Di Susun Oleh:
Dhea Permatasari Iskandar
NIM : 2018.C.10a.0964
iii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
dengan otot sarat lintang, tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar
kemauan kita.
1. Bentuk Jantung
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpil (pangkal
jantung) dan disebut juga basis kordis. Disebelah bawah agak runcing yang disebut
apeks kordis.
2. Letak
Didalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastrium anterior), sebelah kiri
bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diagfragma dan pangkalnya terdapat
dibelakang kiri antara kota V dan VI dua jari dibawah papila mamae pada tempet
ini teraba adanya pukulan jantung disebut iktus kordis.
3. Lapisan jantung :
a. Endokardium
Endokardium merupakan lapisan jantung yang terdapat disebelah dalam
sekali yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir yang melapisi
permukaan rongga jantung.
b. Miokardium
Miokardium merupakan lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot – otot
jantung, otot jantung ini membentuk bundalan – bundalan otot.
c. Perikardium
Perikardium merupakan lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput
pembungkus, terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral yaitu
bertemu dipangkal jantung membentuk kantung jantung. Antara dua lapisan
6
jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga agar pergeseran
antara perikardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap jantung.
4. Siklus Jantung
a. Arteri pulmonalis, merupakan pembuluh darah yang keluar dari ventrikel
dekstra menuju keparu – paru,. Mempunyai dua cabang yaitu dekstra dan
sinestra untuk paru – paru kanan dan kiri yang banyak mengandung CO2 di
dalam darahnya.
b. Vena pulmonalis, merupakan vena pendek yang membawa darah dari paru –
paru masuk ke jantung bagian atrium sinistra. Di dalam berisi dalam yang
banyak mengandung O2.
5. Daya Pompa Jantung
Dalam keadaan istirahat jantung beredar 70 kali/menit. Pada waktu banyak
pergerakan, kecepatan jantung dicapai 150 kali/menit dengan daya pompa 20 – 25
liter/menit. Setiap menit sejumlah volume darah yang tepat sama sekalidialirkan
dari vena ke jantung, apabila pengambalian dari vena tidak seimbang dan vantrikel
gagal mengimbanginya dengan daya pompa jantung jadi membengkak berisidarah
sehingga tekanan dalam vena naik dan dalam jangka waktu lama bisa menjadi
edema.
2.1.3 Etiologi
Angina pektoris dapat terjadi bila otot jantung memerlukan asupan oksigen
yang lebih pada waktu tertentu, misalnya pada saat bekerja, makan, atau saat sedang
mengalami stress. Jika pada jantung mengalami penambahan beban kerja, tetapi
supplai oksigen yang diterima sedikit, maka akan menyebabkan rasa sakit pada
jantung. Oksigen sangatlah diperlukan oleh sel miokard untuk dapat
mempertahankan fungsinya. Oksigen yang didapat dari proses koroner untuk sel
miokard ini, telah terpakai sebanyak 70 - 80 %, sehingga wajar bila aliran koroner
menjadi meningkat. Aliran darah koroner terutama terjadi sewaktu diastole pada
saat otot ventrikel dalam keadaan istirahat.
7
2.1.4 Klasifikasi
a. Stable Angina
Stable Angina juga disebut angina klasik. Terjadi sewaktu arteri koroner yang
aterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan aliran darah saat terjadi
peningkatan kebutuhan oksigen. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai
aktifitas fisik seperti berolah raga, naiktangga, atau bekerja keras. Pajanan dingin,
terutama bila disertai bekerja seperti menyekop salju. Stres mental termasuk stress
yang terjadi akibat rasa marah serta tugas mental seperti berhitung, dapat
mencetuskan angina klasik. Nyeri pada angina jenis ini, biasanya menghilang,
apabila individu yang bersangkutan menghentikan aktivitasnya.
8
nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah
dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh
darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi
jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah
terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung
terjadi pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya
koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan
komplikasi tersering aterosklerosis.
