Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH UNDANG-UNDANG KESEHATAN

TUGAS SERTA KEWAJIBAN TENAGA FARMASI DAN DISTRIBUSI


OBAT

Dosen Pengampu : Reza Agung Sriwijaya, M. Farm, Apt

Oleh:

Kelas : D-III Farmasi

PRODI D-III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI
PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah UNDANG-UNDANG KESEHATAN
FARMASI penyususna makalah semaksimal ungkin kami upayakan dan didukung bantuan
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar dalam penyususnannya untuk itu tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena
itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin
memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini. Semoga dari makalah ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Palembang, Februari 2020

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Asosiasi adalah perhimpunan dari perguruan tinggi farmasi yang ada di Indonesia.
Organisasi Profesi adalah organisasi tempat berhimpun para Apoteker di Indonesia. Surat
Tanda Registrasi Apoteker selanjutnya disingkat STRA adalah bukti tertulis yang diberikan
oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis
Kefarmasian selanjutnya disingkat STRTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Menteri kepada Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah diregistrasi. Surat Izin Praktik
Apoteker selanjutnya disingkat SIPA adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker untuk
dapat melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada Apotek atau Instalasi Farmasi Rumah
Sakit. Surat Izin Kerja selanjutnya disingkat SIK adalah surat izin yang diberikan kepada
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian untuk dapat melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian
pada fasilitas produksi dan fasilitas distribusi atau penyaluran. Rahasia Kedokteran adalah
sesuatu yang berkaitan dengan praktek kedokteran yang tidak boleh diketahui oleh umum
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rahasia Kefarmasian adalah
Pekerjaan Kefarmasian yang menyangkut proses produksi, proses penyaluran dan proses
pelayanan dari Sediaan Farmasi yang tidak boleh diketahuioleh umum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung
jawabnya di bidang kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan tenaga farmasi?
2. Apa saja tugas tenaga farmasi di Rumah Sakit?
3. Apa saja tugas tenaga farmasi di bidang distribusi obat?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang tenaga Farmasi.
2. Untuk mengetahui apa saja peran tenaga farmasi di Rumah Sakit, Apotek, Puskesmas,
dan Klinik.
3. Untuk mengetahui Peran tenaga farmasi di bidang distribusi obat dan alat kesehatan.
1.4 Manfaat Penulisan
Pembaca dapat mengetahui lebih lanjut tentang tenaga farmasi, tugas, serta kewajiban
tenaga farmasi di Rumah sakit, Apotek, Puskesmas, dan klinik serta peran tenaga farmasi di
bidang distribusi obat, pedagang farmasi dan pedagang alat kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tenaga Farmasi

Nama Apoteker merupakan nama peninggalan Belanda ialah orang yang bertanggung
jawab dan memimpin apotek. Apotek adalah tempat pengabdian dan praktik profesi farmasi,
di Amerika Apoteker disebut Farmasis.

Farmasi adalah suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan pembuatan dan
distribusi dari produk yang berkhasiat obat. Ini meliputi seni dan ilmu pembuatan dari sumber
alam atau sintetik menjadi material atau produk yang cocok dan enak dipakai untuk
mencegah, mendiagnosa atau pengobatan penyakit.

Pembuatan produk ini meliputi pengetahuan identifikasi, seleksi, aksi farmakologi,


pengawetan. kombinasi, analisa dan standardisasi obat. Farmasi juga meliputi profesi yang
sah dan fungsi ekonomi dari distribusi produk yang berkhasiat obat yang baik dan aman.

Perlu diingat bahwa banyak industri farmasi berkembang dari apotek dengan para
Apoteker yang progresif dalam abad ke 19 mulai membuat obat secara mekanis sebagai
pengganti cara pembuatan dengan tangan. Laboratorium Farmasi yang kecil tidak dapat
mencukupi kenaikan permintaan kebutuhan obat. Oleh karena itu untuk memenuhi hal
tersebut Apoteker mulai memproduksi obat dalam jumlah besar supaya dapat memenuhi
kebutuhan obat.

Sekitar tahun 1820 Joseph Pelletier, Apoteker dari Paris membangun pabrik ekstraksi
kimia, dan Apoteker M.E. Merck dari Darsmstadt membual pabrik dan bekerja untuk
memurnikan alkaloida dan tumbuh tumbuhan dalam jumlah besar. Oleh karena itu pada tahun
1900 dapat dilihat adanya transisi dari laboratorium farmasi di apotek menjadi pabrik bahan
baku farmasi atau yang mempekerjakan beribu tenaga.

