak, artinya terdapat

26
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 21 - 32, November 2019
Global Health Science Group

PEMBAHASAN swamedikasi.Artinya, semakin besar


1. Motivasi motivasi dan pengetahuan semakin
Berdasarkan hasil penelitian tentang meningkat pula perilaku swamedikasi
motivasi masyarakat melakukan mereka untuk penyakit keputihan
swamedikasi di Apotek Suganda Tangen (kandidiasis vaginal).
Sragen, didapatkan bahwa sebagian besar
memiliki motivasi tinggi.Dari hasil Hasil penelitian menunjukkan mayoritas
menunjukkan jumlah masyarakat yang responden berumur remaja (12-25 tahun).
memiliki motivasi tinggi lebih banyak Menurut Dianawati et al (2008) didalam
dibandingkan yang memiliki motivasi Adawiyah et al ( 2017) menyatakan
lebih rendah. bahwa pada usia remaja mulai
mempunyai keinginan untuk membuat
Hasil penelitian Rinukti (2014) memberi keputusan sendiri dan mencoba sesuatu
gambaran bahwa faktor yang paling yang baru dan menarik. Adanya televisi
berperan mendorong penggunaan produk memberikan rekomendasi bagi remaja
obat demam tanpa resep adalah motivasi untuk pemilihan dan penggunaan obat.
responden sendiri (85,5%). Selanjutnya Responden mayoritas berjenis kelamin
yang mendorong responden perempuan.
menggunakan produk obat demam tanpa
resep adalah motivasi dari saudara (9,1%) Hebeeb dan Geahart (1993) didalam
dan iklan (5,5%). Tidak ada responden Maria (2017) menyatakan bahwa jenis
yang menjawab bahwa teman juga kelamin berhubungan dengan perilaku
menjadi faktor yang mendorong pengobatan sendiri dan responden
penggunaan produk obat demam tanpa perempuan lebih banyak melakukan
resep di RW V Kelurahan Terban.Tiap pengobatan sendiri secara rasional.dalam
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang penelitiannya juga menyatakan bahwa
didorong oleh kekuatan dari dalam diri perempuan adalah pelaku tindakan
orang tersebut, kekuatan inilah yang swamedikasi dengan modalitas tinggi
disebut motivasi. Sebagian responden dibandingkan pria, baik untuk dirinya
menjawab bahwa motivasi yang sendiri maupun untuk keluarganya. Pada
mendorong tindakan penggunaan produk penelitian Kristina et al (2008) didalam
obat demam tanpa resep datang dari Maria (2017) diperoleh hasil bahwa
sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan, jenis kelamin dan pekerjaan
tindakan penggunaan produk obat demam secara bersama-sama berpengaruh
tanpa resep dihasilkan oleh kesadaran terhadap perilaku penggunaan obat yang
akan kebutuhan dari dalam diri individu rasional pada swamedikasi. Akan tetapi
sendiri. faktor pendidikan merupakan faktor yang
paling besar pengaruhnya karena orang-
Penelitian ini sejalan dengan hasil orang dengan pendidikan tinggi
penelitian oleh Widayati (2017) yang umumnya tidak mudah terpengaruh oleh
menunjukkan bahwa ada hubungan yang iklan dan lebih banyak membaca label
positif dan signifikan antara motivasi pada kemasan obat sebelum
dengan perilaku swamedikasi untuk mengkonsumsinya. Hasil temuan
penyakit keputihan (kandidiasis vaginal) tersebut, peneliti berpendapat bahwa
dan antara pengetahuan dengan perilaku motivasi merupakan salah satu penyebab