Pada mulanya, suplai darah tersebut walaupun berkurang masih cukup untuk
memenuhi kebutuhan miokard pada waktu istirahat, tetapi tidak cukup bila
kebutuhan oksigen miokard meningkat seperti pada waktu pasien melakukan
aktivitaas fisik yang cukup berat. Pada saat beban kerja suatu jaringan meningkat,
kebutuhan oksigennya juga meningkat. Apabila kebutuhan oksigen meningkat pada
jantung yang sehat, arteri-arteri koroner akan berdilatasi dan mengalirkan lebih
banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Akan tetapi apabila arteri koroner
mengalami kekakuan atau menyempit akibat aterosklerosis dan tidak
dapatberdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan
terjadi iskemia (kekurangan suplai darah) miokardium dan sel-sel miokardium
mulai menggunakan glikolisis anaerob untuk memenuhi kebutuhan energinya.
Proses pembentukan energy ini sangat tidak efisien dan menyebabkan pembentukan
asam laktat. Asam laktat menurunkan pH miokardium dan menyebabkan nyeri ang
berkaitan dengan angina pectoris. Apabila kebutuhan energy sel-sel jantung
berkurang, suplai oksigen oksigen menjadi adekut dan sel-sel otot kembali keproses
fosforilasi oksidatif untuk membentuk energy. Proses ini tidak menghasilkan asam
laktat. Dengan menghilangnya penimbunan asam laktat, nyeri angina pectoris
mereda.
10
Kurangnya
Iskemia Otot Informasi
Terjadi Metabolisme
Anaerob
Terbentuk
(meningkat)
MK: Kurang
asam laktat Pengetahuan
Gangguan konduktivitas
dan kontraktilitas Reseptor Nyeri
Terangsang
Fungsi Ventrikel
Nyeri dada
Terganggu
Ancaman
kematian
Perubahan
Hemodinamika TD Peningkatan MK : MK: Ansietas
dan Nadi Meningkat Tekanan Nyeri Akut
Jantung
MK : Lelah
Penurunan
curah jantung
MK:
Intoleransi Aktivitas
11
2.1.7 Komplikasi
1. Infraksi miokardium yang akut (serangan jantung).
2. Kematian karena serangan jantung secara mendadak.
3. Aritma kardiak.
4. Hipoksemia
5. Trombosis vena dalam
6. Syok kardiogenik
7. Miocard infark
8. Dekompensatio cordis
9. Insfisiensi coroner
10. Unstable angina terjadi karena iskemia pada otot jantung yang sudah meluas
sehingga nyeri yang dirasakan akibat penimbunan asam laktat lebih sering
terjadi.
11. Sudden death ; terjadi akibat kelelahan jantung yang memompa darah terus
menerus dengan frekuensi yang tidak stabil dan diperberat oleh nekrosis otot
jantung yang makin meluas.
• Pemeriksaan profil lemak darah seperti kolesterol, HDL, LDL, trigliserida dan
pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk mencari faktor risiko seperti
kolesterol dan/atau diabetes mellitus.
Fisiologi Oksigenasi
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
a. Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran
pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada
naik/lebih besar, tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
b. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan
pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume
rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi.
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa faktor:
1) Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat,
maka tekanan udaranya semakin rendah.
2) Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang
di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru
dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
18
2.2.3 Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi menurut NANDA (2013),yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas
tulang dan dinding dada, nyeri,cemas, penurunan energy,/kelelahan, kerusakan
neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas,
posisi tubuh, imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan
membrane kapiler-alveoli.
a. Patologi
1. Penyakit pernafasan menahun (TBC, Asma, Bronkhitis)
2. Infeksi, Fibrosis kritik, Influensa
3. Penyakit sistem syaraf (sindrom guillain barre, sklerosis, multipel miastania
gravis).
4. Depresi SSP / Trauma kepala
5. Cedera serebrovaskuler (stroke)
19
b. Maturasional
1. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2. Bayi dan taddler, adanya resiko infeksi saluran pernapasan dan merokok
3. Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok
4. Dewasa muda dan pertengahan. Diet yang tidak sehat, kurang aktifitas stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
5. Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitasi menurun, ekspansi pann menurun.
c. Situasional (Personal, Lingkungan)
1. Berhubungan dengan mobilitas sekunder akibat: pembedahan atau trauma,
nyeri, ketakutan, ancietas, keletihan.
