Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
Tingkat 2A
Nama:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Atonia Uteri”. Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalammata kuliah Keperawatan
Maternitas.
Dengan adanya makalah ini, para pembaca diharapkan mampu
mengembangkan dan menambah pengetahuan mereka disamping adanya buku–
buku referensi dan makalah yang lain, makalah ini bukan suatu hasil yang
sempurna, dengan adanya waktu - waktu yang akan datang diperlukan proses
perbaikan dan penyempurnaan.
Apabila Makalah ini terdapat kekurangan - kekurangan, maka kami
sebagai penyusun makalah ini mengharapkan kritikan dan saran dari para
pembaca. Harapan kami semoga makalah ini berguna bagi semua pembaca. Kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk pembelajaran
berikutnya. Terima kasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
4
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar atonia uteri dan melakukan
asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan masalah atonia uteri
1.3.2 Tujuan khusus
Setelah melakukan penyusunan makalah ini penulis berharap mampu:
a. Memperoleh data pengkajian pada ibu hamil dengan masalah atonia
uteri.
b. Menegakkan diagnosa pada ibu hamil dengan masalah atonia uteri.
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada ibu hamildengan masalah
atonia uteri.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Memberikan pengetahuan lebih bagi mahasiswa mengenai teori pada
ibu hamil dengan masalah atonia uteri dan memberikan kemampuan lebih
bagi mahasiswa dalam melaksanakan tindakan pada ibu hamil dengan
masalah atonia uteri.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Dengan hasil makalah ini dapat memberikan informasi yang baru dan
masukan kepada instistusi maupun mahasiswa yang akan datang tentang
atonia uteri dan menambah kepustakaan serta referensi sebagai bahan dan
sumber bacaan khususnya mahasiswa Keperawatan.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Atonia uteri didefinisikan sebagai kegagalan miometrium untuk berkontraksi
secara memadai setelah kelahiran. Kekuatan dan keefektifan kontraksi
miometrium sangat penting untuk menahan pendarahan. Namun pada atonia uteri
sebaliknya, rahim lunak dan lembek dengan adanya perdarahan yang berlebihan
dari saluran kelamin. (Lim, Pei Shan, 2012).
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setalah bayi dan plasenta lahir, (Taber, 2010 dalam Perdana,
Abduh Halim. 2013).
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir, (Sarwono, 2009).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa atonia uteri adalah
keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim setelah kelahiran sehingga uterus
tidak mampu menutup perdarahan dari tempat implantasi plasenta setelah bayi
dan plasenta lahir.
2.2 Etiologi
Mengidentifikasi wanita yang berisiko atonia uteri sangat penting untuk
memungkinkan optimalisasi dan langkah-langkah pencegahan yang harus diambil.
Oleh karena itu, rencana persalinan harus diatur dengan baikdan rujukan yang
tepat harus dilakukan. Faktor risiko yang berhubungan dengan atonia uteri
tercantum sebagai berikut, (Lim, Pei Shan, 2012):
6
kehamilan tunggal, karena sering terjadi anemia, preeklamsi dan eklamsi,
operasi obstetric dan pendarahan postpartum, (Hanifa, 2005 dalam
Moedjiarto, 2011).
b. Polihidramnion
Polihidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah airketuban
lebih banyak dari normal, biasanya lebih dari 2 liter.Polihidramnion
berpotensi terjadi atonia uteri yang berakibat padapendarahan post partum
karena peregangan uterus yang berlebihan (Hanifa, 2005 dalam
Moedjiarto, 2011).
c. Makrosomia janin
Bayi besar (makrosomia) adalah bayi baru lahir yang beratbadan
lahir pada saat persalinan lebih dari 4000 gram. Bayi besarini dapat
menyebabkan perdarahan post partum karena uterusmeregang berlebihan
dan mengakibatkan lemahnya kontraksisehingga dapat terjadi perdarahan
post partum. (Supa., Sofia.,2013).
d. Paritas
Paritas merupakan suatu istilah menunjukkan jumlahkehamilan
bagi seorang wanita yang melahirkan bayi yang dapathidup pada setiap
kehamilan
7
b. Persalinan lama
Persalinan lama dapat menyebabkan kelelahan. Bukanhanya rahim
yang lelah cenderung berkonsentrasi lemah setelahmelahirkan. Tetapi juga
ibu yang keletihan kurang mampu bertahanterhadap kehilangan darah,
(Oxorn, 2003, dalam Moedjiarto, 2011).
