Anda di halaman 1dari 34

Litbang Pemuliaan Acacia dan Eucalyptus

Home > Aktivitas Penelitian > Litbang Pemuliaan Acacia dan Eucalyptus

Penelitian peningkatan riap tanaman jenis Acacia dan Eucalyptus dilakukan untuk
memberikan solusi oleh karena masih banyak dijumpai kegagalan penanaman dan rendahnya
produktivitas hutan tanaman yang dihasilkan. Dari laporan beberapa unit HTI untuk tujuan
kayu serta (pulp), diperoleh data riap volume tanaman yang sebagian besar masih di bawah
20 m3/ha/th, sedangkan berdasarkan arahan pada pola umum pembangunan unit HTI,
minimal dapat diperoleh data riap volume tanaman sebesar 25m3/ha/tahun.

Tujuan dari litbang jenis Acacia dan Eucalyptus adalah meningkatkan produktivitas dan nilai
ekonomi jenis tanaman cepat tumbuh (Acacia dan Euclyptus) melalui peningkatan genetik

Langkah yang akan ditempuh untuk mewujudkan tujuan yang akan dicapai adalah dengan
melakukan serangkaian penelitian dari berbagai aspek terkait untuk menghasilkan : informasi
peningkatan genetik dari kebun benih generasi pertama (F1) dan generasi kedua (F2) serta
kondisi lingkungan yang kondusif, iptek pengembangan populasi perbanyakan, iptek kualitas
kayu, informasi analisis pasar dan informasi pengaruh jenis terhadap tata air.

Beberapa aktivitas penelitian yang sedang dilakukan pada Balai Besar Penelitian
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan :

 Uji keturunan (F1 dilanjutkan F2 ) di Jawa, Sumatera dan Kalimantan


 
 
 Analisis sifat kayu
 Analisis DNA

HASIL PENELITIAN UNGGULAN UKP LITBANG ACACIA HINGGA 2007


 
Narasi UPT Terkait Indikator Capaian s.d 2007
Goal :   Meningkatnya nilai ekonomi  
Meningkatkan Meningkatnya keluasan areal
produktivitas dan nilai pertanaman
ekonomi jenis tanaman Meningkatnya minat pengguna
cepat tumbuh (Acacia
dan Eucalyptus)
 
Purpose 1 :   Meningkatnya riap tegakan  
Meningkatkan riap Meningkatnya volume produksi
tanaman dan mutu sifat kayu
kayu yang dihasilkan Meningkatnya mutu sifat kayu
 
Output 1.1   Terbangunnya uji multi lokasi Telah dibangun plot uji multi
Informasi peningkatan Terbangun uji intensifikasi lokasi di 3 lokasi (Sumsel,
genetic (F1) dan kondisi silvikultur Kalsel, Jateng)
lingkungan yang kondusif Telah dibangun plot uji
intensifikasi silvikultur di 2
lokasi (Sumsel, Kalsel)
 
Activities 1.1.1 B2PBPTH Verifikasi sampai umur 6 Keamanan plot uji terganggu
Narasi UPT Terkait Indikator Capaian s.d 2007
Evaluasi uji multi lokasi BPHS Kuok produktivitas benih unggul karena adanya kebakaran (Kalsel
jenis A.mangium terhadap dan Sumsel) serta pencurian
volume tegakan berkisar kayu (Jateng)
antara 180m3/ha –
220m3/ha,sedangkan
untuk benih unggul
E.pellita sampai umur 2
berkisar 40m3/ha
Peningkatan genetic riil berkisar
antara 30% - 60% untuk
A.mangium dan 30% untuk
E.pellita
Kondisi lingkungan dengan
curah hujan berkisar 2000
– 3000 mm/thn, jenis tanah
podzolic merah kuning, pH
3,5 – 5 memberikan
produktivitas tegakan yang
tinggi untuk A.mangium
 
Output 1.2   Terbangunnya uji keturunan (F2) Telah dibangun 10 plot kebun
Plot uji keturunan (F2) pada beberapa lokasi benih semai uji keturunan
dan informasi pengembangan generasi kedua (F-2)jenis
peningkatan genetik Diperoleh informasi variasi sifat A.mangium, A.crassicarpa dan
fisika,mekanika dan kimia E. pellita
kayu Telah dilakukan pengumpulan
Terbangunnya uji resistensi dan analisa sample kayu dari
terhadap penyakit kebun benih
Terbangunnya uji klon hasil Terbangun plot uji resistensi
persilangan terbuka dan penyakit jenis A.mangium dan
terkendali A.auriculiformis
Diperolehnya informasi hasil Telah dilakukan persiapan
analisis DNA melalui koleksi klon yang akan
Terbangunnya kebun diuji
persilangan Telah dilakukan pengambilan
sample materi dari kebun
benih untuk bahan analisa
DNA
Telah dibangun breeding garden
sebagai kebun persilangan
terkendali
 
Activities 1.2.1 B2PBPTH Diperolehnya data pertumbuhan Dari kebun benih ini telah
Evaluasi uji keturunan dan nilai parameter genetic dilakukan pengamatan dan
generasi II (F2) Diperolehnya data peningkatan pengukuran secara periodic
genetik F2 sampai dengan umur 6 tahun
untuk A.mangium dan sampai
umur 4 tahun untuk E.pellita
Telah dilakukan analisa data dan
diperoleh informasi rata-rata
prediksi peningkatan genetic
jenis A.mangium yaitu 4%
(tinggi), 6% (dbh) dan 6%
(kelurusan batang).
Sedangkan untuk E.pellita
adalah 10% (tinggi), 15%
(dbh) dan 9% (kelurusan
batang)
Narasi UPT Terkait Indikator Capaian s.d 2007
 
Sub Activities 1.2.1 B2PBPTH Diketahuinya variasi panjang Benih unggul A.mangium dari
Penelitian variasi sifat serat beberapa kebun benih
kayu Diketahuinya variasi berat jenis menunjukkan perbedaan
kayu kualitas sifat kayunya. Benih
Diketahuinya variasi sifat kimia unggul dari kebun benih yang
kayu berasal dari provenans Papua
Diketahuinya variasi sifat fisik Nugini memiliki berat jenis
kayu yang lebih tinggi
dibandingkan dengan
provenans Queensland-
Australia, tetapi sebaliknya
untuk panjang serat
Dibandingkan dengan
unimproved seed, benih
unggul A.mangium memiliki
kualitas serat yang lebih baik
 
Sub Activities 1.2.1.2 B2PBPTH Diketahuinya jenis penyebab Telah diketahui dan diisolasi
Studi resistensi tanaman penyakit busuk akar merah jamur penyebab penyakit
hutan Diperoleh klon-klon yang busuk akar merah
  resisten terhadap serangan Klon-klon yang diduga lebih
penyakit resisten dari serangan jamur
Ganoderma telah dikoleksi dari
kebun benih F-1 jenis
A.mangium sebanyak 35 klon
dan A.auriculiformis sebanyak
35 klon
Activities 1.2.2 B2PBPTH Terbangunnya uji klon --Belum dilaksanakan--
 Uji klon hasil Diperolehnya klon-klon superior
penyerbukan terbuka
Activities 1.2.3 B2PBPTH Diketahuinya pohon plus terbaik Telah dimulai analisa tetua
Penelitian system Diketahuinya induk jantan dan (parental analysis) jenis
breeding (pendekatan betina A.mangium melalui DNA pada
DNA) beberapa kebun benih F-1 untuk
  menemukan kombinasi tetua
yang dapat memberikan
keturunan yang unggul
 
Activities 1.2.4 B2PBPTH Terbangunnya kebun Telah ditemukan penanda baik
Persilangan intra dan persilangan secara morfologis maupun
inter spesifik jenis Acacia Didapatnya hybrid vigor molekuler untuk identifikasi
dan Eucalyptus Acacia hybrid secara lebih dini
Telah diperoleh sebanyak 116
benih kandidat hybrid jenis
Acacia melalui 5 kombinasi
persilangan
 
Output 1.3  
IPTEK propagasi untuk
pengembangan populasi
perbanyakan
Litbang Pemuliaan Araucaria (Araucaria
cunighamii)
Home > Aktivitas Penelitian > Litbang Pemuliaan Araucaria (Araucaria cunighamii)

Pembangunan hutan tanaman jenis A. cunninghamii di Indonesia sampai saat ini masih
dilaksanakan dalam skala terbatas, meskipun secara sangat nyata jenis ini terbukti sangat
menguntungkan untuk dikembangkan di daerah dataran tinggi (> 500m). Tanaman A.
cunninghamii ini telah mulai dimuliakan sejak tahun 1940 di Australia utara, dan sekarang
memiliki nilai ekonomis kayu dan getah yang tinggi untuk suplai industri. Hutan tanaman
yang dibangun dari hasil pemuliaan juga cukup luas, yaitu mencapai 45.000 m2 dengan
panenan pertahun sebesar 350.000 m3. Kayunya sangat baik untuk bahan baku industri kertas
& pulp, plywood, vinir, panel, lantai, kerangka dan kayu pertukangan, serta mengandung
getah yang bisa disadap. Kayunya kokoh, bertekstur halus, mudah untuk dipotong, digergaji,
dipaku, direkatkan, diawetkan dan dipolish.

Persoalan utama yang membuat berbagai pihak di Indonesia ragu untuk mengembangkannya
adalah karena adanya kesulitan dalam hal memperoleh benih atau bahan tanaman untuk
pembangunan pertanamannya. Oleh karenanya, usaha untuk memperoleh benih yang dapat
tersedia secara mudah, rutin dalam jumlah yang memadai akan dapat meyakinkan berbagai
institusi kehutanan yang ingin mengembangkannya. Selama ini pihak kehutanan di Papua
cukup sering membuat pertanamannya, tetapi untuk mendapatkan bijinya masih tergantung
dari hutan alam sehingga masih memerlukan biaya yang cukup tinggi dan umumnya hanya
mengumpulkan materi dari area dengan dasar genetik yang relatif sempit. Kesempatan ini
merupakan alasan yang tepat untuk membangun sumber benih dengan genetik unggul dan
tersedia dalam jumlah yang memadai untuk skala pengusahaan hutan tanaman. Selain itu,
tentunya untuk mengoptimalkan pertumbuhannya perlu didukung oleh penggunaan teknik
pertanaman yang tepat.

