Anda di halaman 1dari 2

Banyak kalangan yang memberikan persepsi berbeda mengenai pengertian mahasiswa.

Ada yang mengatakan mahasiswa adalah agen perubahan, mahasiswa adalah kaum intelektual
yang memiliki ilmu yang tinggi. Terlepas dari itu semua mahasiswa itu adalah unit bagian dari
masyarakat yang harus memberikan kebermanfaatan untuk masyarakat dengan berbagai
karyanya. Mahasiswa lahir dari masyarakat dan sudah sepatutnya mahasiswa berperan aktif di
dalam membela kepentingan masyarakat.

Mahasiswa kesehatan tidak sepatutnya hanya sekadar menuntut ilmu dan mencari IP
setinggi-tingginya tetapi melupakan perannya dalam masyarakat. Aktivitas yang dilakukan
mahasiswa kesehatan seyogyanya tidak hanya belajar memahami mata kuliah yang diajarkan
dosen dan mengerjakan tugas kuliah tetapi mahasiswa harus berkontribusi nyata dalam
mengatasi masalah isu-isu kesehatan. Karena mahasiswa adalah salah satu unsur terpenting
untuk meluruskan isu-isu kesehatan yang beredar di masyarakat. Peranan mahasiswa menjadi
sangat penting karena mahasiswa adalah kelompok yang idealis yang terlepas dari pengaruh
pihak manapun. Idealisme yang dimiliki mahasiswa membuatnya semangat melakukan
perjuangan terhadap kebenaran yang dia yakini. Mahasiswa tidak pantang menyerah dan tidak
takut terhadap apapun di dalam menyampaikan aspirasi yang mereka miliki. Pandangan,
pemikiran dan sikap mahasiswa inilah yang dibutuhkan dalam masyarakat saat ini saat
menghadapi berbagai isu kesehatan yang belum terbukti benar adanya.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang banyak membawa
perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup maupun tatanan
sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu hal yang
berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang bermukim
dalam suatu tempat tertentu. Kesehatan merupakan hal yang paling penting bagi seluruh lapisan
masyarakat. tak jarang muncul isu-isu kesehatan di dalam masyarakat. Beberapa isu kesehatan
dalam masyarakat akan menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa kesehatan.

Salah satu peran mahasiswa adalah Social Control. Mahasiswa kesehatan berperan dalam
melakukan kontrol ketika melihat adanya isu kesehatan yang tidak beres di tengah-tengah
masyarakat. Mahasiswa kesehatan akan mengontrol isu kesehatan yang dapat merugikan
masyarakat. Kontrol yang dilakukan oleh mahasiswa kesehatan adalah berusaha secara edukatif
dan preventif dalam menghadapi isu kesehatan tersebut.

Secara edukatif yaitu melakukan pendekatan kepada masyarakat tentang berbagai isu yang
ada. Memberikan penjelasan edukasi mengenai isu-isu tersebut, sehingga masyarakat dapat
memilah isu kesehatan yang benar dan yang tidak. Mahasiswa kesehatan harus membuka diri
untuk mengunjungi masyarakat dan melakukan diskusi tentang masalah dan isu kesehatan yang
beredar di kalangan masyarakat. Mahasiswa kesehatan juga dapat mengajak lembaga lain untuk
bekerja sama dalam memberikan penjelasan mengenai masalah dan isu kesehatan. Dengan
begitu, jika terdapat masalah dan isu kesehatan yang beredar di masyarakat, masyarakat dapat
sadar dengan sendirinya tentang kebenaran isu kesehatan yang beredar tersebut.

Secara preventif yaitu sebuah usaha yang dilakukan oleh mahasiswa untuk mencegah
munculnya masalah dan isu-isu kesehatan yang beredar di masyarakat. Akan tetapi, munculnya
masalah dan isu kesehatan yang belum terbukti benar adanya sangat sulit dikendalikan. Untuk itu
mahasiswa kesehatan harus berusaha secara preventif dan juga edukatif dalam mengadapi isu-isu
kesehatan. Hal ini dimaksudkan agar mencegah terjadinya kerugian dan pola pikir yang salah
dalam masyarakat jika menghadapi masalah dan isu kesehatan yang muncul atau berkembang di
kemudian hari.

Salah satu contoh isu kesehatan yang beredar dalam masyarakat adalah “Pemberian
vaksin HPV kepada anak usia sekolah dasar (SD) menyebabkan menopause dini”. Isu
kesehatan tersebut banyak dipercayai masyarakat, padahal isu tersebut tidak benar adanya.

Isu tentang kanker serviks (leher rahim) menghangat setelah Pemerintah Daerah DKI
Jakarta membuat gerakan vaksin HPV untuk anak-anak SD. Padahal, menurut dr. Yusfa Rasjid,
dari RSIA YPK Mandiri, Jakarta, pemberian vaksin serviks kepada anak usia SD tidak akan
berdampak buruk, apalagi menyebabkan menapouse dini, seperti berita yang banyak beredar.
Vaksin serviks dinilai aman karena yang disuntikkan ke dalam tubuh adalah protein yang
terbentuk dari virus macromolecular, yang menyebabkan antigen dalam tubuh.

Pemberian vaksin serviks pun dapat dilakukan sejak dini, yaitu pada usia 9 tahun.
Tujuannya, agar kekebalan tubuh terhadap virus HPV yang menjadi penyebab kanker serviks
terbentuk sejak dini. Virus HPV hanya bisa ditularkan lewat hubungan seksual. Namun, untuk
memberikan vaksin serviks, menurut dr. Yusfa, tidak perlu menunggu seorang wanita aktif
secara seksual. “Waktu kapan pertama kali diberikan vaksin HPV, tidak masalah. Sejak usia dini
lebih baik agar tubuh segera terlindungi. Cukup sekali vaksin serviks, tubuh akan terlindungi,
dan seumur hidup tidak perlu vaksin ulang karena antibodi tubuh terhadap virus sudah
terbentuk,” kata dr. Yusfa.

Isu kesehatan yang beredar seperti Pemberian vaksin HPV kepada anak usia sekolah
dasar (SD) menyebabkan menopause dini yang tidak terbukti kebenarannya, akan tetapi
banyak dipercayai masyarakat. Hal ini dapat memunculkan masalah di kalangan masyarakat.
Peran mahasiswa kesehatan sangat dibutuhkan untuk menjadi social control dengan berusaha
secara edukatif dan preventif yaitu memberikan penjelasan edukatif terhadap masalah dan isu
kesehatan yang berkembang melalui kunjungan di masyarakat, seminar, dan lain sebagainya.
Sehingga dapat mencegah isu kesehatan yang tidak terbukti benar dan dapat membuat
masyarakat dapat memilah isu-isu kesehatan yang benar dan yang tidak dengan sendirinya.

Sumber : www.parenting.co.id/dunia-mama/dua-isu-kesehatan-ini-terbukti-hoax

Anda mungkin juga menyukai