c. Penghapusan manual plasenta
Penghapusan manual plasenta adalah prosedur umumdilakukan di
tahap ketiga persalinan. Penghapusan manual plasentadisarankan pada
waktu antara 20 menit dan lebih dari 1 jam ketahap ketiga.Pilihan waktu
untuk keseimbangan antara risikoperdarahan post-partum meninggalkan
plasenta disitu,kemungkinan pengiriman spontan dalam waktu 60 menit
danpengetahuan dari operasi caesar studi bagian bahwa
penghapusanmanual itu sendiri menyebabkan perdarahan. (Moedjiarto,
2011).
3. Faktor intrinsik
a. Riwayat persalinan buruk sebelumnya
Riwayat persalinan di masa lampau sangat berhubungandengan
hasil kehamilan dan persalinan berikutnya. Bila riwayatpersalinan yang
lalu buruk petugas harus waspada terhadapterjadinya komplikasi dalam
persalinan yang akan berlangsung.
Riwayat persalinan buruk ini dapat berupa abortus, kematian
janin,eklampsi dan preeklamsi, sectio caesarea, persalinan sulit ataulama,
janin besar, infeksi dan pernah mengalami perdarahanantepartum dan
postpartum. (Lubis, Ismail Khairi., 2011).
b. Usia> 35 tahun
Umur reproduksi yang optimal adalah 20-35 tahun, dibawah dan
diatas usia tersebut akan meningkatkan resiko dalamkehamilan dan
persalinan. Pada wanita usia muda organ-organreproduksi belum
sempurna secara keseluruhan dan kejiwaanbelum bersedia menjadi ibu
sehingga kehamilan sering dengankomplikasi yang salah satunya adalah
pendarahan. Resikopendarahan pada wanita hamil dan melahirkan yang
berusia dibawah 20 tahun, 2-5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
8
yangberumur antara 20-29 tahun dan akan meningkat bagi sesudahberusia
35 tahun. Umur diatas 35 tahun, rahim sudah tidak sebaik umur 20-35
tahun karena kemungkinan persalinan lama,pendarahan dan resiko cacat
bawaan, (Amriadi, 2012).
9
2.4 Patofisiologi
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan
retraksi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan.
Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi
lebihpendek dan lebihtebal. Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu,
myometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga
ukuran juga mengecil. Pengecilan mendadak uterus ini disertai mengecilnya
daerah tempa tperlekatan plasenta. Ketika jaringan penyokong plasenta
berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas
dari dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkannya menyebabkan lapis dan
desidua spongiosa yang longgarmemberijalan, dan pelepasan plasenta terjadi
ditempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada diantara serat- serat
otot miometrium yang saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini menekan
pembuluh darah dan retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta
perdarahan berhenti.
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah di dalam uterus
masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum
spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan
menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga
perdarahan akan terhenti. Pada kondisi retensio plasenta, lepasnya plasenta tidak
terjadi secara bersamaan dengan janin, karena melekat pada tempat implantasinya.
Menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi otot uterus sehingga sebagian
pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan.
10
2.5 Pathway Atonia Uteri
11
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sejak dalam periode antenatal.
Kadar hemoglobin dibawah 10 g/dL berhubungan dengan hasil kehamilan
kehamilan yang buruk. (Bickley LS, 2009).
b. Pemeriksaan gologan darah dan tes antibodi harus dilakukan sejak periode
antenatal. (Bickley LS, 2009).
c. Perlu melakukan pemeriksaan faktor koagulasi seperti waktu perdarahan
dan waktu pembekuan (BT, CT, PT dan aPTT) (Bickley LS, 2009).
d. Coagulation laboratory studies: peningkkatan PT, aPTT dan INR
(international normalized ratio) dapat menunjukkan adanya kelainan
pembekuan darah atau koagulopi (Dyne PL,2012).
e. Fibrinogen level: kadar fibrinogen sering meningkat sehingga 300600
mg/dl pada kehamilan. Nilai normal atau kadar yang rendah
memungkinkan sesuatu koagulopati (Dyne PL,2012).
f. Pemeriksaan Elektrolit: memeriksaan apakah ada gangguan elektrolit
seperti hipolsemia, hipokalemia, dan hipomagnesia, pemeriksaan dilakukan
resusitasi cairan atau resusitasi darah (DynePL,2012).
g. BUN/Kreatinin: pemeriksaan ini dapat membantu untuk mengidentifikasi
apakah ada kegagalan pada ginjal sebagai suatu komplikasi syok. Jika nilai
BUN meningkat selama atau setelahresusitasi cairan, perimbanagn suatu
hemolisis yang terjadi dari komplikasi (Dyne PL,2012).