2. Berhubungan dengan kelembaban yang sangat tinggi atau kelembaban
rendah.
3. Berhubungan dengan menghilangnya mekanisme pembersihan siliar, respons
inflamasi, dan peningkatan pembentukan lendir sekunder akibat rokok,
pernapasan mulut.
2.2.4 Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan,
yaitu ventilasi, difusi, dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi
tempat, maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah, maka tempat tekanan udara semakin tinggi.
b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis.
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas
berbagai otot polos yang kcrjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf
otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi
20
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler
paru dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru.
b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial keduanya ini dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi sebagaimana O2,
dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2, dalam rongga
alveoli lebih tinggi dari tekanan O2, da1am darah vena pulmonalis, (masuk
21
dalam darah secara berdifusi) dan paCOJ dalam arteri pulmonalis juga akan
berdifusi ke dalam alveoli.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
3. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke
jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, akan
berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma
(3%), sedangkan CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk
karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma (50%), dan sebagian menjadi
HC03 berada pada darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya:
a. Kardiac output
Kardiac output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah,
normalnya 5 liter per menit. Dalam kooondisi patologi yang dapat
menurunkan cardiac output ( misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan
darah ) akan mengurangi jumlah oksigen yang dikirm ke jaringan. Umumnya,
jantung mengkompensasi dengan menambahkan rata-rata pemompaannya
untuk meningkatkan transport oksigen.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain.
Secara langsung berpengaruh terhadap transpot oksigen. Bertambahnya
latihan menyebabkan peningkatan transport O2 ( 20 x kondisi normal ),
meningkatkan cardiac uotput dan penggunaan O2 oleh sel.
2.2.5 Komplikasi
a. Hiperventilasi: Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2
dalam paru-paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat
disebabkan karena kecemasan, infeksi, keracunan obat-obatan, keseimbangan
asam basa seperti osidosis metabolik Tanda-tanda hiperventilasi adalah
takikardi, nafas pendek, nyeri dada, menurunnya konsentrasi, disorientasi,
tinnitus.
22
b. Kulit
1. Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
2. Penurunan turgor (dehidrasi)
3. Edema.
4. Edema periorbital.
c. Jari dan kuku
1. Sianosis
2. Clubbing finger.
d. Mulut dan bibir
1. membrane mukosa sianosis
2. bernapas dengan mengerutkan mulut.
e. Hidung
Pernapasan dengan cuping hidung.
f. Vena leher
Adanya distensi / bendungan.
g. Dada
1. Retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan,
dispnea, obstruksi jalan pernapasan)
2. Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
3. Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran/rongga pernapasan
4. Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
5. Suara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction
rub/pleural friction)
6. Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness
h. Pola pernapasan
1. pernapasan normal (eupnea)
2. pernapasan cepat (tacypnea)
3. pernapasan lambat (bradypnea)
24
Kriteria hasil : Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat
sesuai, pasien menunjukkan strategi koping efektif/keterampilan pemecahan
masalah, pasien melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat
diatasi.
INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan tujuan tes dan prosedur, Menurunkan cemas dan takut
contoh tes stress. terhadap diagnose dan prognosis.
Tingkatkan ekspresi perasaan dan Perasaan tidak ekspresikan dapat
takut,contoh menolak, depresi, dan menimbulkan kekacauan internal dan
marah. efek gambaran diri.
Dorong keluarga dan teman untuk Meyakinkan pasien bahwa peran
menganggap pasien sebelumnya. dalam keluarga dan kerja tidak
berubah.
Kolaborasi : berikan sedative, Mungkin diperlukan untuk membantu
tranquilizer sesuai indikasi pasien rileks sampai secara fisik
mampu untuk membuat strategi
koping adekuat.
