Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ifa Wasiatun Hikmah

NIM : 7211418073

Rombel : AKTD 2018

SKANDAL ENRON, ARTHUR ANDERSON, SARBOX DAN DAMPAKNYA

 SKANDAL ENRON

Enron adalah perusahaan di AS yang bergerak di bidang energi. Enron


merupakan gabungan dari InterNorth (penyalur gas alam melalui pipa) dan Houston
Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun 1985. Cakupan bisnisnya
antara lain: listrik, pulp, gas alam, kertas, komunikasi, dll. Sebelum bangkrut  pada
akhir tahun 2001, pekerjanya sekitar 22.000 staf dan menjadi salah satu pemimpin
dunia dalam industri listrik, gas alam, komunikasi, pulp, dan kertas.
Enron mengumumkan kebangkrutannya pada tahun 2002 yang sangat
menghebohkan. Kebangkrutannya dianggap sebagai sebuah skandal yang
multidimensional, yang melibatkan politisi dan pemimpin terkemuka di Amerika
Serikat. Hal ini bisa dilihat dari beberapa fakta yang cukup mencengangkan seperti: 1)
Dalam waktu singkat sebelum bangkrut, enron masih membukukan pendapatan US$
100 miliar dan tiba-tiba melaporkan kebangkrutannya kepada otoritas pasar modal.
Kerugian dari nangkrutnya enron berpengaruh pada pelaku pelaku pasar modal dan
pengawas, 2) Saham Enron turun.
Pengusutan kasus kebangkrutan ini, dicurigai enron melakukan praktek
window dressing, menggelembungkan (mark up) pendapatannya, dan
menyembunyikan utangnya. Diketahui bahwa auditor Enron, Arthur Andersen kantor
Hudson yang telah ikut membantu proses rekayasa keuangan enron.
Kontroversi lainnya, antara lain: mundurnya beberapa eksekutif, pemutusan
partner Anderson, terbongkar juga pemusnahan e-surat dan dokumen lainnya yang
berhubungan dengan audit enron oleh petinggi audit Arthur Anderson. Arthur
Andersenharus membayar sekitar tidak kurang dari $32 miliar kepada para pemegang
saham Enron yang merasa dirugikan karena auditnya yang tidak benar. Skandal
bertambah setelah diketahui banyak sekali pejabat tinggi dan politisi di Senat
Amerika Serikat yang pernah menerima kucuran dana politik.

 PERMASALAHAN AUDIT DAN KAP ARTHUR ANDERSON

Meskipun bangkrutnya sebuah usaha menjadi tanggung jawab banyak pihak,


sebagai auditor, tanggung jawab Arthur Andersen dalam kasus Enron sangatlah besar.
Auditor independen bertugas memberikan assurance service. Sementara manajeman,
dibantu pengacara, penasihat keuangan, dan konsultan, menyajikan informasi
keuangan, akuntan publik bertugas menilai apakah informasi keuangan itu dapat
dipercaya atau tidak. Laku tidaknya informasi tentang kinerja suatu perusahaan sangat
bergantung pada hasil penilaian akuntan publik itu. Kata “publik” yang menyertai
akuntan menunjukkan bahwa otoritasnya diberikan oleh publik dan karena itu
tanggung jawabnya pun kepada publik (guarding public interest). Sementara itu, kata
“wajar tanpa pengecualian”, yang menjadi pendapat akuntan publik, mengandung
makna bahwa informasi keuangan yang telah diauditnya layak dipercaya, tidak
mengandung keragu-raguan. Oleh karena itu, dalam menjalankan audit, akuntan wajib
mendeteksi kemungkinan kecurangan dan kekeliruan yang material. Kalau saja
auditor Enron bekerja dengan penuh kehati-hatian (due professional care), niscaya
manipulasi yang dilakukan manajemen dapat dibongkar dan kerugian dapat dicegah.
Watskin dengan mudah dapat menemukan manipulasi. Hilangnya obyektivitas dan
independensi dapat membuat penglihatan auditor menjadi kabur. Penyimpangan
(irregularities) dan kecurangan (fraud) akan dianggap sebagai kelaziman.
Membenarkan dan menutupi, perilaku manajemen yang manipulatif jelas-jelas
merupakan pengkhianatan terhadap tugas profesi akuntan publik.Oleh karena itu,
wajar jika, dalam kasus Enron, auditor paling dipersalahkan karena telah gagal
melindungi kepentingan publik-sang pemberi otoritas.

Bukti Arthur Anderson telah melakukan pelanggaran, antara lain:

1. Adanya praktik discrimination of information/unfair discrimination.


2. Adanya penyesatan informasi. Pihak manajemen Enron dan Arthur Andersen
mengetahui tentang praktek akuntansi dan bisnis yang tidak sehat. Tetapi tetap
merekayasa laporan keuangan demi mempertahankan kepercayaan dari investor
dan publik kedua belah pihak.
3. KAP yang tidak hanya melakukan manipulasi laporan keuangan, Andersen juga
telah melakukan tindakan yang tidak etis, dalam kasus Enron adalah dengan
menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus Enron.

Budaya perusahaan yang berkontribusi dalam kegiatan perusahaan:


1. Pertumbuhan perusahaan dijadikan prioritas utama dan menekankan pada
perekrutran dan mempertahankan klien-klien besar, namun mutu dan
independensi audit dikorbankan.
2. Standar-standar profesi akuntansi dan integritas luntur seiring motivasi meraup
keuntungan yang lebih besar.
3. Anderson membatasi pengawasan tim audit akibatnya menyimpang kebijakan.
4. Penghancuran e-surat dan dokumen sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi
tetap dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen
hancur.