Dalam kaitan ini, penelitian Araucaria di BBPBPTH telah dimulai sejak tahun 2000. Untuk
tahun 2003-2009, tujuan besar (Goal) yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
Mengembangkan hutan tanaman A. cunninghamii melalui upaya konservasi dan pemuliaan
A. cunninghamii yang didukung oleh teknik pertanaman yang tepat. Sementara tujuan
spesifiknya ada 3 yaitu : (1). Pembangunan kebun konservasi plasma nutfah A.
cunninghamii, (2). Melakukan serangkaian kegiatan pemuliaan A. cunninghamii untuk
menghasilkan benih unggul dan (3) Melakukan uji silvikultur untuk mengetahui teknik
pertanaman terbaik bagi A. cunninghamii. Dari 3 tujuan spesifik tersebut diharapkan
menghasilkan luaran-luaran yaitu : 1.1 Terkumpulnya plasma nuftah A. cunninghamii dan
terbangunnya kebun konservasi, 1.2 Diketahuinya informasi keragaman genetik plasma
nuftah A. cunninghamii, 2.1 Tersedianya bibit unggul A. cunninghamii, 2.2 Tersedianya
benih dari famili A. cunninghamii terseleksi, 2.3 Tersedianya informasi teknik pertanaman
yang terbaik. Sedangkan pendekatan yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah melalui
serangkaian kegiatan penelitian yang meliputi : (a). Pembangunan Kebun konservasi A.
cunninghamii, (b). Penelitian Keragaman Genetik Populasi A. cunninghamii (c).
Pembangunan Pertanaman Uji Genetik A. cunninghamii, (d). Pembangunan Kebun Benih
Klon dan (e) Uji Silvikultur.
Beberapa aktivitas penelitian yang sedang dilakukan pada Balai Besar Penelitian
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan :

 
 Pembangunan populasi perbanyakan vegetatif dan kebun pangkas
 Pembangunan uji keturunan
 Analisis DNA
Litbang Pemuliaan Jati (Tectona grandis)
Home > Aktivitas Penelitian > Litbang Pemuliaan Jati (Tectona grandis)

Jati (Tectona grandis) merupakan salah satu spesies yang penting dalam penyediaan
bahan baku kayu. Selain kualitas kayunya yang bagus dan mempunyai nilai ekonomi tinggi,
tanaman ini juga telah dikuasai sifat-sifat silvikulturnya secara umum baik oleh masyarakat
dalam bentuk hutan rakyat maupun hutan tanaman dalam skala besar.

Yang perlu dipersiapkan jauh-jauh hari adalah bagaimana agar materi tanaman yang akan
dibudidayakan tersebut merupakan tanaman yang secara genetik mempunyai keunggulan.
Oleh karena itu upaya pemuliaan jati sangat diperlukan untuk mendapatkan materi tanaman
yang secara genetik unggul dan terbukti kesesuaiannya dengan kondisi tapak di berbagai
wilayah Indonesia.

Pada saat ini banyak jenis Jati yang dipasarkan di masyarakat dengan dukungan berbagai
merk dan kemasan yang menarik seperti jati super, jati emas, jati unggul dan Jati plus
Perhutani yang belum diketahui jenis mana yang paling unggul. Untuk menjawab tantangan
tersebut ada beberapa langkah yang dilakukan antara lain yaitu mendapatkan materi tanaman
unggul secara genetik dan sesuai dengan kondisi tapak masing-masing wilayah
pengembangan jati. Disamping itu dalam pengembangan jati juga berusaha mendapatkan
teknik-teknik perbanyakan dari jenis jati yang telah dimuliakan serta usaha untuk melakukan
konservasi sumberdaya genetik jati. Penelitian lain dari aspek kelembagaan dan pasar jati
rakyat serta aspek kualitas kayu jati cepat juga diperlukan dalam pengembangan jati.

Program litbang selama 7 th (2003-2009) ditujukan untuk mendapatkan materi tanaman yang
secara genetik unggul dan sesuai dengan kondisi tapak di berbagai wilayah serta dapat
mengkonservasi sumberdaya genetik berbagai varitas jati yang ada di Indonesia sebagai
langkah pengamanan materi genetik yang ada. Disamping itu usaha pengembangan hutan jati
diluar kawasan Perhutani menjadi langkah yang harus dilakukan, mengingat animo
masyarakat untuk menanam jati tidak hanya terbatas dipulau jawa, tetapi sampai keluar pulau
jawa.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dilakukan beberapa kegiatan yaitu : (1) Pembangunan
uji klon, (2) Pengujian bibit jati yang beredar, (3) Pembangunan dan evaluasi CSO/SSO, (4)
Pengujian silvikultur intensif (5) Kajian kelembagaan dan pasar, dan (6) Penelitian kualitas
kayu jati tembat tumbuh.

Tahap awal kegiatan yaitu pada tahun 2001 telah dibangun kebun pangkas jati pada 2 lokasi
dan perbanyakan vegetatif dengan stek dan kultur jaringan, koleksi materi dalam bank klon
dan uji klon jati dari beberapa wilayah di Indonesia dan perusahaan pengimpor bibit jati. Tahap
awal kegiatan ini masih menggunakan materi genetis yang terbatas dengan jumlah 43 klon
dan ditingkatkan pada tahap berikutnya.
Beberapa aktivitas penelitian yang sedang dilakukan pada Balai Besar Penelitian
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan :

 Uji keturunan di DIY, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara


 Bank Klon, Uji klon di DIY dan Sulawesi Selatan
 Pembangunan populasi perbanyakan vegetatif dan kebun pangkas
 Analisis DNA
Litbang Pemuliaan Sengon (Paraserianthes
falcataria)
Home > Aktivitas Penelitian > Litbang Pemuliaan Sengon (Paraserianthes falcataria)

Upaya peningkatan produktivitas hutan tanaman sengon (Paraserianthes falcataria)


dilakukan melalui 2 pendekatan, yaitu peningkatan mutu genetik tanaman sengon dan
peningkatan produktivitas hutan sengon rakyat. Dalam rangka memperoleh benih unggul
jenis sengon (Paraserianthes falcataria), Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan
Tanaman Yogyakarta sejak tahun 1995 telah melakukan penelitian melalui pembangunan
Kebun Benih Semai Uji Keturunan (KBSUK) Sengon di Candiroto bekerjasama dengan
Japan International Corporation Indonesia (JICA) dan telah menghasilkan beberapa pohon
induk terseleksi. Individu-individu ini selanjutnya akan diuji kembali melalui Kebun Benih
Semai Uji Keturunan Generasi Kedua Jenis Sengon.

Untuk membuktikan peningkatan genetik sengon yang sesungguhnya dari KBSUK Sengon
Candiroto telah dibangun Uji Perolehan Genetik Sengon (genetic gain trial) yang berlokasi di
Kabupaten Kediri, sedangkan upaya peningkatan produktivitas hutan sengon rakyat akan
dilakukan uji produktivitas hutan sengon dengan menitikberatkan pada aspek silvikultur.
Untuk mendukung semua kegiatan uji coba, diperlukan informasi tentang pengendalian hama
potensial yang menyerang tanaman sengon salah satunya dengan menggunakan varietas/klon
sengon yang resisten.

Beberapa aktivitas penelitian yang sedang dilakukan pada Balai Besar Penelitian
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan :

 Uji keturunan F1 di Candiroto, dilanjutkan F2 di Kediri, Jawa Timur


 
 Uji resistensi

 
klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Rosidae
                         Ordo: Fabales
                             Famili: Fabaceae (suku polong-polongan)
                                 Genus: Albizia
                                     Spesies: Albizia falcataria (L.) Fosberg

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Asteridae
                         Ordo: Lamiales
                             Famili: Lamiaceae
                                 Genus: Tectona
                                     Spesies: Tectona grandis L.f.