Tugas seorang Apoteker di apotek dan temannya Apoteker di Industri Farmasi adalah
tidak saling berlawanan, tetapi memberikan pada masing-masing suatu penekanan pada tugas
baru yang lebih luas. Dengan beralihnya sebagian besar pembuatan obat dan apotek ke
industri, maka mempengaruhi fungsi dan tugas apotek. Sesuai dengan kenyataan yang ada,
dalam pelayanan resep Dokter, sekarang apotek tidak lagi banyak meracik karena
kebanyakan obat yang tertulis dalam resep adalah obat jadi dalam bentuk specialityyang
sudah disiapkan oleh pabrik farmasi. Pembuatan produk ini meliputi pengetahuan
identifikasi, seleksi, aksi farmakologi, pengawetan. kombinasi, analisa dan standardisasi obat.

Farmasi juga meliputi profesi yang sah dan fungsi ekonomi dari distribusi produk
yang berkhasiat obat yang baik dan aman. Perlu diingat bahwa banyak industri farmasi
berkembang dari apotek dengan para Apoteker yang progresif dalam abad ke 19 mulai
membuat obat secara mekanis sebagai pengganti cara pembuatan dengan tangan.
Laboratorium Farmasi yang kecil tidak dapat mencukupi kenaikan permintaan kebutuhan
obat. Oleh karena itu untuk memenuhi hal tersebut Apoteker mulai memproduksi obat dalam
jumlah besar supaya dapat memenuhi kebutuhan obat.

Para Apoteker yang melayani masyarakat di bidang kesehatan meliputi pelayanan


obat atas resep dokter dan obat bebas di Amerika disebut Community Pharmacist. Pada saat
ini farmasi masyarakat maupun usaha di bidang farmasi mempunyai dua profil yaitu; pada
tangan yang satu merupakan institusi profesi, terutama farmasi masyarakat memberikan
peranan yang penting sebagai anggota tim kesehatan pada tangan yang lain merupakan
pengusaha perdagangan obat.

Oleh karena itu Apoteker harus dibekali pula mengenai pengetahuan manajemen dan
ekonomi. Kesadaran sosial berdasarkan rasa perikemanusiaan hendaklah memainkan peranan
yang menonjol dalam pengusahaan farmasi ini. Tetapi bukan berarti mengusahakan
kefarmasian ini didasarkan oleh motif sosial semata-mata. Adalah hal yang wajar kalau
pengusahaan farmasi mengharapkan laba asal wajar, sesuai dikatakan: Profit is not only
necessary but it is also the heart of the system.

Apoteker dan fungsinya sekarang telah mengalami perubahan dramatis baik dalam
orientasi pribadi maupun aktivitas profesi. Dia tidak lagi merupakan pelayan obat atas resep.
Farmasi telah membina kekuatan fungsinya sebagai sumber informasi tentang obat kepada
Dokter dan konsultan terapi dengan obat. Tugas ini merupakan tugas kewajiban profesi.
Apoteker adalah profesi dalam bidang dan haknya sendiri dan merupakan tim di dalam tim
kesehatan yang mengelola obat dengan potensi yang besar.

Perlu diingat meskipun apotek juga merupakan usaha yang bertujuan memperoleh
laba, terhadap adanya komersialisasi yang berlebihan dalam bidang distribusi obat di apotek
perlu dihindari. Komersialisasi dalam bidang distribusi obat di apotek yaitu mengisi apotek
dengan komoditi yang tidak ada sangkut-pautnya dengan kesehatan, meskipun dengan dalih
memberi servis yang lebih besar apalagi dengan dalih memperoleh keuntungan yang besar.
Karena hal ini dapat menimbulkan masalah yang hanya mencemarkan profesi Apoteker saja.

Menurut PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


Nomor:184/MENKES/PER/II/1995 TENTANG PENYEMPURNAAN
PELAKSANAANMASA BAKTI DAN IZIN KERJA APOTEKER Pasal 1 : Apoteker adalah
Sarjana Farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telahmengucapkan sumpah jabatan
Apoteker.

