Dry Eye Syndrome
Dry Eye Syndrome
Pembimbing
dr. Iqbal Hilmi, SpM
Disusun Oleh :
Pirdayasa Hikmah
202010401011066
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3
1.2 Tujuan Penulisan..........................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................5
a. Air Mata.......................................................................................................................................5
b. Definisi Dry Eye Sindrome..........................................................................................................7
c. Faktor Resiko...............................................................................................................................7
d. Patofisiologi..................................................................................................................................8
e. Etiologi dan Klasifikasi...............................................................................................................9
f. Diagnosis.....................................................................................................................................11
g. Terapi.........................................................................................................................................13
h. Komplikasi.................................................................................................................................14
i. Konseling dan Edukasi..............................................................................................................14
BAB III...............................................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit mata kering merupakan penyakit multifaktorial pada air mata dan
permukaan mata yang menimbulkan gejala tidak nyaman, gangguan penglihatan, dan
ketidakstabilan tear film dengan potensial merusak permukaan mata. Keadaan ini bisa
diikuti dengan peningkatan osmolaritas tear film dan inflamasi permukaan mata. Air
mata terdiri atas tiga lapisan yang membentuk tear film. Lapisan mucin merupakan
lapisan paling dalam dan tipis yang diproduksi oleh konjungtiva. Mucin membantu
melapisi seluruh permukaan lapisan aqueous di permukaan mata. Lapisan tengah atau
lapisan aquos merupakan lapisan paling tebal, diproduksi oleh kelenjar air mata dan
mengandung larutan garam. Lapisan ini menjaga kelembapan permukaan mata dan
membersihkan debu, fibrin, atau benda asing. Lapisan paling atas adalah lapisan lipid
yang dihasilkan oleh kelenjar meibomian dan kelenjar Zeis. Lapisan ini mencegah
evaporasi lapisan aquos. Air mata juga mengandung protein, imunoglobulin, elektrolit,
sitokin, laktoferin, lisozim, dan faktor pertumbuhan; pH rata-rata 7,25 dan osmolaritas
309 mOsm/L.Laporan angka kejadian penyakit mata kering masih bervariasi karena
definisi dan kriteria diagnosis untuk penelitian masih beragam. Berdasarkan data
DEWS 2007, 5-30% penduduk usia di atas 50 tahun menderita mata kering. Penelitian
Women’s Health Study dan Physician’s Health Study melaporkan angka kejadian mata
kering pada perempuan lebih tinggi (3,2 juta) dibandingkan dengan lakilaki (1,6 juta)
TINJAUAN PUSTAKA
a. Air Mata
Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 pm yang menutupi epitel kornea dan
konjungtiva. Fungsi lapisan ultra-tipis ini adalah (1) membuat kornea menjadi
permukaan optik yang licin dengan meniadakan ketidakteraturan minimal di
permukaan epitel; (2) membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan
konjungtiva yang lembut; (3) menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan
pembilasan mekanik dan efek antimikroba; dan (4) menyediakan kornea berbagai
substansi nutrien yang diperlukan.
Lapisan Film Air Mata
Film air mata terdiri atas tiga lapisan
1. Lapisan superfisial adalah film lipid monomolekular yang berasal dari kelenjar
meibom. Diduga lapisan ini menghambat penguapan dan membentuk sawar kedap-air
saat palpebra ditutup.
2. Lapisan akueosa tengah yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal mayor dan minor;
mengandung substansi larut-air (garam dan protein).
3. Lapisan musinosa dalam terdiri atas glikoprotein dan melapisi sel-sel epitel kornea
dan konjungtiva. Membran sel epitel terdiri atas lipoprotein dan karenanya relatif
hidrofobik. Permukaan yang demikian tidak dapat dibasahi dengan larutan berair saja.