5. KURANG PENGETAHUAN (KEBUTUHAN BELAJAR)
MENGENAI KODISI, KEBUTUHAN PENGOBATAN BERHUBUNGAN
DENGAN KURANGNYA INFORMASI.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan
pasien bertambah.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. N
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : Strata 1
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jln. Mahir Mahar XI No.10
TGL MRS : 31 Maret 2019
Diagnosa Medis : Angina Pectoris
32
33
mendapat penangan dari dokter ,klien dianjurkan oleh dokter untuk rawat
inap dan untuk mendapatkan perawatan intensif agar cepat pulih.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dan tidak pernah operasi
sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan dalam keluarga.
GENOGRAM KELUARGA:
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Menikah
= Tinggal serumah
= Pasien
34
1. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum
Pasien sakit sedang, tampak lemah dan berbaring ditempat tidur dengan posisi
fowler, terpasang infus NaCl 0,9% 7 tpm pada tangan kanan, terpasang
oksigen nasal canul 2 lpm.
2) Status Mental
a. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
b. Ekspresi Wajah : Meringis
c. Bentuk Badan : Endomorph
d. Cara Berbaring/Bergerak : Terbatas/ Semi fowler
e. Berbicara : Lancar
f. Suasana Hati : Gelisah
g. Penampilan : Kurang rapi
h. Fungsi Kognitif:
Orientasi Waktu : Pasien dapat membedakan waktu pagi,
siang, sore dan malam
Orientasi Orang : Pasien dapat mengenali keluarganya dan
petugas kesehatan
Orientasi Tempat : Pasien dapat mengetahui dirinya berada di
RS
i. Halusinasi : Tidak Ada
j. Proses Berpikir : Tidak Ada
k. Insight : Baik
l. Mekanisme Pertahanan Diri : Adaptif
Keluhan Lainnya : Tidak Ada
3) Tanda-tanda Vital
a. Suhu/T : 36,7oC Axilla
b. Nadi/HR : 89x/menit
c. Pernapasan/RR : 22x/menit
d. Tekanan Darah/BP : 110/70 mmHg
35
4) Pernapasan (Breathing)
Bentuk Dada : Simetris
Kebiasaan Merokok : Tidak Ada
Batuk : Ada ,sejak tanggal 31 April 2019
Batuk darah : Tidak Ada
Sputum : Tidak Ada
Sianosis : Tidak Ada
Nyeri Dada : Tidak Ada
Dyspnea nyeri dada Orthopnea Lainnya: Tidak Ada
Sesak Nafas Saat inspirasi Saat aktivitas Saat istirahat
Type Pernapasan : Dada Perut Dada dan Perut
Kusmaul Cheyne-stokes Biot
Lainnya: Tidak Ada
Irama Pernapasan : Teratur Tidak Teratur
Suara Napas : Vesikuler Bronchovesikuler
Bronchial Trakeal
Suara Napas Tambahan : Wheezing Rochi kering
Ronchi basah Lainnya: Tidak Ada
Keluhan Lainnya : Bernafas tersenggal-senggal
Masalah Keperawatan : Pola nafas tidak efektif
5) Cardiovasculer (Bleeding)
Nyeri dada Kram kaki Pucat
Pusing/sinkop Clubing finger Sianosis
Sakit kepala Palpitasi Pingsan
Capillary refill time > 2 detik < 2 detik
Oedema: Wajah Ekstrimitas atas
Anasarka Ekstrimitas bawah
Asites
Ictus Cordis Terlihat Tidak Terlihat
Vena Jugularis Tidak Meningkat Meningkat
Suara Jantung Normal, S2 > S1: Lub-Dub
36
Ada Kelainan
Keluhan Lainnya: Nyeri dada saat batuk
Masalah Keperawatan: Nyeri akut
6) Persyarafan (Brain)
Nilai GCS : E : 4 membuka mata spontan
V : 5 komunikasi verbal baik
M : 6 mengikuti perintah
Total Nilai GCS : 15
Kesadaran: Compos Menthis Somnolent Delirium
Apatis Soporus Coma
Pupil : Isokor Anisokor
Midriasis Meiosis
Reflek Cahaya: Kanan Positif Negatif
Kiri Positif Negatif
Nyeri, lokasi .....................