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Coniferophyta
                 Kelas: Pinopsida
                     Ordo: Pinales
                         Famili: Araucariaceae
                             Genus: Araucaria
                                 Spesies: Araucaria cunninghamii D. Don
Page 1
African Journal of Plant Science Vol. Afrika Jurnal Ilmu Tanaman Vol. 4(9), pp. 353-359,
September 2010 4 (9), hal 353-359, September 2010
Available online at http://www.academicjournals.org/ajps Tersedia secara online di
http://www.academicjournals.org/ajps
ISSN 1996-0824 ©2010 Academic Journals ISSN 1996-0824 © 2010 Akademik Jurnal
Full Length Research Paper Full Length Research Paper
Seed germination and viability in two African Acacia Perkecambahan biji dan viabilitas
dalam dua Afrika Akasia
species growing under different water stress levels spesies yang tumbuh di bawah
tingkat stres air yang berbeda
Amelework Kassa Amelework Kassa
1* 1 *
, Ricardo Alía , Ricardo Alia
1,2 1,2
,,
Wubalem Tadesse Wubalem Tadesse
33
, Valentin Pando , Valentin Pando
11
and Felipe Bravo dan Felipe Bravo
1,2 1,2
11
Sustainable Forest Management Research Institute, University of Valladolid-CIFOR INIA,
Avda. Pengelolaan Hutan Lestari Lembaga Penelitian, Universitas-CIFOR INIA Valladolid,
Avda. de Madrid s/n, 34004, de Madrid s / n, 34004,
Palencia, Spain. Palencia, Spanyol.
22
(Agraria y Alimentaria) INIA-CIFOR. (Agraria Alimentaria y) INIA-CIFOR. Avda. Avda. A
Coruña, Km. A Coruña, Km. 7,5. 7,5. PO Box 28040 Madrid. PO Box 28040 Madrid. Spain.
Spanyol.
33
Ethiopian Institute of Agricultural Research, PO Box 2003, Addis Ababa, Ethiopia. Ethiopia
Lembaga Penelitian Pertanian, PO Box 2003, Addis Ababa, Ethiopia.
Accepted 3 August, 2010 Diterima 3 Agustus 2010
Acacia species are important in forestation programs and for producing non-timber forest
products in spesies Acacia penting dalam program penghijauan dan untuk memproduksi-kayu
hasil hutan non
arid and semiarid zones, but few studies have been carried out concerning the effects of
drought in the kering dan semi kering zona, namun beberapa studi telah dilakukan
mengenai dampak kekeringan di
germination in order to understand the regeneration process of the species.
perkecambahan dalam rangka memahami proses regenerasi dari spesies. In this paper,
we studied the Dalam tulisan ini, kita mempelajari
morphology and the germination pattern under different water stress of Acacia senegal
and Acacia seyal. morfologi dan pola perkecambahan di bawah tekanan air yang
berbeda dari Senegal dan seyal Akasia Acacia.
Seeds were subjected to a water stress test for 45 days with four levels of water potential
achieved by Biji menjadi sasaran tes stres air selama 45 hari dengan empat tingkat
potensi air dicapai dengan
different concentrations of polyethylene glycol 6000. berbeda konsentrasi polietilen
glikol 6000. The germination process was studied by adjusting Proses perkecambahan
dipelajari dengan menyesuaikan
a Gompertz function, and obtaining related parameters of the curve (total germination,
maximum sebuah Gompertz fungsi, dan parameter terkait mendapatkan dari kurva
(total perkecambahan, maksimum
germination rate and the t value corresponding to the inflection point of the curve, and
time in reaching Tingkat perkecambahan dan nilai t sesuai dengan titik belok dari
kurva, dan waktu dalam mencapai
the, 50 and 90% of the total germination). , 50 dan 90% dari total perkecambahan). The
germination process in these species was rapid; there Proses perkecambahan dalam
spesies ini cepat, ada
were no significant differences in any of the parameters of the curves depending on the
stress treatment ada perbedaan yang signifikan dalam salah satu parameter kurva
tergantung pada perlakuan stres
except for the total germination. kecuali untuk perkecambahan total. Total germination
was higher in A. Total perkecambahan lebih tinggi pada A. senegal , and this species
was more Senegal, dan spesies ini lebih
sensitive to the water availability than A. sensitif terhadap ketersediaan air dari A. seyal
, as deduced from the reaction norms in the two seyal, sebagai dideduksi dari norma-
norma reaksi dalam dua
environments. lingkungan. The probability of germination was also modeled by a
logistic regression, indicating the Probabilitas perkecambahan juga dimodelkan dengan
regresi logistik, menunjukkan
higher values for non stressed seeds. tinggi nilai untuk benih non menekankan. A
consistent pattern is detected among the treatments. Pola konsisten terdeteksi antar
perlakuan. The results Hasil
presented in this paper could be applied in forestation programs to improve
germination in nurseries, disajikan dalam makalah ini dapat diterapkan dalam
program-program penghijauan untuk meningkatkan perkecambahan di pembibitan,
and by incorporating the logistic models in more complete models describing the
dynamic of dan dengan memasukkan model logistik dalam model lengkap lebih
menggambarkan dinamis
regeneration under natural conditions. regenerasi dalam kondisi alam.
Key words: Acacia , water stress, Logistic regression, germination, regeneration. Kata
kunci: Acacia, air stres, regresi logistik, perkecambahan, regenerasi.
INTRODUCTION PENDAHULUAN
Different factors are affecting recruitment in forest faktor berbeda mempengaruhi perekrutan
di hutan
species and the establishment of new forest areas, spesies dan pembentukan kawasan hutan
baru,
among which dispersal, predation and germination are antara yang penyebaran, predator dan
perkecambahan yang
essential to many species (Blate et al., 1998). penting untuk banyak spesies (al Blate et
1998.,). One of the Salah satu
main processes is germination, because we can infer proses utama perkecambahan, karena
kita dapat menyimpulkan
some information on the strategy of the species to cope beberapa informasi pada strategi dari
spesies untuk mengatasi
with drought (avoidance, tolerance), and also, knowledge dengan kekeringan (penghindaran,
toleransi), dan juga, pengetahuan
has important implications in the management of the memiliki implikasi penting dalam
pengelolaan
seed during nursery (Kozlowski and Pallardy, 2002; benih selama pendederan (Kozlowski
dan Pallardy, 2002;
Kozlowski, 2002; Choinski and Tuohy, 1991; Boydak et Kozlowski, 2002; Choinski dan
Tuohy, 1991; Boydak et
al., 2003; Sy et al 2001) al;., 2003 Sy et al 2001)
Africa is one of the most vulnerable continents to Afrika adalah salah satu yang paling rentan
benua
*Corresponding author. * Korespondensi penulis. E-mail: mlkassa@yahoo.com. E-mail:
mlkassa@yahoo.com. Tel: +34 Tel: +34
979108424. 979108424. Fax: +34 979 108440. Fax: +34 979 108440.
climate change and climate variability, this vulnerability perubahan iklim dan variabilitas
iklim, kerentanan ini
aggravated by the interaction of multiple factors, including diperburuk oleh interaksi
beberapa faktor, termasuk
the growing deforestation and water stress occurring at penggundulan hutan tumbuh dan
cekaman air terjadi pada
various levels, and low adaptive capacity. berbagai tingkat, dan kapasitas adaptasi yang
rendah. The defores- The defores-
tation and his consequences are serious problems in tation dan konsekuensi-nya merupakan
masalah serius dalam
developing countries, given that their economies are negara-negara berkembang, mengingat
bahwa ekonomi mereka
based on agriculture, and climate changes impose berbasis pertanian, dan perubahan iklim
memaksakan
additional pressure on water demand in Africa (Boko et tambahan tekanan terhadap
kebutuhan air di Afrika (Boko et
al., 2007). al)., 2007. The lack of systematic efforts to conserve and Kurangnya upaya
sistematis untuk melestarikan dan
manage resources is a major concern, and in few cases, mengelola sumber daya merupakan
masalah besar, dan dalam beberapa kasus,
efforts have been made to cultivate species that yield non upaya telah dilakukan untuk
menumbuhkan spesies yang menghasilkan non
timber forest product (Michael and Tadesse, 2004). kayu hasil hutan (Michael dan Tadesse,
2004). For Untuk
many African species with high importance in aforestation Afrika banyak spesies dengan
kepentingan tinggi di aforestasi
or management program, we lack information in regard to atau program manajemen, kita
kekurangan informasi mengenai
the drought stress impact, specially, on Acacia senegal stres dampak kekeringan, khususnya,
pada Acacia Senegal
and Acacia seyal species. dan Acacia seyal spesies.
Non-timber forest products (NTFP) play an important hasil hutan kayu-Non (NTFP)
memainkan penting