Menurut KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


Nomor:1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURANMENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993
TENTANGKETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK Pasal 1 :
Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan
apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yangberlaku berhak
melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker.

Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas,Apoteker adalah seseorang


yang mempunyai keahlian dan kewenangan di bidangkefarmasian baik di apotek, rumah
sakit, industri, pendidikan, dan bidang lain yang masih berkaitan dengan bidang kefarmasian.
Pendidikan apoteker dimulai dari pendidikan sarjana, kurang lebih empat tahun, ditambah
satu tahun untuk pendidikan profesi apoteker.

Apoteker di Indonesia bergabung dalam organisasi profesi Apoteker yang disebut


Ikatan Apoteker Indonesia (IAI). Seorang apoteker yang baru lulus juga disumpah seperti
dokter. Sumpah itu intinya adalah seorang apoteker harus memanfaatkan ilmunya untuk
kebaikan manusia. Seorang apoteker dilarang menggunakan pengetahuannya untuk
merugikan orang lain.

Tugas Apoteker telah diatur dalam: PERATURAN PEMERINTAH


REPUBLIKINDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN
KEFARMASIAN.
Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian, yang
terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan
Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pastiuntuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan
telahmengucapkan sumpah jabatan Apoteker.

2.2 Peran Tenaga Farmasi

Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan


Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan
obat, obat tradisional dan kosmetika

A. Peran Tenaga Farmasi di Rumah Sakit

Farmasi rumah sakit merupakan departemen/servis di dalam rumah sakit yang


dipimpin oleh Apoteker. Rantai hubungan tugas Apoteker di apotek ialah: Dokter – Apoteker
– Pasien, sedang di rumah sakit adalah Dokter- Apoteker – Perawat – Pasien.

Tanggung jawab dan peran Apoteker di rumah sakit adalah mengawasi pembuatan
obat-obat yang digunakan di rumah sakit.Menyediakan dan mengawasi akan kebutuhan obat
dan suplai obat ke bagian-bagian. Menyelenggarakan sistem pencatatan dan pembukuan yang
baik. Merencanakan, mengorganisasi, menentukan kebijakan apotek rumah
sakit.Memberikan informasi mengenai obat (konsultan obat) kepada Dokter dan Perawat. Ikut
memberikan program pendidikan dan training kepada Perawat. Melaksanakan keputusan
komisi farmasi dan terapi. Komisi farmasi dan tetapi adalah suatu komisi penasihat yang
bertugas memberi nasihat kepada staf medis, Apoteker administrator rumah sakit dalam
segala persoalan yang menyangkut soal penggunaan obat di rumah sakit.

Pekerjaan apoteker di rumah sakit jika menurut Permenkes No. 72 tahun 2016 tentang
standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, ada dua yaitu[2] :

1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
2. Pelayanan farmasi klinik
Fungsi apoteker rumah sakit yang pertama dalam peraturan tersebut sebenarnya hampir mirip
dengan peran apoteker di apotek biasa. Namun memang ada beberapa perbedaannya
dibandingkan dengan apoteker di apotek biasa. Untuk pengelolaan sediaan farmasi, alkes dan
BMHP di rumah sakit, meliputi[2]:

a. Pemilihan, biasanya pemilihan obat, alkes dan BMHP di rumah sakit harus
disesuaikan dengan formularium rumah sakit yang telah disepakati oleh staf medis
dan berdasarkan pola penyakit di rumah sakit tersebut,
b. Perencanaan, pada bagian ini harus ditentukan jumlah dan periode waktu
penggunaan dari obat, alkes dan BMHP yang biasanya juga disesuaikan dengan
anggaran dari rumah sakit,

c. Pengadaan, dalam proses ini sebenarnya sama dengan apa yang dilakukan di apotek
biasa, perbedaannya adalah apotek atau instalasi farmasi rumah sakit memiliki
kewenangan dalam membuat atau memproduksi sediaan farmasi tertentu. Namun
tentu terbatas tujuan penggunaannya dan hal lainnya sebagaimana yang telah diatur
dalam peraturan,

d. Penerimaan, umumnya sama dengan proses penerimaan obat di apotek,

e. Penyimpanan, pada dasarnya penyimpanan sediaan farmasi, alkes dan BMHP sama
standarnya di semua apotek, yang menjadi perbedaan adalah sediaan farmasi yang
biasanya lebih beragam di apotek rumah sakit sehingga cara penyimpanannya pun
juga akan terdapat perbedaan dengan apotek biasa.

f. Distribusi, jika di apotek biasa penyerahan obat hanya dari apotek ke pasien saja,
berbeda dengan di rumah sakit yang selain penyerahan langsung kepada pasien rawat
jalan, obat dari instalasi farmais juga didistribusikan ke ruangan-ruangan rawat inap
dimana proses penyimpanannya juga diawasi oleh apoteker.

g. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alkes, dan BMHP,

h. Pengendalian, dan

i. Administrasi.