2. Pemeriksaan radiologi
a. Onset perdarahan post partum biasanya sangat cepat. Dengan diagnosis dan
penanganan yang tepat, resolusi biasa terjadi sebelum pemeriksaan
laboratorium atau radiologi dapat dilakukan. Berdasarkan pengalaman
pemeriksaan USG dapat membantu untuk melihat adanya jendela arah dan
retensi sisa plasenta. (Bickley LS,2009).
b. Ultrasonografi. Secara umum, ultrasonografi pelvik (trans
abdominal/transvaginal) sangat membantu untuk melihat adanya sisa
plasentayang besar, hematoma, atau abnormalitas intrauterin yang lainya.
Sisa plasenta dan hematoma dapat terlihat identik, namun dapatdibedakan
12
antara satu lainya dengan menggunakan Doppler USGdimana hematoma
tampak avaskule sedangkan pada sisa plasentadapat terlihat adanya aliran
darah persisten dari uterus. Pemeriksaan abdominal FAST (focused
assessment with sonogarphy in taruma) dapat membantu mengidentifikasi
cairandalam peritoneal yang dapat disebabkan oleh perdarahan (DynePL,
2012)
c. CT-Scan: memperlihatkan gambaran detil terhadapat hematoma pelvis,
luka persalinan sectio caesarea, dan sisa plasenta (Dyne PL, 2012).
d. MRI: menbantu mengidentifikasi hematoma dan abses pada intrauterin atau
ekstrauteri yang tidak dapat dilihat jelas oleh USG atau CT-scan (Dyne PL,
2012).
2.7 Penatalaksanaan
1. Masase dan kompresi bimanual
Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang
akan menghentikan perdarahan.
Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik)
a. Gunakan sarung tangan DDT panjang
b. Bersihkan vulva dan perineum dengan cairan antiseptic
c. Kosongkan kandung kemih
d. Mengelurkan semua bekuan darah atau selaput yang mungkin masih
tertinggal
e. Segera memulai kompresi bimanual internal
f. Masukkan tangan yang memakai sarung tangan ke dalam vagina secara
obstetric
g. Kepalkan tangan pada forniks anterior
h. Tekankan tangan yang ada dalam vagina dengan mantap
i. Tekankan tangan luar pada perut dan gunakan tekanan melawan kepalan
tangan yang berada di dalam vagina secara bersamaan
j. Tahan dengan mantap
k. Kontraksi pertahankan tekanan selama 2 menit, lalu dengan perlahan
tariklah tangan keluar. Jika uterus berkontraksi, teruskan pemantauan
13
l. Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, suruhlah anggota keluarga
untuk melakukan kompresi bimanual ekternal (KBE) sementara kita
member injeksi methergin 0,2 mg IM dan memulai infuse IV (RL dengan
20 IU Oksitosin/ 500 cc terbuka lebar/ guyur)
m. Jika uterus tetap tidak berkontraksi setelah 5 – 7 menit, segeralah
perujukan dengan IV tetap terpasang dengan laju 500 cc/jam tiba di tempat
perujukan atau jumlah seluruhnya 1,5 liter di infuskan, lalu teruskan
dengan laju infuse 125 cc/jam.
[ CITATION Ice14 \l 1033 ]
2. Resusitasi
Apabila terjadi perdarahan postpartum banyak, maka penanganan awal
yaitu resusitasi dengan oksigen dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda
– tanda vital, jumlah urin dan saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah
dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan tranfusi darah[ CITATION
Ice14 \l 1033 ].
3. Uterotonika
Oksitosin merupakan hormone sintetik yang diproduksi oleh lobus
posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya
meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya
reseptor oksitosin. Pada dosis rendah, oksitosin menguatkan kontraksi dan
meningkatkan frekuensi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetanus.