27
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 21 - 32, November 2019
Global Health Science Group

orang melakukan swamedikasi. Motivasi salah satunya adalah nyeri. Pelaksanaan


dalam diri sendiri akan lebih kuat swamedikasi nyeri mencapai 17,9% dari
daripada motivasi yang berasal dari luar keseluruhan swamedikasi yang dilakukan
yang datang dari keluarga, teman maupun (Muharni et al, 2017). Obat yang paling
lingkungan sekitar. Motivasi yang tinggi sering di beli masyarakat adalah obat
akan membuat seseorang berperilaku. jenis analgetik dan obat influenza dengan
Selain itu, pendidikan, jenis kelamin dan keluhan pusing, pegal linu, batuk pilek
pekerjaan juga berpengaruh terhadap dan lain-lain. Masyarakat yang membeli
perilaku swamedikasi. Pada hal ini obat di Apotek Suganda Tangen Sragen
masyarakat akan berperilaku berobat melakukan swamedikasi karena
untuk mendapatkan kesembuhan. Baik swamedikasi lebih mempermudah mereka
dengan cara memeriksakan ke dokter untuk mendapatkan obat, selain itu
maupun ke pelayanan kesehatan atau masyarakat tidak perlu mengeluarkan
dengan cara membeli obat sendiri di biaya untuk membayar periksa ke dokter
Apotek maupun di Warung. Sebagian serta jarak rumah warga ke pelayanan
besar responden lebih memilih membeli kesehatan cukup jauh, Sehingga
obat sendiri karena dianggap lebih mudah masyarakat lebih memilih membeli obat
dan cepat. di warung ataupun apotek.

2. Perilaku Swamedikasi Hasil penelitian Maria (2017) tentang


Berdasarkan hasil penelitian tentang kajian perilaku swamedikasi
perilaku swamedikasi masyarakat di menggunakan penggemuk badan di
Apotek Suganda Tangen Sragen, Apotek menjelaskan bahwa perilaku
didapatkan bahwa sebagian besar swamedikasi pasien pengunjung apotek
memiliki perilaku baik.Dari hasil tersebut diperoleh pasien yang sudah tahu obat
menunjukkan jumlah orang yang penggemuk badan sebanyak 62,04%.
berperilaku swamedikasi baik lebih Pasien yang memperoleh obat
banyak dibandingkan yang kurang baik. penggemuk badan tersebut dengan
Perilaku merupakan suatu aktivitas langsung membeli tanpa periksa
seseorang yang bersangkutan, yang dapat (35,19%). Menurut Raharja & Tjai
dilihat secara langsung maupun tidak (2010), Swamedikasi apabila dilakukan
langsung.Perilaku manusia adalah suatu secara benar akanmemberikan kontribusi
aktivitas atau tindakan dari manusia itu yang besar bagi pemerintah dalam
sendiri (Donsu, 2017). Swamedikasi pemeliharaan kesejahteraan secara
adalah upaya pengobatan diri sendiri, nasional. Namun bila tidak dilakukan
biasanya dilakukan untuk mengatasi secara benar, justru dapat menimbulkan
penyakit ringan, seperti demam, nyeri, bencana yaitu tidak sembuhnya penyakit
pusing, batuk, influenza, diare, penyakit atau bahkan bisa muncul penyakit baru
kulit (Restiyono,2016). Perilaku akibat pemakaian obat yang kurang tepat.
swamedikasi adalah suatu tindakan yang Pelaksanaan swamedikasi didasari oleh
dilakukan seseorang dalam pengobatan pemikiran bahwa pengobatan sendiri
diri sendiri untuk mengatasi penyakit cukup untuk mengobati masalah
ringan.Pelaksanaan swamedikasi di kesehatan yang dialami tanpa
masyarakat dimaksudkan untuk melibatkan tenaga kesehatan (Hermawati,
mengatasi gangguan kesehatan ringan, 2012).

