Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2020
Penetapan Kadar NaCl Infus Secara Argentometri
I. Tujuan : Menentukan kadar natrium klorida (NaCl) dengan menggunakan larutan baku
AgNO3, dengan menggunakan metode argentometri
II. Dasar Teori
Titrasi argentometri adalah penetapan kadar suatu zat yang didasarkan atas reaksi
pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran larutan garam argentum nitrat
(AgNO3) sebagai larutan standard. Selain reaksi pengendapan, dasar reaksi argentometri
disebut juga reaksi penggaraman. Garam adalah suatu senyawa yang terdiri dari kation dan
anion atau asam dengan basa. Sedangkan pengendapan adalah zat yang memisahkan diri
sebagai fase padat yang keluar dari larutan. Dalam titrasi argentometri, larutan AgNO3
digunakan untuk menetapkan garam-garam halogen dan sianida karena kedua jenis garam ini
dengan ion Ag+ dari garam standard AgNO3 dapat memebentuk suatu endapan atau suatu
senyawa kompleks.
Garam AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi, sehingga garam tersebut dapat
digunakan sebagai larutan standard primer. Larutan standar AgNO3 0,1 N dapat dibuat dengan
melarutkan 16,99 gram AgNO3 dalam 1 liter aquades, Syindjia (2013). Pada titrasi
argentometri dilakukan titrasi secara langsung. Pada praktikum kali ini titrasi argentometri
menggunakan metode mohr untuk mengetahui kadar NaCl.
Metode Mohr merupakan salah satu bentuk metode Titrasi Argentometri, yaitu
metode titrasi untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan
pembentukan endapan bersama ion Ag+. Prinsip kerja penentuan konsentrasi NaCl dengan
menggunakan metode Mohr adalah mentitrasi ion klorida yang terdapat pada NaCl dengan
menggunakan larutan AgNO3 dengan menggunakan K2CrO4 sebagai indikator (Agung, 2009).
Menurut Underwood dan Day (1992), Larutan AgNO3 dan larutan NaCl pada awalnya
masingmasing merupakan larutan yang jernih dan tidak berwarna. Ketika NaCl ditambahkan
dengan aquades larutan tetap jernih dan tidak berwarna dan aquades tersebut larut dalam
larutan. Penambahan aquades ini dimaksudkan agar pH larutan tidak terlalu asam ataupun
terlalu basa. Setelah ditambahkan indikator K2CrO4, larutan kemudian berubah warna menjadi
kuning mengikuti warna K2CrO4 yang ditambahkan. Setelah dititrasi dengan AgNO3, awalnya
terbentuk endapan berwarna putih yang merupakan AgCl. Ketika NaCl sudah habis bereaksi
dengan AgNO3, sementara jumlah AgNO3 masih ada, maka AgNO3 kemudian bereaksi
dengan indikator K2CrO4 membentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah keruh. Endapan
tersebut adalah endapan AgCl. Setelah semua ion Cl- mengendap dengan sempurna,
kelebihan 1-2 tetes larutan AgNO3 akan bereaksi dengan ion kromat membentuk endapan
perak kromat yang berwarna merah. Reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut:
Untuk dapat melakukan titrasi dengan baik, maka ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu pH larutan, dimana pH larutan harus dalam suasana netral atau basa lemah
(pH = 6 – 8). Hal tersebut harus dilakukan karena jika berlangsung dalam suasana asam, maka
konsentrasi ion CrO42- akan berkurang. Kemudian jika titrasi dilakukan dalam suasana basa
kuat, maka akan timbul suatu endapan peroksida. Selain itu, titrasi juga harus dilakukan
secara cepat dan pengocokan harus dilakukan dengan kuat agar Ag+ tidak teroksidasi menjadi
AgO yang akan menyebabkan titik akhir titrasi menjadi sulit tercapai.
Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran sehingga
terbentuk endapan yang berwarna merah bata yang menunjukkan titik akhir karena warnanya
berbeda dengan warna endapan analat dengan Ag+. Pada analisis Cl- mula-mula terjadi reaksi:
Sedangkan pada titik akhir, titran juga bereaksi menurut reaksi berikut :
ALAT BAHAN
b. Prosedur
1. Pembuatan larutan baku primer
Timbang NaCl 0,0620 g lalu larutkan dengan aquades
Masukkan ke dalam labu ukur
Tambahkan aquadest sebanyak 100 mL
2. Pembuatan larutan baku sekunder
Timbang AgNO3 dengan menggunakan botol timbang sebanyak yang
dibutuhkan
larutkan padatan AgNO3 ke dalam 250 mL aquadest
3. Standarisasi baku sekunder oleh baku primer
Pipet 10 ml larutan baku primer NaCl , masukkan ke dalam Erlenmeyer
Tambahkan 2 – 3 tetes indikator kalium kromat
Titrasi dengan larutan baku sekunder AgNO3 hingga membentuk endapan
orange konstan
Hitung normalitas larutan baku sekunder
4. Penetapan kadar sampel infus NaCl
Pipet 10 ml sampel infus NaCl, masukkan ke dalam Erlenmeyer lalu diencerkan
menjadi 100 ml
Tambahkan 2 – 3 tetes indikator kalium kromat
Titrasi dengan larutan baku sekunder hingga membentuk endapan merah bata
konstan
Dicatat hasil titrasi, lalu lakukan pengulangan sebnayak 3 kali
IV. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
Konsentrasi NaCl
massa 62 mg
mmol = = = 1,0607 mmol
BM 58,45 g /mol
mgrek = mmol x valensi = 1,0607 x 1 = 1,0607 mgrek
mgrek 1,0607 mgrek
N= = = 0,0106 N
V 100 ml
Konsentrasi AgNO3
Volume AgNO3 pada titrasi pembakuan :
1. 10,20 ml
2. 10,28 ml
3. 10,30 ml
10,20 ml+10,28 ml+10,30 ml
Rata rata volume = = 10,26 ml
3
V1 X N1 = V2 X N2
10,26 ml x N1 = 10 ml x 0,0106 N
10 ml x 0,0106 N
N1 = = 0,01033 N
10,26 ml
Penentuan Kadar NaCl
Volume AgNO3 pada penetapan kadar infus NaCl :
1. 15,50 ml
2. 15,29 ml
3. 15,80 ml
15,50 ml+15,29 ml+15,80 ml
Rata rata volume = = 15,53 ml
3
V1 X N1 = V2 X N2
10 ml x N1 = 15,53 ml x 0,01033 N
15,53ml x 0,01033 N
N1 = = 0,01604 N
10 ml
mgrek NaCl = N x V = 0,01604 N x 10 ml = 0,1604 mgrek
mgrek 0,1604 mgrek
mmol = = = 0,1604 mmol
valensi 1
massa = mmol x BM = 0,1604 mmol x 58,45 g/mol = 9,37538 mg = 0,009375 g
kadar NaCl (%) = 0,009375 g x 100% = 0,9375 %
% Kesalahan
Digunakan NaCl 0,9% artinya 0,9 g dalam 100 ml
[ ( kadar praktikum−kadar teoritis ) ]
% kesalahan = x 100%
kadar teoritis
0,9375 g−0,9 g
= x 100%
0,9 g
= 4,17 %
b. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini kita menggunakan metode titrasi argentometri.
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan
senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada
suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga dengan metode pengendapan karena
pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relatif tidak larut atau
endapan. Jadi, dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah
larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang kita gunakan dalam praktikum ini
adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl-
dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl. Reaksi yang mendasari
argentometri adalah :
AgNO3 + Cl- AgCl(s) + NO3-
Pada titrasi argentometri ini kita menggunakan metode Mohr. Metode ini
digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan
larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CrO4 sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini
harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam
suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa
akan terbentuk endapan perak hidroksida.
Konsentrasi ion klorida dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan cara titrasi
dengan larutan standar perak nitrat. Endapan putih perak klorida akan terbentuk selama
proses titrasi berlangsung dan digunakan indicator larutan kalium kromat encer. Setelah
semua ion klorida mengendap maka kelebihan ion Ag+ pada saat titik akhir titrasi dicapai
akan bereaksi dengan indicator membentuk endapan coklat kemerahan Ag2CrO4.
Prosedur ini disebut sebagai titrasi argentometri dengan metode Mohr. Reaksi yang
terjadi adalah :
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s) (endapan putih)
Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2CrO4(s) (coklat kemerahan)
Dari hasil praktikum didapatkan persentase kadar NaCl dalam infus yaitu 0,9375 %
dengan persentase kesalahan 4,17 %
V. Kesimpulan
Dari hasil praktikum penetapan kadar NaCl infus dengan metode titrasi argentometri
diapatkan konsentrasi NaCl 0,0106 N, konsentrasi AgNO3 setelah pembakuan 0,01033 N dan
persentase kadar NaCl infus yaitu 0,9375 % dengan persentase kesalahan 4,17 %