Oksitosin dapat diberikan lewat infuse RL 20 IU per Liter, jika sirkulasi
kolaps bias diberikan oksitosin 10 IU IM[ CITATION Ice14 \l 1033 ].
4. Uterine lavage dan uterine packing
Pemberian 1 – 2 liter salin langsung ke dalam cavum uteri menggunakan
pipa infuse. Prinsipnya adalah membuat distensi maksimum sehingga
memberikan tekanan maksimum pada dinding uterus. Segmen rahim harus
terisi sekuat mungkin, anastesi dibutuhkan dalam penanganan ini dan
antibiotika broad – spectrum harus diberikan.[ CITATION Ice14 \l 1033 ].
5. Operatif
Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterine menghasilkan angka
keberhasilan 80 – 90 %[ CITATION Ice14 \l 1033 ].
14
6. Ligasi arteri iliaka interna
Indikasi bifurkarsol arteri iliaka, tempat ureter menyilang untuk
melakukan harus di lakukan insisi 5 – 8 cm pada peritoneum lateral parallel
dengan garis ureter. Setelah peritorium dibuka, ureter dibalik ke medial
kemudian dilakukan ligasi arteri 2,5 cm distal bifukarsio iliaka interna dan
eksterna. Klem dilewatkan dibelakang arteri dan dengan menggunakan benang
non absorbable dilakukan dua ligasi bebas berjarak 1,5 – 2 cm. hindari trauma
pada bena iliaka interna. Odentofikasi denyut arteri iliaka eksterna dan
femoralis harus dilakukan sebelu dan sesudah ligasi. Resiko ligasi arteri iliaka
adalah trauma vena iliaka yang dapat menyebabkan perdarahan. Dalam
wmelakukan tindakan ini dokter harus mempertimbangkan waktu dan kondisi
pasien.[ CITATION Ice14 \l 1033 ].
7. Tehnik B – Lynch
Teknik B-Lynch dikenal juga dengan “brace suture”, ditemukan oleh
Chisropher B Lynch 1997, sebagai tindakan operatif alternative untuk
mengatasi perdarahan postpartum akibat atonia uteri[ CITATION Ice14 \l 1033 ].
8. Histerektomi
Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang sering dilakukan jika
terjadi perdarahan postpartum masih membutuhkan tindakan operatif.
Insidensi mencapai 7 – 13 per 100.000 kelahiran, dan lebih banyak terjadi
pada persalinan abdominal dibandingkan vaginal[ CITATION Ice14 \l 1033 ].
2.8Komplikasi
Komplikasi pada atonia uteri yaitu perdarahan post partum primer (>500 cc)
yang dapat mengakibatkan syok yang berat, dapat terjadi komplikasilanjutan yaitu
anemia dan infeksi dalam keadaan anemia bisa berlangsungberat sampai sepsis.
Pada perdarahan yang disertai oleh pembekuanintravaskuler merata dapat terjadi
kegagalan fungsi organ-organ sepertigagal ginjal mendadak (Lubis, 2011).
15
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian
yang benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tindakan
dan evaluasi dari tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara
sistematis, berisikan informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh
dari wawancara dan pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap klien post
meliputi:
a. Anamnesa
1. Identitas klien
Data diri klien meliputi: nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record dan lain – lain.
2. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik,
hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan
kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa
plasenta.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam
jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna
merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin, dan mual.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita
hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit
keturunan hemopilia dan penyakit menular.
3. Riwayat obstetric
a) Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus,
banyaknya, baunya, keluhan waktu haid, HPHT
b) Riwayat perkawinan meliputi: Usia kawin, kawin yang keberapa,
Usia mulai hamil
16
c) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
1) Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah
ada abortus, retensi plasenta.
2) Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan,
penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam
persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir,
panjang waktu lahir.
3) Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada
pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas,
tinggi fundus uteri dan kontraksi
d) Riwayat Kehamilan sekarang
1) Hamil muda, keluhan selama hamil muda
2) Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan,
tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan
darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain
3) Riwayat antenatal care meliputi: Dimana tempat pelayanan,
beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat
b. Pola aktifitas sehari-hari.
1. Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik
sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum
pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan
yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah –
buahan.
2. Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi.
Adanya perubahan pola miksi dan defeksi. BAB harus ada 3-4 hari
post partum sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri
(Rustam Mukthar, 1995)
3. Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan
peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.
4. Personal hygiene meliputi: Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi,
keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti
balutan atau duk.
17
B. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
a) Mulut : bibir pucat
b) Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
c) Abdomen : terdapat pembesaran abdomen
d) Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
e) Ekstremitas : dingin
2. Palpasi
a) Abdomen: uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri
tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
b) Genetalia: Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
3. Auskultasi
a) Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)
4. Perkusi
a) Ekstremitas : reflek patella + / +
C. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
1. Rambut dan kulit
a. Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea
nigra.
b. Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
c. Laju pertumbuhan rambut berkurang.
2. Mata: pucat, anemis
3. Hidung
4. Gigi dan mulut
5. Leher
6. Buah dada / payudara
a) Peningkatan pigmentasi areola putting susu
b) Bertambahnya ukuran dan noduler
7. Jantung dan paru
a) Volume darah meningkat
18
b) Peningkatan frekuensi nadi
c) Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah
pulmonal.
d) Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
e) Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
f) Diafragma meninggi.
g) Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
8. Abdomen
a) Menentukan letak janin
b) Menentukan tinggi fundus uteri
9. Vagina
a) Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan (tanda
Chandwick)
b) Hipertropi epithelium
10. System musculoskeletal
a) Persendian tulang pinggul yang mengendur
b) Gaya berjalan yang canggung
c) Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan
diastasis rectal
D. Pemeriksaan Khusus
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi
dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi:
1. Nyeri/ketidaknyamananNyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta
tertahan). Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma).
2. Sistem vaskuler
a) Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8
jam berikutnya
b) Tensi diawasi tiap 8 jam
c) Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah
d) Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan
19
e) Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek
koagulasi kongenital, idiopatik trombositopeni purpura.
3. Sistem Reproduksi
a) Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum,
kemudian tiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan
posisinya serta konsistensinya
b) Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak
dan bau
c) Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi,
luka jahitan dan apakah ada jahitannya yang lepas
d) Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak
e) Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum
f) Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi
sebelum kehamilan (sub involusi)
4. Traktus urinarius
Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar atau
tidak, spontan dan lain-lain
5. Traktur gastro intestinal
Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi
6. Integritas Ego: Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir
E. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul adalah:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang
berlebihan
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovelemia
3. Ansietas berhungan dengan krisis situasi, ancaman perubahan pada status
kesehatan atau kematian, respon fisiologis
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, Stasis
cairan tubuh, penurunan Hb
5. Resiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan trauma/ distensi
jaringan
20
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan atau tidak
mengenal sumber informasi
21
- Pantau parameter hemodinamik seperti tekanan vena sentral atau
tekanan baji arteri pulmonal bila ada.
Rasional: Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume
sirkulasi dan kebutuhan penggantian.
- Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh
horizontal.
Rasional: Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan reduksi
aktivitas. Pengubahan posisi yang tepat meningkatkan aliran balik
vena, menjamin persediaan darah keotak dan organ vital lainnya lebih
besar.
- Pertahankan aturan puasa saat menentuka status/kebutuhan klien.
Rasional: Mencegah aspirasi isi lambung dalam kejadian dimana
sensorium berubah dan/atau intervensi pembedahan diperlukan.
- Pantau masukan dan keluaran, perhatikan berat jenis urin.
Rasional: Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikansi
kehilangan cairan. Volume perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukan dengan
keluaran 30 – 50 ml/jam atau lebih besar.
- Hindari pengulangan/gunakan kewaspadaan bila melakukan
pemeriksaan vagina dan/atau rectal
Rasional: Dapat meningkatkan hemoragi bila laserasi servikal, vaginal
atau perineal atau hematoma terjadi.
- Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis
Rasional: Meningkatkan relaksasi, menurunkan ancietas dan
kebutuhan metabolik.
- Kaji nyeri perineal menetap atau perasaan penuh pada vagina. Berikan
tekanan balik pada laserasi labial atau perineal.
Rasional: Haematoma sering merupakan akibat dari perdarahan lanjut
pada laserasi jalan lahir.