Page 2 Page 2
354 354
Afr. Afr. J. Plant Sci. J. Plant Sci.
role both in the rural economy and population of the peran kedua dalam perekonomian
pedesaan dan populasi
African country, in Ethiopia, it play a vital role in the live- negara Afrika, di Ethiopia, ia
memainkan peranan penting dalam hidup-
lihoods of communities contributing to food security and lihoods masyarakat memberikan
kontribusi terhadap ketahanan pangan dan
household income (Michael and Tadesse, 2004). pendapatan rumah tangga (Michael dan
Tadesse, 2004). Among Antara
the species that produce these products; A. spesies yang menghasilkan produk-produk; A.
senegal and Senegal dan
A. seyal produces gum Arabic and gum talha, respect- seyal A. memproduksi Arab dan gusi
Talha gusi, menghormati-
tively. tively. The Arabic gum obtained from species A. Bahasa Arab permen karet yang
diperoleh dari spesies A. senegal Senegal
is used in the food industries and gum talha obtained digunakan dalam industri makanan dan
Thalhah gusi diperoleh
from A. dari A. seyal is used in non-food industries, besides the seyal digunakan dalam
industri non-makanan, selain
importance of their products, these species adapt to very pentingnya produk mereka, spesies
ini beradaptasi sangat
erratic weather conditions and is considered as species kondisi cuaca tidak menentu dan
dianggap sebagai spesies
protective environmental conditions (Eisa et al., 2008) pelindung kondisi lingkungan (Eisa et
al., 2008)
and its wood are highly preferred by rural populations as dan kayu yang sangat disukai oleh
penduduk pedesaan sebagai
source of fuel and to construct agricultural implements sumber bahan bakar dan untuk
membangun pertanian menerapkan
etc. dll
We have selected two Acacia species to address this Kami telah memilih dua spesies Acacia
ke alamat ini
question, differing in size, dormancy and other life-history pertanyaan, berbeda dalam
ukuran, dormansi dan sejarah lain-hidup
traits. A. sifat. A. senegal (Linne) and A. Senegal (Linne) dan A. seyal (Del) produces seyal
(Del) menghasilkan
valuable NTFP. NTFP berharga. Given the importance that have both Mengingat pentingnya
yang memiliki keduanya
national and international level, these species in Ethiopia, nasional dan tingkat internasional,
spesies ini di Ethiopia,
due to overexploitation and the problems associated with karena eksploitasi yang berlebihan
dan masalah yang terkait dengan
the process of installing and growing plantations on the proses instalasi dan tumbuh
perkebunan di
extreme dry conditions, is believed to be in danger of kondisi kering ekstrim, diyakini berada
dalam bahaya
extinction in the future (Personal observation). kepunahan di masa depan (pengamatan
pribadi). Our Kami
hypothesis is that species under arid conditions will show hipotesis adalah bahwa spesies
dalam kondisi kering akan menunjukkan
a clear strategy for avoidance (by a very fast germination) strategi yang jelas untuk
menghindari (dengan cepat perkecambahan sangat)
or tolerance (by a low germination process). atau toleransi (dengan proses perkecambahan
rendah).
The objective of the study is to analyze the germination Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis berkecambah
curves and the probability of germination under different kurva dan probabilitas
perkecambahan bawah berbeda
water stress conditions of A. kondisi cekaman air A. senegal and A. Senegal dan A. seyal .
seyal. The The
analysis of this process will allow us to infer the strategy analisis proses ini akan
memungkinkan kita untuk menyimpulkan strategi
of the species in relation to drought stress, and also to dari spesies dalam hubungannya
dengan stres kekeringan, dan juga untuk
provide models of germination under different water menyediakan model perkecambahan di
bawah air yang berbeda
stress conditions to be included in general models for the kondisi stres untuk dimasukkan
dalam model umum untuk
regeneration process of the two species. proses regenerasi dua spesies.
MATERIALS AND METHODS BAHAN DAN METODE
Description of species, their importance and precedence Deskripsi spesies, pentingnya
dan prioritas
Two Acacia species has been used in this study. A. Dua Acacia spesies telah digunakan
dalam studi ini. A. senegal is a Senegal adalah
small tree (10-15 m height) distributed from Senegal to red sea, pohon kecil (tinggi 10-15 m)
didistribusikan dari Senegal ke laut merah,
east and South Africa b/n 11 and 16° North from 500 - 1700 timur dan Afrika Selatan b / n 11
dan 16 ° Utara 500-1700
masl, poor natural regeneration. mdpl miskin regenerasi alami,. It is resistant to drought (500
- Hal ini tahan terhadap kekeringan (500 -
1000 mm of rainfall). Curah hujan 1000 mm). The species produces Arabic gum (used as a
Spesies yang memproduksi permen karet Arab (digunakan sebagai
stabilizer in food and pharmaceutical industries and in printing and stabilizer dan farmasi
industri makanan dan dalam pencetakan dan
textile industries) and the wood is highly valued by rural populations industri tekstil) dan
kayu sangat dihargai oleh penduduk pedesaan
as fuel for firewood and charcoal. A. sebagai bahan bakar untuk kayu bakar dan arang. A.
seyal is a smaller tree (up to 9 seyal adalah pohon kecil (hingga 9
m height), distributed from Senegal to the entire Sahal, Sudan and m tinggi), didistribusikan
dari Senegal ke, Sahal seluruh Sudan dan
Egypt, East Africa from Somalia to Mozambique from 0 - 2100 m Mesir, Afrika Timur dari
Somalia ke Mozambique 0-2100 m
asl It is also resistant to drought, with a broader niche (250 - 1000 dpl Hal ini juga tahan
terhadap kekeringan, dengan niche yang lebih luas (250 - 1000
mm of rainfall) than A. mm curah hujan) dari A. senegal . A. Senegal. A. seyal produces Talha
gum (used seyal memproduksi permen karet Thalhah (digunakan
as a stabilizer in non-food industries) of lower quality than Arabic sebagai penstabil dalam
industri non-makanan) kualitas rendah dari Arab
gum, and the wood is also used as fuel for firewood and charcoal permen karet, dan kayu
juga digunakan sebagai bahan bakar untuk kayu bakar dan arang
(Argaw et al., 1999) (Argaw et al., 1999)
One population group from each of the species was sampled in Satu populasi kelompok dari
masing-masing spesies sampel di
southwest Ethiopia (Langano and Shala populations) in the East barat daya Ethiopia
(Langano dan populasi Shala) di Timur
Shewa region which is classified as a semi-arid area. Shewa wilayah yang diklasifikasikan
sebagai daerah semi-kering. Langano Langano
population (7° 26' N-38° 47' E), is located at 1749 m asl, with a penduduk (7 ° 26 'N-38 ° 47'
E), terletak di 1749 m dpl, dengan
rainfall of 500 - 600 mm, and minimum and maximum monthly curah hujan 500 - 600 mm,
dan minimum dan maksimum bulanan
mean temperature of 13.8 and 38°C. suhu rata-rata 13,8 dan 38 ° C. Shala population (7º 32'
N-38º Shala penduduk (7 º 32 'N-38 º
40' E) is located under similar conditions: 1620 m asl, 600 mm of 'E 40) terletak di bawah
kondisi yang sama: 1620 m dpl, 600 mm
rainfall, and minimum and maximum monthly mean temperature of curah hujan, dan
minimum dan maksimum suhu rata-rata bulanan
13.8 and 38°C. 13,8 dan 38 ° C. Seeds were provided by the National Forest Biji disediakan
oleh Hutan Nasional
Research Institute of Ethiopia from commercial seed-lots, and Lembaga Penelitian Ethiopia
dari biji banyak komersial, dan
stored in a cold chamber at 6°C. disimpan dalam ruang dingin di 6 ° C. The A. A. senegal
seeds are bigger Senegal biji lebih besar
(8.62 gr/100 seeds, or 11.600 seeds/kg, length: 8.76 ± 0.95 mm, (8,62 gr/100 biji, atau 11,600
biji / kg, panjang: 8,76 ± 0,95 mm,
width: 7.67 ± 0.82 mm) than the A. lebar: 7,67 ± 0,82 mm) dari A. seyal seeds (5.18 gr/100
seeds seyal bibit (5,18 gr/100 biji
or 19.305 seeds/kg, length: 6.77 ± 0.77 mm, width: 4.01 ± 0.49 atau 19,305 biji / kg, panjang:
6,77 ± 0,77 mm, lebar: 4,01 ± 0,49
mm). mm). Seeds of the two populations are bigger in comparison to the Benih dari dua
populasi yang lebih besar dibandingkan dengan
mean values of the species (18.000 seeds/kg for A. senegal , and berarti nilai dari spesies
(18.000 biji / kg untuk Senegal A., dan
22.000 seeds/kg for A. 22.000 biji / kg untuk A. seyal ), indicating the arid conditions of the
seyal), menunjukkan kondisi kering dari
two populations. dua populasi.
Germination process under different drought stress treatments Proses perkecambahan
di bawah perlakuan cekaman kekeringan yang berbeda
Germination was tested in a factorial design with Species (2 levels) Germinasi diuji dalam
rancangan faktorial dengan Spesies (2 tingkat)
and drought stress (4 levels) as factorial treatments. dan kekeringan stress (4 tingkat) sebagai
perlakuan faktorial. The four levels Empat tingkat
of water potential ( =0 or control, -4, -8 and -12 bars respectively) potensi air (= 0 atau
kontrol, -4, -8 dan -12 bar masing-masing)
were simulated by adding different amount of Polyethylene Glycol disimulasikan dengan
menambahkan perbedaan jumlah Polyethylene Glycol
6000 (PEG), to obtain different water stress level (Michel and 6000 (PEG), untuk
mendapatkan tingkat cekaman air berbeda (Michel dan
Kaufmann, 1973; modified by Michel, 1983). Kaufmann, 1973; dimodifikasi oleh Michel,
1983). These treatments Perawatan ini
mimic from no stress to very severe water stress (-12 bars). meniru dari stres terhadap air
stres berat sangat (-12 bar).
For each species and drought stress, 100 seeds were used, for a Untuk setiap jenis dan stres
kekeringan, 100 biji digunakan, untuk
total of 400 seeds per species, and 800 seeds in total. jumlah 400 biji per spesies, dan 800 biji
total. The The
experimental unit consisted of 25 seeds in Petri dishes (10 cm- unit percobaan terdiri dari 25
biji dalam cawan Petri (10 cm-
diameter on a filter paper) and randomly arranged in four replicates diameter pada kertas
filter) dan disusun secara acak di empat ulangan
in a germination chamber IBERCEX V-900-D. dalam ruang perkecambahan IBERCEX V-
900-D. The conditions for Kondisi untuk
the germination test were: 30°C temperature, a constant relative uji perkecambahan adalah:
30 ° C suhu, konstanta relatif
humidity of 80% and a photoperiod of 12 h. kelembaban 80% dan fotoperiodik 12 h.
Germination was Perkecambahan adalah
checked daily, and a seed was considered as germinated when the diperiksa setiap hari, dan
biji yang dianggap sebagai berkecambah ketika
radicle emerged at least 1 mm from the integument. radikula muncul setidaknya 1 mm dari
integumen tersebut. The test lasted Tes berlangsung
for 45 days from 21/01/2009 until 03/03/2009 (but no germination selama 45 hari sejak
21/01/2009 sampai 2009/3/3 (tapi tidak perkecambahan
was recorded after day 20). dicatat setelah hari 20). A Tetrazolium viability test was Sebuah
uji viabilitas Tetrazolium
performed to all the non-germinated seeds in order to quantify the dilakukan untuk semua-
berkecambah benih non untuk mengkuantifikasi
no germinating seeds under drought stress. tidak berkecambah bibit di bawah tekanan
kekeringan.
The A. A. seyal seeds were submitted to a pre-germination treat- biji seyal diserahkan ke
perkecambahan pre-mengobati-
ment with boiled water (at 100°C) and then left at room temperature pemerintah dengan air
matang (pada 100 ° C) dan kemudian meninggalkan pada suhu kamar
for 24 h (Forest Research Directorate, 2000, internal document) to selama 24 jam (Direktorat
Penelitian Hutan, 2000, dokumen internal) untuk
break the dormancy, which is the regular method used for this mematahkan dormansi, yang
merupakan metode biasa yang digunakan untuk ini
species. spesies. Otherwise dormancy could hide drought stress impact. Jika dormansi bisa
menyembunyikan stres dampak kekeringan.
Seeds were disinfected by applying the methodology proposed by Benih didesinfeksi dengan
menggunakan metodologi yang dikemukakan oleh
Villamediana et al. Villamediana et al. (2007) before starting the germination analysis. (2007)
sebelum memulai analisis perkecambahan.
The solution and the filter paper were changed every four days, to Solusi dan kertas saring itu
diganti setiap empat hari, untuk
maintain the water potential constant throughout the entire duration mempertahankan potensi
air konstan sepanjang seluruh durasi
of the experiment and prevent hyper-concentration processes, in percobaan dan mencegah-
konsentrasi proses hyper, di
agreement with Falleri (1994) and Bravo et al. perjanjian dengan Falleri (1994) dan Bravo et
al. (2010). (2010).
Data analysis Analisis data
Germination at a given day t was adjusted for each experimental Perkecambahan pada t hari
tertentu telah disesuaikan untuk setiap percobaan
unit (Petri dish) by non-lineal regression to a Gompertz function unit (Petri dish) oleh-lineal
regresi non fungsi Gompertz
(Draper and Smith, 1981) with three parameters: c, the predicted (Draper dan Smith, 1981)
dengan tiga parameter: c, yang diprediksi
germination (asymptote of the curve); b, closely related perkecambahan (asymptote kurva), b,
erat terkait
(proportional) to the maximum germination rate standardized by the (Proporsional) dengan
tingkat perkecambahan maksimum standar oleh
total germination (b≈germination total berkecambah (b perkecambahan ≈
max max
/c); m, the t value corresponding / C); m, nilai t yang sesuai
to the inflection point of the curve (date at which maximum growth ke titik infleksi kurva
(tanggal di mana pertumbuhan maksimum
rate is reached). Tingkat dicapai).
The initial parameters (c, m and b) were estimated based on the Parameter awal (c, m dan b)
diperkirakan berdasarkan
optimization of the sum of squares of the residues minimized by the optimalisasi jumlah
kuadrat residu diminimalkan oleh
Levenberg-Marquardt algorithm (Wolfram, 1999). Levenberg algoritma Marquardt
(Wolfram, 1999). To test the Untuk menguji
precision of the model, the value of pseudo-R ketepatan model, nilai pseudo-R
22
was calculated for dihitung untuk
each fit. sesuai masing-masing. Three other variables were derived for the germination Tiga
variabel lainnya yang diperoleh untuk berkecambah
data: b, t50 and t90: being, respectively, the date (in days) Data: b, T50 dan T90: sedang,
masing-masing, tanggal (dalam hari)
corresponding to germination of 50 and 90% of the total. berhubungan dengan
perkecambahan 50 dan 90% dari total. An Sebuah