Musin diadsorpsi sebagian pada membran sel epitel kornea dan oleh mikrovili
ditambatkan pada sel-sel epitel permukaan. Ini menghasilkan permukaan hidrofilik
baru bagi lapisan akueosa untuk menyebar secara merata ke bagian yang dibasahinya
dengan cara menurunkan tegangan permukaan
Komposisi Air Mata
Volume air mata normal diperkirakan 7 ! 2 1tL di setiap film air mata (akueosa,
musinosa, atau lipid), kelainan permata. Albumin mencakup 60% d,ariprotein total air
mata. Walaupun sisanya globulin dan lisozim yang berjumlah sama banyak. Terdapat
imunoglohulin IgA, IgG, dan IgE. Yang paling banyak adalah IgA, yang berbeda dari
IgA serum karena bukan berasal dari transudat serum saja; IgA juga diproduksi sel-sel
plasma di dalam kelenjar lakrimal. Pada keadaan alergi tertentu, seperti konjungtivitis
vernal, konsentrasi IgE dalam cairan air mata meningkat. Lisozim air mata menyusun
21-25% protein total-Lrekerja secara sinergis dengan gamma-globulin dan faktor
antibakteri non-lisozim lain-membentuk mekanisme pertahanan penting terhadap
infeksi. Enzim air mata lain juga bisa berperan dalam diagnosis berbagai kondisi
klinis tertentu, mis., hexoseaminidase untuk diagnosis penyakit TaySachs. K*, Na*,
dan Cl- terdapat dalam kadar yang lebih tinggi di air mata daripada di plasma. Air
mata juga mengandung sedikit glukosa (5 mg/dl-) dan urea (0,04 mg/ dL). Perubahan
kadar dalam darah sebanding dengan perubahan kadar glukosa dan urea dalam air
mata. pH ratarata air mata adalah 7,35, meskipun ada variasi normal yang besar (5,20-
8,35). Dalam keadaan notmal, air mata bersifat isotonik. Osmolalitas film air mata
bervariasi dari 295 sampai 309 mosm/L.
c. Faktor Resiko
Usia diatas 30 tahun, khususnya wanita pasca menopause
Faktor lingkungan, seperti debu, kering, berangin, dan juga asap rokok
Pemakaian lensa kontak
Aktivitas menggunakan layar komputer, TV atau gadget yang terlalu lama
Riwayat operasi mata atau adanya penyakit lain yang dapat memicu dry eye
Penggunaan obat tertentu baik obat minum maupun obat tetes mata
d. Patofisiologi
Permukaan mata dan kelenjar yang mengeluarkan air mata berfungsi sebagai satu
kesatuan. Penyakit atau disfungsi unit fungsional ini menghasilkan lapisan air mata
yang tidak stabil dan tidak dirawat dengan baik yang menyebabkan iritasi mata gejala
dan kemungkinan kerusakan pada epitel permukaan mata. Disfungsi unit terintegrasi
ini bisa berkembang dari penuaan, penurunan faktor pendukung (seperti hormon
androgen), sistemik penyakit peradangan (seperti sindrom Sjӧgren atau rheumatoid
arthritis), penyakit permukaan mata (seperti virus herpes simpleks [HSV] keratitis)
atau operasi yang mengganggu sensorik aferen trigeminal saraf (misalnya, LASIK),
dan penyakit sistemik atau obat-obatan yang mengganggu saraf kolinergik eferen
yang merangsang sekresi air mata Penurunan sekresi dan pembersihan air mata
memulai peradangan respon pada permukaan mata yang melibatkan mediator terlarut
dan seluler. Klinis dan dasar penelitian menunjukkan bahwa peradangan ini berperan
dalam patogenesis mata kering. Gejala yang disebabkan oleh mata kering dapat
diperburuk dengan penggunaan obat sistemik seperti diuretik, antihistamin,
antikolinergik, antidepresan, dan retinoid sistemik (misalnya, isotretinoin) .Instilasi
obat mata apa pun, terutama bila digunakan sering (misalnya, lebih dari empat tetes
sehari), dapat mencegah pemeliharaan normal film air mata dan menyebabkan gejala
mata kering. Selain itu, faktor lingkungan, seperti kelembaban berkurang dan
meningkat angin, angin, AC, atau pemanas dapat memperburuk ketidaknyamanan
mata pasien dengan kekeringan mata. Iritasi dan alergen eksogen, meskipun tidak
diyakini sebagai penyebab mata kering, bisa jadi memperburuk gejala. MGD
hiposekresi mungkin merupakan prekursor MGD obstruktif dan mungkin berperan
dalam pathogenesis penyakit mata kering.
Rosacea adalah penyakit kulit dan mata yang lebih sering diamati pada individu
berkulit putih, tapi bisa terjadi pada orang dari semua ras. Temuan karakteristik kulit
wajah termasuk eritema, telangiektasia, papula, pustula, kelenjar sebaceous menonjol,
dan rhinophyma. Rosacea mungkin sulit untuk didiagnosis pada pasien dengan warna
kulit yang lebih gelap karena kesulitan dalam visualisasi telangiectasia atau
pembilasan wajah. Meskipun rosacea lebih umum pada wanita, bisa lebih parah bila
terjadi pada pria. Karena banyak pasien hanya menunjukkan tanda-tanda ringan,
seperti telangiektasia dan riwayat wajah mudah memerah, diagnosis rosacea sering
terabaikan, terutama pada anak yang bisa muncul dengan blepharokeratoconjunctivitis
kronis berulang, erosi belang-belang, perifer keratitis, MGD, atau chalazia berulang
dan memiliki tanda-tanda rosacea yang tidak kentara. Anak-anak dengan ocular
rosacea sering muncul dengan keterlibatan kornea dan asimetri penyakit mata, dan
potensi gangguan penglihatan yang mengancam penglihatan harus dipertimbangkan.