- Pantau klien dengan plasenta acreta (penetrasi sedikit dari
myometrium dengan jaringan plasenta), HKK atau abrupsio placenta
terhadap tanda-tanda KID.
22
Rasional: Tromboplastin dilepaskan selama upaya pengangkatan
placenta secara manual yang dapat mengakibatkan koagulopati.
- Mulai Infus I atau 2 i.v dari cairan isotonik atau elektrolit dengan
kateter !8 G atau melalui jalur vena sentral. Berikan darah lengkap atau
produk darah (plasma, kriopresipitat, trombosit) sesuai indikasi.
Rasional: Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan atau produk
darah untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah
pembekuan.
- Berikan obat-obatan sesuai indikasi:
Oksitoksin, Metilergononovin maleat, Prostaglandin F2 alfa.
Rasional: Meningkatkan kontraktilitas dari uterus yang menonjol dan
miometrium, menutup sinus vena yang terpajan, dan menghentikan
hemoragi pada adanya atonia.
Magnesium sulfat
Rasional: Beberapa penelitian melaporkan penggunaan MGSO4
memudahkan relaksasi uterus selama pemeriksaan manual.
Terapi Antibiotik.
Rasional: Antibiotok bertindak secara profilaktik untuk mencegah
infeksi atau mungkin perlu diperlukan untuk infeksi yang disebabkan
atau diperberat pada subinvolusi uterus atau hemoragi.
- Pantau pemeriksaan laboratotium sesuai indikasi: Hb dan Ht.
Rasional: Membantu dalam menentukan kehilangan darah. Setiap ml
darah membawa 0,5 mg Hb.
23
Rasional: Luasnya keterlibatan hipofisis dapat dihubungkan dengan
derajat dan durasi hipotensi. Peningkatan frekuensi pernapasan dapat
menunjukan upaya untuk mengatasi asidosis metabolik.
- Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan prilaku.
Rasional: Perubahan sensorium adalah indikator dini dari hipoksia,
sianosis, tanda lanjut dan mungkin tidak tampak sampai kadar PO2
turun dibawah 50 mmHg.
- Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, gusi dan lidah, perhatikan suhu
kulit.
Rasional: Pada kompensasi vasokontriksi dan pirau organ vital,
sirkulasii pada pembuluh darah perifer diperlukan yang mengakibatkan
sianosis dan suhu kulit dingin.
- Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan
Rasional: Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk transpor
sirkulasi kejaringan.
- Pasang jalan napas; penghisap sesuai indikasi
Rasional: Memudahkan pemberian oksigen.
24
Rasional: Dapat membantu klien mempertahankan kontrol emosional
dalam berespon terhadap perubahan status fisiologis. Membantu dalam
menurunkan tranmisi ansietas antar pribadi.
- Bantu klien dalam mengidentifikasi perasaan ancietas, berikan
kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan.
Rasional: Pengungkapan memberikan kesempatan untuk memperjelas
informasi, memperbaiki kesalahan konsep, dan meningkatkan
perspektif, memudahkan proses pemecahan masalah.
25
Intervensi:
- Demonstrasikan mencuci tangan yang tepat dan teknik perawatan diri.
Tinjau ulang cara yang tepat untuk menangani dan membuang material
yang terkontaminasi misalnya pembalut, tissue, dan balutan.
Rasional: Mencegah kontaminasi silang / penyebaran organinisme
infeksious.
- Perhatikan perubahan pada tanda vital atau jumlah SDP
Rasional: Peningkatan suhu dari 100,4 ºF (38ºC) pada dua hari beturut-
turut (tidak menghitung 24 jam pertama pasca partum), tachikardia,
atau leukositosis dengan perpindahan kekiri menandakan infeksi.
- Perhatikan gejala malaise, mengigil, anoreksia, nyeri tekan uterus atau
nyeri pelvis.
Rasional: Gejala-gejala ini menandakan keterlibatan sistemik,
kemungkinan menimbulkan bakterimia, shock, dan kematian bila tidak
teratasi.
- Selidiki sumber potensial lain dari infeksi, seperti pernapasan
(perubahan pada bunyi napas, batuk produktif, sputum purulent),
mastitis (bengkak, eritema, nyeri), atau infeksi saluran kemih (urine
keruh, bau busuk, dorongan, frekuensi, nyeri).