Page 3 Page 3
Kassa et al. Kassa et al. 355 355
Table 1. Descriptive values for the different variables derived from the germination of each
experimental unit curve. Tabel 1. Nilai Deskriptif untuk variabel-variabel yang berbeda
berasal dari perkecambahan setiap kurva unit eksperimental.
Variable Variabel
A. senegal A. Senegal
A. seyal A. seyal
mean berarti
std std
max. max.
min. min.
mean berarti
std std
max. max.
min. min.
cc
16.84 16.84
6.56 6.56
25.15 25.15
6.00 6.00
8.81 8.81
4.00 4.00
15.28 15.28
2.00 2.00
bb
2.79 2.79
5.79 5.79
17.75 17.75
0.15 0.15
3.32 3.32
4.51 4.51
14.64 14.64
6.31 6.31
mm
0.11 0.11
3.53 3.53
3.19 3.19
0,36 0,36
2.42 2.42
0.50 0.50
3.19 3.19
1.16 1.16
t50 T50
0.83 0.83
3.01 3.01
3.58 3.58
0,45 0,45
2.73 2.73
0.52 0.52
3.63 3.63
2.00 2.00
t90 T90
4.55 4.55
2.15 2.15
8.73 8.73
0.96 0.96
4.33 4.33
1.79 1.79
9.55 9.55
2.32 2.32
RR
22
93.8 93.8
8.4 8.4
100 100
69.6 69.6
94.8 94.8
7.1 7.1
100 100
74.36 74.36
c: total germination, b: maximum germination rate, m: date at which maximum growth rate is
reached t50 and t90: date at c: total perkecambahan, b: perkecambahan maksimum rate, m:
tanggal dimana laju pertumbuhan maksimum tercapai T50 dan T90: tanggal di
which germination reaches the 50 and 90% of the total germination. perkecambahan yang
mencapai 50 dan 90% dari total perkecambahan. R R
22
: regression coefficient of the adjusted curves. : Kurva regresi koefisien disesuaikan.
Table 2. Analysis of variance of the variables describing the germination process in A. Tabel
2. Analisis ragam variabel menggambarkan proses perkecambahan di A. senegal and A.
Senegal dan A. seyal under seyal bawah
different watering regimes. penyiraman rezim yang berbeda. Mean squares and significance
values of the F-test. Mean kuadrat dan nilai signifikansi uji-F.
Variable Variabel
Species Spesies
Drought stress Kekeringan stres
Interacción Interacción
Squ.of mean Squ.of berarti
p value nilai p
Squ. Squ. of mean rata
p value nilai p
Squ. Squ. of mean rata
p value nilai p
germination pengecambahan
457.53 457.53
< 0.0001 <0.0001
162.78 162.78
< 0.0001 <0.0001
44.78 44.78
0.0403 0.0403
cc
558.18 558.18
< 0.0001 <0.0001
131.54 131.54
0.0006 0.0006
32.64 32.64
0.1357 0.1357
bb
2.78 2.78
0.776 0.776
75.17 75.17
0.1104 0.1104
21.7 21.7
0.598 0.598
mm
35.56 35.56
0.025 0.025
16.34 16.34
0.06 0.06
12.68 12.68
0.115 0.115
t50 T50
0.45 0.45
0.9017 0.9017
52.62 52.62
0.1768 0.1768
43.09 43.09
0.2498 0.2498
t90 T90
701.82 701.82
0.3311 0.3311
719.93 719.93
0.4057 0.4057
610.68 610.68
0.4771 0.4771
c: total germination, b: maximum germination rate, m: date at which maximum growth rate is
reached t50 and t90: date at which c: total perkecambahan, b: perkecambahan maksimum
rate, m: tanggal dimana laju pertumbuhan maksimum tercapai T50 dan T90: tanggal di mana
germination reaches the 50 and 90% of the total germination. perkecambahan mencapai 50
dan 90% dari total perkecambahan. R R
22
: regression coefficient of the adjusted curves. : Kurva regresi koefisien disesuaikan. *** P <
0.001; ** *** P <0.001; **
0.01 > P >0.001; * 0.05 > P > 0.01; ns 0.05 > P 0,01> P> 0,001; * 0,05> P> 0,01; ns 0,05> P
analysis of variance was performed to the different variables (c, b, analisis varians dilakukan
untuk variabel yang berbeda (c, b,
m, t50 and t90) according to the following factorial model (Equation m, T50 dan T90) sesuai
dengan model faktorial berikut (Persamaan
1): 1):
YY
ijk IJK
=+=+
jj
++
i+i+
ji ji
++
ijk IJK
(1) (1)
where: Y dimana: Y
ijk IJK
: Value of the variables for the i : Nilai variabel i
th th
species under the j spesies bawah j
th th
water stress treatment and the k cekaman air pengobatan dan k
th th
, and Petri dish; µ : grand mean; , Dan cawan Petri; μ: grand mean;
jj
::
drought stress (j = 1 to 4); kekeringan stres (j = 1 sampai 4);
ii
: species (l = 1 to 2) and the error term; : Spesies (l = 1 sampai 2) dan jangka waktu
kesalahan;
jk jk
N (0, N (0,
22
jj
). A Tukey-Kramer multiple comparison test was ). Sebuah Kramer beberapa perbandingan-
uji Tukey adalah
applied to the main factors if they were statistically significant and diterapkan pada faktor
utama jika mereka secara statistik signifikan dan
the interaction was graphically analyzed. Interaksi itu dianalisa secara grafis.
In the second step, the probability of germination (P) was Pada langkah kedua, kemungkinan
berkecambah (P)
determined by independent logistics models for each species. ditentukan oleh model logistik
independen untuk masing-masing spesies. Two Dua
explicative variables were used: Drought stress (expressed as bersifat menerangkan variabel
digunakan: Kekeringan stres (disajikan sebagai
water potential in MPa), the time and the interaction (Equation 2): potensi air MPa), waktu
dan interaksi (Persamaan 2):
ƒƒ
++
==
==
++
−-
nn
ii
ii
ii
ee
PP
11
00
))
((
11
11
χχ
ββ
ββ
(2) (2)
The models were tested using the change in the value of -2 log of Model tersebut diuji
dengan mengubah nilai -2 log
the likelihood between the model with and without explicative kemungkinan antara model
dengan dan tanpa bersifat menerangkan
variables (Hosmer and Lemeshow, 1989). variabel (Hosmer dan akseptor, 1989). Starting
from the results Mulai dari hasil
of the logistics regression, the probability of germination was dari regresi logistik,
kemungkinan perkecambahan adalah
analyzed graphically for each species in a specified time, for each dianalisis grafis untuk
setiap spesies dalam waktu tertentu, untuk setiap
treatment. pengobatan. The value of the area below the receiver operating Nilai daerah di
bawah operasi penerima
characteristic curve (ROC curve) was used to estimate the kurva karakteristik (ROC curve)
digunakan untuk memperkirakan
precision of the models adjusted. ketepatan model disesuaikan. All the analysis was
conducted by Semua analisis dilakukan dengan
using the SAS software (SAS Institute Inc, 2004). menggunakan perangkat lunak SAS (SAS
Institute Inc, 2004).
RESULTS HASIL
Seed germination occurred after 4.5 days in A. Perkecambahan biji terjadi setelah 4,5 hari di
A. senegal Senegal
and 4.3 days in A. dan 4,3 hari di A. seyal . seyal. Ninety percent of the total Sembilan puluh
persen dari total
germination was reached and no new germination was perkecambahan dicapai dan tidak ada
perkecambahan baru
observed after 20 days of the experiment (Table 1). diamati setelah 20 hari percobaan (Tabel
1).
The Gompertz model was very precise in describing Model Gompertz sangat tepat dalam
menggambarkan
the germination process (R proses perkecambahan (R
22
> 90% in both species). > 90% pada kedua jenis). The The
analysis of variance of the variables showed significant analisis varians dari variabel nyata
differences in total germination and c Gompertz model perbedaan perkecambahan total dan c
model Gompertz
parameter. parameter. P-values for total germination were under P-nilai untuk
perkecambahan total berada di bawah
0.0001 for species and drought stress and equal to 0,0001 untuk spesies dan stres kekeringan
dan sebesar
0.0403 for the interaction. 0,0403 untuk interaksi. The p-values for the c para- P-nilai untuk
para c-
meter were under 0.001 for species and drought stress meter di bawah 0,001 untuk spesies
dan stres kekeringan
and not significant for the interaction, p-value equal to dan tidak signifikan untuk interaksi, p-
value sebesar
0.01357 (Table 2). 0,01357 (Tabel 2). However, there were no significant Namun, tidak ada
yang signifikan
differences in b, t50 and t90 for any factors. perbedaan dalam b, T50 dan T90 untuk setiap
faktor.
The germination of A. Perkecambahan A. senegal was greater (mean value Senegal lebih
besar (nilai rata-rata
99.0 ± 2.00 in the control treatment) than that of A. 99,0 ± 2,00 pada perlakuan kontrol)
dibandingkan dengan A. seyal seyal