Peran kedua apoteker di rumah sakit dalam memberikan pelayanan farmasi klinik, menjadi
pembeda yang sangat menonjol jika dibandingkan dengan apoteker yang bekerja di apotek
saja. Menurut American College of Clinical Pharmacy, apoteker klinis bekerja langsung
bersama dengan dokter, tenaga profesional kesehatan lainnya, dan pasien untuk memastikan
bahwa obat yang diresepkan untuk pasien memberikan kontribusi untuk memberikan hasil
terbaik pada pasien[1].

B. Peran Tenaga Farmasi di Apotek

Peran Apoteker – Pada tahun 1240 Kaisar Frederick II telah memaklumkan


pemisahan antara kedokteran dan farmasi. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat memperoleh
perawatan medis yang layak, maka peracikan obat harus dilaksanakan oleh seorang ahli yang
bertanggung jawab serta memiliki pengetahuan dan ketrampilan khusus.

Dengan peraturan tersebut farmasi sekaligus menjadi suatu profesi resmi dan
mencapai tingkat etik yang tinggi.

Perlu diingat meskipun apotek juga merupakan usaha yang bertujuan memperoleh
laba, terhadap adanya komersialisasi yang berlebihan dalam bidang distribusi obat di apotek
perlu dihindari. Komersialisasi dalam bidang distribusi obat di apotek yaitu mengisi apotek
dengan komoditi yang tidak ada sangkut-pautnya dengan kesehatan, meskipun dengan dalih
memberi servis yang lebih besar apalagi dengan dalih memperoleh keuntungan yang besar.
Karena hal ini dapat menimbulkan masalah yang hanya mencemarkan profesi Apoteker saja.

Apotek mempunyai fungsi utama dalam pelayanan obat atas dasar resep dan yang
berhubungan dengan itu, serta pelayanan obat tanpa resep yang biasa dipakai di rumah.
Dalam pelayanan obat ini Apoteker harus berorientasi pada pasien/penderita, apakah obat
yang diinginkan pasien tersebut dapat menyembuhkan penyakitnya serta ada tidaknya efek
samping yang merugikan.

Dalam menjaga dan memajukan kesehatan, kekuatan mental dan fisik rakyat adalah
pemberian informasi yang cukup mengenai obat pada orang yang memerlukan informasi oleh
orang yang dalam kedudukannya cakap memberikan informasi tersebut dan orang yang
diharapkan tahu banyak tentang obat adalah Apoteker. Karena hal tersebut adalah bidangnya
dan menjadi tanggung jawabnya.
Tanggung jawab dan tugas Apoteker di apotek ialah: Pertama adalah tanggung jawab
atas obat dengan resep. Apoteker mampu menjelaskan tentang obat pada pasien, sebab dia
tahu bagaimana obat tersebut diminum. Dia tahu reaksi samping obat yang mungkin ada.Dia
tahu stabilnya obat dalam bermacam-macam kondisi.Dia tahu toksisitas obat dan
dosisnya.Dia tahu cara dan rute pemakaian obat. Kedua, tanggung jawab Apoteker untuk
memberi infomasi pada masyarakat dalam memakai obat bebas dan bebas terbatas (OTC).
Apoteker mempunyai tanggung jawab penuh dalam menghadapi kasus self diagnosis atau
mengobati sendiri dan pemakaian obat tanpa resep.

Apoteker menentukan apakah self diagnosis/self medication dari penderita itu dapat


diberi obatnya atau disuruh pergi konsultasi ke dokter atau tidak. Pengobatan dengan non
resep jelas akan makin bertambah.