Rasional: Diagnosa banding adalah penting untuk pengobatan yang
efektif.
- Kaji keadaan Hb atau Ht. Berikan suplemen zat besi sesuai indikasi.
Rasional: Anemia sering menyertai infeksi, memperlambat pemulihan
dan merusak sistem imun.
6. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Intervensi:
- Jelaskan faktor predisposisi atau penyebab dan tindakan khusus
terhadap penyebab hemoragi.
Rasional: Memberikan informasi untuk membantu klien/pasangan
memahami dan mengatasi situasi.
26
- Kaji tingkat pengetahuan klien, kesiapan dan kemampuan klien untuk
belajar. Dengarkan, bicarakan dengan tenang, dan berikan waktu untuk
bertanya dan meninjau materi.
Rasional: Memberikan informasi yang perlu untuk mengembangkan
rencana perawatan individu. Menurunkan stress dan ancietas, yang
menghambat pembelajaran, dan memberikan klarifikasi dan
pengulangan untuk meningkatkan pemahaman.
- Diskusikan implikasi jangka pendek dari hemoragi pasca partum,
seperti perlambatan atau intrupsi pada proses kedekatan ibu-bayi (klien
tidak mampu melakukan perawatan terhadap diri dan bayinya segera
sesuai keinginannya).
Rasional: Menurunkan ansietas dan memberikan kerangka waktu yang
realistis untuk melakukan ikatan serta aktivitas-aktivitas perawatan
bayi.
- Diskusikan implikasi jangka panjang hemoragi pasca partum dengan
tepat, misalnya resiko hemoragi pasca partum pada kehamilan
selanjutnya, atonia uterus, atau ketidakmampuan untuk melahirkan
anak pada masa datang bila histerektomie dilakukan.
Rasional: Memungkinan klien untuk membuat keputusan berdasarkan
informasi dan mulai mengatasi perasaan tentang kejadian-kejadian
masa lalu dan sekarang.
27
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Identitas Klien
Nama : Ny. M
Umur : 39 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Pengkajian : 25 April 2016
Diagnosa Medis : Atonia Uteri
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan, “pusing”
3. RiwayatKesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti
DM, Asma, hipertensi, dan penyakit menular seperti hepatitis, IMS
maupun TBC.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan, “pusing kepala dan merasakan nyeri pada genitalia
dengan skala 3”
c. Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan ini pernikahan yang pertama, sah. Lama menikah
sudah 11 tahun.
d. Riwayat menstruasi
Menarche umur 15 tahun, siklus teratur, lama 6-7 hari, keluhan tidak
ada. Ganti pembalut 4 kali/hari.
HPHT : 17-10-2012 HPL : 24-07-2013
a. Riwayat Obstetri
28
Klien mengatakan,“pernah hamil dan 4 kali melahirkan sebelumnya dengan
persalinan spontan”.
b. Riwayat Kontrasepsi
Klien mengatakan “Menggunakan alat kontrasepsi suntik selama 5 tahun dari
anak yang terakhir dilahirkan sebelumnya”.