Page 4 Page 4
356 356
Afr. Afr. J. Plant Sci. J. Plant Sci.
-4 MPa -4 MPa
00
20 20
40 40
60 60
80 80
00
55
10 10
15 15
20 20
Days Hari
GG
ee
rr
mm
ii
nn
a sebuah
tt
ii
oo
nn
pp
rr
oo
bb
a sebuah
bb
ii
ll
ii
tt
yy
Acaciasenegal Acaciasenegal
Acaciaseyal Acaciaseyal
Figure 1. Germination curve at A. Gambar 1. Perkecambahan kurva pada A. senegal and A.
Senegal dan A. seyal . seyal.
Table 3. Logistic regression results to the species of A. Tabel 3. Hasil regresi logistik bagi
spesies A. senegal and A. Senegal dan A. seyal under water stress conditions. seyal dalam
kondisi stres air.
Parameter Parameter
DF Estimate Standard error Wald chi-square DF error Perkiraan Standar Wald chi-
kuadrat
Pr > chi-square Pr> chi-kuadrat
A. senegal A. Senegal
Independent term Istilah independen
11
-0.4891 -0.4891
0.1550 0.1550
9.9559 9.9559
0.0016 0.0016
Drought Kekeringan
11
0.1007 0.1007
0.0254 0.0254
15.6682 15.6682
<.0001 <0,0001
Day Hari
11
-0.1418 -0.1418
0.0385 0.0385
13.5816 13.5816
0.0002 0.0002
Drought*Day Kekeringan * Hari
11
0.0195 0.0195
0.00660 0.00660
8.7125 8.7125
0.0032 0.0032
A. seyal A. seyal
Independent term Istilah independen
11
-1.6820 -1.6820
0.2011 0.2011
69.9480 69.9480
<.0001 <0,0001
Drought Kekeringan
11
0.0627 0.0627
0.0301 0.0301
4.3302 4.3302
0.0374 0.0374
Day Hari
11
-0.2551 -0.2551
0.0391 0.0391
42.5996 42.5996
<.0001 <0,0001
Drought*Day Kekeringan * Hari
11
0.000478 0.000478
0.00577 0.00577
0.0069 0.0069
0.9339 0.9339
(44.0 ± 17.59). (44,0 ± 17,59). The norm of reaction of the germination Norma reaksi
berkecambah
according to water stress can be seen in Figure 1. menurut stres air dapat dilihat pada Gambar
1. The The
comparison of these values in respect to the value perbandingan nilai-nilai ini sehubungan
dengan nilai
obtained in the control treatment showed that A. diperoleh pada perlakuan kontrol
menunjukkan bahwa A. seyal did seyal tidak
not decrease its percentage until a value of -8 MPa, more tidak penurunan persentase sampai
nilai -8 MPa, lebih
quickly than in A. cepat daripada di A. senegal, with a decrease in germination Senegal,
dengan penurunan daya kecambah
for the most severe treatment were very different: for A. untuk perawatan yang paling parah
sangat berbeda: untuk A.
senegal the germination is only 35% of the control (35.0 ± Senegal perkecambahan hanya
35% dari kontrol (35,0 ±
12.38) in comparison to a higher value (59%) of the 12,38) dibandingkan dengan nilai yang
lebih tinggi (59%) dari
control (26.0 ± 17.74) in A. kontrol (26,0 ± 17,74) di A. seyal . seyal. The intermediate treat-
The intermediate memperlakukan-
ments (-4 and -8 MPa) showed a response in the middle KASIH (-4 dan -8 MPa)
menunjukkan respon di tengah
of the two severe treatments (mean value of 73.0 ± dari dua perlakuan yang parah (rata-rata
nilai 73,0 ±
16.45% and 57.0 ± 17.09, respectively in A. 16,45% dan 57,0 ± 17,09, masing-masing di A.
senegal , and Senegal, dan
46.0± 13.27% and 29.0 ± 13.61). 46,0 ± 13,27% dan 29,0 ± 13,61). The viability test applied
Uji viabilitas diterapkan
to the non-germinated seeds showed that for A. ke-berkecambah benih non menunjukkan
bahwa untuk A. senegal , Senegal,
the seeds that did not germinate were not viable at the benih yang tidak berkecambah tidak
layak di
end of the test, but for A. akhir ujian, tetapi untuk A. seyal , 50% of the non- seyal, 50% non-
germinated seeds were viable. kecambah yang layak.
The logistic regression analysis showed that seed ger- Analisis regresi logistik menunjukkan
bahwa benih-ger
mination in function of a specific time period was lower as DISKRIMINASI dalam fungsi
dari suatu periode waktu tertentu lebih rendah sebagai
time increased, yielding a decreasing tendencies in each waktu meningkat, menghasilkan
kecenderungan penurunan masing-masing
treatment. pengobatan. In A. Dalam A. senegal drought stress and time, and kekeringan
Senegal stres dan waktu, dan
their interaction, had a significant effect on germination. interaksi mereka, memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap perkecambahan.
However, in the case of A. Namun, dalam kasus A. seyal , the interaction had no seyal,
interaksi tidak memiliki
significantly influence on germination (Table 3 and Figure pengaruh signifikan terhadap
perkecambahan (Tabel 3 dan Gambar
2), while the results for the rest of the independent 2), sedangkan hasil untuk sisa independen
variables were the same as in the previous case. variabel adalah sama seperti dalam kasus
sebelumnya. The The
value of the area under the ROC curve were c = 0.85 and nilai area di bawah kurva ROC
adalah c = 0,85 dan

Page 5 Page 5
Kassa et al. Kassa et al. 357 357
Figure 2. Germination for each species and treatment (a) and for each species in relation
Gambar 2). Perkecambahan untuk setiap spesies dan pengobatan (dan untuk setiap jenis
sehubungan
to the control b. untuk mengontrol b.
and c = 0.81 for the species A. dan c = 0,81 untuk spesies A. senegal and A. Senegal dan A.
seyal seyal
respectively. masing.
DISCUSSION DISKUSI
Different studies focused on the effect of bush burning on studi yang berbeda difokuskan
pada pengaruh pembakaran semak-semak di
the germination of various species of the genus Acacia perkecambahan berbagai spesies dari
genus Acacia
(Danthu et al., 2003). (Danthu et al 2003.,). However, they do not provide Namun, mereka
tidak memberikan
information on the effect of water stress (an essential informasi tentang pengaruh stres air
(yang penting
environmental factor in the distribution range of the faktor lingkungan dalam rentang
distribusi
species) on the germination of A. spesies) pada perkecambahan A. sengal and A. Sengal dan
A. seyal seyal
species . spesies. This paper, analyses four potential effects Makalah ini, analisis empat efek
potensial
depending on the intensity of water stress conditions tergantung pada intensitas kondisi stres
air
obtained with Polyethylene glycol, including control, on diperoleh dengan glikol Polietilena,
termasuk kontrol, pada
the germination process of this two Acacia species. proses perkecambahan ini dua spesies
Acacia.
Germination was different depending on the species, Perkecambahan berbeda tergantung
pada spesies,
and also a different pattern of viability of non-germinated dan juga pola yang berbeda
viabilitas non-berkecambah
seeds was found at the end of the experiment. biji ditemukan pada akhir percobaan. The The
higher percentage of germination of the species A. tinggi persentase perkecambahan spesies
A.
senegal in comparison to A. seyal has been previously Senegal dibandingkan dengan seyal A.
telah sebelumnya
reported (Argaw et al., 1999; Teketay, 1996; Zida, 2007), dilaporkan (Argaw et al;., 1999
Teketay, 1996; Zida, 2007),
but in our study, the difference in viable seeds among the Tetapi dalam studi kita, perbedaan
antara benih yang layak
two species (no viable seeds detected at the end of the dua spesies (tidak ada bibit layak
terdeteksi pada akhir
experiment in A. eksperimen di A. senegal , and a value of 50% for non- Senegal, dan nilai
50% untuk non-
germinated seeds for A. berkecambah benih untuk A. seyal ) indicate that this pattern is seyal)
menunjukkan bahwa pola ini
caused by a heavy induced dormancy in the latter. disebabkan oleh induksi dormansi berat di
kedua. Most Sebagian besar
Acacia species are characterized by a very hard and spesies Acacia ditandai dengan sangat
keras dan
impermeable seed coat, which result in temporary biji mantel kedap air, yang mengakibatkan
sementara
dormancy and influences the germination process (Aref, dormansi dan pengaruh proses
perkecambahan (Arif,
2000; Argaw et al. , 1999; Owens et al. , 1995). 2000; Argaw et al)., 1999; Owens 1995 et
al.,. In A. Dalam A.
seyal , the application of severe treatments (stronger than seyal, penerapan perawatan berat
(lebih kuat dari
the applied in our study) is needed to break the dormancy diterapkan dalam penelitian kami)
diperlukan untuk memecahkan dormansi yang
and speedup the process of germination. dan percepatan proses perkecambahan. The very
hard Yang sangat keras
and impermeable seed coat could act as a protection dan kulit biji kedap air dapat bertindak
sebagai pelindung
against water stress, with little germination under water terhadap cekaman air, dengan
perkecambahan sedikit di bawah air
stress conditions to prevent problems during the embryo kondisi stres untuk mencegah
masalah selama embrio
development. pembangunan.
The size of the seeds (measured as the number of Ukuran biji (diukur sebagai jumlah
seeds/kg) of the two Acacia species are larger than those biji / kg) dari dua spesies Acacia
lebih besar daripada
indicated in previous studies (Argaw et al., 1999), ditunjukkan dalam penelitian sebelumnya
(Argaw et al 1999.,),
suggesting the more arid conditions of the analyzed menyarankan gersang kondisi yang lebih
dari yang dianalisis
populations to those previously reported, as shown in populasi dengan yang dilaporkan
sebelumnya, seperti yang ditunjukkan dalam
Acacia nilotica ( Miller et al., 2002, Mahamood et al., Acacia nilotica (Miller et al 2002.,,
Mahamood et al.,
2005); Cordia africana (Loha et al., 2008), or among 2005); Cordia africana (Loha et al
antara., 2008), atau
populations of the same Acacia species (Mahamood et populasi dari spesies Acacia sama
(Mahamood et
al al
., .,
2005) 2005)
..
Therefore Oleh karena itu
,,
we can interpret the result as derived kita bisa menginterpretasikan hasilnya sebagai berasal
from populations adapted to drought conditions, as a dari populasi disesuaikan dengan
kondisi kekeringan, sebagai
view to explore strategies of the species under stressful tampilan untuk mengeksplorasi
strategi dari spesies di bawah tekanan
conditions. kondisi.