Vertigo Gelisah Aphasia Kesemutan
Bingung Disarthria Kejang Tremor
Pelo
Uji Syaraf Kranial:
Nervus Kranial I : Pasien dapat membedakan bau-bauan
Nervus Kranial II : Pasien dapat melihat dengan baik
Nervus Kranial III : Pasien dapat membuka kelopak mata
Nervus Kranial IV : Pasien dapat menggerakkan kedua matanya
Nervus Kranial V : Pasien dapat merasakan sentuhan
Nervus Kranial VI : Pasien dapat menggerakkan kedua matanya ke kiri
dan ke kanan
Nervus Kranial VII : Pasien dapat merasakan asam,manis,asin,pahit
Nervus Kranial VIII : Pasien dapat mendengarkan kata yang dibicarakan
Nervus Kranial IX : Pasien dapat menelan
Nervus Kranial X : Pasien dapat mengunyah dengan baik
Nervus Kranial XI : Pasien dapat menggerakkan leher
Nervus Kranial XII : Pasien dapat menjulurkan lidah
37
Uji Koordinasi:
Ekstrimitas Atas : Jari ke jari Positif Negatif
Jari ke hidung Positif Negatif
Ekstrimitas Bawah : Tumit ke jempol kaki Positif Negatif
Uji Kestabilan Tubuh : Positif Negatif
Refleks:
Bisep : Kanan Skala: +1 Kiri Skala: 4
Trisep : Kanan Skala: +1 Kiri Skala: 4
Brakioradialis :
Patella : Kanan Skala: +1 Kiri Skala: +2
Akhiles : Kanan Skala: +1 Kiri Skala: +2
Babinski : Kanan Skala: +1 Kiri Skala: +2
Refleks Lainnya : Tidak Ada
Keluhan Lainya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Hambatan Mobilitas Fisik
7) Eliminasi Uri (Bladder)
Produksi Urine : 600 ml 2-3 x/hari
Warna : Kuning
Bau : Khas amoniak
Tidak ada masalah/lancar Menetes Inkotinen
Oliguri Nyeri Retensi
Poliuri Panas Hematuri
Dysuri Nocturi
Kateter Cystostomi
Keluhan Lainnya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
8) Eliminasi Alvi (Bowel)
Mulut dan Faring
Bibir : Kering
Gigi : Bersih dan Lengkap
Gusi : Tidak Ada caries
Lidah : Tidak ada jamur di lidah
38
Ekstrimitas bawah 5 5
Deformitas tulang, lokasi : Tidak Ada
Peradangan, lokasi : Tidak Ada
Perlukaan, lokasi : Tidak Ada
Patah tulang, lokasi : Tidak Ada
39
Maetus Uretra
Discharge, warna
Scrotum
Hernia
Kelainan
b. Reproduksi Wanita
Kemerahan, lokasi : Tidak Ada
Gatal-gatal, lokasi : Tidak Ada
Perdarahan : Tidak Ada
Flour Albus : Tidak Ada
Clitoris : Tidak Ada
Labis : Tidak Ada
Uretra : Tidak Ada
Kebersihan : Baik Cukup Kurang
Kehamilan :-
Tafsiran Partus :-
Keluhan Lain: Tidak Ada
Payudara :
Simetris Asimetris
Sear Lesi
Pembengkakan Nyeri tekan
Puting :
Menonjol Datar Lecet Mastitis
Warna Aerola
ASI Lancar Sedikit Tidak keluar
Keluhan Lain : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
42
Diet:
Biasa Cair Saring Lunak
Diet Khusus:
Rendah garam Rendah kalori TKTP
Rendah lemak Rendah purin Lainnya: Tidak Ada
Mual
Muntah............kali/hari
Kesukaran menelan Ya Tidak
Rasa haus
Keluhan Lainnya: Tidak Ada
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x1 sehari 3x1 sehari
Porsi 1 porsi 1 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Nasi lunak,sayur, lauk,
Jenis makanan Nasi, sayur, lauk, buah
buah
Jenis minuman Air putih Air putih dan teh
Jumlah minuman/cc/24 jam 600 cc/jam 1500 cc/jam
Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Siang, sore,malam
Keluhan/masalah Tidak Ada Tidak Ada
3. SOSIAL-SPIRITUAL
1) Kemampuan berkomunikasi
Secara verbal, pasien dapat berkomunikasi dengan baik dengan bahasa yang
dapat dimengerti.