C. Peranan Tenaga Farmasi di Klinik

Menurut Permenkes No 72 tahun 2016, pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan


langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi
dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan
pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin. Pelayanan
farmasi klinik yang dilakukan, meliputi[2]:

1. pengkajian dan pelayanan Resep;


2. penelusuran riwayat penggunaan Obat;

3. rekonsiliasi Obat;

4. Pelayanan Informasi Obat (PIO);

5. konseling;

6. visite;

7. Pemantauan Terapi Obat (PTO);

8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);

9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);

10. dispensing sediaan steril; dan


11. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD);

Pelayanan Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
apotekeruntuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturanperundangan yang berlaku.Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang
meliputiaspek teknis dan non teknis.

Yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep,peracikan obat sampai dengan
penyerahan obat kepada pasien. Penerimaan Resep Setelah menerima resep dari pasien,
dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter, nomor surat izin
praktek (SIP), alamat praktek dokter, paraf dokter, tanggal,penulisan resep, nama obat,
jumlah obat, cara penggunaan, nama pasien,umur pasien, dan jenis kelamin pasien

b. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,


caradan lama penggunaan obat.

c. Pertimbangkan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan kesesuaian dosis.

d. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau obatnya
tidak tersedia Peracikan Obat Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :a.
Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan menggunakan alat,
denganmemperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaanfisik obat b. Peracikan
obatc. Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan etiket warna biru untuk obat
luar, serta menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaanobat dalam bentuk larutan. d.
Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat yang berbedauntuk
menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah.

Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali


mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaanserta jenis dan jumlah obat.

b. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan
sopan,mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkinemosinya kurang stabil.
c. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganyad. Memberikan
informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait dengan obat tersebut, antara lain
manfaat obat, makanan danminuman yang harus dihindari, kemungkinanefek samping,
carapenyimpanan obat, dll.

2.Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan Informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak biasa,etis,
bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat yangrasional oleh
pasien.Sumber informasi obat adalah Buku Farmakope Indonesia,Informasi Spesialite
ObatIndonesia (ISO), Informasi Obat Nasional Indonesia(IONI), Farmakologi dan Terapi,
serta buku-buku lainnya.Informasi obat jugadapat diperoleh dari setiap kemasan atau brosur
obatyang berisi :

1. Nama dagang obat jadi

2. Komposisi

3. Bobot, isi atau jumlah tiap wadah

4. Dosis pemakaian

5. Cara pemakaian

6. Khasiat atau kegunaan

7. Kontra indikasi (bila ada)

8. Tanggal kadaluarsa

9. Nomor ijin edar/nomor registrasi

10. Nomor kode produksi

11. Nama dan alamat industry

Informasi obat yang diperlukan pasien adalah :

a. Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari, apakah
diwaktu pagi, siang, sore, atau malam. Dalam hal ini termasuk apakah obat diminum
sebelumatau sesudah makan.
b. Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus dihabiskan
meskipunsudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus dihabiskan untuk mencegah
timbulnya resistensi.

c. Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan. Oleh
karenaitu pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara penggunaan obat yang benar
terutamauntuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral obat tetes mata, salep mata, obat
tetes hidung,obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal dan
tablet vagina.

3. Penyimpanan (Kondisi Penyimpanan Khusus)

Beberapa obat perlu disimpan pada tempat khusus untuk memudahkan pengawasan,
yaitu.

a. Obat golongan narkotika dan psikotropika masing-masing disimpan dalam


lemarikhusus dan terkunci.

b. Obat-obat seperti vaksin dan supositoria harus disimpan dalam lemari


pendinginuntuk menjamin stabilitas sediaan.

c. Beberapa cairan mudah terbakar seperti aseton, eter dan alkohol disimpan
dalamlemari yang berventilasi baik, jauh dari bahan yang mudah terbakar dan
peralatan elektronik.Cairan ini disimpan terpisah dari obat-obatan.

d. 4. Monitoring dan Evaluasi

e. Sebagai tindak lanjut terhadap pelayanan kefarmasian di Puskesmas


perludilakukanmonitoring dan evaluasi kegiatan secara berkala. Monitoring
merupakan kegiatan pemantauan terhadap pelayanan kefarmasian dan evaluasi
merupakan proses penilaiankinerja pelayanan kefarmasian itu sendiri.Monitoring
dan evaluasi dilaksanakan dengan memantau seluruh kegiatan
pelayanankefarmasian mulai dari pelayanan resep sampai kepada pelayanan
informasi obatkepadapasien sehingga diperoleh gambaran mutu pelayanan
kefarmasian sebagai dasar perbaikan pelayanan kefarmasian di Puskesmas
selanjutnya.Hal-hal yang perlu dimonitor dan dievaluasi dalam pelayanan
kefarmasian di Puskesmas,antara lain :
f. Sumber daya manusia (SDM)

g. Pengelolaan sediaan farmasi (perencanaan, dasar perencanaan,


pengadaan,penerimaandan distribusi)

h. Pelayanan farmasi klinik (pemeriksaan kelengkapan resep, skrining


resep,penyiapansediaan, pengecekan hasil peracikan dan penyerahan obat
yangdisertai informasinya serta pemantauan pemakaian obat bagi penderita
penyakittertentu seperti TB, Malaria dan Diare)

2.3 Peran Tenaga Farmasi di bidang Distribusi

Fasilitas Kesehatan adalah sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan


pelayanan kesehatan. Fasilitas Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk melakukan
Pekerjaan Kefarmasian. Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi adalah sarana yang digunakan
untuk memproduksiobat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika.

Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi adalah sarana yang digunakan
untuk mendistribusikan atau menyalurkan Sediaan Farmasi, yaitu Pedagang Besar Farmasi
dan Instalasi Sediaan Farmasi. Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana yang
digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu apotek, instalasi farmasi
rumah sakit, puskesmas, klinik,toko obat, atau praktek bersama. Pedagang Besar Farmasi
adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan,
penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

1. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien

2. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat


kesehatan

3. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatand.

4 Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatane.


5. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluargaf.

6. Memberi konseling kepada pasien/keluarga

7. Melakukan pencampuran obat suntikh.

8. Melakukan penyiapan nutrisi parenterali.

9. Melakukan penanganan obat kanker.

10. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.

11. Melakukan pencatatan setiap kegiatanl.

12. Melaporkan setiap kegiatan.

Untuk melakukan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran perbekalan farmasi


dalam jumlah kecil ataupun jumlah besar sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. Pedagang Besar Famasi dapat menyalurkan perbekalan farmasi ke apotek, rumah
sakit, atau unit pelayanan kesehatan lainnya yang ditetapkan menteri kesehatan, toko obat dan
pengecer lainnya.

Pedagang Besar farmasi wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Dilakukan oleh badan hukum, Perseroan terbatas, Koperasi, Perusahaan nasiaonal,


Maupun perusahaan patungan antara penanam modal asing yang telah memperoleh
izin usaha industrial Farmasi di Indonesia dengan perusahaan nasional.

b. Memiliki nomor wajib pajak ( NPWP)

c. Memiliki izin asisten apoteker yang bekerja penuh

d. Anggota di reksi tidak pernah terlibat pelanggaran ketentuan perundang-undangan di


bidang farmasi.

e. Pedagang besar farmasi / Pedagang Besar farmasi cabang wajib mengadakan,


menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi yang memenuhi syarat mutu.
f. PBF wajib melaksanakan pengadaan obat, bahan baku obat dan alkes dari sumber
yang sah.

g. Bangunan atau sarana memadai untuk melaksanakan pengadaan, pengelolaan,


penyimpanan, dan penyaluran perbekalan farmasi.

h. Ketentuan-ketentuan umum yang berlaku yang berlaku tentang pendistribusian


Farmasi sesuai Keputusan Mentri Kesehatan No. 1332/MENKES/SK/X/2002 adalah
sebagai berikut :

Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli indonesia, alat kesehatan dan kosmetik.

Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, implant yang tidak mengandung obat yang
digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan, dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit, serta pemulihan kesehatan manuasia, dan membentuk struktur serta
memperbaiki fungsi tubuh.

Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang di perlukan untuk
melaksanakan pengelolaan apotek

Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli indonesia, alat kesehatan dan kosmetik.

Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, implant yang tidak mengandung obat yang
digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan, dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit, serta pemulihan kesehatan manuasia, dan membentuk struktur serta
memperbaiki fungsi tubuh.

Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang di perlukan untuk
melaksanakan pengelolaan apotek

Adapun peraturan di bidang farmasi yaitu tercantum dalam pasal-pasal berikut :

Pasal 14 PP No.51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian (ayat 1 dan ayat 2)

Pasal 17 PP No.51 tahun 2009 ttg Pekerjaan Kefarmasian

Pasal 18 PP No.51 tahun 2009 ttg Pekerjaan Kefarmasian

PBF wajib melakukan pembukuan, sebagai berikut :


Pengarsipan Surat Pesanan

Faktur Penerimaan barang dari pusat

Faktur Pengiriman dan penyerahan barang

Kartu persediaan

Rumah sakit berdasarkan surat pesanan yang di tandatangani oleh Apoteker Kepala instalasi
farmasi rumah sakit.

Instalasi lain yang di izinkan menkes

Pedagang Beasar Farmasi hanya dapat melaksanakan penyaluran obat keras kepada :

Pedagang Besar Farmasi lainnya berdasarkan surat pesanan yang di tandatangani oleh
penanggung jawab PBF.

Apotek berdasarkan surat pesanan yang di tanda tangani oleh Apoteker Pengelola Apotek

Rumah sakit berdasarkan surat pesanan yang di tandatangani oleh Apoteker Kepala instalasi
farmasi rumah sakit.

Instalasi lain yang di izinkan menkes

Izin PBF dikeluarkan oleh Dirjen Bidang Pembinaan dan Pengawasan

Izin PBF berlaku selama 5 tahun dan boleh diperpanjang

PBF boleh membuka cabang yang disebut PBF cabang

PBF cabang harus mendapat surat pengakuan dari Ka. Dinkes Provinsi setempat dimana PBF
cabang berada

Pengakuan PBF cabang berlaku selama izin PBF cabang berlaku.

Alat kesehatan

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 Tentang


Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan, Alat kesehatan adalah instrumen,
aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki
fungsi tubuh.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 116/SK/79, Alat


kesehatan dapat digolongkan menjadi :

preparat untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan

Pestisida dan insektisida pembasi hama manusia dan binatang piaraan

alat kecantikan yang digunakan dalam salon kecantikan

wadah dari plastik dan kaca untuk obat dan injeksi, juga karet tutup botol infus

peralatan obstetri dan hgynekologi

pelalatan anestesi

peralatan dan perlengkapan kedokteran gigi

peralatan dan perlengkapan kedokteran THT

peralatan dan perlengkapan kedokteran mata

Penyaluran alat kesehatan hanya dapat dilakukan oleh PAK, cabang PAK, dan toko alat
kesehatan.

Setiap PAK dapat mendirikan cabang PAK diseluruh wilayah Republik Indonesia.

Izin PAK diberikan oleh Direktur Jenderal.

Izin cabang PAK diberikan oleh kepala dinas kesehatan provinsi.

Izin toko alat kesehatan diberikan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.

Izin cabang PAK sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (3) hanya berlaku diprovinsi
yang mengeluarkan izin tersebut.

Perubahan izin PAK harus dilakukan apabila terjadi :

Perubahan badan hukum perusahaan;


Pergantiaan pimpinan atau penanggung jawab teknis;

Perubahan alamat kantor, gedung, dan bengkel.

Izin PAK dicabut apabila :

PAK mendistribusikan produk yang tidak memiliki izin edar atau tidak sesuai dengan klaim
yang disetujui pada waktu mendapatkan izin edar;

PAK dengan sengaja menyalahi jaminan pelayanan purna jual;

Berdasarkan hasil pemeriksaan setempat sudah tidak memenuhi lagi persyaratan sarana dan
prasarana.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Dalam meningkatkan kualitas pelayanan farmasi yang berasaskan pharnaceutical care


diapotek dibutukan tenaga farmasi yang profesional.Dengan ditetapkannya standar pelayanan
kefarmasian di apotek ini diharapkan tujuan pelayanan farmasi dapat dicapai secar maksimal.
Standar ini agar disosialisasikan dan dimanfaatkan semaksimal mungkin
DAFTAR PUSTAKA

http://tasbul.blogdetik.com/2011/06/07/tenaga-kefarmasian/

 http://desaobat.wordpress.com/2011/06/11/rangkuman-permenkes-ri-no 889menkesv2011-

tentang-registerasi-izin-praktik-dan-izin-kerja-tenaga-kefarmasian/

http://zahara-17.blogspot.com/2010/06/resume-anti-monopoli-dan-persaingan.html

http://www.scribd.com/

Anda mungkin juga menyukai