Page 6 Page 6
358 358
Afr. Afr. J. Plant Sci. J. Plant Sci.
The analysis of variance showed a decrease in germi- Dari hasil analisis ragam menunjukkan
penurunan germi-
nation as the degree of water stress increases for the two bangsa sebagai tingkat stres
meningkat air untuk dua
species. spesies. This is much more pronounced in the extreme Ini jauh lebih jelas dalam
ekstrim
water stress in the case of A. air stres dalam kasus A. senegal (reduction of Senegal
(pengurangan
germination of 64.6% in the level at -12 MPa with respect perkecambahan 64,6% pada
tingkat di -12 MPa dengan hormat
to the control) than in A. untuk mengontrol) dibandingkan dengan A. seyal (reduction of
40.9% with seyal (pengurangan 40,9% dengan
respect to the control). sehubungan dengan kontrol). This could be related to greater Hal ini
dapat berhubungan dengan lebih besar
tolerance to drought in A. toleransi terhadap kekeringan di A. seyal , as shown in leguminous
seyal, seperti yang disajikan dalam polongan
species from sub-Saharan areas where a clear reduction spesies dari sub-Sahara daerah
dimana pengurangan jelas
of germination is found depending on the water stress dari perkecambahan ditemukan
tergantung pada stres air
(Sy et al., 2001, in Cassia abtasifolia, C. occidentalis , (Sy et al 2001.,, Di abtasifolia Cassia,
C. occidentalis,
Indigofera senegalensis, I. astragalina , I. Indigofera senegalensis, I. astragalina, I.
tinctoria , tinctoria,
Sesbania pachycarpa and Tephrosia pururea ). Sesbania pachycarpa dan Tephrosia
pururea).
No significant differences have been found in most of Tidak ada perbedaan yang signifikan
telah ditemukan di sebagian besar
the parameter estimated from the Gompertz model (both estimasi parameter dari model
Gompertz (baik
the inflexion point and the rapidity of growth, as well as titik infleksi dan kecepatan
pertumbuhan, serta
the time to reach different germination rates). waktu untuk mencapai tingkat perkecambahan
yang berbeda). The The
analyzed Acacia species reached a total germination Acacia dianalisis spesies mencapai total
perkecambahan
over 90% in only 5 days. lebih dari 90% hanya dalam 5 hari. No differences between species
Tidak ada perbedaan antara spesies
and treatment were found. dan pengobatan ditemukan. This might be an avoidance Ini
mungkin menghindari suatu
strategy to water stress, related to the environment in strategi untuk stres air, terkait dengan
lingkungan di
which the plant will develop. yang tanaman akan berkembang.
Under arid condition, these species take advantage of Pada kondisi kering, spesies ini
mengambil keuntungan dari
favorable conditions (humidity and temperature) to germi- kondisi baik (kelembaban dan
suhu) untuk germi-
nate rapidly. nate cepat. However, we can distinguish two different Namun, kita dapat
membedakan dua yang berbeda
water-stress avoiding strategies: A. air-stres menghindari strategi: A. senegal produces a
Senegal menghasilkan
rapid germination of all the viable seeds, but for A. cepat perkecambahan semua biji yang
layak, tetapi untuk A. seyal , seyal,
the germination under stressful conditions is more hetero- perkecambahan dalam kondisi
stres adalah hetero lebih-
geneous (higher std) and is more higher in comparison to geneous (std lebih tinggi) dan lebih
tinggi dibandingkan dengan
the control, and it is limited by an induced dormancy; kontrol, dan dibatasi oleh dormansi
induksi;
these non-germinated seeds would germinate under ini non-berkecambah benih akan
berkecambah di bawah
more favorable conditions. kondisi lebih menguntungkan. Rapid seed germination in Rapid
perkecambahan biji di
arid and semi-arid areas seems to be frequent. dan semi-kering daerah kering tampaknya
sering. This was Ini
demonstrated in the study performed with some species ditunjukkan dalam studi yang
dilakukan dengan beberapa jenis
( Spartium junceum L.) in which germination began at 4 (Spartium junceum L.) di mana
perkecambahan dimulai pada 4
days with 5% and reached a total of 67% over the 18 hari dengan 5% dan mencapai total 67%
selama 18
days of the experiment (Travlos et al., 2007). hari percobaan (Travlos et al 2007.,). In Pines
Dalam Pines
and Mediterranean Oaks under arid conditions, the dan Mediterania Oaks dalam kondisi
kering, yang
process is not so rapid, but we can find the strategy of a Proses tidak begitu cepat, tetapi kita
dapat menemukan strategi dari
more irregular and extended germination over time lebih teratur dan diperpanjang
perkecambahan dari waktu ke waktu
(Boydak et al. , 2003). (Boydak et al 2003.,).
The probability of germination indicates a rapid decay Kemungkinan perkecambahan
menunjukkan membusuk
when the stress increases, and also the large differences ketika stres meningkat, dan juga
perbedaan besar
among the two species, with implications in the regenera- di antara dua spesies, dengan
implikasi dalam regenerasi the-
tion process. tion proses. In A. Dalam A. senegal the probability of germination Senegal
kemungkinan perkecambahan
under non-stress conditions is quite high and therefore, bawah kondisi non-stres yang cukup
tinggi dan karena itu,
this species could regenerate easily in such conditions. spesies ini dapat beregenerasi dengan
mudah dalam kondisi seperti itu.
However, for A. Namun, untuk A. seyal , the germination is highly seyal, berkecambah sangat
depending on the conditions: The covers protect the tergantung pada kondisi: mencakup
melindungi
embryo from the drought, but it leads to a low probability embrio dari kekeringan, tetapi
mengarah pada probabilitas rendah
of germination even under no stress conditions (similar to dari perkecambahan bahkan dalam
kondisi tidak stres (mirip dengan
the values reached by A. nilai-nilai yang dicapai oleh A. senegal under the -12.0 Pa Senegal
bawah -12,0 Pa
treatments. perawatan.
It can be concluded that water stress has a negative Dapat disimpulkan bahwa stres air
memiliki negatif
effect on Acacia germination in arid and semiarid berpengaruh terhadap perkecambahan
Acacia di kering dan semi kering
environments, but the reduction is not enough to impede lingkungan, tetapi pengurangan
tersebut tidak cukup untuk menghalangi
germination of the seeds if the drought conditions are not perkecambahan benih jika kondisi
kekeringan tidak
prolonged over time. berkepanjangan dari waktu ke waktu. We also detect two different
Kami juga mendeteksi dua yang berbeda
avoiding water stress strategies. strategi menghindari stres air. All viable seeds of A. Semua
layak benih A.
senegal geminates quickly, in order to be installed as Senegal geminates cepat, untuk
dipasang sebagai
soon as possible based on the seed reserves. secepat mungkin berdasarkan cadangan biji.
However, Namun,
A. seyal with smaller seeds and a heavy and imper- A. seyal dengan biji yang lebih kecil dan
berat dan imper-
meable coat, reacts by inducing dormancy under the mantel meable, bereaksi dengan
menginduksi dormansi bawah
heaviest water stress conditions. kondisi air terberat stres. The analysis of the Analisis
Gompertz functions as well as the logistic model, Gompertz fungsinya serta model logistik,
describe the process of germination under water stress menggambarkan proses
perkecambahan di bawah tekanan air
conditions, and these statistical tools could be included in kondisi, dan alat-alat statistik yang
dapat dimasukkan dalam
restoration and management programs in order to favour restorasi dan manajemen program-
program dalam rangka mendukung
the conservation and sustainable use under drought dan pemanfaatan berkelanjutan
konservasi di bawah kekeringan
conditions. kondisi.
ACKNOWLEDGEMENTS UCAPAN TERIMA KASIH
This project was financed by the AECID (Spanish Inter- Proyek ini dibiayai oleh AECID
(Spanyol Inter-
national Cooperation Agency for development) under the Badan Kerjasama nasional untuk
pengembangan) di bawah
grant programme of a doctoral thesis to the senior author program hibah tesis doktor kepada
penulis senior
( A. Kassa ). (Kassa A.). Thanks to Girmay Fitiwi, Kiros Woldearegay Berkat Girmay Fitiwi,
Kiros Woldearegay
and Teklehaimanot Negatu from the Ethiopian Natural dan Teklehaimanot Negatu dari
Ethiopia Alam
Gums Company for provide useful information for this Gusi Perusahaan untuk memberikan
informasi yang berguna untuk ini
paper. kertas. And also to Encarna Rodríguez, Antonio Sanz Dan juga untuk Encarna
Rodríguez, Antonio Sanz
Ros, María Rosario Núñez, Celia Herrero, Stella Bogino, Ros, María Núñez Rosario, Celia
Herrero, Bogino Stella,
Iñaki Etxebeste, Claudia Escudero, Gonzalo Álvarez and Iñaki Etxebeste, Escudero Claudia,
dan Gonzalo Álvarez
Irene Ruano for providing technical support during the Irene Ruano untuk memberikan
dukungan teknis selama
laboratory work. kerja laboratorium.
REFERENCES DAFTAR PUSTAKA
Aref MI (2000). Arif MI (2000). Effects of pre-germination treatments and sowing depths
Pengaruh-perkecambahan perawatan pra dan kedalaman penaburan
upon germination potential of some Acacia species. terhadap potensial perkecambahan
beberapa spesies Acacia. Res. Res. Bult., Res. Bult., Res.
Cent. Cent. Coll. Coll. of Agri., King Saud Univ., 95: 5-17. Agri. Dari, Raja Saud Univ:., 95
5-17.
Argaw M, Teketay D, Olsson M (1999). Argaw M, Teketay D, M Olsson (1999). Soil seed
flora, germination and Tanah flora benih, perkecambahan dan
regeneration pattern of woody species in an Acacia woodland of the pola regenerasi spesies
kayu di hutan Acacia dari
Rift Valley in Ethiopia. Rift Valley di Ethiopia. J. Arid Environ., 43: 411-435. J. Arid
Lingkungan:., 43 411-435.
Blate GM, Peart DR, Leighton M. 1998. Blate GM, DR cerdas, Leighton M. 1998. Post-
dispersal predation on Pasca-penyebaran predator
isolated seeds: a comparative study of 40 tree species in a Southeast terisolasi benih: studi
banding dari 40 jenis pohon dalam Tenggara
Asian rainforest. Asian hutan hujan. Oikos. Oikos. 82(3): 522-538 82 (3): 522-538
Boydak M, Dirik H, Tilki F, Calikoglu M (2003). Boydak M, Dirik H, Tilki F, Calikoglu M
(2003). Effects of Water Stress Pengaruh Stress Air
on Germination in Six Provenances of Pinus brutia Seeds from pada Pendederan di Enam
provenan Benih Pinus brutia dari
Different Bioclimatic Zones in Turkey. Zona Bioclimatic berbeda di Turki. Truke J. Agric
For., 27: 91-97. Truke J. Agric Untuk:., 27 91-97.
Boko M, Niang I, Nyong A, Vogel C, Githeko A, Medany M. Osman- Boko M, Niang aku,
Nyong A Vogel C,, Githeko A, Medany M. Osman -
Elasha B, Tabo R, Yanda P (2007). Elasha B, R Tabo, Yanda P (2007). Africa. Afrika.
Climate Change 2007: Perubahan Iklim 2007:
Impacts, Adaptation and Vulnerability. Dampak, Adaptasi dan Kerentanan. Contribution of
Working Group Kontribusi Kelompok Kerja
II to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on II Laporan Penilaian
Keempat dari Panel Antarpemerintah tentang
Climate Change. Perubahan Iklim. In: Parry ML, Canziani OF, Palutikof JP, van der Dalam:
ML Parry, OF Canziani, Palutikof JP, van der
Linden PJ, Hanson CE (eds) Cambridge University Press, Linden PJ, Hanson CE (eds)
Cambridge University Press,
Cambridge, UK, pp. 433-467. Cambridge, Inggris, hal 433-467.
Bravo F, Núñez MR, Pando V, Sierra de Grado R, Alía, R. (2010). Bravo F, MR Núñez,
Pando V, Sierra de Grado R, Alia, R. (2010). Is the Apakah
germination of Pinus pinaster determined by the drought stress and Pinus pinaster
perkecambahan ditentukan oleh stres kekeringan dan
temperature oscillation? osilasi suhu? (Unpublished). (Tidak diterbitkan).
Choinski JS, Tuohy, JM (1991). JS Choinski, Tuohy, JM (1991). Effect of Water Potential
and Pengaruh Air dan Potensi
Temperature on the Germination of 4 species of African Savanna Suhu Terhadap
Perkecambahan 4 spesies Afrika Savanna
Trees. Pohon. Annals Botany. Botani Annals. 68(3): 227-233 68 (3): 227-233
Danthu P, Ndongo M, Diaou M, Thiam O, Sarr A, Dedhiou B, Ould Danthu P, M Ndongo, M
Diaou, O Thiam, Sarr A B Dedhiou,, Ould
Mohamed Vall A (2003). Mohamed Vall A (2003). Impact of bush fire on the germination of
Dampak dari kebakaran semak pada perkecambahan
West African Acacias. Afrika Barat Acacias. Forest Ecology and Management. Ekologi
Hutan dan Manajemen. 173: 1-10 173: 1-10
Draper NR, Smith H (1981). NR Draper, H Smith (1981). Applied regression analysis, 2
Terapan analisis regresi, 2
nd nd
ed, John ed, John
Wiley & Sons Inc., New York. Wiley & Sons Inc, New York.
Eisa MA, Roth M, Sama G (2008). Acacia senegal (Gum Arabic Tree): Eisa MA, Roth M,
Sama G (2008)). Acacia Senegal (Getah Arab Tree:
Present Role and Need for Future Conservation/ Sudan: Proceeding Hadir Peran dan
Kebutuhan untuk Konservasi Masa Depan / Sudan: Prosiding
"Competition for Resources in a Changing World: New Drive for Rural "Persaingan
Sumberdaya dalam Dunia yang Berubah: Drive Baru untuk Pedesaan
Development" Deutscher Tropentag, Hohenheim, pp. 1-5. Pembangunan "Deutscher
Tropentag, Hohenheim, hal 1-5.