c. Riwayat persalinan
Ibu
f) Kelainan :-
g) Perdarahan :
- Kala I : 50 ml (8 Jam)
- Kala II : 100 ml (30 Menit)
- Kala III : 200 ml (15 menit)
- Kala IV : 500 ml
29
e) Panjang badan : 48 cm
30
5. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
KU : lemah
Keadaan emosional : Tidak stabil
Kesadaran : compos mentis
Vital sign :
TD : 80/60 mmHg
S : 36,5 oC
N : 100x/mnt
RR : 28x/mnt
BB Sebelum hamil : 55 kg
BB Sesudah hamil : 65 kg
LILA : 23,5 cm
2) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : bersih, tidak ada ketombe
b. Wajah : simetris, tidak ada oedem
c. Mata : bentuk simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva
tidak anemis
d. Hidung : bentuk simetris, keadaan bersih
e. Gigi dan mulut: tidak ada kelainan pada mulut, tidak terdapat
stomatitik, keadaan gigi bersih
f. Telinga : simetris, keadaan bersih, tidak ada serumen
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjaran limfe, kelenjar
tiroid dan vena jogularis
h. Dada : simetris, pergerakan nafas teratur tidak ada
Benjolan abnormal
i. Payudara : simetris, puting susu menonjol, areola
hiperpigmentasi, kolostrum keluar hanya sedikit
31
j. Abdomen : tidak ada bekas operasi, tidak ada strie
gravidarum, pembesaran perut sesuai ukuran
kehamilan
k. Ekstremitas : fungsi pergerakan baik, tidak oedem, tidak ada
varises
l. Genetalia : tidak ada oedem dan varises pada vulva vagina
m. Punggung : tulang belakang sedikit lordosis
n. Rectum : tidak ada hemoroid
Pendarahan 550cc ↓
Hb 8gr%
32
pendarahan terus n dengan Pendarahan Masif
keluar agen secara berkala
DO : pencedera ↓
Klien tampak lemah fisik. Pendarah pada
Bibir klien tampak vagina yg terus
pucat menerus
↓
Pendarahan post
partum primer
↓
Curah jantung
menurun
2.3 DiagnosaKeperawatan
1. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permabilitas kapiler.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
3. Ancietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian
2.4 Intervensi
33
b.d peningkatan tindakan • Periksa tanda dan gejala
permeabilitas keperawatan hipovolemia(mis frekuensi
kapiler selama 1x24 jam nadi meningkat,nadi teraba
terpenuhi , lemah,tekanan darah
dengan tujuan menurun,haus lemah)
dan kriteria
• Monitor intake dan output
hasil :
cairan
Tujuan :
1.kekurangan T:
volume cairan • hitung kebutuhan cairan
teratasi.
• berikan asupan cairan oral
Kriteria hasil:
1.tidak E:
mengalami haus • anjurkan memeperbanyak
2.Turgor kulit asupan cairan oral.
bagus
K:
3.Mata tidak
• kolaborasi pemberian cairan
cekung
IV isotonis( mis NaCl,RL)
34
atau dapat diatasi. nonfarmakologis intuk
2.klien tidak mengurangi
gelisah nyeri(mis.kompres
hangat/dingin)
E:
• jelaskan
penyebab,periodedan pemicu
nyeri.
• anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
K:
• kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu
35
dan kriteria kemampuan kognitif.
hasil :
• indentifikasi teknik relaksasi
Tujuan :
yang efektif digunakan
1.klien
menujukan T:
pengendalian diri • ciptakan lingkungan tenang
pada ansietas. tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
Kriteria hasil: yang nyaman
1.dapat
• berikan informasi tertulis
melanjutkan
tentang prosedur teknik
aktivitas yang
relaksasi.
dibutuhkan
walaupun cemas. E:
2.klien tidak • jelaskan
terlihat gelisah tujuan,manfaat,batasan dan
akibat cemas jenis relaksasi yang tersedia
( mis musik,napas dalam)
K:-
2.5 Implementasi
N DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
O
1. Hipovolemia b.d 1. Monitor tanda-tanda vital. S : Pasien
36
peningkatan 2. Observasi keadaan umum mengatakan masih
permeabilitas pasien. merasa lemah.
kapiler 3. Monitor ketat tanda-tanda O : Pasien tampak
perdarahan. lemah
4. Pertahankan bed rest selama TD : 80/60
perdarahan aktif. mmHg
5. Monitor intake dan output N : 100 x/mnt
cairan. A : Masalah belum
teratasi.
P : Intervensi
dilanjutkan.
37
P : Intervensi
dilanjutkan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
38
yang jelek, anemis, atau menderita penyakit menahun. Mioma uteri yang
menggangu kontraksi rahim. Infeksi intrauterin (korioamnionitis). Ada
riwayat pernah atonia uteri sebelumnya.
4.2 Saran
Diharapkan perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu
meminimalkan faktor risiko dari atonia uteri demi mempertahankan dan
meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak.Selain itu, mahasiswa
dengan latar belakang medis sebagai calon tenaga kesehatan mampu
menguasai baik secara teori maupun skil untuk dapat diterapkan pada
masyarakat secara menyeluruh.
39
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Maryunani, A. (2016). Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan Edisi 2.
Jakarta: CV Trans Info Media.
Sari, A. M. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
CV Trans Info Media.
Sukarni, I. (2014). PATOLOGI Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus
Resiko Tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Yulianingsih, A. M. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan dalam Kebidanan.
Jakarta: CV Trans Info Media.
40