28
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 21 - 32, November 2019
Global Health Science Group

Swamedikasi menjadi alternatif yang Hasil penelitian Rinukti (2005) yang


diambil masyarakat untuk meningkatkan menyatakan bahwa terdapat hubungan
keterjangkauan pengobatan masyarakat antara variabel motivasi dengan tindakan
sehingga memerlukan pedoman yang penggunaan produk obat demam tanpa
terpadu agar tidak terjadi kesalahan resep oleh orang tua untuk anak-anak di
pengobatan.Perlunya pemahaman yang RW V Kelurahan Terban dengan
baik serta peran serta apoteker sebagai koefisien korelasi sebesar 0,489. Hasil
pemberi pelayanan sangat dibutuhkan penelitian ini juga menunjukkan adanya
guna mencapai perilaku swamedikasi hubungan yang positif dan signifikan
yang baik.Menurut pandangan peneliti antara pengetahuan dengan tindakan
perilaku swamedikasi individu atau penggunaan produk obat demam oleh
seseorang sudah menunjukkan perilaku orang tua ungtuk anak-anak di RW V
yang adaptif dan positif.Hal ini dapat Kelurahan turban dengan koefisien
dilihat dari kebiasaan responden ketika korelasi sebesar 0,301.
sakit langsung mengobati dirinya sendiri
dengan membeli obat di apotik. Selain itu Berdasarkan temuan diatas, peneliti
dipengaruhi juga oleh pengalaman sakit memandang bahwa motivasi memiliki
sebelumnya sehingga sudah mengerti apa keterkaitan dengan perilaku swamedikasi.
yang seharusnya dilakukan untuk Hal tersebut menunjukkan bahwa
mengobati sakit yang dialami. seseorang ketika mengalami sakit atau
masalah dengan kesehatannya tentu akan
3. Hubungan Motivasi dengan Perilaku mencari pengobatan sendiri. Baik yang
Swamedikasi Di Apotek diperoleh dari apotek maupun dari
Hasil penelitian menunjukkan bahwa warung.Hal tersebut didasari oleh
terdapat hubungan antara motivasi pengalaman sembuh menggunakan obat
dengan perilaku swamedikasi di Apotek sebelumnya, persepsi diri tentang
Suganda Tangen Sragen.Artinya semakin penyakitnya yang ringan, harga yang
tinggi motivasi semakin tinggi pula relatif murah, cepat dan praktis. Menurut
seseorang untuk berperilaku. pandangan peneliti, swamedikasi
Hasil penelitian ini selaras dengan masyarakat cukup baik, namun masih
penelitian Widayati (2013) yang banyak masyarakat yang belum
menyatakan bahwa terdapat hubungan mengaplikasikan sikap mereka pada saat
positif dan signifikan antara motivasi melakukan swamedikasi. Karena masih
dengan perilaku swamedikasi untuk banyak responden yang pada saat
penyakit keputihan (kandidiasis vaginal) melakukan swamedikasi kurang membaca
oleh wanita pengunjung apotek di kota label yang tertera pada kemasan obat
Yogyakarta periode Agustus, dengan yang dikonsumsi. Juga kurang bertanya
tingkat hubungan kuat. Terdapat pada apoteker/petugas apotek tentang
hubungan yang positif dan signifikan obat yang di konsumsi. Jadi masih
antara pengetahuan dengan perilaku mungkin akan terjadinya kesalahan
swamedikasi untuk penyakit keputihan pengobatan (medication error). Hal ini
(kandidiasis vaginal) oleh wanita berarti keterkaitan antara motivasi dengan
pengunjung apotek di kota Yogyakarta perilaku swamedikasi tidak menjamin
periode Agustus, dengan tingkat masyarakat untuk tidak melakukan
hubungan rendah. swamedikasi. Masyarakat justru akan

29
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 21 - 32, November 2019
Global Health Science Group

beranggapan bahwa ketika seseorang Halim, S. V., Prayitno S, A. A., dan


sakit harus berobat agar segera pulih dari Wibowo, Y. I. 2018. Profil
kondisi sakit yang dialaminya sehingga Swamedikasi Analgesik di
salah satu yang dapat dilakukan yaitu Masyarakat Surabaya jawa Timur.
perilaku swamedikasi (pengobatan Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia
sendiri). 16(1): 87