g. Terapi
Pasien harus mengerti bahwa mata kering adalah suatu keadaan kronik dan pemulihan
total sukar terjadi, kecuali pada kasus ringan- saat perubahan epitel kornea dan
konjungtiva masih reversibel. Air mata buatan adalah terapi yang kini dianut. Salep
berguna sebagai pelumas jangkapanjang, terutama saat tidur. Pemulihan dapat
ditingkatkan dengan memakai pelemb ab, mois tur e- chamb er sp e ct a cI e s, atau
kacamata renang. Fungsi utama pengobatan ini adalah penggantian cairan. Pemulihan
musin adalah tugas yang lebih berat. Tahun-tahun belakangan ini, telah ditambahkan
polimerpolimer larut air dengan berat molekul tinggi pada air rnata buatan sebagai
usaha memperbaiki dan memperpanjang lama pelembaban permukaan. Agen
mukomimetik lainnya berupa natrium-hialuronat dan larutan dari serum pasien sendiri
sebagai tetesan mata. Jika mukusnya kental, seperti pada sindrom Sjogren, agen
mukolitik (mis., acetylcysteine 10%) dapat menolong. Pasien dengan kelebihan lipid
dalam air mata memerlukan instruksi spesifik untuk menghilangkan lipid dari tepian
palpebra. Mungkin diperlukan antibiotik topikal atau sistemis. Vitamin A topikal
mungkin berguna untuk memulihkan metaplasia permukaan mata. Semua pergawet
kimiawi dalam air mata buatan akan menginduk3i toksisitas kornea dalam batas
tertentu. Benzalkonium ctrlorida adalah preparat umum yang paling merusak. Pasien
yang memerlukan beberapa kali penetesan sebaiknya memakai larutan tanpa bahan
pengawet. Bahan pengawet dapat pula menimbulkan reaksi idiosinkrasi; yang
tersering dengan timerosal. Pasien dengan mata kering akibat penyebab apapun lebih
besar kemungkinannya untuk terkena infek'sl. BIefaritis kronik sering dijumpai dan
harus diobati dengan memperhatikan higiene dan memakai antibiotika topikal. Acne
rosacea sering terdapat bersamaan dengan keratokonjungtivitis sika, dan pengobatan
dengan tetrasiklin sistemik ada manfaahrya. Tindakan bedah pada mata-kering berupa
pemasangan sumbatan di punctum yang bersifat temporer (kolagen) atau untuk waktu
yang lebih lama (silikon); tindakan ini menahan sekret air mata. Penutupan puncta
dan kanalikuli secara permanen dapat dilakukan dengan terapi termal (panas), kauter
listrik, atau dengan laser.
h. Komplikasi
Pada awal perjalanan keratokonjungtivitis sika, penglihatan sedikit terganggu. Dengan
memburuknya keadaan, ketidaknyamanan bisa sangat mengganggu. Pada kasus
laniut, dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea, dan perforasi. Sesekali dapat
terjadi infeksi bakteri sekunder dan berakibat parut serta vaskularisasi pada kornea
yang sangat menurunkan penglihatan. Terapi dini dapat mencegah komplikasi-
komplikasi ini.
i. Konseling dan Edukasi
1. Melindungi lapisan air mata dengan menurunkan evaporasi dan mengurangi
drainase.
- Evaporasi dapat dikurangi dengan menurunkan suhu ruangan, menggunakan
kacamata pelindung, demikian pula dengan penggunaan computer jangka lama.
- Oklusi punctum untuk menurunkan drainase.
2. Edukasi sebagai psikoterapi; Pasien diberikan penjelasan mengenai penyakit mata
kering, serta bagaimana perjalanan penyakit ini. Karena keadaan yang kronis akan
menyebabkan depresi pada pasien.
BAB III
PENUTUP
Penyakit mata kering merupakan penyakit multifaktorial dan kompleks. Evaluasi tanda dan
gejala, pemeriksaan penunjang, pengelompokan klasifikasi berdasarkan etiopatogenis
membantu penegakan diagnosis. Target terapi ditentukan berdasarkan lapisan tear film yang
terganggu dan memperbaiki faktor risiko. Obat tetes mata topikal dan oral diberikan secara
teratur dan secara berkala sesuai derajat keparahan penyakit mata kering
DAFTAR PUSTAKA