2) Bahasa sehari-hari
Bahasa indonesia.
3) Hubungan dengan keluarga
Baik dan harmonis.
4) Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Baik.pasien dapat menegenal baik teman,petugas kesehatan, dan orang lain.
5) Orang berarti/terdekat
Anak ,suami dan keluarga.
6) Kebiasaan menggunakan waktu luang
Berkumpul dengan keluarga
7) Kegiatan beribadah
8) Pasien selalu berdoa saat sakit
5. PENATALAKSANAAN MEDIS
Nama Obat Dosis Obat Indikasi
Mengatur jumlah air dalam
Infus NaCl 0,9% 7 tpm / menit tubuh
PRIORITAS MASALAH
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny.N
Ruang Rawat : Delima
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi 1. Observasi pola nafas ,irama 1. Memberikan posisi nyaman
selama 2x8 jam diharapkan dan frekuensi ,dan keluhan pada pasien.
pasien menunjukan pola nafas pasien. 2. Mencegah jalan nafas yang
2. Observasi TTV
yang efektif dengan kriteria hasil tersumbat
3. Berikan posisi semi fowler
1. Pasien tidak menunjukan 4. Berikan O2 3. Menyediakan jalan nafas yang
adanya kesulitan dalam 5. Ajarkan tekhnik nafas dalam adekuat
bernafas 6. Kolaborasi dengan tim medis 4. Menentukan pemberian terapi
2. Irama dan frekuensi teratur lainnya dalam pemberian
3. Tidak sesak nafas lagi yang tepat pada klien.
terapi
4. RR dalam batas normal (RR 18
x/mnt)
5. Tidak ada suara nafas
tambahan
2. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi TTV 1. Memberikan posisi nyaman
keperawatan sselama 2 x 8 jam 2) Berikan posisi semi fowler pada pasien.
diharapkan nyeri dada yang 3) Kaji tingkat skala nyeri 2. Skala nyeri yang dirasakan
dirasakan berkurang dengan 4) Kolaborasi dengan tim medis berkurang
kriteria hasil : lainnya dalam pemberian 3. Menentukan pemberian terapi
1. Tanda-tanda vital normal. terapi yang tepat pada klien
2. Pasien menunjukkan ekspresi
wajah rileks
3. Pasien tidak mengeluh
kesakitan
4. Skala nyeri berkurang dari 3-2
49
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Angina pectoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak enak
yang berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang berkaitan yang disebabkan
oleh ischemia miokard tetapi tidak sampai terjadi nekrosis. Rasa tidak enak tersebut
sering kali digambarkan sebagai rasa tertekan, rasa terjerat, rasa kemeng, rasa
penuh, rasa terbakar, rasa bengkak dan rasa seperti sakit gigi. Rasa tidak enak
tersebut biasanya berkisar 1-15 menit di daerah retrosternal, tetapi dapat juga
menjalar ke rahang, leher, bahu, punggung dan lengan kiri. Walaupun jarang,
kadang-kadang juga menjalar ke lengan kanan. Kadang-kadang keluhannya dapat
berupa cepat capai, sesak nafas pada saat aktivitas, yang disebabkan oleh gangguan
fungsi akibat ischemia miokard.Tipe Angina Pectoris antara lain :Angina Stabil,
Angina Non stabil (angina prainfark, angina kresendo), dan Varian angina.
Mekanisme timbulnya angina pectoris didasarkan pada ketidak adekuatan
suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang di akibatkan karena kekakuan arteri dan
penyempitan lumen arteri koroner. Tidak diketahui secara pasti penyebab
ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggung
jawab atas ateriosklerosis.
4.2 Saran
Diharapkan lebih memahami konsep dari penyakit angina pektoris sebagai
dasar dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas.
55
56
DAFTAR PUSTAKA
56