Page 7 Page 7
Falleri E (1994). Falleri E (1994). Effect of water stress on germination in six Pengaruh stres
air terhadap perkecambahan di enam
provenances of Pinus pinaster Ait. provenan dari Pinus pinaster Ait. Seed Sci. Benih Sci.
Technol., 22: 591-599 Technol, 22:. 591-599
Hosmer DW, Lemeshow S (1989). Hosmer DW, S Lemeshow (1989). Applied logistic
regression. Terapan regresi logistik. John John
Wiley and Sons, New York. Wiley and Sons, New York.
Kozlowski TT (2002). TT Kozlowski (2002). Physiological ecology of natural regeneration
of Fisiologis ekologi regenerasi alami
harvested and disturbed forest stands: implications for forest dipanen dan terganggu tegakan
hutan: implikasi untuk hutan
management. manajemen. Forest Ecol. Hutan Ecol. Manage., 158(1-3): 195-221 Mengelola:.,
158 (1-3) 195-221
Kozlowski TT, Pallardy SG (2002). TT Kozlowski, SG Pallardy (2002). Acclimation and
adaptive responses Aklimatisasi dan tanggapan adaptif
of woody plants to environmental stresses. tanaman berkayu untuk tekanan lingkungan.
Botanical Rev., 68(2): Botani Rev, 68 (2):
270-334 270-334
Loha A, Tigabu M, Fries A (2008). Loha A, M Tigabu, Fries A (2008). Genetic variation
among and within Variasi genetik antara dan di dalam
populations of Cordia Africana in seed size and germination populasi Africana Cordia dalam
ukuran biji dan perkecambahan
responses to constant temperatures. tanggapan terhadap suhu konstan. Euphytica, 165(1):
189-196. Euphytica, 165 (1): 189-196.
Mahmood S, Ahmed A, Hussain A, Athar M (2005). Mahmood S, Ahmed A, Hussain A, M
Athar (2005). Spatial pattern of Pola spasial
variation in populations of Acacia nilotica in semi-arid environment, J. variasi dalam
populasi Acacia nilotica di lingkungan semi-kering, J.
Environ. Lingkungan. Sci., 2(3): 193-199. Sci:., 2 (3) 193-199.
Michel BE, Kaufmann MR (1973). Michel BE, Kaufmann MR (1973). The osmotic potential
of Polyethylene Potensi osmotik Polyethylene
Glycol 6000. Glikol 6000. Plant Physiology. Plant Physiology. 51: 914-916. 51: 914-916.
Michel BE (1983). Michel BE (1983). Evaluation of the water potential of solutions of
Evaluasi potensi air solusi
Glycol 8000 both in the absence and presence of other solutes, Plant Glikol 8000 baik dalam
ketiadaan dan kehadiran zat terlarut lainnya, Pabrik
Physiol., 72: 66-70. Physiol:., 72 66-70.
Michael M, Tadesse W (2004). Michael M, W Tadesse (2004). Genetic Conservation of
Ethiopia's Non- Konservasi genetik Ethiopia Non-
timber Forest Poduct Source Species In Michael and Tadesse (eds) Hutan kayu Poduct
Sumber Spesies Dalam Michael dan Tadesse (eds)
Conservation of Genetic Resources of Non-Timber Forest Products in Konservasi Sumber
Daya Genetik Hutan Kayu-Non di
Ethiopia: Proceedings of the First National Workshop on Non-Timber Ethiopia: Prosiding
Lokakarya Nasional Pertama pada Non-Kayu
Forest Products in Ethiopia, April 2004, Addis Ababa, Ethiopia, pp 9- Hasil Hutan di
Ethiopia, April 2004, Addis Ababa, Ethiopia, pp 9 -
17. 17.
Kassa et al. Kassa et al. 359 359
Miller JT, Andrew RA, Maslin BR (2002). Miller JT, RA Andrew, Maslin BR (2002).
Towards an understanding of Menuju pemahaman tentang
variation in the Mulga complex ( Acacia annexure and relatives). variasi di kompleks Mulga
(Acacia lampiran dan kerabat).
Conserv. Conserv. Sci. Sci. W. Aust. W. Aust. 4: 19-35. 4: 19-35.
Owens MK, Wallace RB, Archer S (1995). Owens MK, Wallace RB, S Archer (1995). Seed
dormancy and Dormansi benih dan
persistence of Acacia berlandieri and Leucaena pulverulenta in a kegigihan Acacia
berlandieri dan pulverulenta Leucaena dalam
semi-arid environment. semi-kering lingkungan. J. Arid Environ., 29: 15-23. J. Arid
Lingkungan:., 29 15-23.
SAS Institute Inc (2004). SAS Institute Inc (2004). SAS/STAT(R) 9.1. SAS / STAT (R) 9.1.
Users guide. Pengguna panduan. SAS Institute SAS Institute
Inc., Cary NC Inc, Cary NC
Sy A, Grouzis M, Danthu P (2001). Sy A, Grouzis M, P Danthu (2001). Seed germination of
seven Sahelian Perkecambahan biji tujuh Sahelian
legume species. legum spesies. J. Arid Environ., 49: 875-882. J. Arid Lingkungan:., 49 875-
882.
Teketay D (1996). Teketay D (1996). Germination ecology of twelve indigenous and eight
Perkecambahan ekologi dari dua belas adat dan delapan
exotic multipurpose leguminous species from Ethiopia. spesies eksotik serbaguna polongan
dari Ethiopia. Forest Ecol. Hutan Ecol.
Manage., 80: 209-223.Travlos IS, Economou G, Karamanos AJ Mengelola:., 80 209-
223.Travlos IS, G Economou, Karamanos AJ
(2007). (2007). Seed germination and seedling emergence of Spartium Perkecambahan biji
dan munculnya bibit Spartium
junceum L In response to heat and other pre-sowing treatments. junceum L Sebagai respon
terhadap panas dan lain pra-menabur perawatan. J. J.
Agronomy, 6(1): 152-156. Agronomi, 6 (1): 152-156.
Villamedina I, Pedranzani HE; Sierra de GR (2007). Villamedina Aku, Pedranzani DIA;
Sierra de GR (2007). Respuesta clonal al Respuesta al klonal
cultivo in Vitro en Populusx canescens (Ait) Sm. cultivo in Vitro canescens en Populusx
(Ait) Sm. Con fines de Con denda de
conservación. conservación. VII Reunión de la Sociedad de cultivo in Vitro de VII Reunion
de la Sociedad de cultivo in Vitro de
Tejidos Vegetales. Tejidos Vegetales. Alcalá de Hernares, Madrid. Alcála de Hernares,
Madrid.
Wolfram S (1999). Wolfram S (1999). The mathematica book, Cambridg University Press,
Buku mathematica, Cambridg University Press,
Cambridg, UK. Cambridg, Inggris.
Zida D (2007). Zida D (2007). Impact of Forest Management Regimes on Ligneous Dampak
rezim Pengelolaan Hutan di lignin
Regeneration in the Sudanian Savanna of Burkina Faso. Regenerasi di Savanna Sudanian dari
Burkina Faso. Doctoral Doktor
thesis. tesis. Swedish University of Agricultural Sciences. Swedia Universitas Ilmu Pertanian

Anda mungkin juga menyukai