SIMPULAN Hermawati, D. 2012. Pengaruh Edukasi


Mayoritas responden memiliki motivasi Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan
tinggi dalam melakukan swamedikasi. Rasionalitas Penggunaan Obat
Mayoritas responden berperilaku motivasi Swamedikasi Pengunjung Di Dua
baik dalam melakukan swamedikasi. Apotek Kecatamatan Cimanggis,
Terdapat hubungan antara motivasi Depok. Skripsi.Universitas
dengan perilaku swamedikasi. Indonesia. Jakarta.
Manan, L. 2014. Buku Pintar
DAFTAR PUSTAKA Swamedikasi. Cetakan pertama.
Adawiyah, S., Cahaya, N., dan Intannia,
Saufa. Jogjakarta
D. 2017. Hubungan Persepsi
Terhadap Iklan Obat Laksatif Di Maria, L. K. 2017. Kajian Perilaku
Televisi Dengan Perilaku Swamedikasi Menggunakan Obat
Swamedikasi Masyarakat Di Penggemuk Badan Oleh Pasien
Kelurahan Sungai Besar Kecamatan Pengunjung Apotek Di Kota
Banjarbaru Selatan. PHARMACY Kupang Tahun 2016. Jurnal Info
14(1): 110 Kesehatan 15(2)
Donsu, J. D. 2017. Psikologi Muharni, S., Ariyani, F., Agustini, T. T.,
Keperawatan. Pustaka Baru Press. dan Fitriani, D. 2017. Sikap Tenaga
Yogyakarta Kefarmasian Dalam Penggalian
Informasi Pada Swamedikasi Nyeri
Ermawati, E. 2018. Pengaruh
Gigi Di Apotek-Apotek Kota
Kompensasi Langsung,
Pekanbaru Provinsi Riau. Jurnal
Kompensasi Tidak Langsung, Dan
Penelitian Farmasi Indonesia 5(2)
Kompensasi Non Financial
Terhadap Motivasi Dan Kinerja Pratiwi, Pristianty, Noorrizka, dan
Karyawan Klinis Swasta Di Impian. 2014. Pengaruh
Kabupaten Lumajang. Progress Pengetahuan Terhadap Perilaku
Conference 1(1): 93 Swamedikasi Obat Anti-Inflamasi
Non-Steroid Oral Pada Etnis
Gultom, D. K. 2014. Pengaruh Budaya
Thionghoa Di Surabaya.Jurnal
Organisasi Perusahaan dan
Farmasi Komunitas 2(1): 40.
Motivasi Terhadap Kinerja
Karyawan Pada PT. Perusahaan Restiyono, A. 2016. Analisis Faktor yang
Gas Negara (PERSERO) Tbk Berpengaruh dalam Swamedikasi
Medan. Jurnal Manajemen & Antibiotik pada Ibu Rumah Tangga
Bisnis 14(2): 180 Di Kelurahan Kajen Kabupaten

30
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 21 - 32, November 2019
Global Health Science Group

Pekalongan. Jurnal Promosi Jurnal Farmasi Dan Ilmu


Kesehatan Indonesia11(1): 15 Kefarmasian Indonesia 4(1): 20
Rinukti dan Widayati, 2005, Hubungan Trilia., Majid, Y. A., Lestari, W. 2017.
Antara Motivasi dan Pengetahuan Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
Orangtua Dengan Tindakan Dalam Penggunaan Obat Analgetik
Penggunaan Produk Obat Demam Bebas Untuk Pengobatan Sendiri
Tanpa Resep Untuk Anak-anak RW Pada Mahasiswa PSIK Angkatan
V di Kelurahan Terban Tahun 2015 STIKes MUHAMMADIYAH
2004, Sigma Jurnal Sains dan PALEMBANG. 5(1): 304
Teknologi Vol. 8 No. 1
Widayati, A. 2013. Swamedikasi di
Syafitri, I. N., Hidayati, I. R., dan Kalangan Masyarakat Perkotaan di
Pristianty, L. 2017. Hubungan Kota Yogyakarta. Jurnal Farmasi
Tingkat Pengetahuan terhadap Klinik Indonesia. Volume 2, Nomor
Penggunaan Obat Parasetamol 4.
Rasional dalam Swamedikasi.

31
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 21 - 32, November 2019
Global Health Science Group

32

Anda mungkin juga menyukai