Perilaku Arthur Anderson tidaklah etis karena telah menciderai kepercayaan


stock holder dan bertentangan dengan nilai-nilai keadilan dalam Islam dan dalam
bisnis. Penyebab kecurangan: tidak etis, tidak jujur, karakter moral rendah,
dominasi kepercayaan, dan lemahnya pengendalian. Untuk itulah kode etik profesi
harus dibuat untuk menopang praktik yang sehat bebas dari kecurangan. Kode etik
mengatur anggotanya dan menjelaskan hal apa yang baik dan tidak baik dan mana
yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai anggota.

Dampak Akibat Kasus Enron dan KAP Andersen:

1. Pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi


para investor dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan
yang dilakukan perusahaan publik. Selain itu, dibentuk pula PCAOB (Public
Company Accounting Oversight Board) yang bertugas:
a) Mendaftar KAP yang mengaudit perusahaan publik
b) Menetapkan atau mengadopsi standar audit, pengendalian mutu, etika,
independensi dan standar lain yang berkaitan dengan audit perusahaan
publik.
c) Menyelidiki KAP dan karyawannya, melakukan disciplinary hearings, dan
mengenakan sanksi jika perlu.
d) Melaksanakan kewajiban lain yang diperlukan untuk meningkatkan standar
professional di KAP.
e) Meningkatkan ketaatan terhadap SOX, peraturan-peraturan PCAOB,
standar professional, peraturan pasar modal yang berkaitan dengan audit
perusahaan publik.

2. Perubahan-perubahan yang ditentukan oleh Sarbanes-Oxley Act


a) Untuk menjamin independensi auditor, maka KAP dilarang memberikan jasa
non audit kepada perusahaan yang diaudit. Jasa non-audit: Pembukuan dan
jasa lain yang berkaitan, desain dan implementasi sistem informasi keuangan,
jasa appraisal dan valuation, opini fairness, Fungsi-fungsi berkaitan dengan
jasa manajemen, broker, dealer, dan penasihat investasi.
b) Membutuhkan persetujuan dari audit committee perusahaan sebelum
melakukan audit. Setiap perusahaan memiliki audit committee ini karena
definisinya diperluas, yaitu jika tidak ada, maka seluruh dewan komisaris
menjadi audit committee.
c) Melarang KAP memberikan jasa audit jika audit partnernya telah memberikan
jasa audit tersebut selama lima tahun berturut-turut kepada klien tersebut.
d) KAP harus segera membuat laporan kepada audit committee yang
menunjukkan kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan, alternatif
perlakuan-perlakuan akuntansi yang sesuai standar dan telah dibicarakan
dengan manajemen perusahaan, pemilihannya oleh manajemen dan preferensi
auditor.
e) KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief accounting officer,
controller klien sebelumnya bekerja di KAP tersebut dan mengaudit klien
tersebut setahun sebelumnya.
3. SOX melarang SOX melarang pemusnahan atau manipulasi dokumen. CEO
dan CFO harus membuat surat pernyataan bahwa laporan keuangan sesuai
dengan peraturan SEC dan semua informasi wajar dan tidak ada kesalahan
material.
4. IFAC, akhir tahun 2001 merevisi kode etik bagi para akuntan.
5. AICPA dan The Big Five KAP di AS mendukung inisiatif Reform yang
melarang KAP untuk menawarkan jasa internal audit dan jasa konsultasi
lainnya kepada perusahaan yang menjadi klien audit KAP yang bersangkutan.
6. Jhon Whitehead dan Ira Millstein, ketua bersama Blue Ribbon Committe
SEC,mengeluarkan rekomendasi tentang perlunya kongres menyusun Undang-
Undang yang mengharuskan perusahaan Go Public melaksanakan dan
melaporkan ketaatanyan terhadap pedoman corporate governance.
7. Securities Exchange Commission (SEC) dan New York Stock Exchange
(NYSE), menyerukan bahwa auditor internal harus lebih mempertajam peran
dalam pemeriksaan ketaatan, mengelola resiko, dan mengembangkan operasi
bisnis, dan setiap perusahaan diwajibkan untuk memiliki fungsi audit intern.

 DAMPAK KASUS ENRON BAGI BEBERAPA PIHAK


1. Bagi Enron: Bangkrut dengan utang USS 31,2 M.
2. Bagi KAP Arthur Anderson: Pembekuan member dan beralihnya para klien.
3. Bagi Makro Ekonomi Amerika: 4.000 pekerja kehilangan pekerjaannya dan
mengguncang neraca keuangan kreditor. LK Internasional mengalami
Kerugian.
4. Bagi Indonesia: Berimplikasi sangat luas terhadap pasar keuangan global yang
ditandai dengan turunnya harga saham secara drastis.
5. Bagi Profesi Akuntansi di AS dan Indonesia
Amerika Serikat: -Kredibilitas akuntan public jatuh,
-Akuntan Publlik tidak lagi dipandang sebagai profesi yang
unik melainkan sebagai industry yang tak terlepas oleh
kepentingan bisnis.
-Mendorong upaya untuk pulihkan kepercayaan masyarakat

Indonesia: Pelajaran dari AS tersebut menjadi acuan agar tidak sampai


terulang kembali di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai